skripsi optimasi lama perendaman larutan daun …

62
SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN PEPAYA TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn) AHMAD RIFAI 10594 362 09 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

SKRIPSI

OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN PEPAYA TERHADAP

DAYA TETAS TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn)

AHMAD RIFAI

10594 362 09

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

“OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN PEPAYA

TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn)” di BBI

Limbung Kelurahan Bajeng Kecematan Kalebajeng Kabupaten Gowa adalah karya saya

dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

manapun tidak diterbitkan dari penulus lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, Maret 2015

Ahmad Rifai

NIM 10594 362 09

Page 3: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

ABSTRAK

AHMAD RIFAI. 10594 362 09. Optimasi Lama Perendaman Larutan Daun Pepaya

Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) di Balai Benih Ikan (BBI)

Limbung Kab. Gowa Sulawesi Selatan. Dibawah bimbingan Murni, S.Pi, M.Si dan H.Ir

Burhanuddin. MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimasi lama perendaman larutan daun

pepaya terhadap prevalensi dan intensitas serangan jamur saprolegnia sp pada telur ikan mas

(C. carpio L). penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi Dalam upaya

memperoleh benih ikan mas yang berkualitas, kuantitas dan tepat waktu.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Januari 2015 di

Balai Benih Ikan (BBI) Limbung kec. Bajeng Kab. Gowa Sulawesi Selatan. alat dan bahan

yang digunakan Toples kaca volume 3 liter air, waskom, perlengkapan aerasi, timbangan,

kompor, panci, gelas ukuran 1 liter, saringan, blower, DO meter, thermometer, pH meter.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan A (5 menit), perlakuan B (10 menit), pelakuan C (15

menit), pelakuan D (20 menit).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan B (10 menit) dengan

penggunaan larutan daun pepaya 4 ml merupakan waktu yang paling efektif untuk kita

gunakan/terapkan untuk mencapai daya tetas yang optimal

Kata kunci: daun pepaya, saprolegnia sp., ikan mas.

Page 4: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

HALAMAN HAK CIPTA

@ Hak cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2015

Hak Cipta dilindungi undang – undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau

menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya kepentingan pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah,

penyusunan laporan,penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

bentuk laporan apapun tampa izin Unismuh Makassar

Page 5: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN PEPAYA TERHADAP DAYA

TETAS TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn)

AHMAD RIFAI

10594 362 09

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Jurusan

Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 6: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …
Page 7: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …
Page 8: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Adapun judul Optimasi Lama

Perendaman Larutan Daun Pepaya Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio

Linn).Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu

kritik atau saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini.

Penulisan skripsi ini telah banyak menyita waktu, tenaga, curahan fikiran, maupun

materi dari berbagai pihak. Selanjutnya pada kesempatan ini perkenankanlah penulis

menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada semua

pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi sehingga laporan ini selesai

ditulis, khususnya kepada :

1. Bapak Ir. H. M. Saleh Molla, MM. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Makassar beserta stafnya.

2. Ibu Murni, S.Pi, M.Si. selaku pembimbing utama dan bapak H. Ir. Burhanuddin, S. Pi,

MP. Selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan motivasi, dan

waktunya kepada penulis mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesainya

skripsi ini.

3. Dr. Abdul Haris, S.Pi.M.Si dan ibu Asni Anwar S.Pi, selaku komisi penguji atas saran

dan masukannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen pengajar pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Rasa hormat dan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Ayahanda Kamarudin

Tue dan Ibunda Siti Masita yang telah memberikan do’a restu selama penulis

menempuh pendidikan.

Page 9: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

6. Kepala BBI Limbung dan Jajarannya, yang telah memberikan izin meneliti dilokasi

tersebut dan tak lupa pula dengan bimbingan serta semangat dan dorongan dalam

penyelesaian penelitian hingga penyusunan skripsi ini berjalan lancar.

7. Semua pihak, teman-teman seperjuangan, handai tolan yang tak sempat penulis sebutkan

satu persatu tetapi sangat banyak membantu penulis selama penelitian dan penyelesaian

skripsi ini.

Meskipun skripsi ini sudah tersusun dengan rapi namun karena sifat keterbatasan

yang dimiliki penulis, maka usaha menuangkan yang terbaik dalam skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Walau demikian penulis berharap semoga hasil karya ini bermanfaat bagi

yang membutuhkannya.

Makassar, Maret 2015

Penulis

Page 10: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 24 Mei 1989 di flores Lembata-NTT.

Penulis adalah anak pertama dari lima orang bersaudara, dari

pasangan Kamarudin Tue dan Siti Masita. Pada tahun 1996 penulis

bersekolah di SD Inpres walangsawah, Kab Lembata, Flores Timur

dan tamat pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan ke MTS. Negeri Mbay, Kab Nagekeo dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun

yang sama pula penulis melanjutkan ke MAN Mbay, kab Nagekeo, penulis perna aktif pada

organisasi OSIS 2008.

Pada tahun 2009 penulis melalanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah

Makassar dan memilih Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan Program Studi Budidaya

Perairan dan menyelesaikan study pada tahun 2015.

Penulis telah melaksanakan penelitian di Balai Benih Ikan (BBI) Limbung, Kab.

Gowa, Sulawesi Selatan, pada bulan November sampai dengan Bulan Januari dan memilih

judul “Optimasi Lama Perendaman Larutan Daun Pepaya Terhadap Daya Tetas Telur

Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn)”

Page 11: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI i

RINGKASAN ii

HAK CIPTA iii

HALAMAN JUDUL . iv

HALAMAN PENGESAHAN v

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan morfologi ikan mas 3

2.2. Telur ikan mas 4

2.3. Jamur saprolegnia 5

2.4. Klasifikasi dan Morfologi Daun Pepaya 8

2.5. Bahan aktif anti mikroba dalam Daun Pepaya 9

2.6. parasit dan penyakit 11

2.7. parameter kualitas air 13

2.7.1. Suhu 13

2.7.2. Dissolved Oxygen (DO) 13

2.7.3. Derajat keasaman (pH) 13

Page 12: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat 15

3.2. Alat dan bahan 15

3.3. Prosedur penelitian 16

3.3.1 persiapan wadah penelitian 16

3.3.2 persiapan media penetasan 17

3.3.3 pembuatan larutan daun pepaya 17

3.3.4 pengujian larutan daun pepaya 17

3.4. perlakuan dan penempatan wadah penelitian 18

3.5. peubah yang diamati 19

3.5.1 Daya tetas telur ikan mas 19

3.5.2 Analisa kualitas air 19

3.6. Analisis data 20

BAB 1V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Daya tetas telur ikan mas 21

4.2. Prevalensi serangan jamur 24

4.3. Intensitas serangan jamur 28

4.4. Kualitas Air 31

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpilan 33

5.2. Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Alat dan kegunaannya 15

2. Bahan dan kegunaanya 16

3. Presentase (%) daya tetas telur ikan mas (cyprinus carpio linn) 21

4. Presentase prevalensi serangan jamur pada telur ikan mas 25

5. Intensitas serangan jamur pada telur ikan mas 28

6. Kisaran parameter kualitas air 31

Page 14: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Ikan Mas (Cyprinus carpio Liin) .4

2. Telur ikan mas 5

3. Jamur saprolegnia sp . 6

4. Siklus hidup jamur saprolegnia sp .7

5. Daun pepaya (carica papaya) . 8

6. Penempatan wadah penelitian. 18

7. Histogram presentase daya tetas telur ikan mas 22

8. Histogram tingkat prevalensi serangan jamur .26

Page 15: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Presentase % daya tetas Ikan Mas (Cyprinuscarpio) 36

