novel dalam mihrab cinta - digilib.uns.ac.id/novel...novel dalam mihrab cinta - digilib.uns.ac.id

114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Oleh: USWATUN SIWI P. K1208125 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

Upload: duongque

Post on 17-Mar-2019

257 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NOVEL DALAM MIHRAB CINTA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

(KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

SKRIPSI

Oleh:

USWATUN SIWI P.

K1208125

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Uswatun Siwi P

NIM : K1208125

Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”NOVEL DALAM MIHRAB CINTA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI

SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)” ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juni 2012

Yang membuat pernyataan,

Uswatun Siwi P.

Page 3: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

NOVEL DALAM MIHRAB CINTA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

(KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

Oleh :

USWATUN SIWI P.

K1208125

Skripsi

Ditulis dan Disajikan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Page 5: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Page 6: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh”

(Confusius)

“When there is a will, There is a way”

(Alm. Ayahanda)

“Jangan merusak apa yang kau miliki sekarang dengan mengejar sesuatu yang

tidak mungkin kau miliki. Sebab, apa yang ada padamu saat ini bisa jadi

merupakan salah satu dari banyak hal yang paling kau impikan”

(USP “Penulis”)

“Pintere Butuh Sregep, Sinaune Butuh Greget”

(Zakkiy Nanang Al Rasyid, S.E.)

“Jangan pernah menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan,

yakinlah suatu saat hal itu akan terwujud karena doa dan usahamu”

(Niken Eka Cahyani, S.Pd.)

Page 7: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Ya Rabb, dengan segala rasa syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini sebagai

salah satu wujud cinta dan terima kasihku untuk:

Alm.Ayah & Bunda tercinta “Suparman Manduro & Kasih Manduro”

Alm.Ayah adalah ayah yang luar biasa yang dulu tak pernah henti memberiku

nasihat, motivasi, menyayangiku, dan memanjakanku. Bunda yang tak pernah jemu

mendoakan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan yang telah diberikan

untukku selama ini dan mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas

cinta dan kasih sayang kalian. Aku bangga dan bahagia punya kalian.

Abangku tersayang Zakkiy Nanang Al Rasyid dan kakakku Niken Eka C.

Terimakasih abang kau selalu belajar menjadi pengganti Ayah untuk selalu

menasihati dan memotivasiku. Kak Niken terimakasih untuk selalu mendukung

hatiku ketika semua tak memihak saat hatiku telah memilih.

Fandri Minandar

Terimakasih sudah mau mengisi hatiku untuk mengikuti alur hidupku. Aku

berharap semoga cerita indah pada akhirnya.

Sahabatku Five Bamboe (Rina, Nadin, Nita, dan Winda)

Terimakasih kalian telah menemaniku selama ini, kalian adalah hal terindah yang

aku miliki. Semua kenangan kita selama ini tak akan pernah aku lupakan.

Teman-teman Bastind angkatan‟08

Terimakasih atas kerja sama dan dukungan kalian selama ini.

Almamater

Page 8: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Uswatun Siwi P.. K1208125. NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA

HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN

NILAI PENDIDIKAN). Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik yang

terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Sirazhy, (2)

faktor yang melatarbelakangi penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Sirazhy, (3) nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta

karya Habiburrahman El Shirazy, (4) tanggapan pembaca mengenai novel Dalam

Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif, dengan menggunakan

pendekatan sosiologi sastra. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah novel

Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dan informan. Pengumpulan

data dilakukan dengan analisis dokumen yang berupa novel, langkah-langkahnya:

(1) membaca novel Dalam Mihrab Cinta secara berulang-ulang, (2) mencatat

kutipan kalimat-kalimat yang menggambarkan objek yang dianalisis. Validitas data

yang diperoleh melalui triangulasi teori. Teknik analisis data menggunakan teknik

analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) yang meliputi: reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Simpulan penelitian ini adalah: (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam

novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy; penokohan (tokoh

utama: Syamsul; tokoh protagonis: Silvie dan Zizi; tokoh antagonis: Burhan, tokoh

tambahan: Ayub, Pak Broto, Pak Heru, Zaim, Bu Bambang, Nadia, Della, Dody

Alpad, Kiai Miftah, Kiai Baejuri), plot/ alurnya maju, latar/ setting di pesantren,

sudut pandangnya persona ketiga “Dia” jenis mahatahu, temanya tentang lika-liku

kehidupan yang harus dilalui oleh seorang, (2) faktor yang melatarbelakangi

penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta, yaitu adanya becik ketitik ala kethara

bahwa yang baik akan terlihat dan yang tidak baik akan tampak nantinya, (3) nilai

pendidikan (nilai agama: ketakwaan pada Tuhan; nilai sosial: tolong menolong,

menyadari keterbatasan diri, musyawarah; nilai moral: kejujuran, kedisiplinan,

kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, tanggung jawab, larangan memfitnah,

optimis, husnudzon, menepati janji, dermawan; nilai estetis: penggunaan kata dari

bahasa jawa, berhubungan dengan kasih sayang/ romantisme), (4) tanggapan

pembaca mengenai novel Dalam Mihrab Cinta, pada umumnya mereka merasa

terbawa suasana ketika membaca novel tersebut.

Kata Kunci: novel, sosiologi sastra, nilai pendidikan

Page 9: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul ”NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA

HABUBURRAHMAN EL SHIRAZY (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN

NILAI PENDIDIKAN)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan

dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S.,M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan dalam skripsi ini.

3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S.,M.Hum., selaku Ketua Program Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga memberikan persetujuan dalam skripsi

ini.

4. Almh. Dra. Suharyanti, M.Hum., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan motivasi sejak penyusunan, penelitian, hingga skripsi

ini selesai.

5. Dr. Suyitno, M.Pd., selaku pengganti pembiming I yang telah mengarahkan

saya dalam penyelesaian ujian skripsi hingga akhir.

6. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd., selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan,

arahan, dan motivasi sejak penyusunan, penelitian, hingga skripsi ini selesai.

7. Dra. Sumarwati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang selama ini turut

memantau, dan menyemangati peneliti

Page 10: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan beragam ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

9. Keluarga tercinta yang telah membiayai dan menyediakan sarana prasarana selama

kuliah dan selalu memberi doa serta semangat setiap saat.

10. Teman-teman Bastind angkatan‟08 dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan selama penelitian.

Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut mendapat pahala

dan imbalan dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga karya ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dan pengajaran Bahasa

Indonesia.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 11: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v

HALAMAN MOTTO ........................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii

ABSTRAK ............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ........................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah .................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan ................................ 5

B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 21

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 21

C. Data dan Sumber Data .............................................................. 22

D. Teknik Pengambilan Sampel .................................................... 22

E. Pengumpulan Data .................................................................... 22

F. Uji Validitas Data ..................................................................... 22

G. Analisis Data ............................................................................. 23

Page 12: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

H. Prosedur Penelitian ................................................................... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ........................................................................... 25

B. Analisis Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El

Shirazy ...................................................................................... 26

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................... 94

B. Implikasi ................................................................................... 97

C. Saran ......................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 20

2. Model Analisis Jalinan atau Mengalir ........................................... 24

Page 14: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................... 21

Page 15: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Biografi Pengarang ........................................................................ 102

2. Sinopsis Novel Dalam Mihrab Cinta ............................................ 105

3. Hasil Wawancara dengan Pembaca I ............................................. 110

4. Hasil Wawancara dengan Pembaca II ........................................... 111

5. Hasil Wawancara dengan Pembaca III .......................................... 113

6. Hasil Wawancara dengan Pembaca IV .......................................... 115

7. Hasil Wawancara dengan Pembaca V ........................................... 117

8. Surat Permohonan Izi Menyusun Skripsi ...................................... 119

9. Surat Izin Menyusun Skripsi ......................................................... 120

Page 16: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan ekspresi dan

kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan, antara lain seperti perasaan,

semangat, kepercayaan, dan keyakinan sehingga mampu membangkitkan

kekaguman.

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik

sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial karena merupakan

konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra “menyajikan kehidupan”, dan

“kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra

juga “meniru” alam dan dunia subjektif manusia. (dalam Warren & Wellek, 1990:

109).

Sastra adalah bagian hidup dari sebagian besar pencipta dan penikmat

karya sastra. Oleh sebab itu, pada zaman ini kedudukan sastra dianggap

mempunyai peran penting. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni

yang objeknya adalah manusia dan kehidupan dengan bahasa sebagai media

penyampaiannya. Hasil dari sastra berupa karya sastra. Karya sastra merupakan

bentuk cerminan atau gambaran kehidupan masyarakat yang kreatif dan produktif

dalam menghasilkan sebuah karya. Melalui karya sastra pengarang berusaha

mengungkapkan kehidupan masyarakat yang mereka alami atau yang mereka

rasakan dalam bentuk sebuah tulisan.

Sebuah karya sastra dikatakan baik bukan hanya terlihat dari keberhasilan

karya tersebut dalam merangkai kata-kata yang indah, tetapi juga dari

kemanfaatan karya tersebut memahami pola-pola kehidupan manusia pada

umumnya dan juga memahami adanya nilai-nilai pendidikan dalam suatu karya

tersebut.

Karya sastra baik itu novel, cerpen, puisi, dan drama merupakan dokumen

sosial, karena di dalamnya terdapat berbagai permasalahan kehidupan manusia

Page 17: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

yang menyangkut moral, sosial, psikologi, agama, kasih sayang, nafsu, dan cinta

yang dialami manusia, juga lukisan penderitaan manusia. Hal tersebut terkadang

terasa sangat nyata dan hidup karena jalinan hubungan tokoh, tempat, dan

peristiwa-peristiwa yang benar-benar ada atau pernah terjadi pada masyarakat

pada kurun waktu tertentu.

Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema

kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra

menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh

terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai

karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah

anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak

dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan

sekaligus membentuknya.

Karya sastra bersifat dulce et utile yang artinya bahwa karya sastra itu

harus indah dan berguna. Kata indah dapat diartikan bahwa sastra harus dapat

menjadi hiburan, sedangkan kata berguna diartikan bahwa sastra mampu

memberikan nilai tambah terhadap pembacanya.

Pengarang dalam menciptakan suatu karyanya selalu mengaitkan cerita

dengan kehidupan sehari-hari pengarang ataupun masyarakat di sekitarnya.

Tinjauan sosiologi sastra berhubungan langsung dengan stabilitas sosial yang

menghubungkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini merupakan

tinjauan mengenai proses-proses sosial yang terjadi di masyarakat. Sosiologi juga

berhubungan dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi secara berangsur-

angsur maupun secara revosioner dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

perubahan tersebut.

Sosiologi mempelajari permasalahan manusia dalam kehidupannya.

Sosiologi menggambarkan mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural,

yang dengannya individu dialokasikan pada penerimaan peran-peran tertentu

dalam struktur sosial.

Page 18: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Habiburrahman El Shirazy dalam novelnya yang berjudul “Dalam Mihrab

Cinta” merupakan novel pembangun jiwa untuk memukau penggemar sastra agar

bisa dijadikan pedoman hidup. Pembaca novel ini bisa menumbuhkan rasa

cintanya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan membekali hidupnya yang

bermanfaat, karena novel ini mengisahkan seorang pemuda yang memiliki cita-

cita menjadi seorang ulama, tetapi dikarenakan ulah fitnah dari seorang temannya

maka nasib pemuda itu terabaikan sehingga ia dikeluarkan dari pesantren, dengan

memilih hidupnya merantau ke daerah lain sehingga nasibnya yang malang itu

berubah menjadi lebih baik dan cita-citanya tercapai pula dengan ia hidup

mandiri.

Novel Dalam Mihrab Cinta ini banyak diminati pembaca dari semua

kalangan, selain ceritanya yang membangun jiwa, novel ini juga merupakan novel

terbaru dari Kang Abik dan laris di pasaran. Dalam cerita novel ini terdapat

banyak konflik dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tokoh utama dalam

novel ini. Selain itu, terdapat juga nilai-nilai pendidikan dalam novel tersebut,

maka dengan itu semua saya selaku peneliti tertarik untuk menganalisis novel

tersebut dengan judul “Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habibburrahman EI

Shirazy (Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab

Cinta karya Habiburrahman El Shirazy?

2. Faktor apa yang melatarbelakangi penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta

karya Habiburrahman El Sirazhy?

3. Bagaimanakah nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy?

4. Bagaimanakah tanggapan pembaca terhadap novel Dalam Mihrab Cinta

karya Habiburrahman El Shirazy?

Page 19: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan:

1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy.

2. Faktor yang melatarbelakangi penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy.

3. Nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy.

4. Tanggapan pembaca mengenai novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah secara teoretis

kepada pembaca dalam hal telaah karya sastra, khususnya untuk kajian

sosiologi sastra.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan dan minat baca khususnya bagi mahasiswa agar lebih

memahami karya sastra, dan dapat mengambil nilai positif terhadap

karya yang disajikan.

b. Bagi guru/ dosen Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan acuan dalam pembelajaran sastra dan dapat

dipraktikkan dalam pengajaran sastra tentang nilai-nilai yang ada dalam

karya sastra.

Page 20: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan dari kata

novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan

jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis

novel ini muncul kemudian (Tarigan, 1991: 164).

Burhan Murgiyantoro (2005: 4) dalam bukunya yang berjudul Teori

Pengkajian Fiksi mengungkapkan bahwa novel sebagai suatu karya fiksi

yang menawarkan suatu dunia, yaitu dunia yang berisi suatu model yang

diidealkan, dunia imajiner, yang dibandingkan melalui berbagai unsur

intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut

pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja bersifat imajinatif.

Dalam “The American College Dictionary” dapat dijumpai keterangan

bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif serta adegan kehidupan

nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak

kacau atau kusut. Selain itu, dalam “The Advanced Learner’s Dictionary of

Current English” dapat kita jumpai keterangan bahasa novel adalah suatu

cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih, yang

menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif (dalam

Tarigan, 1991: 164).

Novel menyajikan kehidupan itu sendiri. Sebagian besar terdiri atas

kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan kehidupan

subyektivitas manusia (Wellek dan Warren, 1990: 109).

Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian novel, dapat

disimpulkan bahwa novel merupakan salah satu wujud cerita rekaan yang

mengisahkan salah satu bagian nyata dari kehidupan orang-orang dengan

Page 21: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

segala pergolakan jiwa dan melahirkan suatu konflik yang pada akhirnya

dapat mengalihkan jalan kehidupan mereka atau nasib hidup mereka.

b. Jenis-jenis Novel

Mochtar Lubis yang dikutip dalam Henry Guntur Tarigan

menyebutkan berpendapat bahwa jenis novel seperti: 1) novel avontur, 2)

novel psikologis, 3) novel detektif, 4) novel sosial, 5) novel kolektif (1984:

167).

Novel avontur adalah novel lakon atau hero utama. Pengalaman

pertama dimulai pada awal cerita, melalui pengalaman-pengalaman lain

hingga ke akhir cerita. Dalam novel avontur tersebut juga terdapat tokoh

yang mempunyai sifat-sifat romantis, yaitu heroisme atau lakon wanita.

Pengalaman-pengalaman itu sering merupakan rintangan-rintangan bagi

lakon untuk mencapai tujuan. Novel psikologis mengutamakan pemeriksaan

seluruhnya dari semua pikiran-pikiran para pelaku atau tokoh. Novel detektif

merupakan novel yang menceritakan cara membongkar rahasia kejahatan

pelaku. Dalam novel detektif dibutuhkan bukti-bukti kejahatan yang kuat

agar dapat menangkap si pelaku kejahatan. Dalam novel sosial pelaku pria

dan wanita tenggelam dalam masyarakat, dalam kelas atau golongannya.

Tiap-tiap golongan suatu waktu akan bentrok, berbenturan, pemogokan, dan

revolusi. Fiksi gotik menceritakan cerita-cerita horor fakta-fakta disajikan

sedemikian rupa sehingga memancing dan melahirkan mimpi yang

menakutkan.

c. Unsur-unsur Novel

Dalam sebuah karya sastra terdapat unsur-unsur yang membangun di

dalamnya, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Adanya unsur-unsur

tersebut merupakan keharusan untuk dimasukkan dalam suatu karya sastra

baik novel, cerpen, puisi, dan drama.

1) Unsur Intrinsik

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 23) unsur intrinsik adalah

unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur yang

dimaksud ada tujuh, yaitu: plot/ alur cerita, tema, penokohan, latar/

Page 22: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

setting, sudut pandang, gaya bahasa, dan suasana cerita. Ketujuh unsur

intrinsik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Plot/ Alur cerita

Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit

orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara

berbagai unsur fiksi yang lain.

Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 113)

mengemukakan bahwa plot sebuah karya fiksi merupakan struktur

peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam

pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk

mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.

Lebih lanjut H.G Tarigan (1991: 126) mengemukakan bahwa

pada prinsipnya seperti bentuk sastra lainnya, suatu fiksi haruslah

bergerak dari suatu permulaan (beginning) melalui suatu

pertengahan (middle) menuju suatu akhir (ending) yang dalam

dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan

resolusi (atau denouement).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa plot/ alur adalah salah satu unsur intrinsik yang

merupakan rangkaian kejadian atau peristiwa yang berurutan dan

membangun suatu cerita di mana peristiwa yang satu dapat

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain sehingga membuat

seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang

selanjutnya.

b) Tema

Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna

(pengalaman) kehidupan. Melalui karyanya itulah pengarang

menawarkan makna tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk

melihat, merasakan, dan menghayati makna (pengalaman)

kehidupan tersebut dengan cara memandang permasalahan itu

sebagaimana ia memandangnya (Nurgiyantoro, 2005: 71).

Page 23: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2005: 70) mengartikan tema

sebagai “makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan

sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana”. Tema,

menurutnya, kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama

(central idea) dan tujuan utama (central purpose).

Shipley mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik

umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita.

Shipley membedakan tema-tema karya sastra ke dalam lima

tingkatan. Tingkatan tersebut pertama didasarkan tingkatan

pengalaman jiwa, yang disusun dari tingkatan yang paling

sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup, ke tingkat yang

paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia (dalam

Nurgiyantoro, 2005: 80)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

tema adalah makna khusus atau gagasan umum dari sebuah cerita

yang dipergunakan oleh penulis untuk mengembangkan cerita.

c) Penokohan

Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2005: 165), penokohan

adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.

Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:

165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki

kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 176-194) tokoh-tokoh

dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis

penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan.

Adapun beberapa tokoh cerita tersebut antara lain:

1. Tokoh utama dan tokoh tambahan

Page 24: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai

kejadian. Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya

dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu

pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.

2. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005:

178) mengatakan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang

kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut

hero, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma,

nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis juga disebut

tokoh baik yang dapat mendatangkan simpati para

pembacanya. Tokoh antagonis dapat disebut sebagai tokoh

jahat, yaitu yang menimbulkan perasaan antipati dan benci

pada para tokoh pembacanya.

3. Tokoh sederhana dan tokoh bulat

Tokoh sederhana, dalam bentuknya yang asli adalah

tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu

sifat watak yang tertentu saja. Tokoh sederhana boleh saja

melakukan berbagai tindakan, namun semua tindakannya itu

akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang memiliki dan

yang diformulakan itu.

Tokoh bulat, kompleks, berbeda halnya dengan tokoh

sederhana adalah tokoh yang memiliki dan diungkapkan

berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya

dan jati dirinya.

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 183)

dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih

menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di

samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan,

ia juga sering memberikan kejutan.

Page 25: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

4. Tokoh statis dan tokoh berkembang

Alterbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005: 188)

mengatakan bahwa tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara

esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan

perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa. Tokoh

berkembang, adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan

dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan

(dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Tokoh

berkembang secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya,

baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lainnya, yang

kesemuanya itu akan memengaruhi sikap, watak, dan tingkah

laku.

5. Tokoh tipikal dan tokoh netral

Alterbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2005: 190)

mengatakan bahwa tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya

sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih

banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya,

atau sesuatu yang lain yang bersifat mewakili.

Tokoh netral merupakan tokoh cerita yang

bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan

tokoh imajiner yang hanya hidup dan berinteraksi dalam dunia

fiksi. Tokoh netral hadir (atau dihadirkan) semata-mata demi

cerita atau bahkan tokoh inilah yang sebenarnya mempunyai

cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan. Kehadirannya tidak

berprestensi untuk mewakili atau menggambarkan sesuatu

yang di luar dirinya, seseorang yang berasal dari dunia nyata.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa penokohan merupakan penentuan tokoh-

tokoh dalam suatu cerita yang terlibat dalam berbagai peristiwa

dalam cerita atau karya naratif.

Page 26: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

d) Latar/ Setting

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,

menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 216). Selanjutnya,

Stanton mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot, ke

dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan

dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita

fiksi.

Menurut H.J Waluyo dan Nugraheni (2009: 34) setting

adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita dapat

berkaitan dengan aspek fisik aspek sosiologis, dan aspek psikis.

Namun, setting juga dapat diartikan dengan tempat dan waktu.

Hudson (dalam H.J Waluyo dan Nugraheni, 2009: 34) menyatakan

bahwa setting adalah keseluruhan lingkungan cerita yang di

dalamnya meliputi adat istiadat, kebiasaan, dan pandangan hidup

tokoh.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

latar atau setting adalah suatu keadaan atau suasana yang

menggambarkan suatu tempat, ruang, dan waktu di mana peristiwa

itu terjadi.

e) Sudut pandang

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 248) menyatakan

bahwa point of view atau sudut pandang merupakan cara dan atau

pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk

menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang

membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Point of view atau sudut pandang adalah teknik yang

digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita itu (H.J

Waluyo dan Nugraheni, 2009: 37).

Page 27: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Menurut Genette (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 250)

pemilihan sudut pandang menjadi penting karena hal itu tak hanya

berhubungan dengan masalah gaya saja, waktu tak disangkal

bahwa pemilihan bentuk-bentuk gramatika dan retorika juga

penting dan berpengaruh. Namun, biasanya pemilihan bentuk-

bentuk tersebut bersifat sederhana, di samping hal itu merupakan

konsekuensi otomatis dari pemilihan sudut pandang tertentu.

