tari “drubiksa darubeksi” karya nuryanto sebuah …

17
140 Volume 15 No. 2 Desember 2016 Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH RESPON ANTROPOCOSMIC TERHADAP FENOMENA GLOBAL WARMING Nuryanto Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Abstract “Drubiksa Darubeksi” adalah sebuah karya tari yang diciptakan oleh Nuryanto, dipersembahkan sebagai tanggapan yang positif terhadap fenomena pemanasan global yang sedang kita alami. “Drubiksa” artinya jahat sedangkan “darubeksi” artinya racun. Karya ini menampilkan kekejaman manusia yang telah mengakibatkan berbagai kerusakan alam yang menyebabkan pemanasan global. Secara kontekstual karya ini telah menjadi kenyataan yang kita alami saat ini. Itu sebabnya pemikiran antropokosmik (manusia sebagai bagian dari alam) sangat penting untuk memelihara alam, untuk menghindari antroposentrisme, yang artinya manusia . Karya seni merupakan bagian dari pemikiran antropokosmik. Seni bercerita dengan cara verbal dan non-verbal. Oleh karena kepekaan dan caranya membentuk pengetahuan, seni mampu membangun percakapan dengan alam. Itulah jiwa dari “Drubiksa Darubeksi”. Katakunci: pemanasan global, antropokosmik, dan seni. Abstract “Drubiksa Darubeksi” is a dance work by Nuryanto which is performed as a positive re- sponse to the phenomenon of global warming that we are currently experiencing. “Drubiksa” means evil and “darubeksi” means poison. This work portrays the cruelty of humankind which has produced numerous natural disasters that have caused global warming. This work shows contextually the reality we are now facing. For this reason, ananthropocosmic mind (man as a part of nature) is the key for taking care of nature, to avoid the kind of anthropocentrism through whichman will conquer nature. A work of art is part of an anthropocosmic mind. Art tell us a story in botha verbal and nonverbal way. Because of its sensitivity and its way of shaping of knowledge, art has the ability to build a conversation with nature. This is the spirit of “Drubiksa Darubeksi” Keywords: global warming, anthropocosmic, and art

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

140 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto

TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI”KARYA NURYANTO SEBUAH RESPONANTROPOCOSMIC TERHADAPFENOMENA GLOBAL WARMING

NuryantoInstitut Seni Indonesia (ISI) SurakartaJalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

Abstract

“Drubiksa Darubeksi” adalah sebuah karya tari yang diciptakan oleh Nuryanto,dipersembahkan sebagai tanggapan yang positif terhadap fenomena pemanasan global yangsedang kita alami. “Drubiksa” artinya jahat sedangkan “darubeksi” artinya racun. Karya inimenampilkan kekejaman manusia yang telah mengakibatkan berbagai kerusakan alam yangmenyebabkan pemanasan global. Secara kontekstual karya ini telah menjadi kenyataan yangkita alami saat ini. Itu sebabnya pemikiran antropokosmik (manusia sebagai bagian darialam) sangat penting untuk memelihara alam, untuk menghindari antroposentrisme, yangartinya manusia . Karya seni merupakan bagian dari pemikiran antropokosmik. Seni berceritadengan cara verbal dan non-verbal. Oleh karena kepekaan dan caranya membentukpengetahuan, seni mampu membangun percakapan dengan alam. Itulah jiwa dari “DrubiksaDarubeksi”.

Katakunci: pemanasan global, antropokosmik, dan seni.

Abstract

“Drubiksa Darubeksi” is a dance work by Nuryanto which is performed as a positive re-sponse to the phenomenon of global warming that we are currently experiencing. “Drubiksa”means evil and “darubeksi” means poison. This work portrays the cruelty of humankind whichhas produced numerous natural disasters that have caused global warming. This work showscontextually the reality we are now facing. For this reason, ananthropocosmic mind (man as apart of nature) is the key for taking care of nature, to avoid the kind of anthropocentrism throughwhichman will conquer nature. A work of art is part of an anthropocosmic mind. Art tell us astory in botha verbal and nonverbal way. Because of its sensitivity and its way of shaping ofknowledge, art has the ability to build a conversation with nature. This is the spirit of “DrubiksaDarubeksi”

Keywords: global warming, anthropocosmic, and art

Page 2: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

141Volume 15 No. 2 Desember 2016

PENDAHULUANBumi tempat kita berpijak memang

sudah semakin tua dan semakin panas,sehingga kemampuannya menopangkehidupan kian terbatas. Nafsu konsumsiminyak dan gas bumi, batu bara,pembakaran kayu, dan alih fungsi lahanyang tak terbendung mengubah lapisanudara menjadi “perangkap panas”. Denganperangkap itu, bumi bagai diselubungiselimut buatan yang menghambat pelepasanpanas bumi ke udara. Bumi tak ubahnya“rumah kaca” yang semakin panas. Banyakfenomena alam yang makin menandakangejolak carut marut bumi. Kejadian ekstrimterjadi di berbagai tempat. Di daerah kering,akibat peningkatan suhu udara, musimkering makin panjang. Dan sebaliknya, didaerah yang dikenal sering terjadi hujan,terjadi pula musim hujan berkepanjangan.

Kondisi ini mengakibatkan semakinmeningkatnya temperatur rata-rata atmosferyang kemudian disebut dengan pemanasanglobal (global warming). Hal ini disebabkanoleh adanya pembakaran bahan bakar fosil(batu bara, minyak bumi, gas alam, dsb) yangakan melepaskan karbondioksida (CO2), dangas-gas lain seperti CH4, O3, Nox, dan CFC.Gas-gas tersebut mengandung gas polutan diudara sehingga terjadi pemanasan lebihcepat. Kondisi ini, menurut para ilmuwan,disebabkan aktifitas manusia yang denganserakahnya memanfaatkan sumber dayaalam bumi ini tanpa memikirkan upayapelestariannya. Populasi tumbuhan sebagaipenghasil oksigen justru berkurang drastis.Perluasan lahan dilakukan tanpamemperhatikan fungsi penyerapan denganbenar. Pohon-pohon ditebang, bahkan lebihparah, pembakaran hutan pun ditempuh,dengan alasan kepraktisan semata. Keadaan

seperti ini yang bisa mengakibatkanmunculnya efek rumah kaca.

Sikap ini sesungguhnya berdampakserius pada kehidupan ratusan juta wargabumi. Dampaknya berupa naiknya suhupermukaan bumi lima tahun mendatang plusdampak lanjutan berupa kegagalan panen,kelangkaan air, tenggelamnya daerah pesisir,lenyapnya spesies, banjir, dan kekeringan.Asia terkena dampak paling parah: produksipertanian Cina dan Bangladesh anjlok 30persen, India langka air, dan 100 juta rumahwarga pesisir tergenang. Permukaan lautakan meningkat 8-29 cm dari saat ini pada2030. (Intergovernmental Panel on ClimateChange, 10 April 2007)

Dampak bagi Indonesia, 2000 pulautenggelam, garis pantai mundur ke arahdaratan ratusan meter, jutaan hektar tambaklenyap dan air kian langka. Penduduk Jakartadan kota-kota di pesisir akan kekurangan airbersih. Pada sejumlah daerah aliran sungaiakan terjadi perbedaan tingkat air pasangdan surut yang kian tajam. Akibatnya, akansering terjadi banjir, sekaligus kekeringanyang mencekik kehidupan. Ancaman yangmenggambarkan bumi di ambang kiamatsemacam itu terlalu riskan untuk diabaikan.Kelestarian lingkungan hidup Indonesiaberada di titik nadir. Ini sebagai akibatbencana ekologis yang terjadi secaraakumulatif dan simultan tanpa ada upayayang signifikan dari pemerintah untukmengurangi kerentanan dan kerawananterhadap terjadinya bencana ekologis yangselama ini terjadi. Kerusakan hutan yangtidak terkendali, apapun alasannya, telahmengakibatkan pengurangan jumlahbiomassa yang berfungsi sebagai pengikatCO2. Pembangunan hutan tanaman industri,dengan lahan yang dibuka relatif luas dan

Page 3: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

142 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto

penebangan pohon yang tidak terkontrolmenyebabkan pencemaran udara yangmendukung terjadinya pemanasanglobal.  Bencana  ekologis  merupakanakumulasi krisis ekologis yang disebabkanoleh kegagalan kita dalam mengelolakelestarian lingkungan.