2. Hasil analisis Varians 36

3. Hasil analisis uji lanjut menggunakan LSD 37

4. Presentase prevalensi serangan jamur pada telur ikan mas 38

5. Hasil analisis varians tingkat prevalensi seranagan jamur 39

6. Hasil uji lanjut LSD pada tingkat prevalensi serangan jamur 40

7. Intensitas serangan jamur pada telur ikan mas 42

8. Hasil analisis varians tingkat intensitas serangan jamur 43

9. Hasil uji lanjut LSD pada tingkat serangan jamur 44

10. . Foto-foto kegiatan selama penelitian 46

Page 16: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan Mas (Cyprinus carpio L) telah banyak dipelihara, karena mempunyai

pasaran yang baik dan harganya relatif tinggi dibandingkan dengan jenis ikan air

tawar lainnya. Pemeliharaanya mudah dan banyak diminati masyarakat karena

dagingnya enak dan gurih serta kandungan proteinnya cukup tinggi (Bijanti, 2005

dalam Herupradoto, 2010). Ikan mas dikenal mempunyai laju pertumbuhan yang

cepat dan resfonsif terhadap pemberian pakan tambahan, serta dapat

dibudidayakan pada berbagai media yang berbeda tergantung lahan yang tersedia

dan daya dukung alam (Susanto dan Rochdianto, 2007).

Ikan mas berkembangbiak secara ovivar, yaitu telur berkembang biak

diluar tubuh induk. Ikan betina bertelur pada tempat tertentu, kemudian dibuahi

oleh ikan jantan (Putranto, 1996). Pembuahan secara ovivar berakibat terhadap

besarnya potensi telur terserang jamur sebelum berhasil menjadi larva. Hal ini

tentu akan berpengaruh pada daya tetas telur. Salah satu jenis jamur yang sering

menyerang telur ikan mas adalah jenis jamur Saprolegnia sp.

Jamur Saprolegnia sp berbentuk benang menyerupai kapas, berwarna

putih sampai kelabu dan coklat (Klinger dan Francis-Floyd dalam Wahyuningsih,

2006). Jamur ini berkoloni pada telur yang telah mati, menghasilkan miselia kusut

yang berlebih sehingga mengakibatkan matinya telur hidup yang berada disekitar

telur mati tersebut. Jamur tersebut akan terganggu respirasi telur, akhirnya mati

sebelum menetas. Menurut Bauer, et al., dalam Wahyuningsih 2006, jamur akan

Page 17: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

2

mengahalangi masuknya air yang mengandung oksigen dalam telur, sehingga

mengganggu pernapasan telur ikan.

Pencegahan dan pemberantasan jamur Saprolegnia sp dapat dilakukan

dengan menggunakan obat-obatan sintetis maupun bahan-bahan obat alami.

Penanggulangan penyakit ikan budidaya dengan menggunakan obat sintetis sangat

beresiko karena dapat menimbulkan resistensi terhadap bakteri dan jamur, perlu

biaya tinggi serta dapat mencemari lingkungan (Wahyuni, 2004). Alternatif yang

dapat dijadikan pilihan adalah penggunaan bahan-bahan obat alami salah satunya

dengan menggunakan daun pepaya (Carica papaya).

Daun pepaya mengandung Tocophenol, Flavonoid, dan enzim papain yang

memiliki daya antimikroba, serta alkaloid carpain yang berfungsi sebagai

antibakteri (Ardina, 2007). Menurut Amadioha (1998) larutan daun pepaya dapat

menjadi antifungal bagi powdery mildew fungsi (Erysiphe cichoracearum DC).

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas lama

perendaman larutan Daun Pepaya terhadap Prevalensi dan Intensitas serangan

jamur Saprolegnia sp pada telur ikan mas (Cyprinus carpio, L)

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang

lama perendaman larutan daun pepaya yang efektif untuk mengatasi infeksi jamur

Saprolegnia sp kepada masyarakat pembudidaya dan Sebagai upaya dalam

memperoleh benih ikan mas yang berkualitas, kuantitas dan tepat waktu.

Page 18: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio )

Menurut Putranto (1995), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Division : Chordata

Class : Osteichthyes

Ordo : Cypriniformes

Subordo : Cyprinoidea

Family : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio Linn

Ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang, sedikit pipih kesamping.

Mulut terletak diujung tengah (terminal), mempunyai sungut dua pasang, sirip

punggung dengan jari-jari keras berjumlah 17-22 serta sirip dada dengan jumlah

15 jari-jari keras. Letak permulaan sirip punggung ini berseberangan dengan

permulaan sirip perut yang hanya ada satu dengan jumlah jari-jari keras antara 7-

9. Ikan mas mempunyai sisik yang relatif besar dengan tipe cycloid, mempunyai

garis rusuk yang lengkap pada pertengahan sirip ekor dengan jumlah antara 35-39

(Saanin, 1984).

Page 19: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

4

Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn)

2.2. Telur Ikan Mas

Secara alami, ikan mas biasanya memijah pada awal musim hujan, telur

yang dihasilkan akan menempel di rerumputan atau benda lainnya yang ada di

dalam air (Djarijah, 2001).

Fekunditas ikan mas berkisar antara 10 - 100 per gram berat badan. Setiap

kilogram induk betina ikan mas yang berpijah mampu menghasilkan telur

sebanyak 100.000 – 200.000 butir. Dengan demikian induk betina berukuran

sedang dengan berat 1,5 kg yang dipijahkan mampu mengeluarkan telur sebanyak

200.000 – 300.000 butir (Muhajir, 2004).

Telur ikan mas berbentuk bulat , berwarna kuning, berdiameter 1-1,5 mm,

dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur ikan mas bervariasi tergantung dari

umur dan ukuran atau bobot induk (Muhajir, 2004).

Page 20: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

5

Gambar 2. Telur ikan mas

2.3. Jamur Saprolegnia sp

Menurut Kabata (dalam Syamsuardi, 2014), klasifikasi jamur Saprolegnia

sp adalah :

Filum : Phycomyphita

Kelas : Oomycetes

Ordo : Saprolegniales

Famili : Saprolegniaceae

Genus : Saprolegnia

Spesies : Saprolegnia sp

Jamur Saprolegnia mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:

1. Menghasilkan zoospora yang dapat bergerak bebas dengan dua flagella.

Zoospora ini dihasilkan oleh zoosporangia. Memiliki selulosa dalam ruang

selnya.

Page 21: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

6

2. Sel tubuh menghasilkan filamen yang disebut hifa tanpa septa dan

bercabang.

3. Saprolegnia mempunyai bentuk yang paling umum disebut hifa, berbentuk

benang dan tidak memiliki segmen.

Gambar 3. Jamur Saprolegnia sp

Jamur Saprolegnia berkembang biak secara vegetatif (reproduksi

aseksual) dan generatif (reproduksi seksual). Jamur Saprolegnia bersifat

homothalic yang artinya dalam setiap individu memiliki 2 organ seksual yaitu

jantan dan betina (Espeland dan Hensen 2004). Miselium terdiri dari beberapa

hifa dan masing-masing hifa seperti satu sel besar dengan banyak nucleus oleh

karena dinding sel tidak ada. Pada hifa terdapat dua organ kelamin jantan dan

betina yang terpisah yaitu antheridium dan oogonium secara berurut (Espeland

dan Hensen 2004).