Sudut pandang banyak macamnya tergantung dari sudut

mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan. Nurgiyantoro

(2005: 256-269) membedakan sudut pandang menjadi tiga bagian,

yaitu sudut pandang persona ketiga “dia”, sudut pandang persona

pertama “aku”, dan sudut pandang campuran.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah cara

pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut

mana pengarang memandang ceritanya, yang terdiri dari tiga

bagian, yaitu sudut pandang orang pertama “aku”, sudut pandang

orang ketiga “dia”, dan sudut pandang campuran.

f) Gaya bahasa

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005: 276-277)

stile (style, gaya bahasa) adalah cara mengucapkan bahasa dalam

prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu

yang akan dikemukakan. Lebih lanjut, Nurgiyantoro

mengungkapkan bahwa pada hakikatnya style merupakan teknik,

teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili

sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri di pihak lain,

juga merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat

pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang dipergunakan dalam

sebuah karya.

g) Suasana cerita

Forster (dalam Nurgiyantoro, 2005: 91) mengartikan cerita

sebagai narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan

Page 28: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

urutan waktu. Sebuah cerita merupakan hal yang fundamental

dalam karya fiksi. Tanpa unsur cerita, eksistensi sebuah fiksi tak

mungkin terwujud. Sebab, cerita merupakan inti sebuah karya fiksi

yang sendiri. Bagus tidaknya cerita yang disajikan, di samping

akan memotivasi seseorang untuk membacanya, juga akan

memengaruhi unsur-unsur pembangun lainnya.

Seperti halnya Forster, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:

91) juga memberikan pengertian cerita sebagai sebuah urutan

kejadian yang sederhana dalam urutan waktu, dan Kenny

mengartikannya sebagai peristiwa-peristiwa yang terjadi

berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi.

Jadi, dalam cerita peristiwa yang satu berlangsung sesudah

terjadinya peristiwa yang lain.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa suasana

cerita adalah cara yang digunakan pengarang untuk

menggambarkan atau melukiskan secara keseluruhan cerita dalam

suatu karya fiksi berdasarkan urutan waktu.

2) Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya

sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau

sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat

dikatakan sebagai unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita karya

sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau

demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun

cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel

haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2005: 24) menyatakan

bahwa unsur ekstrinsik terdiri dari sejumlah unsur, di dalamnya

terdapat keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,

keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan

memengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi

Page 29: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pengarang akan turut menentukan corak karya yang dihasilkannya.

Unsur ekstrinsik selanjutnya adalah psikologi, baik psikologi

pengarang, psikologi pembaca, maupun psikologi dalam karya.

Keadaan lingkungan pengarang, ekonomi, politik, dan sosial juga akan

sangat berpengaruh terhadap karya sastra, dan hal tersebut termasuk

juga ke dalam unsur ekstrinsik.

2. Pendekatan Sosiologi Sastra

a. Hakikat Sosiologi Sastra

Secara harfiah sosiologi berasal dari kata Latin “socius” yang berarti

“sahabat, kawan atau masyarakat” dan kata Yunani “logos” yang berarti

“ilmu”. Jadi, sosiologi adalah ilmu mengenai masyarakat atau ilmu tentang

cara bergaul yang baik dalam masyarakat.

Lewat penelitian mengenai lembaga-lembaga sosial, agama,

ekonomi, politik, dan keluarga yang secara bersama-sama membentuk apa

yang disebut sebagai struktur sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga

yang secara bersama-sama membentuk apa yang disebut sebagai struktur

sosial. Sosiologi dikatakan memeroleh gambaran mengenai cara-cara

menyesuaikan dirinya dengan dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat

tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialitas, proses belajar secara

kultural yang dengannya individu-individu dialokasikannya pada dan

menerima peranan tertentu dalam struktur sosial itu.

Menurut Ratna (2009: 332-333) ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat

dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat,

sebagai berikut.

1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita,

disalin oleh penyalin, ketiganya adalah anggota masyarakat.

2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek

kehidupan yang terjadi dalam masyarakat yang pada gilirannya juga

difungsikan oleh masyarakat.

Page 30: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3. Medium karya sastra baik lisan maupun tulisan dipinjam melalui

kompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung

masalah kemasyarakatan.

4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, dan adat-istiadat dan

tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetik, etika, bahkan

juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga

aspek tersebut.

5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat

intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu

karya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra

dapat meneliti melalui tiga perspektif, pertama, perspektif teks sastra,

artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan

masyarakat dan sebaliknya. Kedua, persepektif biologis, yaitu peneliti

menganalisis dari sisi pengarang. Perspektif ini akan berhubungan dengan

kehidupan pengarang dan latar kehidupan sosial, budayanya. Ketiga,

perspektif reseptif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat

terhadap teks sastra.

b. Pendekatan Sosiologi Sastra

Pendekatan sosiologi menganalisis manusia dalam masyarakat,

dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Sosiologi

sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta,

namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan

pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat

hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu

mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup

luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu

oleh karya sastra.

Demikianlah, pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada

aspek dokumenter sastra, dengan landasan suatu pandangan bahwa sastra

merupakan gambaran atau potret fenomena sosial.

Page 31: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Menurut Ratna (2003: 2) ada sejumlah definisi mengenai sosiologi

sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka menemukan objektivitas

hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara lain.

1. Pemahaman terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek

kemasyarakatannya.

2. Pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek

kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya.

3. Pemahaman terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan

masyarakat yang melatarbelakangi.

4. Sosiologi sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra

dengan masyarakat.

5. Sosiologi sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara

sastra dengan masyarakat.

Dalam bukunya A Glossary of Literarye Terms (1981: 178).

Abrams menulis bahwa dari sosiologi sastra ada tiga perhatian yang dapat

dilakukan oleh kritikus atau peneliti, yaitu:

1. Penulis dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.

2. Karya dengan kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya.

3. Audiens atau pembaca.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak

terlepas dari manusia dan masyarakat yang bertumpu pada karya sastra

sebagai objek yang dibicarakan.

3. Hakikat Nilai Pendidikan

Nilai merupakan sesuatu yang menjadi faktor kelayakan/ kepatuhan bagi

suatu benda, makhluk atau apapun yang ditunjuknya. Istilah pendidikan secara

etimologi berasal dari bahasa Inggris to educate yang berarti mendidik dan

kemudian berkembang menjadi education yang kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia yang berarti pendidikan.

Redja Mudyaharjo (2001: 45-46) mengartikan pendidikan sebagai

pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

Page 32: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

hidup. Segala situasi hidup yang memengaruhi perkembangan individu dapat

disebut sebagai pendidikan.

Menurut UU No. 20 th 2003 (dalam Hasbullah, 2005: 4) pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat nilai

pendidikan adalah suatu kegiatan pengamatan belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup yang secara sadar, disengaja, terencana,

dan penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada peserta

didik untuk mewujudkan suasana belajar sehingga peserta didik aktif

mengembangkan potensi dirinya dalam segala hal.

4. Nilai Pendidikan dalam Sastra

Hubungan antara sastra dan pendidikan sengatlah erat dan tidak

terpisahkan. Hubungan ini disebabkan oleh kandungan nilai didik di dalam karya

sastra. Nilai pendidikan di dalam karya sastra tidak selalu berupa nasehat atau

petuah pembaca, tetapi dapat pula berupa kritikan yang pedas maupun yang

membangun bagi seseorang, sekelompok orang atau struktur sosial yang tidak

sesuai dengan harapan pengarang di dalam kehidupan nyata.

Berbagai jenis nilai sastra secara garis besar nilai pendidikan dalam sastra

dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu nilai agama, nilai sosial, dan

nilai moral, dan nilai estetis.

a. Nilai Agama dalam Sastra

Nilai agama adalah nilai yang mendasari dan menuntun tindakan

hidup ketuhanan manusia, dalam mempertahankan dan mengembangkan

ketuhanan manusia dengan cara dan tujuan yang benar. Atar Semi (1993:

22) memberikan uraian mengenai hubungan agama dengan karya sastra

Page 33: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

bahwa agama merupakan dorongan penciptaan sastra, sebagai sumber ilham

sekaligus karya sastra bermuara pada agama.

Mangunwijaya (dalam Nurgiyantoro, 2005: 327) juga berpendapat

bahwa kehadiran unsur religious dan keagamaan dalam sastra adalah

keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang

bersifat religious.

Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih

baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai

religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat

karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan

yang bersumber pada nilai-nilai agama.

b. Nilai Sosial dalam Sastra

Nilai pendidikan sosial adalah tata sosial tertentu yang

mengungkapkan sesuatu hal yang bisa direnungkan. Dalam karya sastra

dengan ekspresi pengungkapan nilai sosial pada akhirnya dapat dijadikan

cermin sikap para pembacanya. Karya sastra dapat berfungsi sebagai daya

penggoncang nilai-nilai sosial yang sudah mapan (Suyitno, 1986: 5).

c. Nilai Moral dalam Sastra

Moral memang sulit dipisahkan dari masalah agama dan sosial.

Dalam moral ada unsur moral agama, sosial, dan moral-moral yang lain,

sehingga moral ini merupakan sesuatu yang kompleks yang selalu dihadapi

seseorang. Budi pekerti teladan seringkali dihubungkan dengan masalah

moral. Berkaitan dengan karya sastra yang diibaratkan dengan itikad baik

tidak sunyi dari untaian hikmah di antara seru derunya konflik/ peristiwa

akan lebih memberikan kekayaan nilai didik bagi pembacanya.

d. Nilai Estetis dalam Sastra

Pada hakikatnya manusia sebagai makhluk estetis, makhluk yang

dapat merasakan dan menghayati keindahan, maksudnya adalah mendidik

agar seseorang dapat merasakan dan mencintai segala sesuatu yang indah

dan selalu menurut norma-norma keindahan.

Page 34: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Atar Semi (1993: 56) berpendapat bahwa fungsi estetika sastra

adalah penampilan karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan

keindahan bagi pembacanya. Suyitno (1989: 11) berpendapat bahwa sastra

tidak hanya sekedar memberi kesenangan, tetapi juga memberi pengetahuan

serta pencernaan yang menghayat tentang hakikat kehidupan bernilai.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Ana Fitria Vivi

S (2011), mahasiswa Program Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan

judul Kehidupan Pesantren dalam Novel Geni Jora Karya Abidah El Khaleqy

(Kajian Sosiologi Sastra). Hasil dari penelian tersebut dapat disimpulkan

bahwa dalam novel Geni Jora Karya Abidah El Khaleqy membahas tentang

sosiologi sastra yang mempelajari tentang hubungan sosial antara sesama

individu, antara individu dengan kelompok dan masyarakat.

2. Penelitian yeng dilakukan oleh Susilowati (2004), mahasiswa Program

Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Kumpulan Cerpen

Mereka Bilang Saya Monyet Karya Djenar Mahesa Ayu (Tinjauan Sosiologi

Sastra)”. Berkesimpulan: 1) keterjalinan unsur intrinsik dalam membangun

makna totalitas dalam cerita; 2) pandangan dunia pengarang merupakan

gambaran nyata dari realitas sosial yang ada dalam masyarakat; 3) nilai

edukatif yang terdapat dalam kumpulan cerpen tersebut.

3. Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Hamdan Nugroho (2011),

mahasiswa Program Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Analisis Sosiologi Sastra

Antara Religiusitas Pengarang dengan Karyanya: Sebuah Studi Literatur

Terhadap Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy”. Hasil

dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa novel tersebut membahas

hubungan latar belakang sosial pengarang dengan karyanya dan adanya nilai

edukatif dalam novel tersebut.

Page 35: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

C. Kerangka Berfikir

Sastra merupakan realita sosial dan juga lembaga sosial yang tidak lepas

dari situasi sosial di luarnya, yaitu masyarakat. Novel sebagai salah satu kajian

karya sastra yang merupakan hasil rekaan yang mengutamakan perasaan dan

kehidupan. Walaupun rekaan tetapi novel tidak lepas dari kenyataan sosial, baik

yang dilihat maupun yang dialami sendiri oleh pengarang.

Melalui novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy,

penulis mengkaji dengan kajian sosiologi sastra. Pendeskripsian bagaimana cara

pengarang mengangkat masalah dalam novel dan dihubungkan dengan keadaan

sosial setempat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

pemahaman pembaca terhadap unsur intrinsik apa yang terdapat dalam novel

Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, latar belakang pengarang

dalam menciptakan novel tersebut mengenai apa yang ingin disampaikan oleh

pengarang lewat karyanya, dan tanggapan pembaca mengenai novel Dalam

Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, sehingga dapat diketahui

eksistensi Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sebagai novel.

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir

Karya Sastra

Eksistensi

Dalam Mihrab

Cinta karya

Habiburrahman

El Shirazy

sebagai novel

Sosiologi Sastra

Novel Dalam

Mihrab Cinta

karya

Habiburrahman El

Shirazy

Unsur

Intrinsik

Latar

Belakang

Pengarang

Tanggapan

Pembaca

Page 36: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai kesusastraan, sehingga tidak

ada pembatasan khusus terhadap tempat dan waktu karena objek yang dikaji

berupa naskah (teks) sastra. Objek penelitian ini adalah novel Dalam Mihrab

Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Pelaksanaan ini dilakukan pada bulan

Januari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan/ Tahun 2012

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan Judul X

2. Pengajuan Proposal X X

3. Perizinan Penelitian X

4. Pengumpulan Data X X

5. Analisis Data X X

6. Penyusunan Laporan X X

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yaitu pendekatan

dalam menganalisis karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan untuk mengetahui makna totalitas suatu karya sastra.

Metode atau jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta dan hubungan kausal fenomena yang diteliti. Data yang ada

berupa pencatatan dokumen terurai dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk

angka.

Page 37: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

C. Data dan Sumber Data

1. Dokumen, yaitu kutipan kalimat-kalimat dari novel Dalam Mihrab Cinta

karya Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan oleh Ihwah Publishing

(Jakarta).

2. Informan, yaitu melakukan wawancara dengan pengamat sastra/ dosen dan

pembaca umum.

D. Teknik Sampling (Cuplikan)

Teknik yang digunakan untuk pengambilan data penelitian ini, yaitu

dengan menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan data yang

didasarkan pada pertimbangan tertentu (Sutopo, 2002: 56). Pertimbangan tertentu

artinya disesuaikan dengan tujuan penelitian, peneliti tidak memilih data secara

acak melainkan memilih data yang relevan dengan tujuan penelitian. Sampel

dalam penelitian ini adalah Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis dokumen yang

berupa novel. Langkah-langkah pengumpulan datanya sebagai berikut: 1)

membaca novel Dalam Mihrab Cinta secara berulang-ulang; 2) mencatat kutipan

kalimat-kalimat yang menggambarkan unsur intrinsik, latar belakang penciptaan

novel, dan nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta.

F. Uji Validitas Data

Dalam penelitian ini, uji validitas data yang digunakan penulis adalah

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut (Lexy J Moleong, 2001: 178)

Page 38: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Triangulasi yang digunakan penulis adalah:

1. Triangulasi teori, yaitu melakukan penelitian terhadap topik yang sama dan

datanya dianalisis dengan menggunakan teori yang berbeda-beda.

2. Teori sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh. Hal ini dilakukan dengan membandingkan

data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Dari data yang telah

terkumpul kemudian dianalisis.

G. Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam novel Dalam Miharab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy ini ada tiga komponen pokok, yaitu 1) reduksi data; 2)

penyajian data; dan 3) penarikan kesimpulan. Adapun keterangannya sebagai

berikut:

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan memlih-milih data yang penting dan

membuang data yang kurang penting. Data yang dipilih kemudian difokuskan

dan disesuaikan menurut kebutuhan penelitian, sehingga peneliti dapat

menyajikan data secara sistematis.

2. Penyajian Data (data display)

Langkah ini berupa kegiatan merakit informasi atau data secara teratur

dan terperinci supaya mudah dimengerti dan dianalisis.

3. Penarikan Kesimpulan (conclusing drawing)

Kegiatan yang sudah memasuki tahap membuat kesimpulan dari data

yang telah diperoleh sejak awal penelitian dan sampai akhir penelitian. Untuk

lebih jelas dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 39: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Masa Pengumpulan Data

------------------------------------------------------

Reduksi Data

Antisipasi Selama Pasca

Penyajian Data = Analisis

Selama Pasca

Penarikan Kesimpulan

Selama Pasca

Gambar 2: Model Analisis Jalinan atau Mengalir (Mattew B. Miles dan

A. Michael Huberman, 1992: 18)

H. Prosedur Penelitian

Prosedur ini melalui beberapa tahap antara lain:

1. Pengumpulan data yang berupa kutipan dari novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy.

2. Menyeleksi serta memilah data yang berupa kutipan yang telah berdasarkan

objek yang akan dianalisis, yaitu tentang unsur intrinsik, latar belakang

penciptaan novel, dan nilai pendidikan.

3. Menganalisis data yang telah diseleksi.

4. Menarik kesimpulan.

5. Membuat laporan penelitian.

Page 40: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dikaji

dengan kajian sosiologi sastra yang mendeskripsikan tentang unsur intrinsik

pada novel ini yang dilihat dari segi penokohan dengan pembagian beberapa

tokoh, yaitu tokoh utama (main character) dan tokoh tambahan (peripheral

character), tokoh protagonis dan antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat,

tokoh statis dan tokoh berkembang, dan tokoh tipikal dan tokoh netral. Latar

dalam novel Dalam Mihrab Cinta dilihat dari latar tempat, latar waktu, dan

latar sosial. Alur dalam novel ini dikembangkan sangat beragam, secara garis

besar dalam pembentukannya alurnya bersifat linear namun ada beberapa

peristiwa kecil yang menjadikan pola alur berubah, misalnya, dengan

memakai pola alur bawahan. Novel ini memiliki titik fokus pada tema.

Pendeskripsian faktor yang melatarbelakangi novel Dalam Mihrab

Cinta karya Habiburrahman El Sirazy adalah tentang perjalanan hidup

seorang pemuda yang penuh liku-liku dan dengan optimis melangkah

mencapai kesuksesan, baik soal ketakwaan pada Tuhan maupun mengenai

kisah percintaannya.

Pendeskripsian nilai pendidikan dalam novel ini memuat nilai agama,

sosial, moral, dan estetis. Pemahaman mengenai nilai agama melalui data

ucapan maupun perbuatan tokoh yang berhubungan dengan Tuhan. Nilai

sosial ditunjukkan melalui hubungan baik keluarga, masyarakat, dan

persahatan. Nilai moral berhubungan dengan sifat baik atau buruk para

tokohnya. Nilai estetis berkaitan dengan gaya bahasa atau majas yang

digunakan pengarang pada kedua novel tersebut dan nilai estetis yang bersifat

abstrak, misalnya percintaan/ romantisme, persahabatam, maupun kesetiaan.

Page 41: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

B. Analisis Novel Dalam Mihrab Cinta

Karya Habiburrahman El Shirazy

1. Unsur Intrinsik Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy

Analisis unsur intrinsik novel merupakan sebuah penelitian yang

mendasarkan objeknya pada unsur-unsur internal karya sastra. Unsur-unsur

instrinsik yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: penokohan, alur,

latar, sudut pandang, dan tema.

a. Penokohan

Dalam novel Dalam Mpihrab Cinta ini, penokohan sangat beragam

dan berkembang, maka penulis akan menarasikan dan menganalisis

penokohan yang ada dalam novel Dalam Mihrab Cinta sesuai dengan

kriteria dan jenis tokohnya yang belum tentu dari jumlah tokoh yang tidak

termasuk pada beberapa jenis tipikal tokoh.

1) Tokoh Utama (Main Character)

Tokoh utama novel Dalam Mihrab Cinta adalah Syamsul.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas tokoh utama adalah tokoh yang

mendominasi dalam keseluruhan cerita. Tokoh Syamsul merupakan

tokoh yang selalu ada dalam cerita novel ini. Dari awal cerita sampai

akhir cerita Syamsul selalu ada dan merupakan sudut pandang

penceritaan.

Dalam cerita ini, Syamsul adalah tokoh keras kepala (dalam

hal menentukan jalan hidupnya), berani, nekat, jujur, sopan, tanggung

jawab dan amanah. Di awal cerita diceritakan Syamsul merupakan

tokoh yang kontradiktif dengan keluarganya. Dia keras kepala dalam

menentukan jalan hidupnya. Keluarganya menginginkan dia menjadi

seseorang pengusaha batik yang sukses namun Syamsul berkeinginan

lain. Dia memilih menjadi santri di Kediri sebagaimana saran dari

imam Masjid Agung Pekalongan. Hal ini terlihat dalam kutipan

berikut:

Page 42: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

“Saat ia mengutarakan niatnya ke pesantren, ayah dan kedua

kakaknya terang-terangan tidak setuju. Tetapi ibu dan adik

perempuan satu-satunya mendukungnya.

“Ke pesantren? Mau jadi santri gudig?” Sinis kakak sulungnya.

“Kalau Cuma santri gudig mending, hla kalau nanti jadi teroris

bagaimana?” Sengit kakak keduanya.

“Kalian ini kok berpikiran buruk seperti itu. Ibumu ini dulu

juga pernah nyantri di Kaliwungu Kendal, pernah hidup di

pesantren lho. Apa kalian melihat ibumu ini seperti yang kalian

katakan itu? Gudigen atau teroris? Kalau adikmu ini mau ke

pesantren malah bagus. Di antara anggota keluarga ini nanti

ada yang benar-benar ngerti agama.”

Pembelaan ibunya itu semakin membulatkan tekadnya. Ia telah

menentukan jalannya. Bersama restu ibu ia takkan ragu

melangkah....” (DMC: 13)

“Ia genggam baik-baik pesan sang Imam. Ia semakin tahu jalan

mana yang harus ia tempuh. Restu ibu pun telah ia genggam.

Ia tersenyum dalam diam., ia semakin mantap untuk

melangkah maju. “Bismillah! Aku melangkah karenaMu, ya

Allah!” teriaknya dalam hati. Teriakan yang mantap sekali.

Teriakan yang menggema hingga ke tujuh petala langit dan

bumi. (DMC: 14)

Dalam sekuen yang lain, sikap Syamsul yang keras kepala

tetapi tetap selalu beralasan ketika dia meminta untuk melompat kelas

sandainya dia merasa sudah menguasai kitab yang sedang

dipelajarinya, yang secara peraturan tidak sesuai dengan sistem

pendidikan yang ada di pesantren Al Furqan. Seperti dalam kutipan

berikut:

“Begini, saya ini katakanlah masih nol. Maka begitu masuk

kitab Mabadi‟ul Fiqhiyyah. Kelas paling dasar. Nahwunya ya

Jurumiyyah. Katakanlah kurikulum kelas itu adalah enam

bulan. Saya masuk dan saya belajar sendiri kepada para senior

di luar jam resmi. Akhirnya dalam waktu tiga bulan saya bisa

menguasai seluruh materi kelas itu, saya minta ijin untuk

melompat ke kelas atasnya. Begitu bagaiman? Sebab jika saya

ikut waktu yang ditentukan, maka untuk sampai kelas Ihya‟

Ulumuddin saya umur berapa?” Jelas Syamsul secara terbuka.

(DMC: 37)

Page 43: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Keinginan Syamsul yang terkesan memaksa itu membuat

pengurus pesantren merasa tidak dihargai. Namun setelah

musyawarah, dan melihat kesungguh-sungguhannya, permintaan

Syamsul diterima.