Greenpeace menyatakan bahwaIndonesia saat ini adalah negara penghancurhutan tercepat di dunia. Hutan Indonesiaseluas 120,3 juta ha, 72 %-nya telah hilang.Di wilayah ini tercatat 3,8 juta ha/tahunlenyap. Artinya dalam 1 menit, hutan seluas7,2 ha atau 6 lapangan bola lenyap. Denganhitungan ini, negara mengalami kerugian Rp30,3 triliun. Kerusakan selama ini mayoritasdisebabkan karena penebangan yangberlebihan disertai pengawasan lapanganyang kurang, pembalakan liar (illegal log-ging), kebakaran serta alih fungsi hutanmenjadi lahan pertanian, pemukiman danpengembangan industri yang membutuhkanlahan-lahan produktif.

Alhasil, degradasi lingkungan,kepunahan aneka jenis flora dan fauna,merebaknya konflik sosial serta hilangnyapendapatan pemerintah menjadi sesuatuyang tak terelakkan. Indonesia yang selamaini dikenal sebagai mega diversity kini telahberubah menjadi mega extinction.Keserakahan manusia yang tanpa pedulimemperlakukan berbagai flora dan fauna,hanya melihat sisi ekonominya saja tanpamemperhitungkan kerugian ekologis di masamendatang. Cara pemanfaatan sumber alamyang eksploitatif dan berorientasi bisnis telahmenimbulkan turunnya taraf kehidupanmasyarakat. Kekeliruan prinsip pengelolaanhutan yang dipraktikkan selama puluhantahun terakhir, telah meningkatkan lajukerusakan hutan serta aktivitas pembalakan

liar tetap terjadi hingga kini. Itulah mengapamasyarakat dunia akhirnya mencetuskanamandemen terhadap Konvensi RangkaKerja PBB tentang perubahan iklim(UNFCCC), dikenal dengan Protokol Kyoto.Dengan adanya ratifikasi terhadapkesepakatan tersebut, diprediksi akanmengurangi rata-rata cuaca global.

Dalam konteks Indonesia sendiri,banyaknya bencana yang terjadi belakangansebenarnya menunjukkan peringatandan panggilan terhadap kesadarankosmosentrisme religius, sebuah kritikterhadap paradigma antroposentrisme sekuleryang menjadikan intelektualitas manusiasebagai puncak ukuran kebenaran sehinggasecara sistemik masyarakat modern telahmenghancurkan habitatnya sendiri. Bencanabanjir itu bukan murni fenomena alam tanpacampur tangan manusia. Kita harusmengakui bahwa kita tidak lagi memilikikesadaran ekologis. Jejak ekologi yangdihasilkan pembangunan selama ini tak bisadipertahankan. Paradigma pembangunanyang selama ini terkonsentrasi pada sektorekonomi harus diubah. Orientasi tata ruangbukan hanya membuat jalan, mal danpabrik, tapi menyelamatkan lingkungan.Ekonomi memang bagian dari ekosistem,tapi biaya hilang atau rusaknya sumber dayadan dampak sosial t idak dihitung.Lingkungan adalah persoalan jangkapanjang dan berkelanjutan. Pengetahuantentang dampak kerusakan lingkunganbarangkali memang sudah ada, tapi nekatditerobos juga.

Antropocosmic sebagai Alternatif LogikaBerkaitan dengan itu, pandangan

kosmologis yang dikemukakan oleh AlfredNorth Whitehead (dalam Andra, 2009)

Page 4: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

143Volume 15 No. 2 Desember 2016

tentang visi antropocosmic (manusia sebagaibagian dari alam) sangat relevan untukmenjaga lingkungan hidup. Menurutnya, visiantropocosmic ini harus dikedepankan untukmenggeser visi antroposentrisme. Olehkarenanya, dalam antropocosmic, manusiatidak dapat bertindak semaunya terhadapalam dan tidak dapat menggunakan segalayang ada di alam dengan seenaknya untukkepentingan ekonomisnya.

Sebaiknya kita mulai untukmenghargai kearifan lokal yangmengajarkan keserasian antara habit, habi-tus, dan habitat. Alam adalah sebuah strukturpengetahuan global yang mempunyaibahasanya sendiri. Manusia adalah bagianintegral dari alam, bukan penguasa alam.Ketika manusia sebagai habitus mengambilsikap eksploitasi dan konfrontasi terhadaphabitat alamnya, maka manusia pasti kalah.Bukti kekalahan manusia ketika konfrontasiterhadap alam semakin banyak. Kini saatnyakita merenung dan menyadari betaparapuhnya sesungguhnya posisi kita dihadapan semesta.

Alam adalah rumah yang ditempatimanusia. Di atasnya, manusia membangun,mengolah dan menata seluruh kehidupannyadengan memanfaatkan segala apa yang ada.Untuk memenuhi kebutuhan dan menghunialam sebagaimana layaknya rumah, iamemanfaatkan segala sesuatu yang ada dialam. Maka dikenallah sebuah rentang waktudimana manusia memenuhi kebutuhanhidupnya dengan food gathering (memperolehmakanan dari alam) hingga berkemampuanuntuk memproduksi makanannya sendiridari alam (food producing), sampai saat ini.Pada masa food gathering, manusia (yangdisebut purba, karena belum menguasai ilmupengetahuan) mengambil begitu saja apa

yang tersedia di alam, tanpa memikir danmerencanakan sebuah jalan keluarseandainya sumber makanan itu habis.Waktu itu alam mempunyai caranya sendiriuntuk terus berubah dan berbuah sehinggakebutuhan manusia terus dapat terpenuhidarinya. Sampai kemudian manusia mampumencipta sebuah sistem yang dapat membuatmereka mengetahui cara kerja alam, danbahkan dapat memanfaatkan alam. Ilmupengetahuan mengenal fase-fase saat alammempunyai cara kerja sendiri memperbaruidirinya sendiri. Banjir besar (Great Flood)seperti disebut dalam kitab-kitab suci,pergeseran kulit bumi, meletusnya Pompeiataupun Krakatau dan kejadian lainnyamengubah seluruh sistem kehidupanmanusia.

Dibalik seluruh kejadian itu, alambekerja dengan caranya sendiri. Dan manusiamemperoleh “hasil” berupa kesuburuantanah pasca letusan sebuah gunung berapi,berubahnya iklim dan kondisi geografis yangmemunculkan sebuah kondisi sosial ekonomiyang berbeda dari sebelumnya. Pada waktuitu “bencana” disadari secara wajarsebagaimana kita membersihkan rumah atauisi perut setiap hari, sehingga semua akanmenjadi lebih nyaman.