Pembelahan miosis terjadi untuk menghasilkan nuclei jantan dan telur

betina. Antheridia tumbuh ke arah oogonia dan menghasilkan pipa pembuahan

yang menembus oogonia. Pembuahan terjadi ketika nucleus jantan menekan pipa

Page 22: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

7

fertilisasi ke sel telur dan menyatu dengan nuclei betina. Peristiwa tersebut

menghasilkan dinding zygote yang tebal yang disebut oospora. Setiap oospora

berkecambah menjadi hifa baru yang akan menghasilkan zoosporangium. Dari

zoosporangium inilah reproduksi aseksual terjadi.

Pada reproduksi seksual dimulai dengan pecahnya zoosporangium yang

kemudian melepaskan zoospora dengan dua flagella yang berenang beberapa saat

sebelum membentuk kista. Martini (2005), menyatakan bahwa zoospora

mempunyai waktu yang relatif pendek untuk berenang sekitar kurang dari 1 jam.

Setelah kurang lebih satu jam, kista tersebut mulai bertunas (tumbuh hifa) atau

pecah mengeluarkan zoospora sekunder. Zoospora sekunder ini bentuknya

berbeda dengan zoospora yang pertama mempunyai flagella pada sisinya dan

tahan lebih lama dari zoospora yang pertama. Kadang-kadang zoospora sekunder

mempunyai kista pula, tetapi pada akhirnya akan tumbuh tunas dan membentuk

hifa baru.

Page 23: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

8

Gambar 4. Siklus Jamur Saprolegnia sp

2.4. Klasifikasi dan Morfilogi Daun Pepaya (carica papaya)

Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman ini menyebar ke

Benua Afrika dan Asia serta negara India, tanaman ini menyebar keberbagai

negara tropis, termasuk indonesia diabad ke-17.

Menurut Steenis (1978), taksonomi tanaman pepaya adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magholiophiyta

Kelas : Magholiopsida

Ordo : Brassicates

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

Page 24: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

9

Menurut Kalie (2006), famili Caricaceae memiliki empat genus, yaitu

Carica, Jarilla, Jacaranta, dan Cylocomorpha. Ketiga genus pertama merupakan

tanaman asli Meksiko bagian selatan serta bagian utara dari Amerika Selatan,

Sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika.Genus

Carica memiliki 24 spesies, salah satu diantaranya adalah papaya.Tanaman dari

genus Carica banyak diusahakan petani karna buahnya enak dimakan, genus

lainnya hanya lazim untuk dinikmati keindahan habitusnya.

Pepaya merupakan tanaman herbal dengan batang berongga, biasanya

tidak bercabang, dan tinggi mencapai 10 m. Daunnya merupakan daun tunggal

dan berukuran besar dengan tangkai daun panjang dan berongga. Bunganya

terdiri dari tiga jenis, yaitu bunga jantan, bunga betina, dan bunga sempurna.

Batang, daun, dan buahnya mengandung getah yang memiliki daya enzimatis

yaitu dapat memecah protein. Pemanfaatan tanaman pepaya cukup beragam.

Bagian-bagian tanaman pepaya banyak yang digunakan dalam pengobatan

tradisional. Perasan daun pepaya dapat digunakan untuk meredam atau

menurunkan demam akibat penyakit malaria.

2.5. Bahan Aktif Antimikroba yang Terkandung dalam Daun Pepaya

Bahan antimikroba adalah senyawa kimia atau biologi yang dapat

menghambat pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Marsul, 2005). Sedangkan

menurut Beucholt (1976) dalam Agustian (2007) bahan antibakteri merupakan

senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh bakteri.

Daun pepaya mengandung Tocophenol, Flavonoid, dan enzim papain yang

Page 25: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

10

memiliki daya antimikroba, serta alkaloid carpain yang berfungsi sebagai

antibakteri (Ardina, 2007). Menurut Amadioha (1998).

Tocophenol merupakan senyawa fenol yang khas pada tanaman pepaya.

Senyawa fenol memberikan rasa dan warna pada tanaman, buah, dan sayuran,

fungsinya melindungi tanaman dari serangan mikroorganisme, serangga, dan

herbivora (Roller,2003). Fenol dapat merusak membran sel bakteri dan

menyebabkan lisisnya sel bakteri (Nogrady, 1992 dalam Rahman, 2008). Sisi dan

jumlah gugus hidroksil pada fenol diduga memiliki hubungan dengan toksisitas

relatif terhadap mikroorganisme sehinga dapat dibukti bahwa hidroksilasi yang

meningkat juga menyebabkan tingginya toksisitas zat tersebut (Naim, 2004).

Kepolaran gugus hidroksil fenol mampu membentuk ikatan hidrogen yang larut

dalam air sehingga efektif sebagai desinfektan (Nogrady, 1992 dalam Rahman,

2008). Sifat toksit fenol mengakibatkan struktur tiga dimensi protein bakteri

terganggu dan terbuka kemudian menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan

struktur kerangka kovalen, sehingga protein terdinaturasi. Deret asam amino protein

tidak dapat melakukan fungsinya (Hasim,2003). Sedangkan mekanisme toksisitas

senyawa fenolik pada mikroorganisme adalah sebagai inhibitor enzim bakteri,

kemungkinan melalui interaksi non spesifik dengan protein.

Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau

kira-kira 1 × 109

ton/tahun) diubah menjadi flavonoid (Smith, 1972 dalam

Markham, 1988). Sebagian besar tanim berasal dari flavonoid, sehingga flavonoid

merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Flavonoid terdapat dalam

semua tumbuhan hijau sehingga selalu ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan

Page 26: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

11

(Markham,1988). Flavonoid dan flavonol disintesis tanaman dalam responnya

terhadap infeksi mikroba, sehingga secara in vitro efektif terhadap mikroorganisme.

Senyawa ini merupakan antimikroba karena kemampuannya membentuk kompleks

dengan protein ekstra seluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid yang

bersifat lipofilik akan merusak membran mikroba. Flavonoid bersifat antiinflamasi

sehingga dapat mengurangi peradangan serta membantu mengurangi rasa sakit bila

terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka (Rahman,2008).

Carpain merupakan senyawa alkaloid yang khas dihasilkaan oleh tanaman

pepaya. Alkaloid merupakan senyawa nitrigen heterosiklik. Alkaloid bersifat toksit

terhadap mikroba, sehingga efektif membunuh bakteri dan virus, sebagai

antiprotozoa dan anti diare (Naim, 2004), bersifat detoksifikasi yang mampu

menetralisir racun dalam tubuh. Alkaloid diketahui mampu menigkatkan daya

tahan tubuh. Mekanisme kerja dari alkaloid dihubungkan dengan kemampuan

berinteraksi dengan DNA (Naim, 2004).

2.6. Parasit dan Penyakit

Penyakit pada organisme perairan seperti halnya ikan mas didefinisikan

sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses kehidupan ikan sehingga

pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2

kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh

organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi

disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan

penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).

Page 27: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

12

Parasit merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang

mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang

tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Parasitisme adalah hubungan

dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai habitat dan merupakan

tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah lingkungan

utama dari parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan

keduanya (Kabata, 1985).

Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan

akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada

area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung

perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar

tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi

mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya

berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan

mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan

yang sakit dengan ikan yang sehat ( Irianto, 2005).

Daelami (2002) mengatakan bahwa parasit ikan terdapat pada lingkungan

perairan yang ada ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit.

Ikan sebenarnya mempunyai daya tahan terhadap penyakit selama berada dalam

kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak diperlemah oleh berbagai sebab.

Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah

yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain.