Tidak hanya keras kepala, namun Syamsul memiliki

keberanian dan kejujuran yang luar biasa. Keberanian yang sangat luar

biasa ketika Syamsul pertama kali bertemu Zizi, dia menyelamatkan

Zizi dari seorang pencuri. Yang kedua ketika dia mencoba

mempertahankan keyakinannya ketika dia dituduh mencuri. Dia

berani bersumpah atas nama Allah dan berani menyumpahi Kiai

Miftah terhadap keputusannya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

“Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi Pak Kiai. Saya

tidak mencuri. Burhan yang tadi meminta saya mengambilkan

dompetnya ia berjanji akan mentraktir saya setelah

mengantarnya pergi ke dokter Pak Kiai. Biarlah seluruh laknat

Allah menimpa saya jika saya berdusta!” Syamsul bersumpah

dengan suara lantang. Kedua matanya menyala seperti mata

elang. (DMC: 77-78)

“Pak Kiai, Panjenengan belum melakukann tabayun yang

sesungguhnya pada saya.” Ia lalu memandangi wajah pengurus

pesantren yang ada di ruangan itu satu per satu, “Kalian

memutuskan hukuman untuk saya dengan semena-mena. Ini

kezaliman! Suatu saat kalian akan tahu siapa sebenarnya rayap

itu. Saya tak akan memaafkan dosa Pak Kiai dan dosa kalian

sebelum kalian mencium kaki saya. (DMC: 82-83)

Di samping Syamsul adalah tokoh yang nekat dalam

menempuh alur ceritanya. Setelah ia dikeluarkan dari pesantren

karena difitnah mencuri, dia pergi ke Semarang dan ke Jakarta.

Karena kondisi yang sedang kepepet dia melakukan pencurian yang

sebenarnya, dia mencopet seorang perempuan muda yang

membawanya ke penjara. Seperti dalam kutipan berikut:

Page 44: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

“Dan...naas!”

“Korbannya, seorang perempuan muda yang sangat waspada.

Ia ketahuan. Perempuan itu meneriakinya, “Copet! Tolong!”

Seketika itu juga langsung lompat dari bis dan lari sekencang-

kencangnya. Bis berhenti. Semua orang berteriak-teriak,

Copet, copet!” Orang mendengar hal itu langsung berlarian

mengejarnya. Ia lari ke arah Ngaliyan. Terus berlari.

Sesungguhnya ia adalah pelari yang cepat. Tetapi tubuhnya

yang lemas karena belum makan tidak bisa diajak kompromi.

Sampai dekat kampus dua IAIN Walisongo, ia tertangkap. Ia

babak belur dihakimi massa. Untung ada patroli polisi.

Nyawanya diselamatkan oleh polisi. (DMC: 105)

Selanjutnya, kenekatan Syamsul ketika dia menjadi guru ngaji

Della.

Syamsul nekat datang menawarkan diri menjadi guru ngajinya

Della berdasarkan informasi dari Satpam, sementara dia sedang

melakukan observasi (menyamar).

“Lalu dengan mantap ia memakir sepeda motornya di depan

rumah di Jalan Flamboyan no. 17. Ia pencet bel dan

mengucapkan salam. Seorang pembantu wanita agak tua dan

seorang anak muda membuka pintu garasi.

“Oh pak ustadz. Mau ketemu siapa?” Tanya anak muda.

“Pak Broto ada?”

“Ada. Silakan masuk Pak Ustadz.”

Dengan tenang ia masuk. Tak lama seorang lelaki gemuk

bersarung dan berbaju koko keluar.

“Oh Udtadz. Di mana kita pernah ketemu ya Pak Ustadz?” Pak

Broto merasa kenal.

Mungkin di suatu masjid. Saya juga lupa Pak Broto. Begini

Pak Broto langsung saja, ada yang memberi tahu saya katanya

Pak Broto perlu guru Privat ngaji untuk si kecil Della. Apa

betul?” Ujar Syamsul dengan tenang. (DMC: 132-133)

Selanjutnya, di samping kenekatan-kenekatan yang dilakukan

Syamsul namun dia juga tokoh yang tanggung jawab dan amanah. Hal

ini bisa dilihat ketika Syamsul akan diberi hadiah umroh oleh keluarga

Silvie namun dia menolaknya karena telah dipercaya sebagai

pelaksana kegiatan Ramadhan di tempat dia tinggal. Seperti dalam

kutipan berikut:

Page 45: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

“Ini Ustadz sebagai tanda terimakasih. Saya ingin memberikan

hadiah untuk Ustadz. Karena bisnis kami ini dibidang travel.

Kami punyanya tiket. Kami ingin memberikan hadiah tiket dan

akomodasi umroh kepada Ustadz, Ramadhan ini.”

Syamsul senang sekali mendengarnya. Tapi ia teringat dengan

program Ramadhan untuk remaja masjid yang telah ia rancang

bersama Pak Abbas. Ia tidak mau meninggalkannya. Dengan

hati berat ia menjawab,

“Bukannya saya menolak Bu. Sungguh saya ingin umroh.

Namun Ramadhan ini saya punya tanggung jawab penuh

mengorganisir kegiatan remaja masjid di perumahan tempat

saya tinggal. Jadi maaf saya tidak bisa.” (DMC: 177)

Syamsul sebagai tokoh yang bertanggung jawab dan amanah,

bisa tercermin pada alur peristiwa-peristiwa yang dilaluinya. Pada

permulaan cerita Syamsul diceritakan ingin menjadi ahli agama yang

tidak sesuai dengan keinginan keluarganya. Meskipun perjalanan

menempuh itu banyak rintangan, namun Syamsul bisa

membuktikannya dengan dia menjadi seorang mubalig terkenal. Hal

ini terlihat dalam kutipan berikut:

“Sejak Syamsul mengisi ceramah dengan sangat mengesankan

di Masjid Baitul Makmur, Villa Gracia, namanya mulai banyak

dibicarakan orang, terutama dikalangan ibu-ibu majelis taklim.

Promosi dari mulut ke mulut membuat Syamsul nyaris

kewalahan memenhui undangan yang terus berdatangan

datang.

Syamsul mulai laris sibuk ceramah di banyak tempat di daerah

Parung dan sekitarnya. Kini, selain mengajar Della, aktif

kuliah, dan mengisi ceramah, Syamsul juga memiliki jadwal

rutin untuk syuting di studio sebuah televisi swasta.” (DMC:

211)

2) Tokoh Protagonis

Jika dilihat dari peran-peran dalam pengembangan plot, dapat

dibedakan adanya protagonis. Di dalam novel Dalam Mihrab Cinta,

tokoh protagonis ditampilkan secara dominan dan menampilkan

banyak tokoh. Misalnya, Syamsul sebagai tokoh utama, Silvie

tunangan samsul, dan Zizi putri Kiai Baejuri, atau adik Kiai Miftah.

Page 46: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Untuk penjelasan mengenai tokoh protagonis Syamsul, bisa

dilihat dalam penjelasan di atas dalam penjelasan tokoh utama,

bagaimana Syamsul disebutkan sebagai tokoh utama yang

bertanggung jawab, pintar, jujur, dan amanah. Sementara untuk Silvie

dan Zizi kita akan bahas lebih pada yang disebut pengejawantahan

norma-norma dan nilai-nilai yang kita harapkan.

Tokoh Zizi bisa dilihat pada penjelasan atau pemaparan Zizi

seorang gadis cantik, santriwati, salehah, dan hafal Al Quran. Seperti

kutipan berikut:

“... Yang sedikit menghiburnya adalah bahwa ia khatam

menghafal Al Quran. Dan ia telah memenuhi permintaan

ayahnya untuk hafal 30 juz dengan lancar. Ayahandanya

bahkan sempat menghadiri saat ia diwisuda sebagai penghafal

Al Quran terbaik di Pesantren Manabi‟ul Qur‟an, Pakis Putih,

Pekalongan.” (DMC: 3)

Pengejawantahan Zizi, sebagai tokoh yang terhormat,

berwibawa, dan bermoral/ berakhlak mulia, bisa tergambar ketika

Syamsul mendengarkan informasi mengenai anak-anak Kiai Baejuri

dari lelaki tua penjual mie godog. Seperti dalam kutipan berikut:

“... Dan anak bungsunya adalah seorang gadis jelita, kembang

desa ini. Tutur katanya halus dan manis mewarisi wibawa sang

ayah. Dia baru saja hafal Al Quran tiga puluh juz di

Pekalongan. Namanya Neng Zizi, nama lengkapnya Zidna

Ilma.” (DMC: 41)

Selanjutnya peran tokoh protagonis dalam novel ini adalah

Silvie. Silvie diceritakan juga sebagai tokoh cantik, mahasiswa

ekonomi, dan baik hati, sebagaimana peran tokoh protagonis

pembawa nilai-nilai kebaikan. Seperti dalam kutipan berikut:

“Matahari tengah hari terasa panas menyengat. Seorang gadis

cantik berjilbab hijau muda nampak canggung berjalan ke arah

Kopaja yang sedang berhenti. Gadis itu masuk ke dalam

Kopaja. Syamsul tersenyum...”

Page 47: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Sambil menunggu ia berbincang-bincang dengan penjaga

masjid. Ia banyak mendapatkan info yang berharga. Termasuk

tentang penguni no. 19 jalan Flamboyan. Silvie ternyata

mahasiswi jurusan ekonomi UI. Silvie anak tunggal. Ayahnya

seorang pengusaha di bidang travel dan pariwisata...“ (DMC:

136)

3) Tokoh Antagonis

Pengembangan tokoh antagonis dalam novel Dalam Mihrab

Cinta, tidak dikembangakan secara menyeluruh. Hanya satu tokoh

saja yang dibicarakan di sini, yaitu Burhan. Sementara yang lainnya

hanya sekedar tokoh antagonis tambahan, yaitu dua orang pencopet

yang ada di tahanan polsek Tugu, mereka tidak menjadi tokoh sentral

dalam pengembangan cerita.

Sementara Burhan, merupakan tokoh antagonis yang membuat

terjadinya konflik dan berperan sangat penting dalam

mengembangkan alur cerita. Karakter Burhan yang antagonis bisa

dilihat pada peristiwa ketika Burhan memfitnah Syamsul, kemudian

ketika dia melakukan pencurian, dan memperlakukan Silvie dengan

kasar ketika mau melamarnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

“Ti...tidak benar Pak Kiai!”

“Teganya kau Bur...kau santri atau bajingan?! Dancok kau

Bur!”

......

“Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi Pak Kiai. Saya

tidak mencuri. Burhan yang tadi meminta saya mengambilkan

dompetnya ia berjanji akan mentraktir saya setelah

mengantarnya pergi ke dokter Pak Kiai. Biarlah seluruh laknat

Allah menimpa saya jika saya berdusta!” ( DMC: 77-78)

“Dengan tenang Burhan menjawab, “Penjahat akan melakukan

apa saja untuk menutupi kejahatannya Pak Kiai. Baiklah, saya

bersumpah bahwa apa yang baru saja saya katakan benar. Jika

saya berdusta maka semoga segala laknat Allah menimpa

saya.” (DMC: 78)

Page 48: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Sedangkan peristiwa Burhan melakukan pencurian bisa dilihat

juga pada rangkaian peristiwa di pesantren dalam kutipan berikut ini.

“Malam itu ia tidur paling akhir. Semua temannya sudah tidur.

Ia tahu Burhan pura-pura tidur. Ia letakkan batu akik ke dalam

almarinya. Ia menguncinya dan meletakkan kunci di dalam

lipatan kitab Fathul Wahhab. Ia lalu tidur.

Bangun tidur ia tidak kaget ketika batu akiknya hilang.

Perangkapnya berhasil. Diam-diam ia pergi ke kota, ke rental

komputer. Ia melihat hasil rekamannya. Dan benar dugaannya;

Burhan yang mencuri batu akiknya....sampai di pesantren, ia

langsung mencari Burhan dan menghajarnya.... “Dialah maling

itu. Dialah penjahat yang sesungguhnya selama ini. Syamsul

yang kalian hakimi dan kalian hajar adalah korban fitnah

bajingan tengik ini!”

Dituduh seperti itu Burhan tidak terima. Ia minta keadalian.

Akhirnya sidang digelar. Ayub menjelaskan segala

kecurigaannya. Termasuk sumpah Burhan yang menipu.

Burhan masih mengelak. Akhirnya Ayub memutar hasil

rekamannya. Burhan tidak bisa mengelak.” (DMC: 164-165)

Sementara peran antagonis yang dilakukan Burhan kembali

pada peristiwa lamaran di rumah Silvie. Burhan telah menipu keluarga

Pak Heru dan Silvie sebagai calon isterinya. Seperti dalam kutipan

berikut:

“Inilah yang kami tunggu-tunggu.” Jawab Pak Heru tenang.

Burhan mendengar hal itu dengan kebahagiaan yang sulit

digambarkan.

Namun Pak Heru melanjutkan, “Sebenarnya saya dan keluarga

ingin ke rumah Pak Anwar. Hanya saja ternyata kami

didahului.... Dengan segala kerendahan hati saya selaku ayah

Silvie menyampaikan. Saya tidak bisa menerima lamaran Pak

Anwar untuk Burhan. Karena satu dan lain hal yang semoga

kita sama-sama bisa memakluminya. Mohon maaf jika

keputusan ini kurang berkenan.”

Burhan dan keluarganya tersentak kaget bukan kepalang.

“Hei maling, apa kau kira bisa menipu kami bahwa gundulmu

itu karena umroh, bukan karena digunduli di pesantren!”

Kata-kata Silvie angat mengguncang Burhan. Ia tidak kuasa

menahan amarahnya.

“Kurang ajar kau ! Berani menghina aku ya!”

Dan.. plak!

Page 49: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dengan cepat Burhan menempeleng Silvie. Kejadian itu

sungguh tidak diduga. Burhan kembali ingin menghajar Silvie.

Namun Mas Budi yang jago karate itu dengan mudah

melumpuhkannya. (DMC: 201-203)

4) Tokoh Sederhana dan Bulat

Tokoh sederhana (flat character) merupakan dalam sebuah

novel, secara bentuknya adalah tokoh yang hanya memiliki satu

kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja.

Perwatakan tokoh sederhana dapat dirumuskan hanya dengan sebuah

kalimat atau bahkan sebuah frasa saja. Kerena secara sistematika alur,

tokoh sederhana merupakan tokoh tambahan yang sifatnya tidak

terlalu mengikat pada alur cerita.

Berbeda halnya dengan tokoh bulat (round character), tokoh

ini merupakan tokoh komplek dan biasanya dimunculkan dengan

kejutan-kejutan yang tak terduga. Tokoh ini memiliki dan diungkap

dengan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya.

Tokoh sederhana dan tokoh bulat, bisa dilihat dari karakter

tokoh yang ada di dalam novel Dalam Mihrab Cinta ini. Tokoh

sederhana bisa ditunjukkan oleh:

a) Ayub; dia seorang santri yang baik, pintar, rajin, dan penuh

karisma. Hal ini tampak pada kutipan berikut:

“Syamsul harus mengakui bahwa dirinya sangat kagum dengan

Ayub. Pemuda asal Banjarmasin itu seperti kamus fikih

berjalan. Persoalan fikih apa saja yang ditanyakan padanya

selalu ia jawab dengan rinci dan ia menunjukkan rujukan

kitabnya bahkan halamannya. Ia seperti hafal belasan kitab

fikih. Begitu juga jika ditanya tentang gramatikal Arab, maka

santri yang satu ini akan langsung nyerocos menjelaskan

panjang lebar.” (DMC: 53-54)

b) Pak Broto; dia seorang kaya yang dermawan dan murah hati.

Kedermawanan Pak Broto tercermin pada kutipan berikut:

Page 50: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

“Kenapa Pak Broto mempercayakan uang ini kepada saya?

Kenapa tidak Pak Broto sendiri yang membagikan kepada

yang berhak? Apa Pak Broto tidak khawatir kalau uang ini

saya salah gunakan, saya tilep misalnya.”

Sejak awal saya sudah sangat percaya kepada Ustadz Syamsul.

Saya sangat yakin Ustadz adalah orang yang baik. Karenanya

saya percayakan uang ini pada Ustadz.” (DMC: 149-150)

c) Pak Heru; dia seorang yang kaya tapi pelit (diawal-awal cerita),

kemudian setelah mengenal Syamsul dia berubah menjadi lebih

dermawan (tidak pelit lagi). Hal tersebut tampak pada kutipan

berikut:

“Pak Heru itu bisa dikatakan yang paling kaya di perumahan

ini. Ia punya travel yang sudah punya cabang di hampir

seluruh kota besar di Indonesia. Cabang travel-nya juga ada di

Singapora, Malaysia, dan Arab Saudi.” Begitulah penjaga

masjid itu menerangkan.

“Hanya saja Pak Heru sedikit pelit. Kalau membantu masjid

sedikit. (DMC: 136)

Pak Heru memberikan hadiah tiket umrah sebagai wujud

terimakasih kepada Ustadz Syamsul.

“Ini ustadz sebagai tanda terimakasih. Saya ingin memberikan

hadiah untuk Ustadz. Karena bisnis kami ini dibidang travel.

Kami punyanya tiket. Kami ingin memberikan hadiah tiket dan

akomodasi umroh kepada Ustadz, Ramadhan ini.” (DMC: 177)

Pada kutipan lain,

“Kenapa Pak Heru kok sekarang berubah sejak bertemu

dengan Ustadz?” Kata penjaga masjid.

“Berubah bagaimana?”

“Berubah jadi lebih rendah hati. Lebih sering ke masjid. Dan

sifat pelitnya berkuang.” (DMC: 196)

d) Pak Bambang; ayah Syamsul yang sifatnya keras dan pemarah.

Gambaran sifat keras Pak Bambang tampak pada kutipan berikut:

Begitu melihat Syamsul, Pak Bambang langsung menarik

kerah baju koko putra yang dulu sempat dibanggakannya itu.

Kini ia merasa sangat malu dan marah.

Page 51: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Dan di ruangan itu, di haapan Kiai Miftah dan Pengurus

Pesantren Pak Bambang meluapkan amarahnya dengan

menampar pipi Syamsul beberapa kali.

“Anak tak tahu diri! Apa aku ini masih kurang memberimu

uang saku? Kurang uang tinggal minta, kenapa malah maling!”

Hardik Pak Bambang.

.... “Masih berani kurang ajar! Ayo pulang! Sekarang!” Pak

Bambang langsung menarik tangan Syamsul dan menyeretnya

meninggalkan ruangan itu. (DMC: 81-83)

Pada kutipan lain sebagai berikut:

“Apa tidak sebaiknya dibawa ke dokter untuk diobatkan Bu.

Kasihan Mas Syamsul.” Kata Nadia.

Pak Bambang langsung menyahut garang. “Kita tidak perlu

kasihan sama maling. Biar dia rasakan akibat kejahatannya!”

(DMC: 90)

e) Petugas keamanan pesantren (santri) yang tegas dan galak.

Gambaran mengenai sifat petugas keamanan tampak pada kutipan

berikut:

“Hai maling! Diam di tempat!”

Ia kaget bukan kepalang. Dari tempat ditumpuknya koper dan

kardus muncul dua orang berseragam hitam. Ia langsung tahu

keduanya dari bagian keamanan. Dua orang itu langsung

meloncat dengan cepat dan sigap. Seorang diantara mereka

langsung melayangkan pukulan ke Syamsul.

“Ternyata kau malingnya! Dasar santri gadungan!”

....

“Tolong dengarkan dulu penjelasan saya. Saya mengambil

dompet ini bukan mencuri! Saya...!”

Sebuah pukulan keras mengenai mulutnya. Perih sekali

rasanya. Dua orang santri bagian keamanan itu tidak

memberinya kesempatan berbicara sama sekali. Keduanya

yang memang jago silat langsung menghajar Syamsul tanpa

ampun. (DMC: 70-71)

Sedangkan tokoh bulat bisa ditunjukkan oleh tokoh berikut:

a) Syamsul; dia merupakan tokoh yang diduga-duga, dengan hanya

berbekal mesantren cuma satu tahun dan dengan kondisi perjalanan

yang bisa dikatakan buruk tetapi berubah menjadi baik. Dia bisa

mengubah karakter hidupnya dengan menjadi guru private,

Page 52: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

mahasiswa, penceramah/ mubalig yang terkenal yang disegani oleh

keluarga dan lingkungannya. Seperti dalam kutipan berikut:

Sejak Syamsul mengisi ceramah dengan sangat mengesankan

di Masjid Baitul Makmur, Villa Gracia, namanya mulai banyak

dibicarakan orang, terutama dikalangan ibu-ibu majelis taklim.

Promosi dari mulut ke mulut membuat Syamsul nyaris

kewelahan memenuhi undangan yang terus berdatangan

datang.

Syamsul mulai laris sibuk ceramah di banyak tempat di daerah

Parung dan sekitarnya. Kini, selain mengajar Della, aktif

kuliah, dan mengisi ceramah, Syamsul juga memiliki jadwal

rutin untuk syuting di studio sebuah televisi swasta. (DMC:

211)

Pada kutipan lain adalah sebagai berikut:

“Syamsul diajak naik mobil sedan Camry. Sejurus kemudian

sedan itu sudah meluncur di jalan raya menuju Masjid Al-

Firdaus Jagakarsa, dimana tabligh akbar diadakan.

Sampai di Masjid, jamaah tabligh akbar telah menyemut.

Jumlahnya lebih dari tiga ribu orang. Syamsul dibawa ke dekat

mimbar. Begitu duduk orang-orang menyalaminya. Tak lama

kemudian ia dipersilahkan untuk menyampaikan pengajian.”

(DMC: 213)

b) Burhan; sebagaimana dengan Syamsul, Burhan merupakan tokoh

yang tidak diduga-duga juga. Dia penipu, penebar fitnah, dan

berwatak buruk. Hal ini tampak pada kutipan berikut:

“Tidak bisa Pak! Tidak bisa menolak tanpa alasan. Tolong

jelaskan! Atau jangan-jangan saya tidak diterima karena Silvie

sudah tidak layak bagi saya!” Tukas Burhan.

“Ya sekarang kan zaman edan. Bisa saja tho Silvie sudah

hamil dengan pria lain misalnya?”

Jawaban Burhan itu membuat emosi Silvie tak tertahankan.

“Tutup mulutmu bajingan! Aku sudah tahu siapa kamu? Kau

tak lebih dari sampah busuk! Dikeluarkan dari pesantren

karena mencuri dan memfitnah orang! Dipenjara karena

melukai orang. Penipu ulung, mana modal empat puluh juta

yang kau pinjam untuk toko bukumu itu? Toko buku fiktif.

....

“Kurang ajar kau ! Berani menghina aku ya!”

Dan.. plak!

Page 53: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dengan cepat Burhan menempeleng Silvie. Kejadian itu

sungguh tidak diduga. Burhan kembali ingin menghajar Silvie.