Dalam kebudayaan masyarakattertentu pun, pembacaan tanda alam sepertiini telah dikenal sejak kecil, dan masih tersisasampai sekarang. Konsep ruwatan, larungandan juga bersih desa merupakan salah satukosakata kebudayaan menyikapi alam. Alamadalah sebuah struktur pengetahuan globalyang mempunyai bahasanya sendiri. Kitaharus memahaminya karena kita hidupbersama dan ada di dalamnya, sebagaimanaselama ini ia berbicara pada kita lewat tanda-tanda sebelumnya.Terlebih dalam peradaban

Page 5: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

144 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto

manusia (Jawa) mempunyai pandangandunia yang mengakui adanya makrokosmos(jagad raya) dan mikrokosmos (jagadmanusia). Untuk dapat memahami danmenguasai dunia besar, manusia terlebihdahulu perlu memahami dan menguasaidunia kecil. Disini terletak titik orientasi nilaiyang sangat penting peranannya. Penataandiri dari alam (batin) menjadi hal yangutama, maka segala ketertiban dan tatanansosial berpangkal pada penguasaan diri daridalam itu. Kekuatan dalam itulah yangmenjadi dasar tatanan masyarakat dan alamsemesta yang berarti kekuatan dalam dirimanusia itu sebagai faktor penjaga ekosistem.

Permasalahan tentang fenomenakerusakan lingkungan alam karena globalwarming bagi kehidupan inilah yangmembuat koreografer Nuryanto tergelitikuntuk mengangkatnya dalam karya seni tari.Karya tari ini juga dimaksudkan sebagairespon nyata terhadap premis Anya PetersonRoyce, dalam bukunya The Anthropology ofDance, yang telah menekankan nilaiketerlibatan sosial daripada nilai kepenarianindividual. Dalam konteks peristiwa ini,keduanya mengait dalam sebuahpenikmatan laku seni yang dikemas di sebuaharena pertunjukan, yang penuh dengankeakraban serta detil ekspresi yang setiap saatmampu mengundang respons penonton yangmemadati arena pentas.

Ekspresi Seni sebagai Local GeniusStudi antropologi telah menunjukkan

bahwa berbagai masyarakat dan budayaNusantara sebenarnya memiliki basis etikadan local genius yang terakumulasi sebagaikapital ekonomi, sosial dan simbolik. Etikareligius telah membangun pranata keimanansebagai manifestasi kecerdasan spiritual.

Etika seni telah menumbuhkan pranataestetika sebagai konkretisasi dari kecerdasanemosional. Etika sosial telah membangunpranata solidaritas sebagai representasikecerdasan sosial. Etika sains telahmengakselerasi pranata pengetahuan sebagaidinamisasi kecerdasan intelektual. Etikalingkungan mengembangkan pranataekologis sebagai pengejawantahankecerdasan kosmos. Sistem pemenuhankebutuhan mereka meliputi seluruh unsurkehidupan, maka mereka memilikipemahaman, program, kegiatan,pelaksanaan terkait untuk mempertahankan,memperbaiki, mengembangkan unsurkebutuhan tersebut, dengan memperhatikanekosistem (flora, fauna dan mineral) sertasumber daya manusia yang terdapat pada dirimereka sendiri.

Sebagai bangsa yang plural dalamekspresi seni budaya, seni sebagai karyakreatif dalam bentuk dan cita rasa estetis telahmenjadi bagian dari hidup masyarakat Indo-nesia. Keberadaan seni berkembang dariaktivitas kognitif yang murni dengan cara-cara yang dipakai manusia. Oleh karena itukeberadaannya telah berakar kuat dalamsebuah kerangka kerja tentang kehidupankolektif. Seni merupakan sebuah bentukkomunitas umum yang intens, sehinggamenambah kekuatan komunikasinya danbahkan memperluas maknanya. Itulah sebabmengapa di setiap kesatuan masyarakattumbuh dan berkembang berbagai kesenian.

Kegiatan seni, di samping warisanbudaya, meliputi improvisasi yang diciptakansecara spontan serta produksi baru yanglambat laun menjadi terstruktur sehinggaakan dengan mudah diulang dan diwariskankepada orang lain. Kegiatan seni berimplikasiaktivitas dan partisipasi di satu pihak, dan

Page 6: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

145Volume 15 No. 2 Desember 2016

partisipasi aktif sebagai pemirsa, penontondan pendengar di pihak lain. Keduanyamemberikan pengayaan kepada pesertanya.Kegiatan seni menjadi alat penting yang dapatmembantu kita menolong sesama manusiauntuk meraih pengalaman dan kompetensisosial dan emosionalnya – suatu kompetensiyang sering terabaikan. Yang membuatkegiatan seni begitu menarik adalahmultiplisitas yang direpresentasikan olehnya.Kegiatan seni dapat berfungsi sebagai mediayang baik untuk menyebarluaskan informasifaktual. Yang lebih penting lagi adalah bahwakegiatan seni dapat memberikan pengalamanemosional sehingga informasi faktual dapatmenjadi lebih bermakna. Buku-buku danpamflet profesional biasanya akanmemberikan informasi praktis dan teknis,sedangkan kegiatan seni, jika dilakukandengan baik, dapat menyampaikanpengalaman sosial serta emosional yangberkaitan dengan informasi yang diberikan.

Hal ini terbukti benar adanya dalamkaitannya dengan kelompok minoritasmanapun, yang tersisihkan karena perbedaanbudaya, status sosial, jenis kelamin, warnakulit, usia, kecacatan atau kondisi-kondisimarginal lainnya. Lebih baik daripadapenyampaian informasi faktual saja, kegiatanseni dapat membantu mengembangkanpemahaman yang nyata, kesadaran danempati, yang akan mengarah padaperubahan sikap. Seni “bercerita” kepadakita melalui saluran verbal dan nonverbal.Karena sensitifitasnya dan karena caranyamemberi bentuk kepada pengalaman, senidapat menggetarkan dawai-dawai di dalamjiwa kita dan menjangkau serta mengaktifkanbagian-bagian dari pengalaman kita sendiriyang tidak dapat dijangkau dan diaktifkanoleh informasi biasa.

Drubiksa Darubeksi sebagai Karya TariKarya tari “Drubiksa Darubeksi”

dengan koreografer Nuryanto, dipentaskandi Teater Besar ISI Surakarta pada tanggal 14februari 2007. Kata “drubiksa” sendiri berartikejahatan, sementara “darubeksi” bermaknaracun. Karya ini menjadi refleksi dua sisi matauang yang sama atas fenomena kerusakanalam yang menyebabkan pemanasan globalkarena kejahatan yang dilakukan manusiasendiri terhadap lingkungannya, dan olehkarenanya menjadi kontekstual denganfakta mutakhir yang terjadi saat ini di sekitarkita.

Kompetensi karya ini adalah dance the-ater, dan bukan semata choreography. Tidakada pelatihan khusus dari koreografer,melainkan lebih untuk menemukan parapenarinya. Ketimbang menciptakan suatutarian untuk mereka, koreografer memberiruang agar mereka menarikan tarian merekasendiri. Suatu pendekatan yang secara luasdipengaruhi lebih oleh kepedulian sosial danbudaya.