Parasit bisa menjadi wabah bila diikuti oleh infeksi sekunder. Kolam yang tidak

Page 28: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

13

terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme penyebab infeksi penyakit

yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Akan tetapi,

selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat

perhatian, parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu

menimbulkan infeksi (Irawan, 2000).

Berdasarkan cara penyerangan, parasit dibedakan atas 2 golongan yaitu

golongan ektoparasit (eksternal) dan endoparasit (internal), Ektoparasit adalah

parasit yang menyerang bagian luar kulit,sisik,lender,dan insang. Sement ara itu

endoparasit adalah parasit yang menyerang bagian dalam Alifudin, (1996).

2.7. Parameter Kualitas Air

Kualitas air merupakan suatu peubah yang dapat mempengaruhi

pengelolaan, kelangsungan hidup, pembenihan, serta produksi ikan. Kondisi air

harus disesuaikan dengan kondisi optimal bagi kebutuhan biota yang dipelihara

(Mulyanto, 1992).

2.7.1. Suhu

Kehidupan ikan, temperatur sangat berpengaruh karena pada keadaan

umum menunjukkan bahwa reaksi biologi dan kimia meningkat dua kali, untuk

kenaikan ideal suhu sebesar 10ºC. Djarijah (2001), mengemukakan bahwa suhu

air selama penetasan telur dipertahankan pada kisaran suhu 22°C – 24°C. Susanto

dan Rochdianto (2007), mengemukakan bahwa pada suhu 23 – 26°C telur ikan

mas menetas dalam 2 hari (rata-rata 48 jam).

Page 29: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

14

2.7.2. Dissolved Oxygen (DO)

Kandungan oksigen terlarut optimal adalah 5 mg/ L dan lebih baik jika 7

mg/L. Oksigen terlarut dalam air sebanyak 5-6 mg/L dianggap paling ideal untuk

tumbuh dan berkembang biak ikan dalam kolam (Susanto, 2003). Alabster dan

Lloyd (dalam Anha 1993), mengemukakan bahwa konsentrasi oksigen terlarut

minimal untuk penetasan telur adalah 5 ppm.

2.7.3. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) optimal untuk kehidupan ikan berkisar antara 6,5-

9. Derajat keasaman air yang sangat rendah atau sangat asam dapat menyebabkan

kematian ikan. Sedangkan pH yang baik bagi perkembangan telur ikan mas adalah

pada kondisi alkalis, pH 6,5 – 9 (Alabster dan Lloyd dalam Anha 1993).

Page 30: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

15

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai

Januari 2015, yang dimulai dari tahap persiapan sampai telur menetas menjadi

larva. Bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Limbung, Kelurahan Kalebajeng

Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan pada penelitian disajikan pada Table 1.

Table 1. Alat dan kegunaan yang akan dipergunakan selama penelitian.

No Nama Alat Kegunaan

1 Toples kaca volume 3 liter air Wadah penetasan dan perendaman telur

2 Waskom Untuk menampung air media

3 Perlengkapan Aerasi Untuk mensuplai oksigen

4 Timbangan Untuk menimbang

5 Kompor Untuk memasak larutan daun pepaya

6 Panci Untuk memasak larutan daun pepaya

7 Gelas ukur 1 L Untuk menakar jumlah air media

8 Saringan Untuk menyaring larutan daun pepaya

9 Blower Untuk mensuplai oksigen

10 DO Meter Untuk mengukur DO

11 Thermometer Untuk mengukur suhu

12 pH Meter Untuk mengukur pH

Bahan yang akan digunakan pada penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan yang akan dipergunakan selama penelitian.

Page 31: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

16

No Bahan Kegunaan

1 Telur ikan mas Telur uji

2 Daun papaya Antibiotik alami

3 Akuades Untuk campuran larutan daun pepaya

4 Air tawar Media penelitian

3.3. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan meliputi persiapan

wadah penelitian, persiapan media penetasan, persiapan larutan daun pepaya, dan

pengujian lama perendaman larutan daun pepaya.

3.3.1. Persiapan Wadah Penelitian

Penelitian ini akan mengunakan toples kaca bervolume 3 liter air sebagai

wadah penetasan. Toples akan dicuci bersih dengan menggunakan deterjen,

dibilas dengan air bersih, dan dijemur. Siapnya wadah penetasan ditandai dengan

sudah keringnya wadah tersebut. Toples berkapasitas 3 liter air sebanyak 12 buah

kemudian diisi dengan air media dari sumber air yang sama masing-masing 1 liter

air. Wadah penelitian juga akan dilengkapi aerasi untuk mensuplai oksigen pada

setiap media penetasan.

Page 32: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

17

3.3.2. Persiapan Media Penetasan

Sumber air yang akan digunakan pada penelitian adalah air dari sumur bor.

Air tersebut kemudian ditampung dengan menggunakan waskom. Setiap toples

akan diisi masing-masing 1 liter air, kemudian dipasang perlengkapan aerasi

untuk mensuplai oksigen.

3.3.3. Pembuatan Larutan Daun Pepaya

Untuk membuat larutan daun pepaya, akan diawali dengan pencucian daun

pepaya hingga bersih, kemudian daun pepaya direbus kedalam 1 liter air, setelah

mendidih diangkat dan didinginkan. Air rebusan tersebut disaring dengan

menggunakan saringan, lalu diisi kedalam media perendaman sebanyak 12

wadah. Hal ini dikarenakan wadah perendaman yang berjumlah 12 buah dan diisi

larutan masing-masing 4 ml llter . Hal ini lakukan untuk mempermudah

penentuan dosis, dan meningkatkan konsentrasi zat aktif pada bahan obat

(Yuliani, 1992).

3.3.4. Pengujian Larutan Daun Pepaya

Telur dihitung sebanyak 50 butir/wadah dengan cara menggunting kakaban

tempat telur menempel tanpa menyentuh telut tersebut. Telur kemudian direndam

dengan larutan daun pepaya 4 ml sesuai dengan konsentrasi 4000 ppm. Wadah

perendaman berjumlah 12 buah. Jumlah wadah perendaman adalah berasal 4

perlakuan dan 3 ulangan. Perendaman larutan daun pepaya dari semua perlakuan

dilakukan secara bertahap. telur yang telah direndam dengan waktu perendaman

berbeda, selanjutnya dipindahkan ke wadah penetasan yang telah disiapkan

Page 33: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

18

sebelumnya. Wadah penetasan diisi air sebanyak 1 liter air dan masing-masing

wadah penetasan dilengkapi aerasi untuk mensuplai oksigen.

3.4. Perlakuan dan Penempatan Wadah Penelitian

Rancangan percobaan akan yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga berjumlah 12 unit

(Gazper, 1991).

Adapun perlakuan lama perendaman dengan menggunakan konsentrasi

4000 ppm yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Perlakuan A : Lama perendaman 5 menit

Perlakuan B : Lama perendaman 10 menit

Perlakuan C : Lama perendaman 15 menit

Perlakuan D : Lama perendaman 20 menit

Penempatam setiap wadah penelitian dilakukan secara acak dengan cara

lotre atau undian (Gazper, 1991) seperti yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penempatan wadah penelitian

A3 D3 A1

C2

C3 D1 D2

B1 A2 B3 C1 B2

Page 34: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

19

3.5. Peubah Yang di Amati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah daya tetas telur ikan mas

dan analisa kualitas air.