Namun Mas Budi yang jago karate itu dengan mudah

melumpuhkannya.” (DMC: 202-203)

Pada kutipan lain tampak jelas Burhan sebagai penebar fitnah yang

ditujukan kepada Syamsul, sebagai berikut:

“Dan jika memang benar seperti itu. Saya bisa memastikan

Syamsul adalah korban fitnah. Burhanlah yang merekayasa

memfitnah Syamsul. Yang perlu diketahui adalah apakah ada

pihak lain yang terlibat. Terus motifnya apa?” (DMC: 96)

5) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Di dalam novel Dalam Mihrab Cinta, pengembangan tokoh

secara keseluruhan sangat beragam. Kalau berbicara masalah tokoh

statis dan tokoh berkembang tidak terlalu berbeda baik secara jumlah

tokoh ataupun secara tipikal tokoh. Tokoh statis misalnya bisa dilihat

dari penokohan Zizi, Silvie, Burhan, dan Kiai Miftah. Sementara

tokoh berkembang hanya bisa dilihat dalam penokohan Syamsul saja.

Dalam hal ini, Syamsul lebih signifikan dalam perubahan tokohnya.

Meskipun yang lain pun ada tetapi tidak terlalu signifikan.

Tokoh Zizi dan Silvie misalnya, dari hampir keseluruhan

cerita; selalu digambarkan sosok perempuan yang cantik, baik hati,

ramah, pintar. Sementara Kiai Miftah selalu digambarkan seorang

sosok yang berwibawa sebagaimana layaknya seorang tokoh

masyarakat.

Di samping itu, tokoh Syamsul merupakan tokoh yang paling

signifikan dalam perubahan. Bisa dilihat dari perubahan alur yang

sangat signifikan berubah. Dari mulai yang datar sampai pada titik

klimaks, tokoh Syamsul sangat berperan. Selain dari penggambaran

tokoh lewat bentukan sifat, tetapi tokoh ini secara gambaran

perubahan fisik pun digambarkan dengan jelas.

Misalnya di awal cerita penggambaran fisik Syamsul

digambarkan bertubuh jangkung, kurus, dan gondrong. Sementara di

Page 54: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

akhir-akhir cerita ketika sudah menjadi ustadz dan mubaligh kondang,

Syamsul digambarkan dengan sosok yang tampan, berwibawa, dan

penuh kharisma. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut:

“Syamsul diajak naik mobil sedan Camry. Sejurus kemudian

sedan itu sudah meluncur di jalan raya menuju Masjid Al-

Firdaus Jagakarsa, dimana tabligh akbar diadakan.

Sampai di Masjid, jamaah tabligh akbar telah menyemut.

Jumlahnya lebih dari tiga ribu orang. Syamsul dibawa ke dekat

mimbar. Begitu duduk orang-orang menyalaminya. Tak lama

kemudian ia dipersilahkan untuk menyampaikan pengajian.

Dengan tenang dan suara yang tertata serta intonasi yang

terjaga ia menyampaikan kalimat demi kalimat yang

menyejukkan jiwa. Syamsul menyampaikan keutamaan

kalimat thayyibah dan bagaimana dahulu Rasulullah Saw.

mendapat rintangan yang tidak ringan saat

mendakwahkannya.” (DMC: 213)

b. Alur/ Plot

Dalam novel Dalam Mihrab Cinta, pola alur yang dikembangkan

sangat beragam. Secara garis besar dalam pembentukan alurnya lebih

bersifat linear namun ada beberapa peristiwa kecil yang menjadikan pola

alur berubah, misalnya, dengan memakai pola alur bawahan. Alur ini

merupakan alur tambahan yang disisipkan di sela-sela bagian alur utama

sebagai variasi dan merupakan lakuan tersendiri, tetapi yang masih ada

hubungannya dengan alur utama yang kadang-kadang dengan maksud

untuk menimbulkan titik kontra terhadap alur utama dan kadang-kadang

sejalan dengan alur utama itu.

Pola alur dalam novel Dalam Mihrab Cinta ini, bisa diskemakan

sebagai berikut: cerita diawali dengan penggunaan alur bawahan, yaitu

diawali dengan cerita seorang gadis cantik berjilbab yang sedang berada di

stasiun kereta. Dia sedang dirundung kesedihan karena ayahandanya Kiai

Baejuri pengasuh Pondok Pesantren Al Furqon, Pugu, Kediri meninggal

dunia. Gadis cantik itu adalah salah seorang santri di Pesantren Manabi‟ul

Qur‟an, Pakis Putih, Pekalongan. Gadis itu menaiki kereta jurusan Kediri.

Page 55: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Dia ingin segera pergi ke rumahnya melihat ayahandanya yang sangat

disayangi itu.

Dalam alur itu terdapat suspense bagi pembaca. Pembaca seolah-

olah diajak pada rasa hanyut atau kesedihan si gadis. Pembuka cerita itu

akhirnya membawa pada pertemuannya dengan tokoh lain yang

menjadikan peristiwa-peristiwa berikutnya hadir dan mengalir dengan

berbagai konflik-konflik yang menarik.

Kemudian pola alur berpindah pada seorang tokoh lain, yaitu

seorang pemuda gondrong yang sedang menentukan jalan hidupnya. Alur

ini bisa dikatakan dengan alur utama, yaitu suatu peristiwa perjalanan

tokoh utama (pemuda gondrong), yaitu Syamsul mulai dari dirinya

mengambil sikap untuk pergi nyantri ke Kediri sampai dirinya menjadi

ulama besar. Peristiwa itu diawali ketika Syamsul memutuskan untuk

pergi nyantri ke Kediri, yang keputusannya itu bertentangan dengan

keinginan keluarganya. Keluarganya menginginkan Syamsul menjadi

seorang pengusaha sesuai dengan garis keturunan keluarganya sebagai

pengusaha batik. Namun Syamsul memutuskan, ia ingin berbeda dengan

keluarganya terutama dengan kedua kakaknya. Karena itulah meskipun

ayahnya tidak setuju dengan keputusan Syamsul, ia tetap nekat

melangkahkan kakinya menentukan takdirnya sendiri. Penggalan peristiwa

itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Saat ia mengutarakan niatnya ke pesantren, ayah dan kedua

kakaknya terang-terangan tidak setuju. Tetapi ibu dan adik

perempuan satu-satunya mendukungnya.

“Ke pesantren? Mau jadi santri gudig?” Sinis kakak sulungnya.

“Kalau cuma santri gudig mending, hla kalau nanti jadi teroris

bagaimana?” Sengit kakak keduanya.

“Kalian ini kok berpikiran buruk seperti itu. Ibumu ini dulu juga

pernah nyantri di Kaliwungu Kendal, pernah hidup di pesantren

lho. Apa kalian melihat ibumu ini seperti yang kalian katakan itu?

Gudigen atau teroris? Kalau adikmu ini mau ke pesantren malah

bagus. Di antara anggota keluarga ini nanti ada yang benar-benar

ngerti agama.”

Page 56: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Pembelaan ibunya itu semakin membulatkan tekadnya. Ia telah

menentukan jalannya. Bersama restu ibu ia takkan ragu

melangkah....” (DMC: 13)

Syamsul pergi ke Kediri menggunakan kereta dari stasiun

Pekalongan. Di dalam kereta dia satu kursi dengan seorang gadis cantik

yang tiada lain yang sedang bersedih itu. Di dalam kereta ini Syamsul

bertemu dengan gadis itu dengan tidak disengaja, ketika dia menolong

gadis itu dari seorang jambret yang mencoba merampas tas merahnya.

Kemudian di sana terjadi perkelahian antara Syamsul yang mencoba

menolong gadis itu dari ancaman pisau si maling yang mengancam leher

gadis itu. Perkelahian pun terjadi yang pada akhirnya Syamsul bisa

menyelamatkan gadis itu meski tangannya harus terkena pisau si maling.

Gadis itu merasa cemas ketika melihat darah bercucuran di telapak tangan

Syamsul. Kemudian gadis itu berusaha menolongnya.

Di antara mereka terjadi perbincangan, gadis itu mengucapkan rasa

terimakasihnya dan menanyakan perihal tujuan Syamsul mengenai

keberangkatannya. Syamsul menceritakan keinginannya untuk pergi

nyantri ke Kediri yang di sisi lain dia pun tidak tahu harus pergi ke

pesantren mana yang haris ia tuju. Kemudian gadis itu menyarankan pada

Syamsul untuk pergi ke empat pesantren yang ada di Kediri, yaitu ke

Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Al Falah Ploso, Pesantren Al Ihsan

Semen, dan ke Pesantren Al Furqan, Pagu. Seperti dalam kutipan berikut:

“Maaf sebenarnya tujuan Mas ke mana?” Tanya gadis itu sambil

memandang sekilas ke arah pemuda itu.

“Saya mau ke Kediri, Mbak. Mau nyantri.”

Mendengar jawaban itu, gadis itu agak takjub. Ia tidak menyangka

bahwa pemuda yang penampilannya gondrong dan terkesan sangar

itu ternyata mau belajar ke pesantren.

“Subhnallah. Saya juga santriwati, Mas. Saya nyantri di Pesantren

Tahfidh Manabiul Quran, Pakis Putih, Pekalongan.

.....

“E..kenapa memilih mencari pesantren di Kediri?” Tanya gadis itu

memberanikan diri untuk memecah kebekuan.

Page 57: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

“Saya disarankan oleh imam masjid agung kota Pekalongan. Saya

manut saja. Kata imam itu banyak pesantren besar dan bagus di

Kediri. Saya disuruh keliling dan memilih sendiri. Saya tidak tahu

nanti plih yang mana?”

“O, jadi belum punya tujuan pasti?”

“Sudah. Tujuan pasti sudah ada, yaitu belajar di pesantren. Yang

belum jelas pesantren yang mana. Apa Mbak punya referensi untuk

saya?”

“Ya di Kediri kota dan kabupaten banyak pesantren bagus. Tapi

kalau boleh saran coba kunjungilah empat pesantren ini. Pertama

Pesantren Lirboyo Kediri, kedua Pesantren Al Falah Ploso, ketiga

Pesantren Al Ihsan Semen, dan keempat pesantren Al Furqan,

Pagu.” (DMC: 20-22)

Lebih lanjut alur cerita ini dapat dijelaskan sebagai berikut (alur ini

merupakan alur yang membawa pada alur-alur konflik tokoh utama, baik

itu konflik fisik maupun konflik batin)

Setelah di Kediri, Syamsul berkunjung ke pesantren-pesantren

yang disarankan oleh gadis yang bertemu di kereta itu. Dia berkunjung ke

Pesantren Lirboyo, Al Falah Ploso, dan Al Ihsan Semen. Dia sangat

mengagumi ketiga pesantren tersebut, hanya saja dia belum bisa

memutuskan untuk tinggal di salah satu pesantren tadi berhubung masih

merasa belum cocok dengan sistem pengajaran di tiga pesantren besar

tersebut.

Akhirnya dia pergi ke Pugu, Kediri. Tujuannya adalah Pesantren

Al Furqan. Di sana, Syamsul bertemu dengan pengurus pesantren. Dia

menceritakan keinginannya untuk mondok, dan dia ingin diizinkan

melakukan percepatan belajarnya.

“Begini, saya ini katakanlah masih nol. Maka begitu masuk saya

masuk kelas kitab Mabadi‟ul Fiqhiyyah. Kelas paling besar.

Nahwunya ya Jurumiyyah. Katakanlah saya belajar sendiri kepada

para senior di luar jam resmi. Akhirnya dalam waktu tiga bulan

saya bisa menguasai seluruh materi kelas itu, saya minta ijin untuk

melompat ke kelas atasnya. Begitu bagaimana? Sebab jika saya

harus ikut waktu yang ditentukan, maka untuk sampai kelas Ihya‟

Ulumuddin saya umur berapa?” Jelas Syamsul secara terbuka.

(DMC: 37)

Page 58: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Setelah mendengar penjelasan Syamsul pengurus pondok pesantren

(Zaim) merasa tidak setuju dengan keinginan Syamsul. Tetapi Zaim

memutuskan untuk pergi bermusyawarah dengan pemimpin pondok

pesantren Kiai Miftah.

Sambil menunggu keputusan dari pihak pesantren, Syamsul pergi

jalan-jalan mengelilingi pesantren. Syamsul pergi ke sebuah warung mie

godog, dari penjual mie godog itu Syamsul mendapatkan informasi yang

banyak mengenai pesantren ini. Termasuk Zidna Ilma salah seorang putri

bungsu Kiai Baejuri yang sudah meninggal dunia itu. Syamsul bertanya-

tanya merasa yakin bahwa Zidna Ilma yang dikatakan oleh penjual mie

godog itu adalah perempuan yang ditolongnya di kereta.

Tanpa disengaja ketika Syamsul sedang berjalan di sebuah

perkampungan pinggir pesantren, dia bertemu seorang perempuan. Dan

memang benar perempuan itu adalah Zidna Ilma alias Zizi. Mereka

berbincang-bincang, dan Zizi menanyakan seputar pilihan Syamsul untuk

mondok di mana? Syamsul menjelaskan keinginannya untuk mondok di

pesantren Al Furqan namun sedang menunggu keputusan dari Kiai Miftah

seputar keinginan Syamsul mengenai sistem pendidikannya.

Keinginan Syamsul untuk mondok di pesantren itu akhirnya

terpenuhi. Pihak pesantren akhirnya mengizinkan Syamsul untuk

melompat ke kelas berikutnya seandainya Syamsul bisa memenuhi

persyaratan, yaitu menguasai seluruh mata pelajaran. Syamsul resmi

menjadi santri di Pondok Al Furqan, dia sangat giat belajar untuk

mengejar ketertinggalannya. Setiap waktu dia belajar dan belajar, siang

malam terus belajar. Dan ia menunjukkan perkembangan yang sangat

pesat, kitab dasar Jurumiyyah telah dikuasainya. Kemudian kitab kuning,

Safinatun Najah, Fathul Qarib, dan Matan Alfiyah.

Kemajuan Syamsul mengenai perekembangan belajarnya sampai

ke telinga Zizi. Zizi mengetahuinya dari Aisyah salah seorang adik

perempuan Ayub teman sekamar sekaligus gurunya Syamsul. Zizi merasa

senang dengan perkembangan Syamsul. Namun, diam-diam

Page 59: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

perkembangan Syamsul pun membuat seseorang tidak merasa senang. Dia

adalah Burhan, teman sekamar Syamsul, Burhan diam-diam tahu cerita

tentang Syamsul yang kenal dengan Zizi. Burhan merasa cemburu ketika

tahu cerita perkenalan Zizi dengan Syamsul. Dengan kecemburuannya itu,

akhirnya Burhan membuat fitnah pada Syamsul sampai Syamsul

dikeluarkan dari pesantren.

Alur yang dapat diskemakan sebagai berikut:

Syamsul mendapatkan fitnah dari seluruh santri Al Furqan, dia

dituduh mencuri. Sudah hampir seminggu pesantren itu banyak santri yang

merasa kehilangan uang, sehingga pihak pesantren dan keamanan

membuat siasat untuk menangkap malingnya. Suatu ketika Syamsul izin

keluar kelas. Dia ada janji menemui Burhan untuk berobat. Syamsul keluar

meninggalkan kelas dan menemui Burhan. Keduanya berjalan

meninggalkan pesantren tetapi tiba-tiba Burhan merasa kaget karena

dompetnya ketinggalan. Burhan menyuruh Syamsul untuk mengambil

dompetnya.

“Ada apa Bur?” Tanya Syamsul.

“Aduh dompetku.” Jawab Burhan.

“Dompetmu kenapa?”

“Dompetku ketinggalan di kamar. Bagaimana ini?”

“Kau ambil saja sebentar. Aku tunggu di sini.”

“Aduh Sul. Bisa nggak minta tolong kau ambilkan. Aku ada urusan

sedikit dengan orang di depan sana itu. Dia sudah menunggu.

Rembukan mobil yang akan carter ke kota. Tolong Sul.”

“Mmm...baiklah, kau letakkan di mana dompetmu?”

“Di dalam lemariku Sul. Di antara tumpukan baju. Kalau tidak ada

maka mungkin ada di saku jaket biru tua. Kau tahu kan?”

“Iya. Tunggu ya!” (DMC: 69-70)

Syamsul pergi mengambil dompetnya Burhan ke kamarnya. Dia

merogoh lemari Burhan, mengambil dompetnya. Namun apa yang

didapatnya. Petugas keamanan yang memang sedang mengintip setiap

kamar melihat Syamsul mengambil dompet yang bukan dari lemarinya.

Akhirnya.

Page 60: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

“Hai maling! Diam di tempat!”

“Ternyata kau malingnya! Dasar santri gadungan!”

.....

Tolong dengarkan dulu penjelasan saya. Saya mengambil dompet

ini bukan mencuri! Saya...!” (DMC: 70-71)

Syamsul mendapat perlakuan yang semena-mena. Petugas

keamanan memukulinya tanpa mendengarkan penjelasan dari Syamsul

terlebih dahulu. Akhirnya, Syamsul diseret ke sebuah gudang. Para santri

tidak menyangka kalau Syamsullah yang mencuri. Menjelang ashar, Kiai

Miftah datang, Kiai itu menanyakan nama dan perbuatannya. Syamsul

tetap tidak mengakui kalau dia adalah maling. Dia bersikukuh bahwa dia

disuruh oleh Burhan untuk mengambil dompetnya. Kemudian Burhan

dipanggil untuk membuktikan. Namun apa yang diterima Syamsul, Burhan

tidak merasa kalau dia menyuruh Syamsul mengambil dompetnya. Hal

tersebut tampak pada kutipan berikut:

“Benarkah kau membuka lemari Burhan?” Tanya Pak Kiai pelan.

“Benar Pak Kiai. Tapi tidak untuk mencuri.”

“Lantas untuk apa?!!” Bentak Ketua bagian keamanan garang.

“Karena saya diminta untuk mengambilkan dompet oleh Burhan

Pak Kiai.” Jawab Syamsul.

.....

“Panggil Burhan kemari!” Pinta Pak Kiai.

“Baik Pak Kiai.” (DMC: 75-76)

Burhan datang dengan wajah pucat. Dia sama sekali tidak

memandang Syamsul yang sedang berdarah-darah kesakitan. Kiai miftah

memanggil Burhan dan beliau meminta supaya Burhan berkata dengan

jujur. Burhan mendekat. Namun Syamsul merasa kaget ketika mendengar

penjelasan Burhan; bahwa dia tidak merasa menyuruh mengambilkan

dompetnya. Terlihat dalam kutipan berikut:

“Ti..tidak benar Pak Kiai!”

“Teganya kau Bur...kau santri atau bajingan?! Dancok kau Bur!”

.....

Page 61: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

“Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi Pak Kiai. Saya

tidak mencuri. Burhan yang tadi meminta saya mengambilkan

dompetnya ia berjanji akan mentraktir saya setelah mengantarnya

pergi ke dokter Pak Kiai. Biarlah seluruh laknat Allah menimpa

saya jika saya berdusta!” (DMC: 77-78)

Mendengar sumpah dari Syamsul, Kiai Miftah merasa kaget. Kiai

Miftah menyuruh Burhan juga untuk bersumpah, karena Syasmul sudah

berani bersumpah. Burhan bersumpah dihadapan Kiai Miftah. Seperti pada

kutipan berikut:

Dengan tenang Burhan menjawab, “Penjahat akan melakukan apa

saja untuk menutupi kejahatannya Pak Kiai. Baiklah, saya

bersumpah bahwa apa yang baru saja saya katakan benar. Jika saya

berdusta maka semoga segala laknat Allah menimpa saya.” (DMC:

78)

Atas dasar sumpah Burhan itu, akhirnya Syamsul dikatakan

bersalah oleh Pondok Pesantren. Syamsul diberi hukuman dikeluarkan dari

pondok, dan kepalanya digunduli. Syamsul tidak menerima perlakuan

seperti itu, dia sangat sakit hati. Orang tua Syamsul datang menjemput.

Pak Bambang, orang tua Syamsul merasa geram. Dia memarahi Syamsul

habis-habisan. Syamsul masih belum bisa menerima. Sebelum dia dibawa

pulang oleh keluarganya, Syamsul berucap:

“Pak Kiai, Panjenengan belum melakukan tabayun yang

sesungguhnya pada saya.” Ia lalu memandangi wajah pengurus

pesantren yang ada di ruangan itu satu per satu, “Kalian

memutuskan hukuman untuk saya dengan semena-mena. Ini

kezaliman! Suatu saat kalian akan tahu siapa sebenarnya rayap itu.

Saya tak akan memaafkan dosa Pak Kiai dan dosa kalian sebelum

kalian mencium kaki saya.” (DMC:82-83)

Kiai Miftah merasa ragu atas keputusannya. Dia kelihatan shock. Ia

khawatir, jangan-jangan kebijaksanaannya sama sekali tidak bijaksana,

atau malah sama sekali salah. Dalam hati Kiai Miftah meminta ampun

kepada Allah, jika ternyata keputusannya salah.

Page 62: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Dalam alur ini, terjadi konflik fisik dan batin dalam diri Syamsul.

Konflik terjadi karena Syamsul difitnah mencuri oleh Burhan dan pihak

Pesantren. Terasa terjadi keterjalinan yang sangat utuh dalam alur ini.

Tidak ada ruang yang longgar dalam alur ini, peristiwa demi peristiwa

sangat padat dibuat, dan terkesan tidak membosankan. Selanjutnya,

sebagaimana dikutip di atas, bagian akhir dari konflik ini merupakan

peristiwa yang sangat menarik. Kita dibawa pada suatu ruang untuk

bertanya-tanya kembali. Ketika Syamsul berani mengata-ngatai Kiai

Miftah bahwa Kiai itu belum melakukan tabayun dengan sebenar-

benarnya.

Peristiwa atau alur selanjutnya dalam novel Dalam Mihrab Cinta

ini, diawali dari Zizi yang merasa tidak percaya dengan kejadian yang

terjadi di Pesantrennya. Zizi pulang dari Pekalongan ke Kediri, dia

bertanya pada Ayub kakaknya Aisyah seputar kejadian pencurian itu,

kemudian bertanya langsung pada kakaknya. Zizi mendapatkan keterangan

yang lebih jelas dari Ayub. Ayub menceritakan kejadian yang

sesungguhnya, Zizi mendengarkan dan merasakan ada kejanggalan dalam

kejadian ini. Seperti dalam kutipan berikut:

“Cobalah Mas Ayub perhatikan baik-baik. Saat Burhan diminta

bersumpah dia tidak langsung bersumpah. Dia mengawali dulu

dengan kalimat, „Penjahat akan melakukan apa saja untuk

menutupi kejahatannya Pak Kiai.‟ Barulah dia bersumpah dengan

bahasa yang licik. Dia tidak dengan tegas mengatakan, „Demi

Allah saya bersumpah tidak menyuruh Syamsul mengambil dompet

atau uang saya‟ tetapi dia mengatakan, „saya bersumpah bahwa apa

yang baru saja saya katakan benar. Jika saya berdusta maka semoga

segala laknat Allah menimpa saya.‟ Coba perhatikan dengan

seksama saat mengucapkan sumpah itu, dalam hati Burhan

mengatakan yang dimaksud dengan kata-kata „bahwa yang baru

saja saya katakan benar‟ adalah perkataan „penjahat akan

melakukan apa saja untuk menutupi kejahatannya‟ bukan yang lain.