Koreografer membagi panggungnyadengan penari-penarinya dan membangundialog dengan mereka untuk melakukaneksplorasi teknik dan kreativitas. Tubuhpenari menjadi medium yang bergantianmengolah “konsep umum” seperti fenomenaterkini global warming sampai dengan logikatradisional dalam tari khususnya yangselama ini telah berhubungan langsungmaupun simbolik dengan kondisi alam disekitar kita. Menariknya gagasan ini,koreografer dapat berlaku sebagai antropologterhadap tubuh. Koreografer inginmenangkap titik-tit ik kealamiahangerak, yang lahir dari kepribadian masing-masing penari. Sebuah gerak yang bukanmerupakan stilisasi. Melainkan sebuah

Page 7: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

146 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto

pencarian batas atas pertemuan-pertemuanbudaya, dan lebih jauh mencoba melakukanevaluasi atas dinamika sosial yang terjadi.a. Metode

Metode proses karya ini dilakukanmelalui eksplorasi dan improvisasikoreografer dalam melakukan upaya untukmemahami makna tubuh dan gerak.Kecenderungan lain yang mewarnai karya-karyanya adalah kuatnya keinginan untuk membebaskan tubuh dari fungsi dan estetikakonvensional. Artinya bagaimana seorangpenari melakukan improvisasi dan menyerapenergi yang ada di sekelilingnya, lalumenyalurkannya kepada penonton. Artinyainspirasi teknis pendekatan karya ini tidaklahditemukan dalam bentuk atau gaya tarinya,melainkan dalam pendekatan kreatif dansikap artistiknya. Pengalaman artistiknyamendorong koreografer untuk memahamidan mengartikan kondisi personal berupakemampuan dan keyakian tubuh dalambergerak, yang barangkali masih sajamenghantui penari dalam pilihan geraknya.Artinya kepekaan ruang, rasa dankemampuan respon menjadi penting.

Tema hidup keseharian seperti suasanakebersamaan dengan kondisi alam,kesibukan orang bersentuhan dengan alamsampai dengan respon diri kita terhadapbanyaknya unsur plastik di dalam hampirsetiap tubuh kita coba dicuplik menjadijembatan penyambung ide antara cerita sertarangsang dan respon gerak yang hendakdilakukan. Sebuah karya bisa jadi tidak perluberanjak dari ide atau pun tema-tema besarseperti mitologi, wiracarita ataupun babad,akan tetapi tema-tema mendasar,“sederhana” ataupun yang kerap dijumpaidan dialami dalam keseharian, bisa menjadisumber ide yang hebat. Sekali lagi,

kemampuan kepekaan, olah rasa, respon rasadan pemahaman logika fenomena, menjadisyarat penting bagi koreografer dalammengambil tema awal dalam karyanya.

b. GagasanDari latar belakang tersebut diatas,

koreografer mencoba untuk menangkapperistiwa-peristiwa yang sekiranya dapatdituangkan kedalam bentuk garapan tariyang dikemas kedalam bentuk pentunjukanenviromental yang diwarnai juga denganunsur teatrikal. Peristiwa tersebut nantinyasebagai motivasi didalam pengembanganimajinasi maupun tafsir untuk memperkayakeutuhan alur garapan tari. Sehingga dalamgarapan ini tidak menampilkan keseluruhandan secara urut dari penistiwa-peristiwadiatas.

Bentuk garapan ini merupakan ujuddan rasa keprihatinan koreografer terhadapsituasi dan kondisi alam dan lingkungan yangsemakin amburadul dan hancur yang akanmemberi efek dalam segala hal dan dirasakanlangsung oleh manusia sebagai penghuniplanet bumi. Juga ajakan, himbauan danpenyadaran kepada manusia sebagai mahlukTuhan, individu dan mahluk sosial untukmengambil sikap akan kerusakan alamakibat bencana yang sedikit banyak jugadiakibatkan oleh ulah manusia itu sendini.

Dalam pepatah Jawa disebutkanbahwa “wong urip iki mung mampir ngombe”.Hal ini mengandung makna berupa ajakandan sangat memperhatikan kehidupangenenasinya sehingga hidup didunia ini harusbenbuat baik terhadap sesama maupunterhadap lingkungan. Hidup sekali harusmempunyai arti yang sangat dalam, artinyakita semua harus menghargai waktu yangsangat singkat ini, hidup akan tersia-siakan

Page 8: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

147Volume 15 No. 2 Desember 2016

dan ada manfaatnya bagi seluruh kehidupan,saling menghargai dan saling pengertian.

Gagasan diatas diekpresikan oleh tigapenari putri dan lima penari putra, denganpembagian casting yang disesuaikan dengankemampuan, porsi dan karakter yang akandiperankan. Tuntutan kepenanian dalamujud ekspresi gerak sangat diharapkan dapatmengungkapkan sesuatu yang akandisampaikan. Begitu juga kemampuankeaktoran, artinya disamping ekspresi lewatgerak tubuh diharapkan penari bisa danmampu mengekpresikan lewat action baiktingkah laku, mimik wajah juga dialog-dia-log yang dibutuhkan dalam garapan ini.Melalui visual setting, properti maupunlawan main didalam panggung, pemaindituntut untuk bisa merespon sehinggamuncul sebuah ekspresi yang kuat danmembawa aura atau kekuatan tertentu sesuaidengan apa yang akan disampaikan.

Ide garapan disajikan didalam gedungpertunjukan (indoor) dengan mencobamengembangkan bentuk panggungprosenium. Penempatan setting dengan leveltinggi dan memanjang dari belakang ketengah panggung. Penempatan stagersetinggi butten lampu akan merubahpanggung menjadi terbuka sehingga wingkanan kiri panggung dihilangkan.Pertunjukan tidak terbatas di area stagenamun berkembang dimana denganpanggung terbuka lebar segala aktivitasdibelakang panggung disadari akan menjadibagian dan pertunjukan juga. Disamping itudiletakkan jembatan bambu yang melintasdan balkon menyambung ke panggung, danmengeluarkan kursi penonton, menempatkansetting bambu diantara penonton.Diharapkan penonton dapat merasakan(terlibat langsung) dan merupakan bagian

dan pertunjukan itu sendiri (pertunjukanenviromental). Garapan juga diperkuatdengan kehadiran media LCD yang akanmentransfer gambar sepanjang pertunjukandi screen transparan yang ada di ataspanggung. Artinya bahwa secarakeseluruhan pertunjukan ini akan menjadimulti dimensional dengan memadukanberbagai unsur garap; lighting, setting,properti, serta audio visual dan teater yangdikemas dalam sebuah alur garapan secarautuh.

c. Ide Garap ArtistikSetting dan properti panggung yang

ditampilkan, sebagai hasil dan sebuahpenafsiran gagasan koreografer yangmengerucut pada efek adanya peristiwapemanasan global (global warming) berupabenda-benda yang terpilih dengan berbagaidimensi bentuk (elemen visual). Pilihan bendasebagai set panggung yang terpilih disusundiatas panggung sebagai setting untukmembantu/ memperkuat ekpresi koreografiyang dihadirkan dalam setiap adegan. Tataartistik hadir dengan konsep “situasi alamdan lingkungan gersang”.

Berikut deskripsi singkat artistikberupa:· Bahan : bambu, kayu dan kain· Penggarapan : Bentuk visual alami.· Kain bidang-bidang frontal· Bambu membentuk garis-ganis vertikal.

Panggung terbagi menjadi 3 spaceutama, yaitu:1. Lorong datar tinggi, sebuah gambaran

keadaan lingkungan alan perbukitan,jalan setapak dengan tumbuhan gersangdi beberapa bagian. Melintas dan luaspanggung menuju ke tengah panggung.

Page 9: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

148 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto

2. Lorong curam, gambaran jalan setapakmenukik terjal yang berupa jembatanbambu dan stager yang ditambah garis-garis dan bambu dan daun kelapa,menjulang tinggi untuk aktivitasmemanjat dan menurun (sebuah tafsirbentuk pohon kelapa).

3. Tempat datar, yang terletak pada bagiandepan panggung. Komposisi bentuk-bentuk elemen visual tersebut ditata tidakterstruktur dengan rapi, hal inidimaksudkan untuk memberikan kesandinamis pada keseluruhan ruang.Kedinamisan diwujudkan dalam lorongyang menukik terjal dipadu dengangaris-garis bambu membumbung,bidang kain zig-zag dan garis-garisbambu lain yang cenderung diagonal.