3.5.1. Daya Tetas Telur Ikan Mas

Pengamatan dilakukan terhadap telur-telur yang menetas dan telur yang

tidak menetas. Setelah 48 jam telur menetas menjasi larva, hasil tersebut sesuai

pernyataan Santoso (2005) yang menyatakan bahwa telur menetas menjadi larva

dalam waktu kurang lebih 2-3 hari. Untuk menghitung jumlah telur yang

menetas dilakukan dengan cara menghitung larva satu per satu pada setiap wadah

penetasan.

Menurut Suseno (1983) dalam (Putra, 2010), daya tetas telur ikan dapat

dihitung dengan cara menghitung larva satu persatu kemudian dinyatakan dalam

persen dengan rumus:

Daya tetas telur (HR) = x 100%

Dimana :

HR = Daya tetas telur (Hatching rate).

3.5.2. Analisa Kualitas Air

Pengamatan tidak hanya dilakukan pada telur-telur dan jumlah larva, akan

tetapi pengamatan juga mencakup kualitas air seperti, pH, suhu, dan oksigen

terlarut (DO). Pengukuran kualitas air akan dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu

jam 07.00 pagi, dan jam 5.00 sore.

Page 35: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

20

3.6. Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan lama waktu perendaman larutan

temulawak yang berbeda dengan konsentarsi 4000 ppm terhadap jumlah telur

yang berhasil menetas menjadi larva, maka akan dilakukan analisis dengan

menggunakan analisis sidik ragam. Apabila hasilnya menunjukkan adanya

pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk

mengetahui perbedaan diantara perlakuan (Gasper, 1991).

Page 36: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Daya Tetas Telur Ikan Mas.

Presentase daya tetas telur ikan mas dapat diketahui dengan menghitung

jumlah larva yang terdapat pada media penetasan, hasil perhitungan secara manual

kemudian dibagi dengan jumlah telur yang tebar yaitu 50 butir/wadah dikali 100%

(Suseno, 1983 dalam Putra, 2010). Data presentase (% ) daya tetas telur ikan mas

pada setiap perlakuan (hatching rate) disajikan pada Tabel 3.

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-rata

1 2 3

A= Waktu perendaman 5 menit

90 90 62 242 80,67

B= Waktu perendaman 10 menit 100 100 86 286 95,33

C= Waktu perendaman 15 menit 80 80 78 238 79,33

D= Waktu perendaman 20 menit 78 82 64 224 74,67

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan lama

waktu perendaman yang berbeda pada larutan daun papaya diperoleh rata-rata

presentase daya tetas telur tertinggi pada perlakuan B (10 menit) sebesar 95,33%,

disusul perlakuan A (5 menit) sebesar 80,67%, kemudian perlakuan C (15 menit)

sebesar 79,33%, dan terendah pada perlakuan D (20 menit) sebesar 74,67%.

Page 37: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

22

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan perendaman larutan daun pepaya

dengan lama perendaman yang berbeda, berpengaruh nyata (p>0,5) terhadap daya

tetas telur ikan mas.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan

perendaman larutan daun papaya (Carica papaya) dengan waktu perendaman

berbeda, berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap daya tetas telur ikan mas (hatching

rate). Sedangkan dari hasil uji beda nyata terkecil (BNT), menunjukkan bahwa

perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, perlakuan C, dan

perlakuan D. Pada perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan

perlakuan C, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan D. Selanjutnya perlakuan C

tidak berbeda nyata dengan perlakuan A, perlakuan B, dan perlakuan D.

Perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan A, dan perlakuan C, tetapi

berbeda nyata pada perlakuan B. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 10. Histogram presentase daya tetas telur ikan mas

Page 38: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

23

Berdasarkan Gambar 10, menunjukkan bahwa presentasi daya tetas telur

tertinggi diperoleh pada perlakuan B (10 menit), disusul perlakuan A (5 menit),

perlakuan C dan terendah pada perlakuan D.

Tingginya daya tetas telur yang diperoleh pada perlakuan B (10 menit)

disebabkan karena larutan daun pepaya yang mengandung Tocophenol,

Flavonoid, enzim papain yang memiliki daya antimikroba, serta alkaloid carpain

yang berfungsi sebagai antibakteri, sehingga mampu menekan perkembangan jamur

(Ardina, 2007). Menurut Amadioha (1998) larutan daun pepaya dapat menjadi

antifungal bagi powdery mildew fungsi (Erysiphe cichoracearum DC).

Tocophenol merupakan senyawa fenol yang khas pada tanaman pepaya.

Senyawa fenol memberikan rasa dan warna pada tanaman, buah, dan sayuran,

fungsinya melindungi tanaman dari serangan mikroorganisme, serangga, dan

herbivora (Roller,2003). Fenol dapat merusak membran sel bakteri dan

menyebabkan lisisnya sel bakteri (Nogrady, 1992 dalam Rahman, 2008). Sisi dan

jumlah gugus hidroksil pada fenol diduga memiliki hubungan dengan toksisitas

relatif terhadap mikroorganisme sehinga dapat dibukti bahwa hidroksilasi yang

meningkat juga menyebabkan tingginya toksisitas zat tersebut (Naim, 2004).

Kepolaran gugus hidroksil fenol mampu membentuk ikatan hidrogen yang larut

dalam air sehingga efektif sebagai desinfektan (Nogrady, 1992 dalam Rahman,

2008).

Rendahnya daya tetas yang diperoleh pada perlakuan A dengan lama

perendaman 5 menit disebabkan karena lama perendaman terlalu singkat,

sehingga Tocophenol, Flavonoid yang dikandung daun papaya belum mampu

Page 39: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

24

menekan perkembangan jamur Saprolegnia. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Nogrady, 1992 dalam Rahman, 2008), bahwa Tocophenol merupakan senyawa

fenol yang khas pada tanaman pepaya dan senyawa fenol memberikan rasa dan

warna pada tanaman, buah, dan sayuran, fungsinya melindungi tanaman dari

serangan mikroorganisme, serangga, dan herbivora (Roller,2003). Fenol dapat

merusak membran sel bakteri dan menyebabkan lisisnya sel bakteri

Sedangkan pada perlakuan C (15 menit) dan perlakuan D (20 menit)

diperoleh daya tetas rendah disebabkan karena waktu perendaman terlalu lama,

sehingga larutan daun papaya menyebabkan lapisan corion telur mengkerut

sehingga telur tidak menetas, kemudian larutan daun papaya juga menyebabkan

jamur resisten terhadap kandungan antiobik pada larutan daun papaya. Jamur

Saprolegnia sp yang menempel pada lendir akan mengahalangi masuknya air

yang mengandung oksigen dalam telur, sehingga mengganggu pernapasan dan

membuat telur mati sebelum menjadi larva (Bauer, et al, dalam Wahyuningsih

(2006)).

4.2. Prevalensi Serangan Jamur

Presentase prevalensi serangan jamur pada telur ikan mas dapat

diketahui dengan menghitung jumlah telur yang terinfeksi kemudian dibagi

dengan jumlah telur yang diamati (sample). Data presentase (%) prevalensi

serangan jamur pada telur ikan mas (Cyprinus carpio linn) disajikan pada

Tabel 3.