Jadi Burhan bersumpah dengan bahasa semantik yang licik untuk

mengelabuhi kalian. Mendengar kronologis dan redaksi cerita Mas

Ayub itu. Dan jika memang benar seperti itu. Saya bisa

memastikan Syamsul adalah korban fitnah. Burhanlah yang

merekayasa memfinah Syamsul. Yang perlu diketahui adalah

Page 63: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

apakah ada pihak lain yang terlibat. Terus motifnya ap?” (DMC:

95-96)

Dalam alur di atas, ada peristiwa kilas balik pola alurnya. Alur ini

menunjukkan bahwa pengulangan (refrain) peristiwa merupakan salah

satu teknik penceritaan yang baik. Dengan itu, pembaca akan diajak

berperan dalam memerankan emosinya. Peristiwa yang sudah terjadi

seakan-akan menjadi hidup kembali dan akan merujuk pada klimaks pada

peristiwa berikutnya.

Sementara konflik terjadi pada diri Syamsul, dalam hal ini konflik

batin yang sedang dialaminya. Dia tidak menerima dirinya dikatakan

sebagai pencuri. Di sisi lain keluarganya sudah tidak menganggapnya lagi

sebagai keluarga. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa peristiwa

berikutnya alur kembali menjadi longgar namun disertai dengan teknik

penokohan yang baik, yaitu pemaparan Syamsul yang sedang mengalami

tekanan batin.

Tanpa sepengetahuan keluarganya, Syamsul pergi meninggalkan

rumahnya. Dia pergi ke Semarang mau menggantungkan hidupnya.

Namun naas di sana dia terlunta-lunta. Karena keadaannya yang kelaparan,

Syamsul mencoba mencopet seseorang, namun Syamsul tertangkap basah

dan dia babak belur dihajar masa sampai-sampai dia digelandang ke kantor

polisi. Syamsul resmi menjadi penghuni tahanan Polsek Tugu, Semarang.

Syamsul mendekam di kamar dengan dua orang pencopet.

Berita ditangkapnya Syamsul terdengar oleh keluarga Pak

Bambang, orang tua Syamsul, mereka sangat geram mendengar berita itu.

Berita itu pun sampai pada pihak Pondok Pesantren, para santri dan

pengurus pun sama mereka merasa kesal dengan tindakan Syamsul.

Namun dari kejadian itu masih ada tiga yang belum percaya dengan berita

itu. Mereka adalah ibunya Syamsul, Nadia adiknya, dan Zizi yang sedang

berada di Pekalongan.

Nadia akhirnya pergi ke Semarang membuktikan perihal berita

tersebut. Nadia sangat kaget dan terpukul kenapa apa yang diberitakan

Page 64: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

adalah benar, bahwa kakaknya seorang pencuri. Syamsul meminta Nadia

untuk menebusnya. Pada akhirnya Syamsul keluar dengan uang tebusan,

dan pergi meninggalkan Nadia ke Jakarta.

Alur berikutnya kembali longgar, seakan-akan memberi awalan

penceritaan kembali, namun alur ini akan memberi jalinan yang kuat dari

alur-alur sebelumnya. Jika diskemakan alurnya menjadi sebagai berikut:

Syamsul datang ke Jakarta, dia akan memulai hidup baru. Dia

berjalan mencari masjid, dia berharap dia bisa dapat tempat tinggal sambil

mencari pekerjaan. Namun apa yang diharapkannya tak kunjung dapat.

Sampai dia bertemu dengan seseorang yang baik hatinya, dia adalah Abas.

Abas menawarkan kontrakan, sambil memberi saran pada Syamsul untuk

mencari kerja.

Syamsul menerima tawaran itu, dia mengontrak di kawasan itu

dengan mencicil. Setiap hari Syamsul mencari pekerjaan namun dia tak

kunjung dapat. Sampai karena kebutuhannya yang mendesak dia nekat

mengamalkan ilmu mencopetnya yang dia pelajari ketika mendekam di

tahanan polsek Tugu, Semarang.

Untuk memenuhi kebutuhan itu, walhasil dia berhasil dalam

pekerjaan mencopetnya. Dia bisa membayar cicilan kontrakannya dan

kehidupannya. Meskipun dia merasa terus dihantui oleh rasa bersalah.

Sampai pada suatu ketika Syamsul mencopet seorang gadis. Dia melihat

dompetnya ada foto seorang perempuan dengan lelaki di sampingnya.

Syamsul merasa terkejut karena lelaki itu adalah Burhan yang telah

memfitnahnya mencuri di pesantren.

Peristiwa di atas, merupakan peristiwa yang tidak logis dan bersifat

kebetulan atau bisa disebut dengan dues ex machine, yaitu penggunaan

cara-cara yang tampak dipaksakan sehingga kurang masuk akal, rendah

kadar plausibilitasnya. Konsep ini merupakan konsep menghubungkan

berbagai kejadian yang akan diceritakan ke dalam karya, artinya mencapai

tingkat koherensi, adakalanya tidak mudah. Namun penulis novel ini,

Page 65: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

menggunakan strategi ini untuk mengembangkan pada arah penceritaan

untuk mencapai titik klimaks.

Diperiksanya kembali dompet perempuan itu, Syamsul

menemukan kartu identitas. Dia mendapatkan alamatnya, dia berencana

pergi ke rumahnya, dia menganggap bahwa perempuan itu tidak cocok

dengan Burhan yang kelakuannya tidak baik itu. Syamsul pergi ke alamat

yang dituju, perempuan yang ada di foto itu tinggal di Villa Gracia, Parung

bagian Timur.

Sebelum dia masuk ke komplek itu, dia memakai kopiah terlebih

dahulu supaya penyamarannya tidak diketahui. Walhasil satpam yang

memberhentikan di pintu gerbang menganggap dia sebagai ustadz.

Malahan satpam tersebut menganggap bahwa Syamsul adalah calon guru

ngajinya anak Pak Broto, Della.

Di sini, unsur ketaksengajaan (dues ex machine) digunakan

kembali, peristiwa-peristiwa seperti serba kebetulan. Hal ini bisa

ditunjukkan pada keluarga Pak Broto yang memang sedang mencari guru

ngaji. Terlihat dalam kutipan berikut:

“Mau kemana Pak Ustadz? Ke rumah siapa?” tanya satpam itu.

“Mm. Saya mau ke Flamboyan 17.” Jawabnya mantap. Sengaja ia

tidak bilang Flamboyan 19. Ia teringat pada nasihat napi berkumis

tebal, “Jangan pernah mengatakan sasaran kita sebenarnya kepada

siapaun saat observasi! Termasuk ketika bertanya atau menjawab

pertanyaan.”

“O mau ke rumah Pak Broto ya. Jadi si kecil Dela itu sudah mau

ngaji ya Ustadz. Cepat sekali Pak Broto dapat Ustadz, padahal baru

kemarin sore bilang ke saya cari guru ngaji.” Kata satpam itu

ramah.

“Iya. Alhamdulillah. Nanti kalau dengar ada yang mencari guru

ngaji bisa bilang saya ya.” Ia tersenyum. (DMC: 131-132)

Syamsul masuk ke komplek tersebut, dilihatnya rumah-rumah yang

ada di situ. Dia menuju rumah Pak Broto dan diterima sebagai guru

ngajinya Della anak Pak Broto. Syamsul mulai menata hidup baru.

Pekerjaan mencopetnya dia tinggalkan. Dia resmi menjadi seorang guru

Page 66: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

ngaji, dia berbekal ilmu yang didapatnya dari pesantren dulu sebelum

dikeluarkan.

Di rumah Pak Broto itu, Syamsul bertemu dengan perempuan

cantik yang ada di foto itu. Dia adalah Silvie, anak Pak Heru yang juga

mengajar Della kursus matematika. Dari pertemuan itu keduanya saling

mengenal satu sama lain. Syamsul menjadi ustadz yang disenangi di sana.

Lambat laun Syamsul menjadi seorang mubaligh terkenal, penuh simpatik

disenangi oleh masyarakat termasuk Silvie yang diam-diam menaruh rasa

cinta terhadap Syamsul.

Alur selanjutnya, terjadi konflik yang hebat ketika Silvie menolak

lamaran Burhan. Keluarga Pak Heru yang sudah mengetahui sifat bejatnya

Burhan menolak lamaran Burhan bersama keluarganya. Pak Heru

mengetahui dari dompet Silvie yang dicurinya, bahwa Burhan adalah

calon suaminya Silvie. Namun, Syamsul menceritakan sifat Burhan yang

sebenarnya kepada Pak Heru, akhirnya konflik pun terjadi antara Silvie

dan Burhan ketika Burhan hendak melamar dirinya.

Hubungan plot ini tidak ada hubungan sebab akibat yang mencolok

karena konflik terjadi karena keberadaan Syamsul. Peristiwa yang terjadi

hampir semuanya dari ketidaksengajaan. Unsur ketidaksengajaan ini bagi

penulis merupakan alur plot yang tidak termasuk pada hubungan sebab

akibat yang relevan.

Di dalam novel Dalam Mihrab Cinta ini, plot selalu berjalan secara

lurus. Alur selanjutnya, pada titik klimaks yang dialami oleh tokoh utama,

Syamsul. Setelah Silvie menolak lamaran Burhan, Silvie sangat

mengagumi Syamsul. Hal itu dirasakan oleh kedua orang tua Silvie,

akhirnya keluarga Silvie berniat melamar Syamsul.

Keluarga Silvie datang ke rumah Syamsul yang kebetulan ibunya

Syamsul sedang berada di rumahnya karena sudah mengetahui bahwa

Syamsul sudah menjadi mubaligh dan belum pernah bertemu.

Keluarga Silvie datang menyampaikan maksud lamarannya itu,

Syamsul merasa terkejut dengan lamaran tersebut. Syamsul memutuskan

Page 67: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

untuk menimbang-nimbang terlebih dahulu. Di sisi lain Zizi, yang datang

bersama Kiai Miftah untuk meminta maaf atas apa yang terjadi di

pesantren dulu, mendengar lamaran itu, Zizi yang diam-diam mengagumi

Syamsul merasa terpukul.

Konflik batin masih digambarkan dalam alur ini, konflik yang

terjadi pada Syamsul yang secara tiba-tiba dilamar oleh Silvie dan konflik

pada Zizi yang merasa terganggu dengan lamaran Silvie terhadap

Syamsul.

Pada suatu saat Syamsul dan ibunya pergi ke rumah keluarga

Silvie. Dia diterima dengan gembira oleh keluarga Pak Heru itu. Syamsul

dan ibunya berniat menjawab dari lamaran Silvie. Pada intinya, Syamsul

menerima lamaran itu, persiapan pernikahan pun dibicarakan langsung.

Syamsul dan Silvie merasa bahagia dengan rencana pernikahannya, di

tengah kebahgiaannya itu, suatu hari Silvie berencana pergi ke Bogor mau

mengantarkan undangan. Di tengah perjalanan Silvie kecelakaan dan tak

bisa tertolong. Mendengar bahwa Silvie kecelakaan dan meninggal,

Syamsul merasa terpukul.

Deskripsi itu merupakan awal pada pengembangan klimaks yang

sesungguhnya. Pengarang sangat apik dalam mengembangkan klimaks ini,

pertama kebahagiaan dimunculkan lalu seolah-olah dijatuhkan dengan

kesedihan yang begitu mendalam.

Dengan kejadian itu, kejiwaan Syamsul terganggu. Dari hari ke

hari Syamsul tidak bersemangat kembali. Kegiatannya ceramah

ditinggalkannya begitu saja. Keluarga Syamsul membawanya kembali

pulang ke Pekalongan. Keadaannya semakin memprihatinkan. Ibunya dan

adiknya terus memotivasi Syamsul dengan berbagai cara. Tidak hanya

keluarga Syamsul yang memberi semangat padanya, melainkan Zizi yang

mengetahui itu pun selalu datang ke rumahnya memberi motivasi.

Lambat laun motivasi yang dilakukan oleh ibunya dan adiknya

Nadia mulai berhasil. Syamsul mulai bisa makan, mulai ngobrol dan mulai

terlihat bersemangat untuk menata hidupnya kembali. Sudah bisa

Page 68: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

menerima kejadian yang telah menimpanya. Suatu hari ketika Syamsul

sedang membaca koran di teras rumahnya, tiba-tiba ada yang datang. Yang

datang tiada lain adalah Zizi. Zizi ingin bertemu sama Syamsul, dia mau

meminta Syamsul memberi ceramah di pesantren Manabiul Quran. Hal

tersebut terlihat dalam kutipan berikut:

Bu Bambang memanggil Nadia dan memintanya untuk membuat

minum. Nadia mendekat dan bertanya kepada Zizi, “ Yang dingin

atau panas, Mbak?”

“Tak usah repot-repot, Nad, saya tidak lama. Saya Cuma mau

ketemu Syamsul, amu minta tolong.”

“Dingin saja ya biar segar?”

“Boleh.”

“Mau minta tolong aku?” Tanya Syamsul mengernyit bingung.

“Iya, Mas Syamsul. Begini, kebetulan Manabi‟ul Quran

Pekalongan ini, selalu mengadakan ceramah bulanan. Nah, aku

ingin kamu yang mengisi ceramah bulan ini, pasti para santriwati

akan senang karena selama ini mereka hanya bisa melihat kamu di

tivi. Ini aku membawa proposalnya.” Zizi memperlihatkan

proposalnya pada Syamsul.

“tapi aku...”

Zizi memotong,

“Temanya bebas, yang penting ada muatan motivasinya. Pengganti

uang transportnya ada, tapi tak sebesar honor di televisi.”

“Bukan itu persoalannya,” Syamsul mendesah menarik nafas, “Apa

aku masih bisa ceramah...”

Mendengar ucapan Syamsul itu Bu Bambang langsung berkata,

“Masih, Sul. Kau pasti masih bisa ceramah. Hanya saja sejak

kehilangan Silvie kamu tak pernah mau lagi mencobanya. Kamu

malah menenggelamkan diri dalam kesedihan. Sul, kamu ini

Ustadz, apa kamu ndak kasihan melihat pemirsamu yang

kehilangan sentuhan ruhani setiap Subuh di televisi? Kamu ini

sebelumnya seorang da‟i, ingat itu Sul!”

“Tapi...” Syamsul mau berbicara tapi kembali dipotong Zizi,

“Mas Syamsul, aku yakin sekali kau bisa. Kau jangan terus mau

dirantai oleh setan. Yang membuatmu lemah begini ini adalah

setan. Setan dan tentaranya tidak suka pada manusia yang berjuang

di jalan Allah.... Tapi baiklah aku tidak memaksa. Proposal ini aku

tinggal saja di sisni. Kalau kau bersedia, tolong telepon pesantren

Manabi‟ul Qur‟an. Nomor teleponnya ada di situ.” (DMC: 263-

264)

Page 69: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Peristiwa itu membawa Syamsul ke jalan lurus kembali. Dia tidak

terbelenggu dengan setan yang telah membelenggu selama ini, yang

membawanya larut dari kesedihan. Syamsul menerima permintaan Zizi

berceramah di pesantrennya. Hasilnya memuaskan, Syamsul masih bisa

berceramah dengan baik, para santri yang hadir merasa puas mendengar

ceramah-ceramahnya.

Peristiwa itu diberitakan oleh Zizi pada kakaknya Kiai Miftah. Kiai

Miftah berkunjung ke rumahnya bersama Zizi. Kiai Miftah merasa senang

melihat Syamsul bisa aktif kembali berceramah. Syamsul merasa dirinya

tidak pantas. Di sela pembicaraan itu, Kiai Miftah pun menawarkan Zizi

pada Syamsul untuk bersanding. Syamsul merasa tersanjung dan

keluarganya begitu antusias. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:

“Kiai Miftah tersenyum, dan kembali berkata, “Jadi kedatanganku

memiliki dua misi, Sul. Memintamu ceramah di pesantrenku, dan

yang terutama, meminangmu untuk adikku.” (DMC: 268)

Lima hari dari pertemuan itu, Syamsul datang ke pondok pesantren

Al Furqan bersama keluarganya. Dia disambut oleh keluarga Kiai Miftah

dan Zizi, termasuk para santri yang ada di situ. Syamsul menejelaskan

kedatangannya pada Kiai Miftah, Syamsul hendak memberi ceramah di

pesantren itu dan akan melamar Zizi menjadi isterinya.

“Pak Kiai, rasanya tak ada alasan saya menolak tawaran baik Pak

Kiai. Sekarang saya datang membawa dua misi, Pak Kiai. Pertama,

saya siap memberi ceramah di Al Furqan, dan misi terpenting

lainnya adalah dengan mengucap bismillah saya siap menjadi

suami Zidna Ilma, mohon doanya agar kami menjadi keluarga

sakinah, mawadah, warahmah.”

Zizi ingin menangis mendengar apa yang diucapkan Syamsul. Pak

Kiai dan isterinya, Pak Bambang dan Bu Bambang tersenyum lega.

Syamsul kemudian menengok memandang Zizi atau Zidna Ilma.

“Kalau boleh tahu, apa Zidna Ilma punya syarat-syarat yang harus

saya penuhi sebelum melangsungkan akad nikah nanti?”

Dengan terbata-bata dan tubuh bergetar Zizi berkata, “Saya tak

punya syarat apa-apa.” (DMC: 270)

Page 70: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Dalam pembahasan alur ini, alur tidak berubah-ubah secara drastis

melainkan alur berjalan secara statis sebagaimana hakikatnya sebuah alur.

Alur yang dibangun dalam novel Dalam Mihrab Cinta ini, menggunakan

alur maju atau awal-tengah-akhir. Cerita berjalan begitu lurus, adapun ada

pemenggalan cerita baru namun cerita itu merupakan kesejajaran dari

cerita cerita sebelumnya tidak bersifat mundur atau flash back.

c. Latar/ Setting

Ruang lingkup sebuah karya fiksi hakikatnya adalah keberadaan

sebuah dunia yang dibangun oleh si pengarang. Unsur-unsur pembangun,

seperti tokoh dan peristiwa diciptakan oleh si pengarang. Sesuatu yang

dianggap penting dalam pembuatan dunia fiksi adalah faktor latar. Latar

adalah faktor pengusung sebuah peristiwa.

Dalam novel Dalam Mihrab Cinta ini, faktor yang sangat menarik

untuk disimak. Faktor latar yang berkembang dalam novel ini terdiri dari

latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Adapun analisis ketiga bentuk

latar tersebut akan diuraikan di bawah ini.

1) Latar Tempat

Latar tempat pada hakikatnya merupakan lokasi peristiwa

berlangsung. Lokasi yang dimaksud bisa saja nama tempat atau

sebuah ruang misalnya di dalam kendaraan, rumah, stasiun, penjara,

gedung, dan lain-lain. Hal tersebut untuk menunjukkan kejelasan

keberlangsungan peristiwa itu terjadi.

a) Latar tempat berupa stasiun kereta

Penggunaan latar tempat dalam novel ini salah satunya

menggunakan latar tempat berupa stasiun. Hal tersebut tampak

pada kutipan berikut:

“Becak itu memasuki halaman Stasiun Pekalongan.

Bangunannya nampak sudah tua. Tidak berubah sejak

dibuat oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Gadis itu

turun dan menyerahkan uang beberapa ribu kepada tukang

Page 71: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

becak. Ia lalu melangkah membawa barang bawaannya

memasuki stasiun.

Matahari tenggelam perlahan di ufuk barat. Azan maghrib

berkumandang saat gadis itu mendapat tiket dan berjalan

menuju kereta yang sudah siap di jalur satu. Dengan mata

tetap berkaca-kaca ia memasuki gerbong empat. Lalu

mencari-cari tempat duduk seperti yang tertera di karcisnya.

Sampai di deret kursi nomor 8 ia berhenti. Ia letakkan tas

tentengnya yang berwarna merah kekuningan di tempat

bagasi. Ia duduk di kursi 8 C.

Setelah duduk ia menarik nafas dan kembali menangis.

Wajah cantiknya tidak bisa menutupi kesedihannya. Ia

berusaha menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh

penumpang di sekitarnya. Ia menangisi kematian orang

yang sangat dicintainya. Yaitu ayahandanya yang sangat

menyayanginya.” (DMC: 1-2)

Kutipan di atas merupakan peristiwa yang menunjukkan

latar tempat yang sangat detail sekali, di samping faktor waktu

yang menunjukkan kesedihan itu. Hal itu bisa dilihat pada,

pendeskripsian stasiun dari mulai pembelian karcis sampai nomor

tempat si tokoh duduk. Artinya relevansi latar tempat dengan

keadaan geografis tempat tersebut sangat signifikan sekali.

b) Latar tempat berupa pesantren

Latar tempat berupa pesantren sebagaimana tujuan kedua

tokoh seperti yang dipaparkan di atas. Peristiwa itu bisa

ditunjukkan pada peristiwa Zizi ketika tiba di rumah duka, Pondok

Pesantren Al Furqan kepunyaan ayahandanya, yang meninggal itu.

Penggambaran latar itu bisa dilihat pada kutipan berikut:

“Komplek Pesantren Al Furan, Pagu, Kediri sesak oleh

puluhan ribu orang yang ingin menshalati dan begitu

khidmad dan khusyuk. Tidak ada orang yang tertawa atau

bercanda. Semua menghayati kepergiaan ulama besar itu

sebagai bentuk kehilangan sesuatu yang berharga yang tidak

mudah ditemukan gantinya. Wafatnya ulama adalah

thilangnya sebagian ilmu yang diperlukan oleh

masyarakat.” (DMC: 25)

Page 72: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

c) Latar tempat berupa rumah (keluarga)

Selanjutnya latar berpindah ke rumah Syamsul. Latar ini

digunakan setelah Syamsul diusir dari pesantren karena difitnah

mencuri.

“Syamsul berharap bahwa keluarganya akan lebih

mepercayai penjelasannya ketimbang keputusan pengurus

pesantren yang salah. Ia menceritakan kronologis

peristiwanya sampai ia dihakimi seluruh pondok. Ia

menegaskan bahwa ia terkena fitnah. Ia tidak pernah

mencuri di pesantren. Namun penjelasannya itu tidak bisa

diterima oleh seluruh anggota keluarganya. Ayahnya malah

bertambah marah. Kedua kakak dan ibunya juga lebih

percaya pada keputusan pengurus pesantren.” (DMC: 90)

d) Latar tempat berupa nama kota

Semarang menjadi latar tempat berikutnya. Karena seluruh

keluarganya tidak mempercayai atas kejadian di pesantren itu,

akhirnya Syamsul memutuskan minggat dari rumahnya. Semarang

menjadi tempat tujuannya.