Dengan bentuk elemen visual yangberagam dan penataan yang tidak terstrukturmaka pola-pola komposisi penataan ruangyang dihadirkan diusahakan nampak discord.Keragaman bentuk elemental dan tidakterstruktur merupakan permasalahan untukmenyatukannya. Namun denganpertimbangan alur garis bambu, bidang kaintekstur, warna dan ukuran yang adadiusahakan untuk mencapai kesatuanpenataan ruang sesuai dengan tema, yaitukesan gersang, tandus dan miskin.

Karya ini juga mencoba mencarikemungkinan bunyi dengan menggunakanefek. Sumber suara dan rebab dan biola, yangdihubungkan dengan alat efek suaramenghasilkan bunyi yang baru. Menggema,berulang-ulang, mengecho dan bunyifrekwensi gelombang radio yang bertabrakan(ting cruit). Iringan musik dengan taribenjalan sendiri-sendiri, namun masih dalamframe suasana yang sama. Musik sebagai

pendukung, mencoba mencari ruang kapanharus masuk mengiringi sejajar denganadegan tari, kapan sebagai bentuk ilustrasidan kapan membeni aksentuasi suasana yangmerupakan hasil penafsiran dan ide yangdilontarkan oleh koneografer. Koreografermengaggapa bahwa musik sebagai iringandiharapkan mampu memperkuat tampilanadegan tari sehingga dalam memainkaninstrumen akan lebih terasa bila secaraemosional selalu mengikuti emosi adeganyang dibangun oleh para penarinya.

d. Proses PenggarapanApa yang menjadi latar belakang

karya, tentang issu fenomena alam yangterjadi saat mi yaitu global warming(pemanasan global). Koreografermemberikan frame garapan dalam bentuksketsa adegan. Frame garapan sebagai hasilperenungan, penafsiran, dan imajinasi danperistiwa-peristiwa sekitar global warmingyang dipilih. Peristiwa yang terkait denganmasalah global warming yang berdampakpada kerusakan lingkungan (alam, manusia,flora dan fauna).

Sebagai acuan proses awal koreografermembuat plot diskripsi garapan sebagaiberikut:- Seorang penari putri berjalan pelan

melintas diatas level panjang ke tengahpanggung langsung menuju kejembatan bambu yang melintas didepanpenonton menuju ke balkon danmenghilang.

- Dilanjutkan ke tari bedayan oleh duapenari putri, di area depan layar putihdengan slide gambar bola dunia. Konsepbedhayan dipilih dalam kerangkakontemplasi dan capaian aspek kualitaskehidupan manusia Jawa, yang

Page 10: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

149Volume 15 No. 2 Desember 2016

tercermin dalam kualitas geraknya.Untuk mempertajam efek kerusakanalam dan lingkungannya, koreografermengawali pertunjukan dengan adeganyang memberi nuansa kesuburan dankedamaian alam dan isinya.

- Duet penari putra rengeng-rengengmuncul diatas level dengan gerak-gerakmengalir, saling mengisi, disusul duapenari putra turun melalui setting stager.

- Nyeret (kenikmatan merokok denganpipa panjang) empat penari putra dudukdi panggung di bagian kanan depan.

- Penari putri turun melewati tanggabambu dengan menembang, diikutipenari bedayan in stage.

- Tarian jerigen dan drum.- Tarian selang (keseimbangan)- Tarian limbah-ending.

Konsep garap gerak dalam garapanini, koreogarfer memberikan gambarandalam proses pecarian gerak akan berangkatdari beberapa acuan, di antaranya adalah:· vokabuler gerak tari tradisi, baik tari

tradisi Jawa maupun tradisi di luar Jawa( Bali, Kalimantan).

· gerak-gerak keseharian yang memotretdari peristiwa-peristiwa/kejadian dalamkehidupan masyarakat sehari-hari.

· gerak-gerak yang muncul dari respontubuh penari terhadap property, setting,maupun desain busana yang dikenakan.

Koreografer akan memberikankebebasan penuh kepada para penari untukbergerak, bermain-main dengan property danbentuk disain busana yang dikenakan. Dalamhal ini, diharapkan akan memunculkanbentuk, karakter gerak, dan vokabuler gerakbaru yang beragam dari kemampuan

individu dalam merespon property yangdigunakan. Bagaimana ketika merespondrum, selang, jerigen, nyeret (merokok),busana dan atau setting yang ada. Dari sininantinya koreografer akan memilih danmenata (proses seleksi) sehingga menjadisebuah alur yang berkesinambungan secarautuh.

Berikutnya dalam tahap eksplorasi,koreografer mencoba mengelompokkanpenari sesuai dengan kemampuan dankarakter yang dimiliki.> Ibu Rusini dan Ibu Ninik akan

mengeksplorasi/mengolah, memilih, danmenampilkan vokabuler gerak yangberangkat dan vokabuler dan rasa geraktari tradisi Jawa (bedhoyo).

> Wasi Bantolo, Eko Supendi, AgusMbendol dan Arif proses pencarianadegan nyeret, dengan bergerombolmelakukan peristiwa sekelompok orangyang sedang menikmati rokok denganpipa panjang (nyeret). Dari kesiapanalat-alat nyeret, mengisi tembakau kedalam pipa dan menyulutnya denganmenggunakan lampu tintir. Mencobamerasakan suasana santai, ngobrol yangtanpa sadar menuju ke ekstasi. Denganrokok ditangan mencoba bergerakmengalir, berbaring, duduk jegang,tengkurap, miring, dan kadangbergulung.

> Neneng eksplorasi gerak keseharian,dengan improvisasi (berjalan, duduk,jongkok dan lain-lain) yang dimotivasidari memori dan atau pengalamanpenari melihat, merasakan suasana or-ang yang sedang bekerja. Pada saattertentu, mencoba melakukan gerak-gerak yang dibarengi dengan suara/vokal tembang oleh penari sendiri.

Page 11: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

150 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto

Pada ekplorasi ini, koreografer lebihmenekankan pada pencarian vokabulergerak sebagai wadah ungkapan tari berupagerak yang diacu/berangkat dan gerak-gerakkeseharian. Gerak keseharian tersebutdistilisasi dan dikembangkan denganmemperhatikan pada unsur-unsur gerak.Pada proses selanjutnya, Agus dan Arif,melakukan ekplorasi dengan 4 buah drumdiatas panggung. Mencoba bermain-maindengan drum. Drum digelundungkan,diangkat, dibanting, dan kadang mencobanaik, mencoba keseimbangan; dan semakinbanyak ragam gerak yang muncul, Gerak-gerak natural yang muncul pada saat penarimerespon drum merupakan bahan (menjadivokabuler gerak) yang nantinya akan ditatadalam adegan tertentu.

Asisten koreografer memberikanmateri dialog kepada Arif dan Mbendol,dilanjutkan latihan vokal yang didampingiasisten koreografer. Diawali danmenyuarakan secara keras pada setiap sukukata dan naskah dialog. Arif dan Mbendolmerasa tidak terbiasa dengan model dialogyang menggunakan bahasa Jawa, sehinggaintonasi, penekanan dan pemenggalan katadalam dialog kurang terkuasai dan kadangtidak pas. Diawali dan duduk kemudianberkembang dengan gerakan tubuh yangdiharapkan mampu memperkuat ekpresiyang diinginkan dan dialog tersebut. Bagianini mencoba menggali kekuatan teatrikalyang dimiliki oleh Arif (teater Jejak) danMbendol (yang pernah menjadi anggautaTeater Ruang).