Page 40: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

25

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-rata

1 2 3

A= Waktu perendaman 5 menit

16 12 25 53 17,67

B= Waktu perendaman 10 menit 12 10 9 31 10,33

C= Waktu perendaman 15 menit 16 33 25 74 24,67

D= Waktu perendaman 20 menit 25 42 33 100 33,33

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan lama

waktu perendaman yang berbeda pada larutan daun papaya diperoleh rata-rata

prevalensi serangan jamur pada telur terendah pada perlakuan B (10 menit)

sebesar 10,33%, disusul perlakuan A (5 menit) sebesar 17,67%, kemudian

perlakuan C (15 menit) sebesar 24,67%, dan pada perlakuan D (20 menit) sebesar

33, 33%.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan

perendaman larutan daun papaya (Carica papaya) dengan waktu perendaman

berbeda, berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap prevalensi serangan jamur pada

telur ikan mas. Sedangkan dari hasil uji LSD, menunjukkan bahwa perlakuan A

tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, dan perlakuan C, tetapi berbeda nyata

pada perlakuan D. Pada perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan A,

tetapi berbeda nyata pada perlakuan C dan perlakuan D. Selanjutnya perlakuan C

tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan perlakuan D, tetapi berbeda nyata

Page 41: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

26

pada perlakuan B. Perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan A, dan perlakuan

B, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan C.

Gambar 5. Histogram Tingkat Prevalensi Serangan Jamur

Berdasarkan Gambar 5, menunjukkan bahwa tingkat prevalensi serangan

jamur pada telur terendah diperoleh pada perlakuan B (10 menit), disusul

perlakuan A (5 menit), perlakuan C dan tertinggi pada perlakuan D.

Rendahnya prevalensi serangan jamur pada telur ikan mas pada perlakuan

B (10 menit) disebabkan karena larutan daun pepaya yang mengandung

Tocophenol, Flavonoid, enzim papain yang memiliki daya antimikroba, serta

alkaloid carpain yang berfungsi sebagai antibakteri, sehingga mampu menekan

perkembangan jamur (Ardina, 2007). Menurut Amadioha (1998) ekstrak daun

pepaya dapat menjadi antifungal bagi powdery mildew fungsi (Erysiphe

cichoracearum DC).

Page 42: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

27

Tocophenol merupakan senyawa fenol yang khas pada tanaman pepaya.

Senyawa fenol memberikan rasa dan warna pada tanaman, buah, dan sayuran,

fungsinya melindungi tanaman dari serangan mikroorganisme, serangga, dan

herbivora (Roller,2003). Fenol dapat merusak membran sel bakteri dan

menyebabkan lisisnya sel bakteri (Nogrady, 1992 dalam Rahman, 2008). Sisi dan

jumlah gugus hidroksil pada fenol diduga memiliki hubungan dengan toksisitas

relatif terhadap mikroorganisme sehinga dapat dibukti bahwa hidroksilasi yang

meningkat juga menyebabkan tingginya toksisitas zat tersebut (Naim, 2004).

Kepolaran gugus hidroksil fenol mampu membentuk ikatan hidrogen yang larut

dalam air sehingga efektif sebagai desinfektan (Nogrady, 1992 dalam Rahman,

2008).

Tingginya prevalensi serangan jamur ada telur ikan mas yang diperoleh

pada perlakuan A dengan lama perendaman 5 menit disebabkan karena lama

perendaman terlalu singkat, sehingga Tocophenol, Flavonoid yang dikandung

daun papaya belum mampu menekan perkembangan jamur Saprolegnia. Hal ini

sesuai dengan pernyataan (Nogrady, 1992 dalam Rahman, 2008), bahwa

Tocophenol merupakan senyawa fenol yang khas pada tanaman pepaya dan

senyawa fenol memberikan rasa dan warna pada tanaman, buah, dan sayuran,

fungsinya melindungi tanaman dari serangan mikroorganisme, serangga, dan

herbivora (Roller,2003). Fenol dapat merusak membran sel bakteri dan

menyebabkan lisisnya sel bakteri

Sedangkan pada perlakuan C (15 menit) dan perlakuan D (20 menit)

diperoleh tingkat serangan jamur yang lebih tinggi dari perlakuan A disebabkan

Page 43: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

28

karena waktu perendaman terlalu lama, sehingga larutan daun papaya

menyebabkan lapisan corion telur mengkerut sehingga telur tidak menetas,

kemudian larutan daun pepaya juga menyebabkan jamur resisten terhadap

kandungan antiobik pada larutan daun pepaya. Jamur Saprolegnia sp yang

menempel pada lendir akan mengahalangi masuknya air yang mengandung

oksigen dalam telur, sehingga mengganggu pernapasan dan membuat telur mati

sebelum menjadi larva (Bauer, et al, dalam Wahyuningsih (2006)).

4.3. Intensitas Serangan Jamur

Intensitas serangan jamur pada telur ikan mas dapat diketahui dengan

menghitung jumlah parasit yang menyerang kemudian dibagi dengan jumlah telur

yang terinfeksi (sample).

Data intensitas serangan jamur pada telur ikan mas disajikan pada Tabel

4. Intensitas Serangan Jamur pada telur ikan mas (Cyprinus carpio) pada setiap

perlakuan selama penelitian.

Perlakuan

Ulangan

Jumlah

Rata-rata

(sel/ind) 1 2 3

A= Waktu perendaman 5 menit

1 2 1 5 1,33

B= Waktu perendaman 10 menit 1 1 1 2 1

C= Waktu perendaman 15 menit 1 2 2 4 1,67

D= Waktu perendaman 20 menit 3 3 2 8 2,67

Page 44: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

29

Berdasarkan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan lama

waktu perendaman yang berbeda pada larutan daun papaya diperoleh rata-rata

intensitas serangan jamur pada telur terendah pada perlakuan B (10 menit)

sebesar 1 sel/ind, disusul perlakuan A (5 menit) sebesar 1,33 sel/ind, kemudian

perlakuan C (15 menit) sebesar 1,67 sel/ind, dan pada perlakuan D (20 menit)

sebesar 2, 67 sel/ind.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan

perendaman larutan daun papaya (Carica papaya) dengan waktu perendaman

berbeda, berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap intensitas serangan jamur pada

telur ikan mas. Sedangkan dari hasil uji LSD, menunjukkan bahwa perlakuan A

tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, dan perlakuan C, tetapi berbeda nyata

pada perlakuan D. Pada perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan A,

tetapi berbeda nyata pada perlakuan C dan perlakuan D. Selanjutnya perlakuan C

tidak berbeda nyata dengan perlakuan A, tetapi berbeda nyata pada perlakuan B,

dan perlakuan D. Perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan A, perlakuan B,

dan perlakuan C.

Berdasarkan perlakuan, menunjukkan bahwa intensitas serangan jamur

pada telur ikan mas terendah diperoleh pada perlakuan B (10 menit), disusul

perlakuan A (5 menit), perlakuan C dan tertinggi pada perlakuan D.

Rendahnya tingkat serangan jamur pada telur ikan mas yang diperoleh

pada perlakuan B (10 menit) disebabkan karena larutan daun pepaya yang

mengandung Tocophenol, Flavonoid, enzim papain yang memiliki daya

antimikroba, serta alkaloid carpain yang berfungsi sebagai antibakteri, sehingga

Page 45: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

30

mampu menekan perkembangan jamur (Ardina, 2007). Menurut Amadioha (1998),

ekstrak daun pepaya dapat menjadi antifungal bagi powdery mildew fungsi

(Erysiphe cichoracearum DC).

Tocophenol merupakan senyawa fenol yang khas pada tanaman pepaya.

Senyawa fenol memberikan rasa dan warna pada tanaman, buah, dan sayuran,

fungsinya melindungi tanaman dari serangan mikroorganisme, serangga, dan

herbivora (Roller,2003). Fenol dapat merusak membran sel bakteri dan

menyebabkan lisisnya sel bakteri (Nogrady, 1992 dalam Rahman, 2008). Sisi dan

jumlah gugus hidroksil pada fenol diduga memiliki hubungan dengan toksisitas

relatif terhadap mikroorganisme sehinga dapat dibukti bahwa hidroksilasi yang

meningkat juga menyebabkan tingginya toksisitas zat tersebut (Naim, 2004).