“Sudah satu minggu Syamsul pergi dari rumah. Ia

mengelana di kota Semarang. Tidur dari masjid ke masjid.

Makan seadanya. Dengan berbekal ijasah SMA ia mencoba

melamar pekerjaan dari kantor ke kantor, pabrik ke pabrik

mensyaratkan ada keterangan surat kelakuan baik dari

kelurahan.” (DMC: 103)

Selain kota Semarang, kota Jakarta (tepatnya terminal lebak

bulus) juga menjadi latar tempat dalam novel ini.

“Bus itu sampai di terminal Lebak Bulus, tepat saat azan

subuh selesai dikumandangkan. Para penumpang bangun

dari tidurnya dan turun membawa barangnya masing-

masing. Syamsul turun dari bus. Sebelum ia bertanya lagi

pada kernet bus,

“Ini Lebak Bulus ya Mas?”

“Iya. Ini Lebak Bulus.” Jawab kernet itu.

Syamsul sudah tahu bahwa ia sampai di Lebak Bulus. Ia

bertanya untuk mengusir keraguan kakinya melangkah. Ia

baru pertama kalinya ke Jakarta. Ia sama sekali belum

Page 73: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

pernah ke Jakarta. Kalau ke Bali, malah sudah. Ia ke pulau

Dewata saat perpisahan kelas tiga SMA.” (DMC: 119)

Tidak ketinggalan kota Parung pun menjadi latar tempat

dalam novel ini. Kota Parung merupakan tempat tinggal/ rumah

kontrakan ketika Syamsul datang ke Jakarta. Hal ini tergambar

jelas dalam kutipan berikut:

“Jadilah ia menyewa rumah petak itu. Sejak hari itu ia

tinggal di sebuah perkampungan yang berhimpitan dengan

perumahan yang terletak di kawasan Parung Barat. Tidak

begitu jauh dari Ciputar dan Lebak bulus, Jakarta Selatan.”

(DMC: 124)

e) Latar tempat berupa penjara

Di kota Semarang pula membawa Syamsul pindah latar ke

sebuah penjara. Karena ketika di Semarang tokoh Syamsul

melakukan perbuatan pencurian dan perbuatannnya itu diketahui

orang, dia tertangkap dan dijebloskan ke penjara Polsek Semarang

Tugu.

“Sejak tertangkap itu Syamsul mendekam di penjara Polsek

Semarang Tugu. Ia satu sel dengan dua orang narapidana

yang tertangkap karena mencuri sepeda motor. Dua

narapidana itu mengajaknya untuk bergabung dalam

komplotannya. Ia pura-pura mengiyakan, sebab ia takut jadi

bulan-bulanan mereka. Ia diberi tahu trik-trik mencuri

rumah orang kaya.” (DMC: 108)

2) Latar Waktu

Adapun latar waktu yang menunjukkan petanda seperti pagi,

siang, malam, sore, waktu subuh, waktu ashar, waktu maghrib, bulan

Suci Ramadhan, dan bulan Syawal diungkap dalam novel ini.

Gambaran tersebut tampak pada kutipan berikut:

Pagi itu selesai shalat subuh, Syamsul i‟tikaf di masjid

pesantren seperti biasa. Ia gunakan waktunya untuk ngaji Al-

Quran pada Ustadz Abdul Manaf... (DMC: 60)

Page 74: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Sedangkan kutipan lain sebagai beikut:

“Bus itu sampai di terminal Lebak Bulus, tepat saat azan subuh

selesai dikumandangkan. Para penumpang bangun dari

tidurnya dan turun membawa barangnya masing-masing.

Syamsul turun dari bus.... (DMC: 119)

Dari kedua kutipan di atas jelas sekali bahwa peristiwa tersebut

terjadi pada waktu subuh atau pagi hari.

Dalam novel ini, bulan Ramadhan merupakan latar waktu yang

digunakan pengarang dalam mengembangkan ceritanya. Hal ini

tampak pada kutipan berikut:

Ramadhan tiba. Kaum Muslimin menyambutnya dengan penuh

bahagia. Ayat-ayat Al-Quran berkumandang di mana-mana.

Syamsul bertambah sibuk dengan jadwal kegiatannya: kuliah,

mendampingi remaja masjid, menjadi imam terawih, mengajar

ngaji, ceramah di sana-sini, dan shooting di televisi. (DMC:

216)

Sedangkan pada kutipan lainnya sebagai berikut:

Tanggal 8 Ramadhan ia menelepon Nadia adiknya. Ia meminta

untuk menonton ceramah pagi di Edu TV jam lima pagi.

“Jangan sampai tidak nonton ya Nad. Mas ikut dalam

pengajian itu. Jangan lupa beritahu ayah dan ibu.” Kata

Syamsul ditelepon. Ia sengaja tidak mengatakan dirinya yang

memberi ceramah, sebab ia ingin membuat suprise

keluarganya. (DMC: 217)

..... Pada tanggal 25 Ramadhan, ketika semua urusan, dan tugas

Syamsul di Jakarta dan sekitarnya selesai, ia pulang kampung

bersama ibunya. Ia bahagia luar biasa ketika bisa kembali ke

rumah tempat ia dilahirkan. (DMC: 243)

Dari kedua kutipan di atas tampak jelas bahwa latar waktu

bulan Ramadhan dijadikan sebagai salah satu latar waktu yang

digunakan oleh pengarang dalam menyusun cerita.

Di samping bulan Ramadhan, bulan Syawal juga dijadikan

sebagai latar waktu dalam mengembangkan alur cerita dalam novel,

sebagaimana tampak dalam kutipan berikut.

Page 75: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Allahu Akbar 3X Awalillahilhamdu.

Kaum Muslimin yang berbahagia

Syawwal itu artinya nail, meningkat. Dalam Al Mu’jam Al

Asasi dijelaskan, Syalal miizan artinya timbangan naik.

Masuk 1 Syawal ini, marilah kita niatkan untuk meningkatkan

segala kebaikan yang telah kita capai di tahun-tahun yang telah

lewat, khususnya yang telah kita capai pada bulan Ramadhan

kemarin.

Kita jadikan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1427 H ini sebagai

momentum untuk menaikan derajat kita di mata Allah….

(DMC: 245)

3) Latar Sosial

Latar sosial dalam novel Dalam Mihrab Cinta ini, secara

umum menggambarkan latar sosial masyarakat jawa. Bisa dilihat dari

latar tempat yang dipakai dalam hampir keseluruhan cerita, yaitu

Pekalongan, Kediri, Semarang. Sementara latar tempat Jakarta

menjadi pengembangan dari keberadaan latar sosial selanjutnya.

Penggambaran latar sosial dalam novel Dalam Mihrab Cinta

ini, sangat apik dikembangkan pengarangnya. Misalnya

penggambaran local color yang digambarkan oleh keluarga Syamsul.

Syamsul merupakan anak dari keluarga Pak Bambang, seorang

pengusaha batik. Secara realitas Pekalongan merupakan sebuah kota

penghasil batik terbesar di Jawa. Hal ini menjadi penting untuk

digambarkan karena akan mengusung pada pola alur yang akan

dikembangkan.

“Keputusan sudah bulat. Ia ingin berbeda dengan kedua

kakaknya. Kedua kakaknya memang cemerlang. Masih sangat

muda, tetapi keduanya sudah memiliki pabrik konveksi batik

sendiri. Ayahnya selalu menyanjung kedua kakaknya sebagai

pengusaha muda yang sangat berbakat.

Ia juga ingin sukses, tetapi ia tidak mau sama dengan ayahnya,

kakeknya dan kedua kakaknya yang semuanya sukses sebagai

pedagang batik. Ia ingin sukses di jalur yang berbeda.” (DMC:

6)

Page 76: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Kutipan di atas menggambarkan latar sosial masyarakat

Pekalongan yang notabene bermatapencaharian sebagai pengrajin

batik. Dengan menggambarkan unsur sosial ini, cerita lebih menjadi

tipikal dan lebih fungsional. Kesan yang timbul menjadi lebih menarik

karena kebiasaan masyarakat sebagai pengusaha batik menjadi

kontradiktif dengan keinginan tokoh Syamsul yang ingin nyantri dan

bertentangan dengan keinginan keluarganya sebagai pengusaha batik.

Kemudian, di samping kota Pekalongan gambaran latar sosial

dapat dilihat dari latar tempat Kediri. Karena novel ini berbicara

tentang religiusitas, Kediri digambarkan sebagai kota pesantren atau

kota santri. Sehingga tokoh Syamsul pun dimunculkan untuk pergi ke

Kediri. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pesantren-pesantren besar

yang ada di kota itu. Ada penggambaran empat pesantren besar yang

dimunculkan dalam alur novel ini. Seperti pada kutipan berikut:

“Tiga pesantren besar telah ia kunjungi. Pesantren Lirboyo, Al

Falah Ploso dan Al Inayah Semen. Ia mengagumi ketiga-

tiuganya. Ia merasa bias krasan di tiga pesantren itu.” (DMC:

35)

Kenudian latar sosial berpindah di kota Semarang. Semarang

dilukiskan sebagai kota besar yang secara kultur masyarakat

berbanding terbalik dengan kota Pekalongan dan Kediri. Semarang

dilukiskan sebagai kota besar, modern, dan terkesan individualistis.

Gambaran yang dimaksud bisa dilihat pada tokoh Syamsul yang

setelah difitnah dan diusir dari pesantren dia pergi ke Semarang

menempuh jalan hidupnya.

Latar sosial selanjutnya adalah Jakarta. Berbeda dengan latar

sosial sebelumnya yang diawali latar tempat Pekalongan, Kediri, dan

Semarang yang menggambarkan latar sosial Jawa pada umumnya.

Namun, latar sosial Jakarta dalam novel ini terlihat lebih komplek.

Sebagaimana halnya Semarang, Jakarta digambarkan sebagai kota

yang keras. Tidak mudah mendapat kesempatan untuk meraih

Page 77: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

pekerjaan di sana. Hal ini bisa dilihat pada awal alur tokoh Syamsul

menginjakkan kakinya di kota itu. Seperti dalam kutipan berikut:

“Ia melihat café bagus di pinggir jalan Parung yang asri. Café

itu baru saja buka. Beberapa pegawainya nampak sibuk

membersihkan meja. Syamsul masuk dan menemui manajer

café itu. Ia menyampaikan maksudnya untuk bias kerja di situ.

“Seandainya saya ditempatkan di bagian yang cuci-cuci piring

tidak apa-apa Pak, saya siap.” Kata Syamsul menjelaskan

kesiapannya untuk bekerja di situ. Manajer café itu dengan

halus menjelaskan bahwa café itu tidak memerlukan tenaga

baru.”

“Ia melihat sebuuah restaurant yang khusus menjual ayam

goreng. Ia memasuki restauran itu dan mengajukan diri untuk

bias bekerja di situ. Restauran itu menolaknya. Ia kembali

meneruskan pengembaraannya mencari pekerjaan. Ia melihat

pabrik, seketika itu juga ia melamar kerja ke pabrik itu dan

tidak diterima. Ia melamar ke tempat cucian mobil. Ia siap

bekerja sebagai tukang cuci mobil. Ia juga ditolak. Ia mencoba

masuk ke sebuah bengkel mobil. Ia melamar. Manajer bengkel

meminta ijazah STM. Ia tidak punya. Hasilnya sudah jelas.

Hari itu satu hari penuh ia berjalan melamar pekerjaan dan

hasilnya nihil.” (DMC: 125-126)

Gambaran realitas sosial Jakarta berikutnya bisa dilihat juga

pada gambaran tokoh Syamsul yang kembali menjadi copet. Namun

sekarang ia sudah mahir, karena sudah mendapat ilmu mencopetnya

pada si kumis tebal ketika di penjara di semarang. Realitas Jakarta

ditunjukkan sebagai kota yang metropolitan, individualitas. Latar

sosial Jakarta membuat tokoh Syamsul secara psikologis menjadi

nekat kembali.

“Akhirnya ia berkata pada diri sendiri, “Aku harus nekat.

Minta belas kasihan orang itu mental pecundang. Hidup di

IbuKota memang keras. Tapi aku tidak boleh mati kelaparan.”

Ia lalu teringat pesan penjahat berkumis yang ia temui saat

dipenjara di Polsek Tugu Semarang, “Dengarkan baik-baik

Bur. Kalau mau jadi penjahat sukses kamu harus punya mental

dan berani nekat!” (DMC128)

Page 78: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Selanjutnya, kota Jakarta, dilihat dari sisi sosial penokohan,

digambarkan oleh pengarang sebagai realitas sosial yang baik, ramah.

Gambaran itu bias dilihat dari tokoh Abbas, yang menerima Syamsul

dengan baik. Abbas memberikannya Syamsul kontrakan tanpa harus

tinggal di masjid. Kemudian ketika Syamsul sedang menyamar, dia

berpakaian seperti ustadz. Dia disambut hangat oleh satpam dan

keluarga Pak Broto yang kebetulan lagi mencari guru ngaji.

“Ia terbangun ketika azan ashar dikumandangkan. Ia

mengambil air wudhu. Mendirikan shalat sunnah lalu ikut

shalat berjamaah. Selesai shalat berjamaah ia menemui

poengurus mesjid itu. Ia mengutarakan niatnya, dan

menceritakan kesulitannya mencari mesjid yang bisa

ditinggalinya. Takmir mesjid itu malah menyarankan agar dia

mengontrak rumah saja.

“Adik kan bisa mencari kerja. Tidak harus tinggal dimasjid.

Adik cari saja kontrakan di dekat masjid ini. Kalau kami perlu

bantuan kami bisa panggil adik. Kalau tinggal di masjid tidak

bisa. Kamarnya Cuma satu dan sudah ditempati Pak Ali, imam

masjid ini, bersama isteri dan anaknya. Gimana dik? Nanti

saya bantu cari yang murah. Oh ya siapa tadi nama Adik?”

“Nama saya Syamsul pak, lengkapnya Syamsul hadi.”

“Ya jadi begitu saran saya Dik Syamsul. Adik akan lebih

mandiri. Oh ya nama saya Abbas. Panggil saya pak Abbas.

Kebetulan saya ketua RT 2 di kawasan ini. Dalam kebetulan

adsa rumah petak kosong yang dikontrakkan. Saya diamanahi

untuk mengurusnya (DMC: 123)

Petikan latar sosial yang lain bisa ditunjukan oleh tokoh Broto.

Tokoh Broto ini digambarkan seseorang yang kaya raya tinggal di

komplek yang bisa dikatakan elit, orangnya baik hati.

“Oh pak Ustadz. Mau ketemu siapa?” Tanya anak muda itu.

“Pak Broto ada?”

“Ada. Sialhkan masuk pak Ustadz.”

Dengan tenang ia masuk. Tak lama seorang lelaki gemuk

bersarung dan berbaju koko keluar.

“Oh Ustadz. Di mana kita pernah bertemu ya pak ustadz?” Pak

Broto merasa kenal.

“Mungkin di suatu masjid. Saya juga lupa Pak Broto. Begini

Pak Broto langsung saja, ada yang memberi tahu saya katanya

Page 79: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Pak Broto perlu guru privat ngaji untuk si kecil Della. Apa

betul?” Ujar Syamsul dengan tenang.

“Benar pak Ustadz. Sudah ada seorang guru ngaji yang datang

tadi pagi tapi saya tidak cocok, sebab dia tidak ada background

pesantrennya. Saya ingin guru ngaji yang pernah belajar di

pesantren.” (DMC: 133)

Latar sosial yang lain dapat digambarkan oleh karakter

Burhan. Meskipun dia seorang santri, tapi dia datang dari Jakarta yang

terkesan modern. Jadi, secara sosial Burhan berbeda dengan santri-

santri yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa latar tempat yang

disajikan dalam novel ini menandakan bahwa setiap perwakilan nama

kota menjadi pembeda latar sosial dari setiap tokoh.

Burhan digambarkan menyampaikan latar sosial yang arogan,

suka memilih-milih teman.

“…hampir semua teman satu kamarnya mendukung dan

memotivasi. Hanya burhan saja yang masih Nampak

mengacuhkan dirinya. Burhan seperti menjaga jarak

dengannya. Ia sempat menanyakan hal itu pada Ayub.

Dijawab, bahwa Burhan memang begitu, tidak perlu

dirisaukan. Dari teman-temannya ia tahu bahwa Burhan anak

seorang pengusaha kaya dari Jakarta. Dalam beberapa hal

memang Burhan Nampak angkuh. Ia pilih-pilih teman. Hanya

orang-orang yang ia anggap penting dan ia anggap dsari

golongan sepadan dengan dirinya yang ia akrab, selain itu, ia

Nampak cuek.” (DMC: 52)

Selanjutnya penggambaran masyarakat sosial Jawa dalam

novel ini, bisa dilihat dari bahasa yang dipakai dalam disetiap dialog.

Ada beberapa bahasa Jawa yang digunakan dalam dialog antar tokoh.

Hal menunjukkan bahwa sifat bahasa juga menjadi salah satu unsur

penguatan dalam mengembangkan latar sosial novel Dalam Mihrab

Cinta ini.

Unsur lokal (bahasa) menjadi prestise untuk menciptakan

kesan bahwa masyarakat Jawa masih memegang ketradisian dalam

konteks budaya dalam hal ini penggunaan bahasa Jawa.

Page 80: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

“Ke pesantren? Mau jadi santri gudig?” Sinis kakak sulungnya.

“Kalau cuma santri gudig mending hla kalau nanti jadi teroris

bagaimana?” Sengit kakak keduanya.” (DMC: 13)

Kutipan yang lain bisa dilihat ketika Syamsul berada di

penjara.

“Napi yang muda langsung menukas,

“Benjote yo podo…larane yo poho…!” (DMC: 13)

Selanjutnya, ketika Zizi mempersoalkan masalah Syamsul

yang sudah difitnah mencuri oleh santri termasuk keputusan

kakaknya, Kiai Miftah yang menurut Zizi kurang berkenan.

“Kangmas, suatu hari kebenaran itu pasti akan jelas. Becik

ketitik olo kethoro! Sebaiknya Kangmas ingat baik-baik apa

yang dikatakan Syamsul ketika dia dizalimi.” (DMC: 89)

Unsur lokal (bahasa) juga tampak jelas ketika Ayub berpura-

pura membaca doa dan mengusap-usap akik merah delimanya.

“Hei ari-arine Neng Nur Fadhilah merene. Aku wis nunggu

sliramu!” Kata Ayub setengah berisik. Ia yakin Burhan

mendengarnya. (DMC: 161)

Kalimat-kalimat atau kata yang dipakai dalam bahasa Jawa di

atas jelas sekali menunjukkan prestise bahasa yang mengacu pada

identitas sosial masyarakatnya. Bahasa Jawa dalam konteks dialog di

atas, menunjukkan bahwa bahasa itu berada pada letak yang terstatus

tinggi bahasa sehingga Jawa sangat penting untuk ditonjolkan dalam

sebuah dialog.

d. Sudut Pandang

Berdasarkan analisis alur, latar, penokohan dalam novel Dalam

Mihrab Cinta ini, pencerita mempergunakan sudut pandang persona ketiga

“Dia” jenis mahatahu dengan menggunakan dua penamaan. Sudut pandang

persona ketiga yang pertama, menggunakan nama tokoh utama, yaitu

Page 81: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Syamsul sebagai pencerita dan sudut pandang persona kedua, dari

beberapa peristiwa Syamsul diganti menjadi “Ia” sebagai pencerita.

Dari sudut pandang mahatahu ini, pola penceritaan menjadi lebih

jelas sebab tidak ada batasan cerita yang dipenggal. Artinya cerita

dikisahkan sesuai dengan keterlibatan si tokoh utama tersebut. “Dia”

mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk

motivasi yang melatarbelakangi.

Matahari merendah di ujung langit. Sinarnya memerah. Perlahan-

lahan bola matahari itu seperti mencium bumi. Sebuah becak itu

menyusuri jalan Gajahmada. Penumoangnya seorang gadis

berjilbab biru muda. Gadis itu menundukkan muka. Kedua matanya

berkaca-kaca. Sesekali ia mengusap airmatanya yang meleleh

dengan sapu tangannya. Rasa sedih terus menyesak di dalam

dadanya.

Becak itu memasuki halaman Stasiun Pekalongan. Bangunannya

nampak sudah tua. Tidak berubah sejak dibuat oleh Pemerintah

Kolonial Hindia Belanda. Gadis itu turun dan menyerahkan uang

beberapa ribu kepada tukang becak. Ia lalu melangkah membawa

barang bawaannya memasuki stasiun. (DMC: 1)

Dari deskripsi di atas terlihat bagaimana si pencerita menceritakan

peristiwa itu dengan sangat detail sekali. Pencerita mengetahui keadaan

geografis sebuah stasiun, bisa menggambarkan kesan perasaan si tokoh

perempuan, serta menggambarkan fisik si tokoh dengan jelas pula.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa sudut pandang

persona ketiga dalam novel ini adalah Syamsul hal itu bisa dilihat pada

kutipan berikut:

Sementara itu Syamsul sudah di Pesantren Lirboyo. Syamsul

menemui muka-muka yang sedih. Ia mendatangi kantor pengurus

dan diterima dengan muka sedih. Setelah menjelaskan maksud

kedatangannya, Syamsul diantar seorang pengurus ke sebuah

kamar yang banyak dihuni santri dari daerah Pekalongan dan

Batang. Syamsul bertanya pada salah seorang santri kenapa semua

orang di pesantren ini nampak bersdih hati... (DMC: 27-28)

Page 82: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Bentuk keterbatasan si pencerita bisa dilihat pada kutipan berikut.

Si pencerita sebagai persona ketiga mahatahu, mengetahui dengan

seksama keadaan Zizi anak Kiai Baejuri yang baru saja meninggal.

Siang itu setelah jenazah Kiai Baejuri dimakamkan, Zizi

menghempaskan tubuhnya ke kamarnya. Ia merasa letih dan

mengantuk. Tetapi rasa sedih lantaran ditinggal ayahandanya tidak

bisa hilang begitu saja. Kedua mata Zizi terpejam, namun air

matanya terus meleleh begitu saja. Kenangan-kenangan indah

bersama ayahandanya berkelebat-kelebat begitu saja.

Tiba-tiba ia ingat, ayahnya pernah memberikan sepucuk surat

untuknya. Ya, ia ingat satu tahun yang lalu ayahnya memberikan

surat itu. Tepatnya satu hari sebelum ayahnya berangkat ke

Mekkah untuk menunaikan ibadah hajinya yang ketiga.

“Nduk, simpanlah surat ini. Bacalah jika abah sudah meninggal

nanti. Jangan kau baca ketika abah masih hidup.” Begitu pesan

ayahnya. (DMC: 29-30)

Kutipan di atas begitu sangat menggambarkan si pencerita

mengetahui kejadian di luar kejadian yang dilakukan oleh tokoh utama.