Sementara itu Neneng, ekplorasiadegan diatas drum. Pada awalnya, penaridiberi kebebasan untuk mengenal,merasakan ketinggian dengan naik diatasdrum berdiri diletakkan diatas level dengan

ketinggian sekitar 2,5 meter. Ketika sudahmuncul keberanian, mencoba untuk bergerakbebas (menurut kata hati) dengan pola gerakberdiri (level tinggi). Koreografer mencobamemberikan intruksi dan gerak bebas cobatranformasi pada bentuk-bentuk vokabulergerak tari tradisi Jawa yang mengalir. Penarimelakukan ekplorasi bentuk leyekan, polamemutar, lenggut, sekar suwun dan geraksindetan.

Dari pola-pola gerak diatas,koreografer mencoba mengembangkan,menstilisasi dengan cara tekhnik gerak yangterkonsentrasi pada satu segmen badan.Ketika gerak leyek dilakukan, konsentrasipada gerak badan, tidak diikuti oleh anggotabadan yang lain. Seperti tangan kanan kiridibiarkan terjuntai kebawah tanpa adatekanan (rileks). Koordinasi gerak dipatahkandengan hanya menggerakkan satu segmen(anggota tubuh), sedang yang lain diam.Rangkaian gerak sindet yang biasanyadilakukan dengan kedua tangan, mencobadengan satu tangan bergantian, bila tangankanan yang bergerak, tangan kiri diam dansebaliknya. Selain itu mencoba pola badanyang biasanya frontal, dikembangkanmenjadi tiga dimensional (ada unsur gerakyang mengarah kedepan atau kebelakang/ada kedalaman). Sebagai stimulasi sekaligusiringan, saat melakukan gerak dibarengidengan tembang yang dilakukan sendiri olehpenari. Diharapkan totalitas kepenarian akanmemunculkan kekuatan ekpresi yang akandihadirkan.

Pada proses eksplorasi lainnya,Neneng menari diatas drum, sebagaiungkapan keprihatinan akan situasilingkungan yang semakin lama makin rusakdan amburadul. Dari vokabuler yang telahdidapat, mencoba begerak diatas drum. Ada

Page 12: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

151Volume 15 No. 2 Desember 2016

beberapa perubahan gerak yang secarateknis disesuaikan dan terkait dengankeseimbangan badan terutama pada bentuk-bentuk leyekan dan teknik memutar yangharus dilakukan secara hati-hati. Disinikoreografer mencoba pengembangan gerakyang terkonsentrasi pada satu segmen tubuhtertentu (badan, tangan, kepala, badan dankaki), penari diberi pengarahan dan untukmencoba gerak yang terfokus ataukonsentrasi pada satu segmen tubuh saja dandilakukan secara maksimal.

Menstilir gerak-gerak yang berangkatdari vokabuler tari Kalimantan, secara tekhnisAgus dan Arif yang punya latar belakangteater yang kuat dirasa belum enak. Jalandengan badan membungkuk, lebihmemberikan motivasi bentuk dan imageburung juga teknik loncatan kaki. Teknikjalan jinjit dengan bolak balik, lebihdimotivasi gerak jalan keseharian. Dalammelakukan teknik loncat dodok, bambusangat mengganggu sehingga mencobauntuk mengeksplorasi bambu dengandipegang sehingga saat meloncat tidakmengganjal pantat, sekaligus memainkanbambu supaya menimbulkan bunyi. Sesekalimemanfaatkan kemampuan vokal penaridengan improvisasi teriakan-teriakansekaligus menjadi ater ketika gerak harusdilakukan bersama. Untuk lebihmemperkaya pola garap ruang, koreografermenambah penari lain (Masda) untuk masukke adegan ini.

Wasi dan Pebo, menambah dialogkeseharian diatas level (bancik) yang sesekalidiselingi dengan vokal tembang jawa olehWasi yang dilanjutkan dengan intensitasgerak bersama dengan pola mengalir(mbanyu mili). Diharapkan ada respon dandialog gerak yang muncul sehingga ada rasa

kebersamaan yang terbangun. Ekplorasidrum oleh penari putra. Dalam adegan inidiharapkan penari membangun dialog(respon) baik antar penari maupun terhadapdrum sebagai properti sekaligus settingpanggung. Bentuk ekpresi gerak yangmuncul dibangun oleh penari saatmemainkan drum. Berbagai kemungkinanmempermainkan drum dicoba, diangkat,digelundungkan, dibanting, dinaiki dansebagainya. Dari aktivitas itu, muncul gerakgerak tubuh dan rasa teatrikal yang kuat jugasuara drum sebagai musik. Terinspirasi darikesibukan kerja para pedagang minyak.

Pada eksplorasi selanjutnya, kostummetal (kesan logam) penuh dengan selang/pralon yang terjuntai di sekujur tubuhnyamemberi kesan visual yang aneh seperti mon-ster, ekplorasi gerak termotivasi dari bentukkostum. Gerak lebih konsentrasi/terfokuspada bagaimana tekhnik menghidupkankostum dengan bentuk selang yang terjuntaisehingga membuat garis-garis yang kuat.Demikian juga dengan penari yang memakaikostum dan plastik bekas gelas dan botolaqua. Untuk menghidupkan kostum, geraklebih banyak pada motif vokabuler gerak taritradisi Bali khususnya yang berkaraktergagahan seperti Baris, bentuk gerakanRangda. Gerak yang putus-putus sangatmenguntungkan dan memberikan efek yangkuat pada kostum.

Untuk membedakan karakter,manusia plastik banyak menggunakan mo-tif gerak yang dilakukan dengan berdiri,sedang manusia selang/metal lebih banyakmenggunakan gerak-gerak dengan levelrendah dengan merangkak. Sebagai penguatekpresi, penari memunculkan vokal dengansuara yang keras dan besar. Satu penaribersenandung kesedihan diatas drum

Page 13: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

152 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto

kemudian mencabut selang dari dalam drumdan menggigitnya disusul oleh penari putrayang turun dan tangga bambu denganekpresi tergesa-gesa. Ekploitasi alam untukmendapatkan sumber kekayaan alam berupabahan bakar minyak dilakukan besar-besaran, namun disisi lain yang terjadidimasyarakat sering terjadi kelangkaanBBM, yang akhirnya justru mencekikkalangan masyarakat bawah 4 penaridengan menggigit selang berjalan menitibentuk antrian drigen, mengekpresikanketidak seimbangan alam akibat ulahmanusia. Kemudian selang lama kelamaanmelilit dan mencekik penari. Adegan ini lebihmementingkan ekpresi keterpurukan, gerak-gerak improvisasi (tidak dapat dipatok) lebihterpacu oleh respon penari dengan propertiselang.

Pada proses lanjutannya terdapatbeberapa perubahan plot garap seperti:1. Panggung gelap, keluar Neneng dengan

membawa lampu tintir.2. Screen tampil gambar bola dunia, bedaya

di depan screen mulai moving.3. Masuk kerakyatan dengan suasana

pedesaan, tari pola gerak-gerakkeseharian orang berladang (ngarit,nderes, menggendong keranjang,membawa pikulan dan lain-lain)

4. Beksan nderes (Agus dan Arif) di settingstager.

5. Tarian drum, diawali oleh masuknyaMasda dengan mengangkat drum dibancik.

6. Adegan Neneng masuk dan jembatanbambu menuju ke bancik, menari di atasdrum. Sesaat kemudian penari bedayamasuk panggung.