Kepolaran gugus hidroksil fenol mampu membentuk ikatan hidrogen yang larut

dalam air sehingga efektif sebagai desinfektan (Nogrady, 1992 dalam Rahman,

2008).

Tingginya tingkat intensitas serangan jamur pada telur ikan mas yang

diperoleh pada perlakuan A dengan lama perendaman daun papaya 5 menit

disebabkan karena lama perendaman terlalu singkat, sehingga Tocophenol,

Flavonoid yang dikandung daun papaya belum mampu menekan perkembangan

jamur Saprolegnia. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Nogrady, 1992 dalam

Rahman, 2008), bahwa Tocophenol merupakan senyawa fenol yang khas pada

tanaman pepaya dan senyawa fenol memberikan rasa dan warna pada tanaman,

buah, dan sayuran, fungsinya melindungi tanaman dari serangan mikroorganisme,

Page 46: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

31

serangga, dan herbivora (Roller,2003). Fenol dapat merusak membran sel bakteri

dan menyebabkan lisisnya sel bakteri

Sedangkan pada perlakuan C (15 menit) dan perlakuan D (20 menit)

diperoleh tingkat serangan jamur lebih tinggi dibandingkan perlakuan A

disebabkan karena waktu perendaman terlalu lama, sehingga larutan daun papaya

menyebabkan lapisan corion telur mengkerut sehingga telur tidak menetas,

kemudian larutan daun papaya juga menyebabkan jamur resisten terhadap

kandungan antiobik pada larutan daun papaya. Jamur Saprolegnia sp yang

menempel pada lendir akan mengahalangi masuknya air yang mengandung

oksigen dalam telur, sehingga mengganggu pernapasan dan membuat telur mati

sebelum menjadi larva (Bauer, et al, dalam Wahyuningsih (2006)).

4.4. Kualitas Air

Kualitas air mempunyai peranan penting dalam menunjang pertumbuhan

dan kelangsungan hidup ikan uji selama penelitian. Hasil pengukuran beberapa

parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kisaran parameter Kualitas air pada semua perlakuan selama penelitian.

Parameter Perlakuan

A B C B

pH 6,11 - 7,80 6,8 - 7,7 6,10 - 7,62 6,15 - 7,67

Suhu (°C) 23-26 23-26 23-26 23-26

DO (ppm) 4,04 - 4,50 4,10 - 4,43 4,05 - 4,50 4,05 – 6,0

Sumber: Data hasil olahan, 2015

Parameter kualitas air yang mempengaruhi perkembangan sel telur sejak

pembuahan sampai telur menetas antara lain adalah kandungan suhu, pH, dan

Page 47: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

32

oksigen terlarut (Suseno dalam Martini (2005)). Kualitas air sangat mendukung

dalam keberhasilan telur untuk menetas. Jika kualitas air baik maka proses

penetasan akan terjadi antara 24 – 48 jam.

Berdasarkan Tabel 4 suhu yang diperoleh selama penelitian setiap media

penetasan berkisar antara 23-26°C. Suhu media penetasan tersebut masih dalam

kondisi layak untuk penetasan telur ikan mas. Hal ini sesuai pernyataan Djarijah

(2001), yang menyatakan bahwa suhu air selama penetasan telur dipertahankan

pada kisaran suhu 22°C-24°C. Susanto dan Rochdianto (2007), mengemukakan

bahwa pada suhu 23-26°C telur ikan mas menetas dalam 2 hari (rata-rata 48 jam).

Berdasarkan hasil pengukuran pH diperoleh berkisar antara 6,1 - 7,8 pada

wadah penetasan masih dalam kondisi layak. Hasil pengukuran tersebut sesuai

pernyataan Alabster dan Lloyd dalam Anha (1993), yang menyatakan bahwa pH

yang baik bagi perkembangan telur ikan mas adalah pada kondisi alkalis, pH 6,5-

9. Rata-rata oksigen terlarut (DO) yang diperoleh selama penelitian adalah 4,04 –

6. Hal ini sesuai dengan pendapat Djariyah (2007), bahwa konsentrasi oksigen

terlarut optimal untuk penetasan telur ikan mas adalah 5-6 ppm.

Page 48: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

33

Page 49: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

34

V. PENUTUP

4.3. Kesimpulan

Pada penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

perendaman larutan daun pepaya dapat meningkatkan daya tetas telur ikan mas

(Cyprinus carpio L). Selain itu perendaman larutan daun pepaya juga

menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap daya tetas telur ikan mas.

Perendaman larutan daun pepaya dengan dosis 4000 ppm selama 5 menit, 10

menit, 15 menit, dan 20 menit memperoleh presentase daya tetas telur tertinggi

yaitu pada perlakuan B (10 menit) 95,33% . sedangkan lama perendaman larutan

daun pepaya terhadap prevalensi dan intensitas serangan jamur pada telur ikan

mas maka dapat disimpulkan bahwa, tingkat prevalensi terendah diperoleh pada

perlakuan B sebesar 10,33% sedangkan tingkat intensitas terendah diperoleh pada

perlakuan B sebesar 0,67%. Analisa kualitas air pada penelitian masih dalam

kondisi layak untuk penetasan telur ikan mas sampai menjadi larva.

4.4 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang lama perendaman yang

berbeda dengan jumlah penebaran yang lebih tinggi serta menggunakan lama

perendaman sesuai penelitian. Disarankan pula, dalam melakukan penelitian

perlu menjaga kualitas air agar masih dalam kondisi stabil untuk penetasan

telur dan pemeliharaan larva.

Page 50: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

35

DAFTAR PUSTAKA

Anha. M, 1993. Pengaruh Betadine Terhadap Keberhasilan Penetasan Telur Ikan

Mas (Cyprinus carpio L). Karya Ilmiah (Tidak diterbitkan). Fakultas

Perikanan Universitas Dharmawangsa. Medan.

Backer dan Bakhuizen van den Brink., 1968. Flora pof Java. Vol. III. Wolters –

Noordhoff, Groningen, The Netherland. Hal. 199 – 226..

Cronquist, A., 1981, An Integrated System of Classification of Flowering Plants,

Columbia University Press, New York.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Larutan Tumbuhan Obat. Cetakan

Pertama. Depkes RI. Jakarta. Hal. 13-31.

Djarijah. A, S. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Kanasius. Yogyakarta.

Espeland. S. & P.E. Hansen, 2004. BSC Thesis Faculty of Science and

Technology University of The Faroe. Islands.

Gasperz, V., 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian

Teknik dan Biologi. CV Armico. Bandung.

Herbert, R, B. 1995. Biosintesis metabolit sekunder. Edisi ke-2, cetakan ke-1.

Terjemahan bambang srigandono. IKIP Press. Semarang.

Herupradoto, B. A, dan Gandul Atik Yuliani. 2010. Karakterisasi Protein Spesifik

Aeromonas hydrophila Penyebab Penyakit Ulser Pada Ikan Mas. Jurnal

Veteriner Vol. 11 No. 3: 158 – 162.

Martini. A, 2005. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih Untuk Mencegah Serangan

Saprolegnia sp Pada Telur Ikan Gurami. Karya Ilmiah (Tidak diterbitkan)

Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan Universitas Padjajaran. Bandung.