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa hal ini untuk menumbuhkan

kesan supaya pembaca begitu larut ketika mengetahui peristiwa-peristiwa

yang disajikan.

Selanjutnya, pembahasan mengenai sudut pandang ini ada

ketidakkonsistenan pengarang dalam penggunaan personanya.

Sebagaimana telah dipaparkan di atas, sudut pandang dalam novel ini

diwakili oleh tokohnya „Syamsul‟, namun di dalam Bab 5 dari novel ini,

awal cerita, persona Syamsul diganti dengan „Ia‟.

Ia masih terus bertanya-tanya, apakah karena Zizi, ia diterima di

pesantren Al Furqan dan usulannya mengenai sistem pengajaran

yang memungkinkan baginya melakukan percepatan diterima?

Ataukah memang murni hasil musyawarah antara Kiai Miftah

dengan pengurus pesantren. Ia ingin bertanya kepada Zaim, tetapi

ia malu. Justru kalau ia bertanya, Zaim akan balik bertanya

bagaimana ia bisa kenal Zizi dan seterusnya. Urusannya malah bisa

jadi panjang. (DMC: 49)

Page 83: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Kutipan di atas menandakan bahwa ada ketidakkonsistenan

pengarang dalam membuat sudut pandang. Kutipan itu bisa

membingungkan karena persona “Ia” menjadi tidak jelas, ia merujuk ke

mana. Kepada tokoh utamakah sebagai si pencerita atau tokoh lain yang

sedang membuat cerita baru? Meskipun kalau dirunut dari peristiwa dari

novel ini persona „Ia‟ pada awal cerita ini merujuk pada tokoh Syamsul.

e. Tema

Adapun tema yang terkandung dalam novel ini adalah berbicara

tentang perjalanan hidup dan lika-liku kehidupan yang harus dilalui oleh

seseorang. Hal ini terjadi pada tokoh Syamsul.

Pertama ketika dia harus bertolak belakang dengan keinginan

orang tuanya. Syamsul berkeinginan tidak melanjutkan kuliah setelah

tamat SMA, setelah berbagai pertimbangan dia memutuskan pergi nyantri

ke Kediri. Sementara keinginannya itu harus berbenturan dengan

keinginan keluarganya yang berkeinginan kuliah dan menjadi pengusaha

batik. Namun Syamsul, memutuskan untuk pergi nyantri. Syamsul pergi

ke Kediri dan mondok di Pesantren Al Furqan.

Syamsul menjadi santri yang baik, namun diperjalanan dia difitnah

oleh santri yang lain, yaitu Burhan. Burhan merasa cemburu pada

Syamsul, karena diam-diam Zizi mengagumi perkembangan Syamsul di

pesantren itu. Burhan yang terbakar api cemburu, membuat siasat untuk

memfitnah Syamsul. Syamsul dituduh mencuri uang miliknya. Yang

akhirnya dia diusir dari pesantren. Selanjutnya dia memutuskan pergi ke

Semarang untuk mencoba memulai kehidupan baru karena keluarganya

sudah tidak menerimanya. Karena berbagai hal, Semarang yang tidak

mendukung perjalanan hidupnya akhirnya dia menjadi maling dan

tertangkap, kemudian dipenjara. Setelah keluar dari penjara, Syamsul

nekat pergi ke Jakarta. Dia bertahan hidup di Jakarta dan menjadi seorang

guru ngaji.

Page 84: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Di Jakarta Syamsul melepaskan perbuatan-perbuatan buruknya, dia

fokus terhadap profesinya sebagai ustadz. Setelah menjadi ustadz, dia

sangat dikagumi oleh masyarakat di sana karena sikapnya yang ramah. Di

Jakarta dia bertemu dengan Silvie, mahasiswa ekonomi UI. Kian hari

Syamsul menjadi sorotan masyarakat karena Syamsul menjadi lambat

laun sudah menjadi seorang mubaligh. Diam-diam Silvie terkena musibah

dia meninggal karena kecelakaan.

Peristiwa itu membuat Syamsul merasa terpukul. Syamsul yang

masih mnerasa kehilangan Silvie, dia menjadi tidak karuan. Dia tidak

mau memberi ceramah kembali sementara masyarakat masih

menginginkan dia berceramah. Hari demi hari Syamsul merasa tersiksa

dengan ditinggalkan oleh calon isterinya itu. Lambat laun ibunya, Nadia,

membujuk Syamsul untuk bangkit kembali. Kiai Miftah pun berusaha

membujuk Syamsul untuk memberikan ceramah di pesantrennya.

Dari motivasi-motivasi yang diberikan oleh keluarganya dan

sahabat-sahabatnya serta guru-gurunya, akhirnya Syamsul kembali

bangkit. Dia mulai berceramah. Sampai akhir dia berceramah di pesantren

yang dulu dia telah difitnah.

f. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca. Di dalam novel ini amanat yang dipergunakan adalah secara

implisit, yaitu pengarang mengemukakan pesannya secara tidak langsung.

Amanat yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta adalah

jangan pernah menilai orang dari luarnya saja dan jangan pernah

menghakimi seseorang dengan semena-mena. Harusnya diselidiki terlebih

dahulu apakah orang itu benar-benar bersalah atau tidak. Dan sebagai

orang tua, harusnya bisa lebih percaya dengan anaknya sendiri. Selain itu,

dalam novel ini mengingatkan kita akan pentingnya kita dalam mengingat

Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan apapun dan dimanapun. Dengan

Page 85: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

begitu setiap kita akan melangkah akan membuahkan hasil yang baik

nantinya.

2. Latar Belakang Penciptaan Novel Dalam Mihrab Cinta

a. Kenyataan yang terjadi di sekitar pengarang

Di dalam novel Dalam Mihrab Cinta, ada beberapa hal yang ingin

diungkapkan oleh Habiburrahman El Shirazy. Hal yang mendasar yang

ingin diungkapkannya lewat novel tersebut, yaitu mengenai perjuangan

seorang remaja yang sempat khilaf. Akan tetapi, oleh kekuatan cinta dari

orang-orang dekatnya maka pemuda itu dapat kembali ke jalan yang lurus.

Novel ini memberi kesan dan pesan yang baik, khususnya bagi

bangsa Indonesia yang memang membutuhkan novel-novel yang

bermoral. Pesan yang ingin disampikan DMC adalah siapa pun orang jika

didorong untuk berbuat jahat maka orang tersebut bisa menjadi orang

jahat. Sebaliknya, jika orang diberikan motivasi untuk menjadi orang baik,

maka orang tersebut bisa menjadi orang baik. Mengetahui ada beberapa

pesan dalam novel ini, optimis novel ini akan menjadi obat cinta bagi

orang-orang yang gemar dengan kisah cinta dan religi.

Novelet ini awalnya bersetting di sebuah pesantren di Kediri, Jawa

Timur. Berkisah tentang seorang santri bernama Syamsul yang harus

menerima hukuman karena kesalahan yang tak diperbuatnya. Burhan,

sahabatnya, telah memfitnah bahwa Syamsul-lah yang telah mencuri

uangnya. Bahkan, ayahnya sendiri tidak mempercai Syamsul. Syamsul pun

pergi meninggalkan rumah.

Syamsul berusaha mencari pekerjaan. Tapi tak tak dapat juga.

Akhirnya ia berpikir untuk mencuri atau mencopet. Tapi naas. Saat

melakukan itu, Syamsul terpergoki dan akhirnya dimasukkan ke dalam

penjara. Ia mengaku bernama Burhan.

Setelah keluar dari penjara. Syamsul memutuskan hijrah ke Jakarta.

Dengan uang seadanya, ia mengontrak sebuah rumah. Kemudian ia

mengamalkan ”ilmu” yang diperolehnya dari penjara tentang teknik

Page 86: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

mencopet. Berhasil! Syamsul berhasil menerapkan ilmu copetnya. Tiap

hari, Syamsul berhasil memperdayai satu korban. Suatu hari, seorang

cewek berjilbab modis menjadi korbannya. Syamsul menemukan kartu

mahasiswa dan foto mahasiswi tersebut sedang bersama seorang lelaki.

Lelaki itu tak lain adalah Burhan.

Dengan berbekal ilmu yang diperoleh ketika nyantri, Syamsul

berpura-pura menjadi guru ngaji dengan motif lain untuk menguak

kejahatan Burhan yang akan mempersunting seorang gadis yang bernama

Silvie. Suatu hari Syamsul disuruh mengisi ceramah di masjid komplek

Villa Garcia, dan sejak saat itu dia menjadi seorang mubaligh besar yang

disegani banyak orang.

Alhasil usaha yang dilakukan Syamsul tidak mengecewakan, ia

berhasil menguak siapa Burhan sebenarnya. Dengan ketangguhan

Syamsul, Silvie lambat laun menaruh hati dengannya. Tidak lama

kemudian orang tua Silvie melamar Syamsul namun ditengah-tengah

persiapan untuk pernikahan, Silvie mengalami kecelakaan hingga ia tidak

tertolong lagi. Mendengar kejadian itu, Syamsul mengalami gangguan

jiwa, namun ibu, adik perempuannya dan Zizi tidak henti memberikan ia

motivasi agar ia mau berceramah lagi dan menata hidupnya kembali.

Karena semenjak kejadian itu Syamsul tidak mau berceramah lagi.

Akhirnya dia mau bangkit lagi, dan keluarga Zizi ingin melamar Syamsul.

Setelah berfikir-fikir, pada akhir cerita Syamsul menerima lamaran dari

Kiai Miftah kakak dari Zizi untuk melamar Zizi.

Dari rangkaian cerita tersebut, Habiburrahman El Shirazy ingin

memberikan gambaran mengenai orang yang mendapatkan fitnah dan

memiliki ketangguhan untuk tetap berjuang demi menata hidup di masa

depan tidak lah mudah, namun pada akhirnya lambat laun akan menuai

hasil.

Pengarang dalam novelnya Dalam Mihrab Cinta pada intinya ingin

mengungkapkan betapa hebat kebesaran Tuhan Yang Maha Esa terhadap

orang-orang yang dizalimi dan memiliki rasa optimis dalam dirinya. Selain

Page 87: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

itu, novel ini menceritakan bahwa seseorang yang baik, sukses, tangguh,

optimis, tidak lupa dengan sang pencipta, dimanapun dan bagaimanapun

kondisi dia, tetap ingat dengan Tuhannya.

Tokoh Syamsul mengalami hal yang luar biasa dalam hidupnya,

baik untuk menjunjukkan ketaqwaan pada Tuhan nya, berbakti dengan

orangtuanya meskipun di awal cerita ia harus menentang kehendak

orangtuanya, dan juga tentang kisah percintaannya yang tidak perlu

mencari seorang yang akan didampinginya, melainkan ia dilamar oleh dua

perempuan yang parasnya cantik, pintar, dan rendah hati. Jika dikaitkan

dengan kehidupan sekarang ini, kebanyakan laki-laki yang melamar

perempuan, namun dalam novel ini menunjukkan bahwa tidak hanya laki-

laki yang boleh melamar, melainkan seorang perempuan pun pantas untuk

melamar seorang laki-laki.

b. Mengungkapkan kebenaran

Dengan novel ini, Habiburrahman El Shirazy mencoba

menguraikan pepatah yang sangat terkenal di tanah Jawa, yaitu: “Becik

ketitik ala kethara” yang berarti kebaikan akan tampak dan kejahatan akan

kelihatan. Habiburrahman El Shirazy juga mengajak para generasi muda

untuk optimis menatap masa depan.

3. Analisis Nilai Pendidikan

Dalam novel Dalam Mihrab Cinta ini terdapat nilai-nilai pendidikan

yang dapat kita jadikan sebagai pedoman dan tuntunan dalam kehidupan

sehari-hari. Diantaranya nilai-nilai pendidikan tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Nilai Religius

Secara keseluruhan novel Dalam Mihrab Cinta ini syarat akan

nilai-nilai religius. Sikap yang ditunjukkan dalam tokoh utama Syamsul,

Kiai Miftah, Zizi selalu menunjukkan sikap hubungannya dengan Tuhan.

Page 88: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

a. Ketaqwaan pada Tuhan

Sikap religius, tampak jelas pada diri Syamsul yang taat

menjalankan ibadah shalat secara berjamaah. Hal ini tampak pada

kutipan berikut:

Saat azan ashar berkumandang, syamsul keluar dari kamar

tempat ia istirahat. Ia ingin merasakan shalat berjamaah.

Masjid tua itu penuh oleh para santri. Semuanya laki-laki.

Seorang laki-laki muda berumur mendekati empat puluh tahun

memasuki masjid. Syamsul yakin itu adalah Kiai Miftah.

Seorang santri mengumandangkan iqamat. Shalat didirikan.

Selesai shalat, seluruh santri mengikuti zikir yang dipimpin

Kiai Miftah. (DMC: 38)

Tidak hanya itu saja, sikap dalam beribadah bisa ditunjukkan

dari kebiasaan Syamsul yang selalu beri‟tikaf dan membaca Al Quran

serta kitab-kitab lainnya.

Pagi itu selesai shalat subuh, Syamsul i‟tikaf di masjid

pesantren seperti biasa. Ia gunakan waktunya untuk ngaji Al-

Quran pada ustadz Abdul Manaf. Ada sebagian santri yang

beranggapan bahwa mendalami kitab kuning lebih penting

daripada memberbaiki bacaan Al-Quran. Ia merasa sudah bisa

membaca Al-Quran, maka itu sudah cukup. Tetapi ia

berpandangan lain, ia tidak merasa cukup dengan bisa

membaca Al-Quran saja. Tetapi ia harus bisa membaca Al-

Quran dengan benar. Tajwidnya harus benar, makharijul

hurufnya harus benar. Harus sedekat-dekatnya dengan bacaan

yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya. Maka ia

masih membengkeli bacaab Al-Qurannya pada seorang

penghafal Al-Quran dan guru utama membaca Al-Quran di

pesantren itu yaitu Ustadz Abdul Manaf. (DMC: 60-61)

Gambaran tentang sikap dan perilaku Syamsul sebagaimana

kutipan di atas merupakan bukti bahwa dalam diri Syamsul melekat

nilai-nilai religius atau nilai-nilai ketakwaan. Nilai religius atau nilai

ketakwaan merupakan sebuah keharusan bagi setiap muslim.

Sikap religius Syamsul juga ditunjukkan oleh perlakuan warga

terhadap dirinya, misalnya Syamsul sering di daulat menjadi imam

shalat di masjid.

Page 89: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Adzan magrib dikumandangakan dan Syamsul kembali

didaulat menjadi imam. ... Setelah istiqhfar tiga kali untuk

menyucikan dan menyejukkan hati, barulah ia takbiratul

ikhram.

Di rekaat pertama ia membaca Asy-Syams dan di rakaat kedua

membaca Al-Zilzalah. Ia meneteskan air mata ketika membaca

membaca faman ya‟mal mitsqala dzarratin khairan yarah wa

man ya‟mal mitsqala dzarratin syarran yarah.

Selesai shalat dan zikir, Syamsul memberikan kultum. Ia

mengulas dua ayat terkahir surat Al- Zilzalah yang baru saja ia

baca. (DMC: 196-197)

b. Selalu mengingat Tuhan

Bahkan ketika Syamsul di fitnah mencuri oleh Burhan dan

dimasukkan ke dalam gudang. Syamsul tetap berzikir dan berdoa

kepada Allah. Hal ini tampak pada kutipan berikut:

Di dalam gudang Syamsul terus menangis kepada Allah.

Mulutnya tiada henti berzikir menyebut kalimat Allah. Ia terus

berdoa layaknya Nabi Yunus berdoa, “La illaha illa anta

subhanaka inni kuntu minadz dzalimin.” (DMC: 80)

Nilai pendidikan atau pesan moral yang ditunjukkan dalam

alur di atas, merupakan bentuk entegrasi nilai pendidikan yang kuat.

Bahwasannya setiap manusia harus melakukan sikap beragama yang

baik, dalam hal ini Islam. Alur itu menunjukkan bentuk penyadaran

bahwa hal yang sifatnya profetik sangat penting untuk dipegang oleh

setiap orang. Siswa didik terutama jangan pernah lepas dari

keberadaan yang Khalik-sang pemilik segalanya, sang pemilik ilmu.

2. Nilai Sosial

a. Tolong menolong

Tolong menolong merupakan nilai edukatif yang patut

dikembangkan mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang

pasti membutuhkan interaksi dan bantuan orang lain. Bila tidak saling

tolong menolong, maka roda kehidupan manusia akan terhenti seketika.

Page 90: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Sikap suka menolong akan membuahkan sifat terpuji lain, misalnya

mampu menghargai dan menghormati orang lain, santun dan

sebagainya.

Novel Dalam Mihrab Cinta juga memuat nilai tolong menolong

yakni:

Nadia masuk ke kamarnya membawa peralatan P3K. Ia

bersihkan luka-luka kakaknya dengan air mineral, lalu dengan

rivanol. Setelah itu ia oleskan betadine. (DMC: 90)

Juga terdapat dalam narasi di bawah ini:

“Tunggu agaknya aku kenal dengan lelaki ini.” Katanya. Ia

amati dengan seksama, “Benar. Ini si bajingan Burhan itu. O

jadi ini pacar atau calon isterinya yang lain..... Ia tersenyum. Ia

penasaran. Ia lihat KTP cewek itu. “Ini saatnya perhitunganku

berlaku.” Ia ingat Burhan sudah serius dengan Damayanti.

Santriwati dari Tulungagung. Putri seorang kepala KUA.

“Burhan ini benar-benar buaya! Benar-benar playboy busuk!

Tidak bisa dibiarkan! Ini harus dihentikan!” (DMC: 130)

b. Menyadari keterbatasan diri

Yang dimaksud dengan menyadari keterbatasan diri adalah

mengakui kelemahan dan kekurangan diri sendiri. Dengan menyadari

keterbatasan diri, manusia tidak merasa sombong. Namun juga bukan

berarti membuatnya merasa kecil hati. Namun berusaha untuk mencari

cara mengurangi kelemahan tersebut, sebagaimana terlihat dalam

kutipan berikut:

Air mata Syamsul meleleh. Syamsul diam saja. Ia merasa tak

ada gunanya membela. Ia akan menjelaskan semuanya jika

sampai di rumah nanti……. (DMC: 82)

Juga narasi dibawah ini :

Mendengar hal itu semua yang ada di ruangan itu tersentak

kaget. Pak Bambang kaget..... sementara Kiai Miftah kelihatan

masih shock. Wajahnya mulai ragu. Ia khawatir jangan-jangan

kebijaksanaannya sama sekali tidak bijaksana atau malah sama

Page 91: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

sekali salah. Dalam hati Kiai Miftah meminta ampun kepada

Allah jika ternyata keputusannya salah. (DMC: 83)

c. Musyawarah

Dalam mencari suatu keputusan alangkah baiknya keputusan itu

dicari dengan cara bermusyawarah. Karena dengan bermusyawarah

suatu masalah akan cepat terselesaikan. Narasi yang terkait dengan ini

adalah

“Baiklah, semuanya lebih jelas. Untuk memutuskan siapa yang

sesungguhnya harus dihukum, silakan pengurus bermusyawarah.

Dan sekalian tentukan hukuman yang paling bijak.” Kata Pak

Kiai sambil memandang wajah para pengurus. Lalu beliau pergi.

(DMC: 78)

3. Nilai Moral

Moral adalah perbuatan/ tingkah laku/ ucapan seseorang dalam

berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai

dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima

serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai

mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral juga dapat

diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan

seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,

tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.

a. Kejujuran

Dalam novel ini, adanya sifat kejujuran ditunjukkan oleh tokoh

Syamsul yang bersifat terbalik dengan tokoh Burhan. Kejujuran yang

dilakukan Syamsul bisa dilihat ketika dia menempuh keinginannya

untuk nyantri. Meski bertentangan dengan keinginan keluarganya. Dia

membuktikannya dengan penuh tanggung jawab. Dia berusaha terus

belajar di pesantren dan tergolong berhasil. Terlihat dalam kutipan

berikut:

Syamsul belajar dua kali lebih tekun dari para santri Al Furqan

pada umumnya. Setiap hari ia ia hanya tidur dua jam saja.

Yaitu dari jam dua sampai jam empat. Selebihnya ia gunakan

Page 92: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

untuk belajar. Dengan tekun Ayub membantu membimbingnya.

Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Dalam waktu dua

bulan setengah, ia telah menguasai materi kelas Safinatun

Najah dengan sangat baik. Materi kitab Jutumiyah ia kuasai

dengan detil sekali. Ayub bahkan memberikan detil dari kitab

Nahwu yang lebih tinggi tingkatnya. (DMC: 51)

Selanjutnya nilai pendidikan yang disampaikan dari novel ini

adalah dengan kejujuran kita tidak usah takut membuktikan kebenaran.

Hal ini bisa dilihat dari sikap Syamsul yang jujur mempertahankan

kejujurannya dari tuduhan fitnah yang dilakukan Burhan.

Syamsul berkata jujur dan bersumpah atas nama Tuhan demi

mempertahankan kejujurannya. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:

“Benarkah kau membuka lemari Burhan?” Tanya Pak Kiai

pelan.

“Benar Pak Kiai. Tapi tidak untuk mencuri.”

“Lantas untuk apa?!!” Bentak Ketua Bagian Keamanan garang.

“Karena saya diminta untuk mengambilkan dompet oleh

Burhan Pak Kiai.” (DMC: 75-76)

Sikap jujur Syamsul ditunjukkan ketika ia diminta untuk

bersumpah dihadapan Pimpinan Pesantren Al Furqan, yaitu Kiai

Miftah.

“Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi Pak Kiai. Saya

tidak mencuri. Burhan yang tadi meminta saya mengambilkan

dompetnya ia berjanji akan mentraktir saya setelah

mengantarnya pergi ke dokter Pak Kiai. Biarlah seluruh laknat

Allah menimpa saya jika saya berdusta!” (DMC: 77-78)

Kutipan lain yang munjukkan sikat jujur Syamsul diperlihatkan

ketika ia bersosialisasi dengan lingkungannya. Hal ini tampak pada

kutipan berikut:

“Sejak awal saya sudah sangat percaya kepada Ustadz

Syamsul. Saya yakin Ustadz adalah orang baik. Tidak ada

tanda-tanda dari wajah Ustadz, kalau Ustadz ini seorang

penilep, pencuri atau sejenisnya. Saya melihat wajah yang takut

kepada Allah pada wajah uatadz. Dan orang yang takut kepada

Page 93: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Allah, tidak akan berbuat zalim. Karenanya saya percayakan

uang ini pada Ustadz.” (DMC: 149-150)

Dari ikutipan di atas, tampak pengakuan kepercayaan yang

tinggi pada diri Syamsul yang disampaikan langsung padanya.