7. Masuk 3 penari putra dan jembatanbambu turun menuju ke selang diatas

bancik — tarian keseimbangan diatasdrigen diakhiri para penari terlilit olehselang.

8. Manusia plastik keluar — ending

Sempat diatas drum mencobaekplorasi efek rambut, pada saat tertentumencoba konsentrasi pada pola gerak tubuhyang membawa efek pada kibasan rambut.Rambut memberi penguatan ekspresi gerakyang ditampilkan oleh penari dan menambahkekayaan vokabuler garap gerak. Bedayanbaru masuk. Dalam hal ini mencobamemberikan motivasi dalam pencarianeksplorasi gerak pada bagian pertarnadengan image/gambaran figur seorang ibu(dalam hal ini imaginer dan Ibu Pertiwi, Ibubumi) dengan karakter tenang. Kostummenggunakan dodot ageng motif alas-alasandengan warna dominan hijau. Disamping itu,memberi gambaran motif iringan sebagaiilustrasi pada bagian ini, ada lagu Hongariayang tampil sangat dominan.

Sebagai pancatan, melakukanbeberapa rangkaian gerak dan vokabuler taritradisi jawa putri. Di antaranya adalahkapang-kapang, bentuk-bentuk gerakpanahan, lembehan separo, ngalap sari sampirsampur, lelebotan, sindetan ukel kamo dansrisikan. Dan gerak diatas koreografermencoba mengembangkannya dengan fokuspada pengembangan volume gerak lengan,leyekan, dan tolehan yang diperbesar. Hal inidilakukan kecuali untuk keperluan ekspresi,secara tekhnis diharapkan akan memperkuattampilan penari bedoyo yang hanyadilakukan oleh dua orang. Mengingat akanpenataan setting panggung yang secara vi-sual begitu besar, banyak dan kuat.Sementara itu adegan dramatik Eko Supendi,Wasi Bantolo di atas level, suasana santai

Page 14: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

153Volume 15 No. 2 Desember 2016

yang diinginkan koreografer dengan caramencoba dialog lebih dikembangkan lagidengan melibatkan pemain musik. Dialogyang ditampilkan tidak perlu ada sesuatupesan yang disampaikan kepada penontonsehingga dialog sifatnya spontanitas dengantermotivasi oleh kejadian yang muncul ketikaada di panggung. Adegan ini inginmenampilkan orang sedang santai, dan tidakmenyampaikan kejelasan isi dialog kepadaaudiens.

Tembang diawali oleh Eko Supendi,dengan modal kemampuan tembang Jawayang tidak bagus mungkin akan bisamemancing suasana kendo (sedikit gecul).Musik, menambah unsur bunyi untukmemperkuat adegan di atas dengan suara-suara ketika orang sedang beraktifitas kerjaantara lain suara menggergaji, penancapkanpaku dengan hammer (pukul), benturan-benturan suara bambu, dan suara seng yangdipukul. Koreografer mencoba menyambungadegan bedayan ke adegan Wasi dan Eko diatas level dengan tempo yang sama pelannyamenjadi tumbuk dan adegan terasa sangatpanjang. Untuk mensisati hal tersebut,memberikan alternatif mengkontraskannyadengan adegan bedayan. Bedayan tetapdengan intensitas yang mengalir dankontemplatif, sementara di atas level (bancik)memunculkan motif-motif gerak kerakyatanyang ritmis dengan motivasi rasakebersamaan dan gotong-royong.

Koreografer mencoba memasukkanatau menambah adegan yang berangkat danperistiwa, semangat dan suasana masyarakatdesa ketika akan menjalankan aktivitas kerjamenggarap tanah pertanian. Dilakukan oleh5 orang penari putra yang masing-masingmembawa alat-alat yang sering digunakanoleh masyarakat desa dalam bekerja

mengolah pertanian, seperti keranjang,pikulan, bambu untuk nderes pohon kelapa.

Adegan ini diharapkan bisamemunculkan rasa kemesraan dankebersamaan. Ekplorasi gerak berangkat dangerak-gerak keseharian dan tradisi tarirakyat, dilakukan dengan suasana santai danvokal bersama—ini ono ini — yang semakinmeningkat pada suasana bercanda(gegojekan). Ini ono ini menurut koreografermerupakan bentuk tembang yang dilakukanoleh masyarakat desa ketika bergotong-royong sekaligus merupakan musik iringan.Penari kerakyatan berbaur menjadi satudengan penari bedayan, pengembangan polalantai yang sifatnya spontan dengan motivasimenciptakan jalinan/hubungan yang sangatmesra dan saling mengisi dengan polamenyebar mendekat namun secara teknismasih ada interaksi antar penari. Gerak-gerakyang dimunculkan masih pada intensitasmasing masing baik bedayan maupunkerakyatan. Bagian ini mengekspresikansuasana kedamaian dan kemesraan ibu bumi(bedayan) dengan manusia (masyarakat)penghuninya.

e. Format PertunjukanPada karya ini, penonton akan diajak

masuk terlibat dalam garapan karya sehinggaefek positif tema yang diangkat diharapkandapat menjadi tepat guna dan tepat sasaran.Sebelum penonton memasuki gedungpertunjukan, penonton akan dibawa padasuasana kedamaian alam desa. Di ruang tran-sit (loby Teater Besar) permukaan lantaidisebari daun jati yang diharapkanmenimbulkan efek lingkungan desa padaumunmya, kecuali itu dipasang sound yangakan memperdengarkan suara-suaralingkungan (soundscape) alam desa. Ketika

Page 15: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

154 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Pembelajaran Tari Solah Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata Di Kecamatan Selo Boyolali Dwi Rahmani

penonton masuk gedung pertunjukan,suara soundscape masih terdengar danmenyambung pada adegan awalpertunjukan.

Mengenai kemungkinan pengem-bangan ruang pentas. Sejak awal koreografersudah memberikan kebebasan dankemungkinan improvisasi pada para penarikalau ada hal-hal yang secara emosionalkeluar (ekpresi dari dalam) pada saatmengungkapkan ekspresinya di ataspanggung. Ini terjadi pada saat adeganekspresi kemarahan figur penari limbah,menjelang ending, Tanpa disadari, jerigenberjatuhan dan penari turun dari panggungsampai di depan penonton (di depanpanggung). Jerigen yang dilempar membuatgaris lintasan dan bunyi ditangkap olehkoreografer sebagai pengembangan ruangdan dapat memperkuat ekspresi.

Karya Seni sebagai Refleksi SimbolikSeni sebagai karya kreatif dalam

bentuk dan cita rasa estetis merupakan bagiandari hidup masyarakat. Keberadaan seniberkembang dari aktivitas kognitif yangmurni dengan cara-cara yang dipakaimanusia. Sajak bermula dari ucapan, dialog.Tari berawal dari gerakan atau gesture. Olehkarena itu, keberadaannya telah berakar kuatdalam sebuah kerangka kerja tentangkehidupan kolektif. Seni merupakan sebuahbentuk komunitas umum yang intens,sehingga menambah kekuatankomunikasinya dan bahkan memperluasmaknanya. Itulah sebab mengapa di setiapkesatuan masyarakat tumbuh danberkembang berbagai kesenian.

“Drubiksa Darubeksi” karyaNuryanto. mencoba merespon fenomena glo-bal warming yang terjadi di sekitar kita

sekarang ini dan memiliki penyikapan yangjelas dalam bidang pertanian, konservasi alamdan lingkungan hidup. Selain dengan tegasterlihat pada geraknya, hal ini juga munculdalam lirik lagu yang digunakan, propertiiringan musik dan konteks awalpementasannya. Hal ini menjadi refleksiseniman yang berangkat dari kebijaksanaanlokal berupa pengetahuan diri, menggalimakna dan hubungan secara lebih luas,memiliki perspektif luas, mengambilperspektif dalam pertimbangannya,mempunyai pandangan akurat mengenaikelebihan dan kekurangan dirinya (termasukbatas-batas apa yang dapat dilakukan), sertamelihat dengan hati terhadap persoalan-persoalan penting (Leary, 2005).