Muhajir. 2004. Efek Pemberian Malachyte Green Sebagai Desinfektan Pada

Saprolegnia sp.Terhadap Prevalensi dan Daya Tetas Telur Ikan Mas

(Cyprinus carpio L). Penelitian Eksperimental Laboratoris Universitas

Airlangga. Surabaya.

Mulyanto, 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta: 138

Page 51: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

36

Nur,s,w. 2006. Perbendingan System Ekstraksi dan Validasi Penetuan

Xanthorrhizol dari Temulawak Secara Krimatografi Cair Kinerja Tinggi.

Skripsi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor.

Pandiangan, D. Esyanti, R.R., & Astuti, D.P. 2009. Pola pertumbuhan dan

produksi katarantin kultur agregat sel C.roseus yang diberi perlakuan

triptofan. Prosiding Seminar Nasional Biologi di Bandung. ISBN: 978-

602-95207-0-5. Juli 2009, hlm.47-56.

Putranto. A, 1995. Budidaya Ikan Produktif. Karya Anda. Surabaya.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta : Bina Cipta.

Susanto, H. 2003. Budidaya Ikan Koi Secara Intensif. Agromedia Pustaka.

Jakarga. 154 hal.

Susanto. H, dan A. Rochdianto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas Di Lahan Kritis.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Suseno. 1983. Suatu perbandingan antara pemijahan alami dengan pemijahan

stipping ikan mas (Cyprinus caprio. L) terhadap derajat fertilitas dan

penetasan telurnya. Tesis magister Fakultas Pasca Sarjana Perikanan.

UGM, Yogyakarta.

Wahyuni. 2004. Pengaruh Pemberian Getah Kamboja (Plumeria acuminata)

Sebagai Desinfektan Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelangsungan Hidup

Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Karya Ilmiah (Tidak diterbitkan). Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia. Makasar.

Page 52: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

37

Lampran 1. Presentase (%) daya tetas telur ikan mas (Cyprinus carpio) pada

setiap perlakuan selama penelitian

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-rata

1 2 3

A= Waktu perendaman 5 menit

90 90 62 242 80,67

B= Waktu perendaman 10 menit 100 100 86 286 95,33

C= Waktu perendaman 15 menit 80 80 78 238 79,33

D= Waktu perendaman 20 menit 78 82 64 224 74,67

Lampiran 2. Hasil Analisis Varians

ANOVA

hasil

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups

718.333 3 239.444 2.295 .155

Within Groups 834.667 8 104.333

Total 1553.000 11

Page 53: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

38

Lampiran 3. Hasil analisis uji lanjut menggunakan LSD

Multiple Comparisons

Dependent Variable: hasil

LSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

a

b -14.66667 8.34000 .117 -33.8987 4.5654

c 1.33333 8.34000 .877 -17.8987 20.5654

d 6.00000 8.34000 .492 -13.2321 25.2321

b

a 14.66667 8.34000 .117 -4.5654 33.8987

c 16.00000 8.34000 .091 -3.2321 35.2321

d 20.66667* 8.34000 .038 1.4346 39.8987

c

a -1.33333 8.34000 .877 -20.5654 17.8987

b -16.00000 8.34000 .091 -35.2321 3.2321

d 4.66667 8.34000 .591 -14.5654 23.8987

d

a -6.00000 8.34000 .492 -25.2321 13.2321

b -20.66667* 8.34000 .038 -39.8987 -1.4346

c -4.66667 8.34000 .591 -23.8987 14.5654

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 54: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

39

Lampiran 4. Presentase (%) prevalensi Serangan Jamur pada telur ikan mas

(Cyprinus carpio Linn) pada setiap perlakuan selama penelitian.

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-rata

1 2 3

A= Waktu perendaman 5 menit

16 12 25 53 17,67

B= Waktu perendaman 10 menit 12 10 9 31 10,33

C= Waktu perendaman 15 menit 16 33 25 74 24,67

D= Waktu perendaman 20 menit 25 24 33 100 33,33

Page 55: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

40

Lampiran 5. Hasil Analisis Varians Tingkat Prevalensi Serangan Jamur

ANOVA

hasil

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups

868.333 3 289.444 6.051 .019

Within Groups 382.667 8 47.833

Total 1251.000 11

Page 56: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

41

Lampiran 6. Hasil Uji Lanjut LSD pada Tingkat Prevalensi Serangan Jamur

Multiple

Compariso

ns

Dependent

Variable:

hasil

LSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean

Difference (I-

J)

Std.

Error

Sig. 95%

Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

A

B 7.33333 5.64702 .230 -5.6887 20.3554

C -7.00000 5.64702 .250 -20.0221 6.0221

D -15.66667*

5.64702 .024 -28.6887 -2.6446

B

A -7.33333 5.64702 .230 -20.3554 5.6887

C -14.33333*

5.64702 .035 -27.3554 -1.3113

Page 57: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

42

d -23.00000*

5.64702 .004 -36.0221 -9.9779

C

a 7.00000 5.64702 .250 -6.0221 20.0221

b 14.33333*

5.64702 .035 1.3113 27.3554

d -8.66667 5.64702 .163 -21.6887 4.3554

D

a 15.66667*

5.64702 .024 2.6446 28.6887

b 23.00000*

5.64702 .004 9.9779 36.0221

c 8.66667 5.64702 .163 -4.3554 21.6887

*. The

mean

difference

is

significant

at the 0.05

level.

Page 58: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

43

Lampiran 7. Intensitas Serangan Jamur pada telur ikan mas (Cyprinus carpio)

pada setiap perlakuan selama penelitian

Perlakuan

Ulangan

Jumlah Rata-rata

1 2 3

A= Waktu perendaman 5 menit

1 2 1 5 1,33

B= Waktu perendaman 10 menit 0,5 0,5 1 2 0,67

C= Waktu perendaman 15 menit 1 2 2 4 1,67

D= Waktu perendaman 20 menit 3 3 2 8 2,67

Page 59: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

44

Lampiran 8. Hasil Analisis Varians Tingat Intensitas Serangan Jamur

ANOVA

hasil

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Between

Groups

6.250 3 2.083 7.692 .010

Within Groups 2.167 8 .271

Total 8.417 11

Page 60: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

45

Lampiran 9. Hasil uji Lanjut LSD pada Tingkat Serangan Jamur

Multiple

Compariso

ns

Dependent

Variable:

hasil

LSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean

Difference (I-

J)

Std.

Error

Sig. 95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

A

b .66667 .42492 .155 -.3132 1.6465

c -.33333 .42492 .455 -1.3132 .6465

d -1.33333*

.42492 .014 -2.3132 -.3535

B

a -.66667 .42492 .155 -1.6465 .3132

c -1.00000*

.42492 .046 -1.9799 -.0201

d -2.00000*

.42492 .002 -2.9799 -1.0201

Page 61: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

46

C

a .33333 .42492 .455 -.6465 1.3132

b 1.00000*

.42492 .046 .0201 1.9799

d -1.00000*

.42492 .046 -1.9799 -.0201

D

a 1.33333*

.42492 .014 .3535 2.3132

b 2.00000*

.42492 .002 1.0201 2.9799

c 1.00000*

.42492 .046 .0201 1.9799

*. The

mean

difference

is

significant

at the 0.05

level.

Page 62: SKRIPSI OPTIMASI LAMA PERENDAMAN LARUTAN DAUN …

47

1. Proses pengeringan wadah 2. Telur yang menempel pada kakaban

3. Proses penetasan telur 4. Blower dan kelengkapan aerasi