Ditinjau dari ilmu sosial, tarimenghubungkan antara kesadaran kolektif,struktur sosial, individu, fungsi tari dalamstruktur itu. Secara tekstual, tari dapatdipahami dari bentuk dan teknik yangberkaitan dengan komposisinya (analisisbentuk atau penataan koreografi) atau teknikpenarinya (analisis cara melakukan atauketrampilan). Sementara secara konsep yangberhubungan dengan sosiologi ataupunantropologi, tari adalah bagian integral daridinamika sosio-kultural masyarakat.Keduanya diberlangsungkan melalui simbol-simbol yang ada dalam tariannya.

Sistem simbol adalah sesuatu yangdiciptakan oleh manusia dan secarakonvensional digunakan bersama, teraturdan benar-benar dipelajari sehingga memberipengertian hakekat “manusia”, yaitu suatukerangka yang penuh arti untukmengorientasikan dirinya kepada yang lain,kepada lingkungannya dan pada dirinyasendiri, sekaligus sebagai produk danketergantungannya dalam interaksi sosial

Page 16: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

155Volume 15 No. 2 Desember 2016

(Sumandiyo Hadi, 2005). Jadi tari dipandangsebagai sistem simbol yang merupakanrepresentasi mental dari subyek dan wahanakonsepsi manusia tentang suatu pesan untukdiresapkan. Tari sebagai sistem simbol dapatpula dipahami sebagai sistem penandaan.Artinya kehadiran tari tidak lepas dari aspekgeraknya, iringan, tempat, pola lantai, waktu,tata pakaian, rias dan properti. Sistempenandaan ini mengandung makna harfiahdan langsung ditunjukkan menurut konvensiyang dibentuk bersama oleh masyarakat ataubudaya dimana simbol atau tanda itu berlaku.

Merunut pemikiran Shin Nakagawa(2000), eksistensi kesenian sendiri sebenarnyamemang dapat dilihat dari kedudukannyasebagai teks dan konteks di dalammasyarakat. Seni bukan hanya sebagaisebuah ekspresi gerak, iringan, kostum,properti dan elemen-elemen artistik lainnya(teks) yang menghibur atau sebagai tontonan.Kesenian adalah ruang pembacaan yanglebih kritis tentang identitas, tradisi,modernitas dan sejarah kesenian itu sendiri(konteks), termasuk dalam kedudukan danfungsinya dalam kehidupan masyarakatsetempat.

Meski demikian patut dipahamibahwa pandangan sistem simbol menunjukpada konsep, bukan pada bendanya. Tarimerupakan simbol presentasional yangmenunjuk pada makna tersembunyi yangmemerlukan interpretasi, yaitu mengungkapmakna yang tersembunyi di balik maknayang langsung tampak, ataumengungkapkan tingkat makna yangdiandaikan di dalam makna harfiah (Langer,1983). Selain fungsi integratif bagimasyarakatnya, “Drubiksa Darubeksi” justrumenampakkan konsep pertunjukannyasebagai mediator, tanpa jatuh pada

penampakan yang vulgar, dan olehkarenanya banal. Konsep konservasi alamdan lingkungan hidup mengalir denganlancar dan nyaman tergabung dalamekspresi sajiannya. Oleh karenanya, iamampu menarik banyak penonton. Pada titikinilah “Drubiksa Darubeksi” bisa menjadimedia efektif untuk penyebarluasan nilaikesadaran konservasi alam dan lingkungan.

Akan tetapi dengan sistem simbolyang berlapis dalam elemen artistik, konteksdan perwujudannya, menjadikanpemahaman mengenai nilai yang ada dibaliknya diterima searah dan tidakseluruhnya tersampaikan kepada masyarakatyang mempunyai bekal pemahamanberagam. “Kegagalan” semacam ini pulayang menjadi alasan tudingan kepada tayubsebagai satu kesenian yang patologis.“Drubiksa Darubeksi” justru menampilkansuatu kesederhanaan bentuk dan cara ucapyang mampu menunjukkan bernasnya nilai-nilai yang ada di baliknya. Konsep konservasimenjadi terbahasakan dan oleh karenanyatersampaikan kepada masyarakat.

PENUTUPPengaruh seni terhadap hidup

manusia memberi pertanda pada kita tentangadanya suatu masa mekarnya keseniancocok untuk mengarahkan suatuperkembangan kebudayaan. Artinya hal itumerumuskan suatu cara baru dalam“merasakan”, sebagai permulaan dari suatukurun waktu kebudayaan yang berkualitasdan beradab. Sebagaimana Plato meyakini,seni adalah alat untuk penghalus budi, yangmampu mengendalikan nafsu duniawi, danberdimensi sorgawi.

Kesenian berfungsi sebagai pelengkapbagi objektifikasi perasaan, kekuatan yang

Page 17: TARI “DRUBIKSA DARUBEKSI” KARYA NURYANTO SEBUAH …

156 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Tari “Drubiksa Darubeksi” Karya Nuryanto Sebuah Respon Antropocosmic... Nuryanto

mengarahkan daya cipta dalam seni dapatmendidik visi yang kita peroleh saat kitamelihat, mendengar atau membaca fenomenahidup. Nantinya hal ini akan menyusunsebuah kekuatan eksistensial, mampubertahan dan berkembang lebih baik bagihidupnya sendiri. Seni tidak lagi hanyaberguna untuk pengungkapan estetiskesenian itu sendiri, akan tetapi sudahmenjadi sebuah multidisiplin, menembussekat ilmu teknologi dan sangat terbuka padasebuah pemahaman baru.

Bentuk garapan ini merupakan ujuddan rasa keprihatinan koreografer terhadapsituasi dan kondisi alam dan lingkungan yangsemakin amburadul dan hancur yang akanmemberi efek dalam segala hal dan dirasakanlangsung oleh manusia sebagai penghuniplanet bumi. Juga ajakan, himbauan danpenyadaran kepada manusia sebagai mahlukTuhan, individu dan mahluk sosial untukmengambil sikap akan kerusakan alamakibat bencana yang sedikit banyak jugadiakibatkan oleh ulah manusia.

DAFTAR PUSTAKAAndra, Purnawan.2009. “Memperingati Hari Bumi 22 April: Visi

Antroposmic dan Teologi Ekologisuntuk Bumi” dalam Harian Joglosemaredisi 22 Desember.

el-Moezany, Matroni.2009. “Musibah Banjir dan Kearifan

Ekologis” dalam Harian Solopos edisiJum’at, 06 Februari.

Hadi, Y. Sumandiyo.2005. Sosiologi Tari. Jogyakarta: Penerbit

Pustaka.Nakagawa, Shin.2000. Musik dan Kosmos, Sebuah Pengantar

Etnomusikologi. Jakarta: YayasanObor Indonesia.

Langer, Suzanne K.1983. Problematika Seni. Terj. FX.

Widaryanto. Bandung: BadanPenelitian dan PengembanganDepartemen Luar Negeribekerjasama dengan PenelitianAlumni.

Leary, M.R.2005. Nuggets of Social Psychological Wis-

dom. Psychological Inquiry.Vol. 16, No.794.

Royce, Anya Peterson.2001. Anthropology of Dance. London:

Routledge