Kepercayaan yang tinggi yang dimiliki oleh masyarakat terhadap

Syamsul merupakan buah dari kejujuran dan keshalehan dirinya.

Kejujuran akan mendatangkan kebaikan dan ketidakjujuran/

kebohongan akan mendatangkan petaka dan kehancuran.

b. Kedisiplinan

Budaya disiplin menjadi barang langka sekarang ini.

Dibutuhkan kesadaran bersama untuk membiasakan hidup disiplin ini.

Kesadaran itu bisa lahir dari sebuah gagasan yang mencerahkan,

menginspirasi, memotivasi, dan mengunggah kesadaran kolektif

bangsa dan negara. Salah satu bentuk penyadaran tersebut bisa lahir

dari sebuah karya sastra. Karena karya sastra merupakan media bagi

sastrawan dalam menyikapi persoalan-persoalan kemanusiaan.

Perilaku disiplin atau atas asas ini tersermin dalam perilaku

tokoh Syamsul dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut terlihat

pada kutipan berikut:

Rumus itulah yang kini ia terapkan untuk mengejar

ketertinggalannya di pesantren itu. Ia sudah menanamkan

dalam pikiran bahwa sadarnya bahwa di pesantren ini bukan

saatnya menikmati hidup. Bukan saatnya santai dan berleha-

leha. Tetapi ini adalah saatnya prihatin, mengurangi tidur dan

makan. Ini adalah saatnya memperbanyak ibadah dan belajar.

Seringkali ia mnenyesali dirinya sendiri apabila ia kehilangan

satu jam waktunya untuk tidur. Satu jam itu semestinya bisa ia

gunakan untuk menghafal dua kaidah fikih, atau dua ayat dari

Al-Quran. Kenapa ia buang begitu saja dengan tidur. (DMC:

60)

Page 94: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Peristiwa lain yang mencerminkan sikap disiplin terlihat dalam

kutipan berikut:

Selesai mengaji Al-Quran, biasanya ia sambung dengan

menghafal pelajaran yang harus ia hafal. Ia akan terus di masjid

sampai waktu dhuha tiba. Ia shalat dhuha lalu bergegas untuk

sarapan dan menyegerakan diri ke kelas untuk mengikuti

pelajaran. Ia membiasakan mandi pagi sebelum azan subuh

berkumandang. Saat ini kamar mandi masih banyak yang

kosong jadi tidak perlu antre. (DMC: 61)

Dari kutipan di atas tokoh Syamsul dalam novel Dalam Mihrab

Cinta membuktikan bahwa kedisiplinannya sebagai hamba Allah.

Meskipun dia mendapat cobaan yang berat telah difitnah dan diusir

dari pesantren, setelah di Jakarta dia tetap disiplin belajar. Dia menjadi

guru ngaji dan setelah kehidupannya berangsur baik dan

berpenghasilan dia kuliah di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.

Syamsul disiplin proses belajarnya, spiritualitas keinginannya untuk

menjadi „sesuatu‟ dibuktikan dengan baik.

Dengan kedisiplinan yang keras ikhtiar yang kuat, segalanya

pasti akan terealisasikan dengan keberhasilan yang baik. Syamsul

menjadi mubaligh besar, dia konsisten dengan keinginannya sehingga

dia bisa lebih professional.

Semangat-semangat seperti inilah yang harus dikembangkan

baik oleh pendidik maupun peserta didik. Terutama peserta didik harus

selalu bersikap tanggung jawab, demi meraih cita-citanya yang ke

depan akan menjadi „Syamsul-Syamsul‟ yang baru.

c. Kerja keras

Sikap kerja keras dalam mencari ilmu merupakan faktor yang

dapat membawa kita kea arah keberhasilan. Sikap kerja keras dalam

belajar harus dilakukan oleh peserta didik. Novel Dalam Mihrab Cinta

ini, Syamsul menjadi contoh yang tepat dalam menginternalisasikan

nilai kerja keras ke dalam pola hidupnya.

Page 95: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Syamsul terus belajar keras. Siang ia jadikan malam. Malam ia

jadikan siang. Hampir-hampir ia tidak kenal hari dan bulan.

Siang malam ia terus menerus belajar. Ia bahkan lupa

memperhatikan dirinya. Rambutnya semakin panjang,

tubuhnya semakin kurus. Tetapi ia merasakan kebahagiaan dan

kelapangan. Baginya perjuangan penuh tantangan seperti itu

benar-benar suatu kenikmatan.

Baru enam bulan di pesantren itu, ia sudah khatam Kitab

Fathul Qarib. Dan bahkan bisa membaca dan memahami kitab

Fathul Qarib dengan cukup baik. Kini ia mulai menabung

hafalan Matan Alfiyyah Ibnu Malik. Sebab untuk masuk kelas

Alfiyyah, disyaratkan harus hafal Matan Alfiyyah yang

berjumlah seribu bait itu. (DMC: 54)

Hal yang sama juga terlihat dalam kutipan berikut:

Syamsul belajar dua kali lebih tekun dari pasa santri Al Furqan

pada umumnya. Setiap hari ia hanya tidur dua jam saja. Yaitu

dari jam dua sampai jam empat. Selebihnya ia gunakan untuk

belajar. Dengan tekun Ayub membantu membimbingnya.

Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Dalam waktu dua

bulan setengah, ia telah menguasai materi kelas Safinatun

Najah dengan sangat baik. Materi kitab Jurumiyyah ia kuasai

dengan detil sekali. Ayub bahkan memberikan detil dari kitab

Nahwu yang lebih tinggi tingkatannya. (DMC: 51)

Rumus itulah yang kini ia terapkan untuk mengejar

ketertinggalannya di pesantren itu. Ia sudah menanamkan

dalam pikiran bahwa sadarnya bahwa di pesantren ini bukan

saatnya menikmati hidup. Bukan saatnya santai dan berleha-

leha. Tetapi ini adalah saatnya prihatin, mengurangi tidur dan

makan. Ini adalah saatnya memperbanyak ibadah dan belajar.

Seringkali ia mnenyesali dirinya sendiri apabila ia kehilangan

satu jam waktunya untuk tidur. Satu jam itu semestinya bisa ia

gunakan untuk menghafal dua kaidah fikih, atau dua ayat dari

Al-Quran. Kenapa ia buang begitu saja dengan tidur. (DMC:

60)

Nilai kerja keras ini, sebenarnya saling berkesinambungan

dengan nilai disiplin. Kerja keras merupakan aplikasi dari nilai

kedisiplinan seseorang. Kerja keras yang dilakukan Syamsul dalam

novel ini, menjadi bukti „nyata‟ bahwa dirinya bisa menjadi prang

besar, menjadi mubaligh terkenal yang dicintai oleh masyarakat.

Page 96: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Sejak Syamsul mengisi ceramah dengan sangat mengesankan

di Masjid Baitul Makmur, Villa Gracia, namanya mulai banyak

dibicarakan orang terutama dikalangan ibu-ibu majelis taklim.

Promosi dari mulut ke mulut membuat Syamsul nyaris

kewelahan memenuhi undangan yang terus berdatangan dating.

(DMC: 211)

Representasi Syamsul dalam novel ini, merupakan bentuk

aplikasi juga dari nilai pendidikan. Dalam mengatasi berbagai

hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-

baiknya merupakan tindakan/ perilaku yang harus

ditumbuhkembangkan dalam pribadi siswa.

d. Kreatif

Manusia kreatif adalah manusia yang mampu berpikir dan

melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari

sesuatu yang telah dimiliki. Manusia yang melahirkan ide-ide inovatif

dan berguna baik bagi dirinya maupun untuk kemaslahatan bersama.

Kemaslahatan bagi diri sendiri maupun kemaslahatan bersama

merupakan pendorong sekaligus tujuan dalam berkreasi. Tentunya,

ketulusan dan keikhlasan selalu mengisi kreatifitasnya. Hal ini tampak

pada kutipan berikut:

Syamsul kini memiliki kesibukan yang menghidupi jiwanya. Ia

mulai menata hidupnya. Seminggu empat kali ia mengajar

Della. Sejak itu ia beberapa pergi pergi ke took buku untuk

membeli beberapa buku cerita anak Islami. Dongeng-dongeng

anak. Buku-buku permainan anak. Juga psikologi anak.

Syamsul berusaha sebisa mngkin menjadikan Della keranjingan

mengaji. Tempat ngajinya tidak melulu di ruang belajar Della.

Kadang di ruang tamu. Kadang di taman. Kadang di masjid.

Bahkan terkadang ia ajak jalan memakai sepeda motor dan

mencari daerah yang enak untuk mengaji. (DMC: 148)

Sikap kreatif merupakan sikap yang harus dibudayakan dalam

menghadapi kehidupan yang semakin komplek. Kreativitas itu bisa

diterapkan dalam berbagai hal. Berdasarkan kutipan di atas, kreativitas

Page 97: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

itu dimunculkan dalam proses pembelajaran. Seorang guru misalnya

harus pandai mencari cara dan terobosan dalam mengelola proses

pembelajaran, mulai dari metode, pendekatan, media, mencari ruang

atau lingkungan tempat belajar, dan lain-lain.

e. Kemandirian

Kemandirian merupakan perilaku yang sangat mulia dan sangat

dibutuhkan terlebih sekarang ini kita hidup di dunia penuh dengan

kompetitif. Kemandirian itu bisa diterapkan di berbagai bidang. Salah

satunya di bidang pendidikan. Nilai kemandirian dalam upaya mencari

ilmu, belajar. Ilustrasi mengenai hal tersebut bisa dilihat pada kutipan

berikut:

… Selain mengajar Della, Syamsul mulai mendapat tawaran

mengajar anak yang lain. Ia merasa bisa hidup mandiri dengan

uang yang halal. Saat ia merasa ada uang lebih ia langsung

menabung. Dan untuk menambah ilmu serta menguatkan

statusnya, Syamsul masuk kuliah di sebuah Sekolah Tinggi

Agama Islam swasta. Dengan begitu statusnya adalah

mahasiswa. Ia juga berani kredit sepeda motor. Karena tanpa

sepeda motor ia tidak bisa ke mana-mana. (DMC: 149)

Sedangkan pada kutipan lain sebagai berikut:

“Ini kamu nyewa, Nak?” Tanya Bu Bambang sambil

mengedarkan pandangannya melihat suasana ruang tamu

rumah Syamsul yang nampak anggun dan elegan.

“Alhamdulillah ini sudah jadi milik Syamsul Bu. Sudah

Syamsul beli. Dengan uang halal.” Jawab Syamsul sambil

tersenyum. (DMC: 227)

Dengan memiliki jiwa yang mandiri akan mampu menjalani

hidup dengan penuh tanggung jawab, terencana dan disiplin.

Kemandirian adalah kunci meraih sukses. Dengan kemandirian pula

seseorang akan tidak mudah bergantung pada orang lain.

Page 98: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

f. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu merupakan sikap yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar. Denganb memiliki rasa ingin tahu yang tingii diharapkan

dapat memotivasi dirinya untuk berbuat dan berusaha dengan daya

juang yang tinggi. Sikap seperti ini tampak jelas dalam kutipan

berikut:

Syamsul belajar dua kali lebih tekun dari pasa santri Al Furqan

pada umumnya. Setiap hari ia hanya tidur dua jam saja. Yaitu

dari jam dua sampai jam empat. Selebihnya ia gunakan untuk

belajar. Dengan tekun Ayub membantu membimbingnya.

Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Dalam waktu dua

bulan setengah, ia telah menguasai materi kelas Safinatun

Najah dengan sangat baik. Materi kitab Jurumiyyah ia kuasai

dengan detil sekali. Ayub bahkan memberikan detil dari kitab

Nahwu yang lebih tinggi tingkatannya. (DMC: 51)

Rasa ingin tahu juga Syamsul tunjukan dengan cara berdiskusi

dan bertanya dengan teman sekamarnya.

“Iya Mas. Saya mau tanya sedikit tentang persoalan fikih

boleh?”

“O boleh.”

“Jika orang lupa membaca tasyahud awal, dia harus sujud

sahwi. Benarkan Mas?”

“Ya benar. Rasulullah Saw. pernah lupa melakukannya, lalu

beliau sujud sahwi sebelum salam.”

“Lha sekarang begini Mas. Kalau orang yang shalat itu lupa

membaca tsyahud awal, dan ia baru ingat setelah salam.

Apakah boleh sujud sahwi setelah salam?”

“Ya boleh. Orang itu boleh melakukan sujud shawi setelah

salam dengan syarat ia benar-benar lupa dan waktunya tidak

begitu lama. Keterangan ini bisa kamu lihat di kitab Minhajul

Qawim, halaman 61. (DMC: 53)

Selain tekun ia juga kritis. Ia sering menanyakan banyak

persoalan kepada santri yang lebih senior. Khususnya kepada

Ayub. Sekali dua kali Ayub kewelahan juga menjawab

pertanyaan Syamsul. Terutama jika berhubungan dengan fikihg

kontemporer. (DMC: 60)

Page 99: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Rasa ingin tahu yang tinggi, semangat belajar tinggi, dan haus

akan ilmu pengetahuan mendorong Syamsul untuk mengurangi jatah

tidur setiap hari. Di dalam diri Syamsul terpatri sebuah keyakinan

bahwa keberhasilan dalam belajar dan meraih ilmu hanya bisa

ditempuh dengan kesungguhan, rasa ingin tahu dan ketekunan.

Ia yakin bahwa ilmu bisa diraih dan ditundukkan dengan

ketekunan, kerajinan, keistiqamahan, dan kepasrahan total

kepada Allah Swt. (DMC: 55)

Sebagai manusia yang dibekali akal sejatinya akal itu

digunakan untuk memenuhi rasa keingintahuan yang dimiliki manusia/

individu dalam kehidupannya. Rasa ingin tahu yang dimkasud adalah

rasa ingin tahu yang positif, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan

ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama maupun ilmu

pengetahuan umum.

g. Rasa cinta damai

Cinta damai adalah sebuah pilihan sikap yang tidak bisa di

tawar-tawar lagi di tengah suasana kehidupan yang rentan terhadap

konflik, baik pada tingkat lokal maupun nasional bahkan global. Indah

rasanya dunia ini apabila dihiasi dengan suasana cinta dan damai

sebagaimana terdapat pada kutipan berikut:

Gang itu, perkampungan itu terasa menentramkan baginya.

Setiap kali memasuki gang itu, seletih apapun tubuhnya, ia

merasakan pelan-pelan sirna. Itu karena ia telah mencintai gang

itu, apalagi ia kini punya rumah sendiri di situ. Dan ia merasa

bisa hidup lebih seperti sekarang karena ia diterima, dicintai

dan dimotivasi oleh orang-orang yang ada di gang itu.

Syamsul mengendarai motornya pelan-pelan. Seorang ibu

setengah baya berjalan kaki hendak ke jalan raya. Sebelum

Syamsul menyapa, ibu itu telah mendahului,

“Sudah pulang Ustadz?

Syamsul menghentikan motornya.

“Iya Bu. Mau kemana Bu? Saya antar?”

Page 100: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Ibu itu tersenyum.”Nggak usah, ibu Cuma mau ke minimarket

di depan sana. Dari kuliah ya Ustadz?

“Iya Bu.”

“Hari ini kuliah selesai jam satu. Dan nanti habis ashar kan

saya harus ngajar anak-anak ngajdi di masjid.”

“Iya Ustadz. Semoga diberkahi Allah ya ustadz. Mari.

Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam. Mari Bu. Silakan.” (DMC: 221-222)

Suasana yang tergambarkan dari kutipan novel tersebut adalah

suasana yang kehidupan yang penuh rasa cinta dan kedamaian. Rasa

cinta damai yang tidak mencerminkan sebuah ketulusan,

penghormatan, dan perhatian diantara sesama. Disinilah hakikatnya

makna dari hidup bersama bisa dirasakan. Makna hidup yang

harmonis, penuh ketenangan, penghargaan, dan penghormatan diantara

sesama.

h. Tanggung jawab

Dalam novel Dalam Mihrab Cinta, sikap tanggung ditunjukan

oleh perilaku tokoh Syamsul sebagaimana tampak dalam kutipan

berikut:

“Kalau tidak ada Mas, mungkin saya udah dilukai penjahat

tadi. Atau mungkin nyawa saya bisa melayang. Saya berhutang

budi pada Mas. Terimakasih ya Mas?” Ucap gadis itu dengan

muka menunduk.

“Sudah menjadi kewajiban saya untuk mencegah terjadinya

kejahatan Mbak.” (DMC: 20)

Syamsul juga tidak pernah lari dari tanggung jawab yang sudah

ia putuskan atau tetapkan.

“Ini Ustadz sebagai tanda terimakasih. Saya ingin memberikan

hadiah untuk Ustadz. Karena bisnis kami ini dibidang travel.

Kami punyanya tiket. Kami ingin memberikan hadiah tiket dan

akomodasi umroh kepada Ustadz, Ramadhan ini.”

Syamsul senang sekali mendengarnya. Tapi ia teringat dengan

program Ramadhan untuk remaja masjib yang telah ia rancang

bersama Pak Abbas. Ia tidak mau meninggalkannya. Dengan

hati berat ia menjawab,

“Bukannya saya menolak Bu. Sungguh saya ingin umroh.

Namun Ramadhan ini saya punya tanggung jawab penuh

Page 101: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

mengorganisir kegiatan remaja masjid di perumahan tempat

saya tinggal. Jadi maaf saya tidak bisa.” (DMC: 177)

Dalam kutipan tersebut, jelas sekali sikap dan kepribadian

Syasmul yang menolak tawaran hadiah dari keluarga Pak Broto untuk

melaksanakan ibadah Umroh. Penolakan tersebut dikarenakan

Syamsul sudah terikat dengan sebuah tanggung jawab dan kewajiban

yang sudah ia putuskan, yaitu kegiatan Ramadhan dengan remaja

masjid. Syamsul ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak akan lari dari

tanggung jawab yang sudah ia pilih. Alangkah indahnya hidup ini

apabila nilai tanggung jawab menjadi sikap dan perilaku nyata dalam

kehidupan kita sehari-hari. Bukan sebaliknya, yang terjadi dan sering

kita saksikan bersama adalah perilaku saling lempar tanggung jawab,

baik pada tataran elit politik maupun masyarakat pada umumnya.

d. Sigap menghadapi masalah

Sigap menghadapi masalah menunjukkan tingkat kepekaan yang

tinggi terhadap realitas dan mampu menyikapinya dengan cara yang

tepat. Sikap ini merupakan bentuk nilai edukatif yang biasa dimiliki

masyarakat paguyuban yang cenderung lebih peduli terhadap

lingkungan dibandingkan masyarakat patembayan yang individualis.

Dua kutipan di bawah ini merupakan implementasi nilai

tersebut:

Syamsul langsung berjalan cepat ke arah sepeda motornya. Ia

pura-pura sibuk. Ia nyalakan sepeda motornya…. Sementara

Burhan masih dibakar amarah dan cemburu. Ia ingin cepat-cepat

sampai ke rumah Pak Heru. Dan melampiaskan amarahnya

kepada Silvie. Ia ingin menanyakan apa yang disampaikan pada

Syamsul itu.”Awas kau Silvie!” (DMC: 200)

Dengan cepat Burhan menempeleng Silvie. Kejadian itu

sungguh tidak diduga. Burhan kembali ingin menghajar Silvie.

Namun Mas Budi cepat bertindak. Ia segera mengatasi Burhan.

Burhan melawan, tapi Mas Budi yang jago karate itu dengan

mudah melumpuhkannya. (DMC: 203)

Page 102: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

e. Prinsip keadilan

Dalam novel “Dalam Mihrab Cinta” kaya akan prinsip keadilan.

Terutama terkait dengan keadilan dalam hal menjatuhkan hukuman.

Namun, keadilan yang sesungguhnya tidak hanya dalam hal

menjatuhkan hukuman, tapi juga dalam memberikan tanggungjawab

dan hak. Seperti pada kutipan berikut:

Sore itu juga Syamsul diambil dari gudang. Di halaman pondok

telah disiapkan kursi yang diletakkan ditengah garis melingkar.

Syamsul digiring dan didudukkan di kursi itu. Para santri

menyaksikan eksekusi penggundulan itu dari luar garis. Bagian

keamanan membacakan hasil keputusan. (DMC: 79)

Kutipan di bawah ini, contoh seseorang agar mendapatkan

keadilan:

Tiba-tiba Syamsul menegakkan kepalanya dan menentang

tatapan Kiai Miftah yang lembut. Dia bicara dengan penuh rasa

sakit hati yang mendalam

“Pak Kiai, Panjenengan belum melakukan tabayun yang

sesungguhnya pada saya.” Ia lalu memandangi wajah pengurus

yang ada di ruangan itu satu per satu, “Kalian memutuskan

hukuman untuk saya dengan semena-mena. Ini kezaliman!

Suatu saat kalian akan tahu siapa sebenarnya rayap itu. Saya tak

akan memaafkan dosa Pak Kiai dan dosa kalian sebelum kalian

mencium kaki saya.” (DMC: 82-83)

f. Larangan memfitnah

Memfitnah merupakan perbuatan yang sangat keji dalam

kehidupan bermasyarakat. Karena terfitnah seseorang bisa hancur.

Perbuatan fitnah ini oleh agama sangat dilarang karena fitnah lebih

kejam dari pembunuhan. Dan perbuatan tersebut terdapat pada kutipan

di bawah ini:

“Burhan, kaulah bajingan paling jahat! Kau tega memfitnah

temanmu! Ingat Burhan, Allah tidak tuli!Allah tidak tidur!”

(DMC: 79)

Page 103: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Dan dikuatkan oleh narasi:

“O yang berambut gondrong itu namanya Syamsul. Yang disel

bukan dia. Aduh kalau teringat dia kami jadi merasa sangat

berdosa. Dia korban fitnah. Kami masih ceroboh dulu. Yang

dipenjara itu Burhan.” (DMC: 174)

g. Berprasangka baik (Husnudzon)

Berprasangka baik merupakan perbuatan yang sangat terpuji,

bahkan agamapun menyuruh kita untuk berprasangka baik kepada

orang lain. Sebagaimana tertuang dalam kutipan berikut :

Syamsul berharap Burhan mau menjelaskan semuanya. Namun

dalam hati ia bertanya-tanya, Burhan tahu kalau dirinya

tertangkap kenapa tidak menjelaskan semuanya. Apa karena

Burhan takut pada amarah para santri atau….? Ia tidak bisa

banyak memprediksi…… (DMC: 76)

Juga dalam narasi:

“Saya yakin copet itu bukan Kak Syamsul. Itu orang lain yang

mirip Kak Syamsul,”kata Nadia. (DMC: 107)

h. Bersikap optimis, tidak putus asa

“Janganlah kalian berputus asa!” Demikian nasehat Allah dalam

Al Qur‟an. Orang yang cepat berputus asa cenderung kurang berjuang,

pesimis, skeptis dan memandang kehidupan adalah sebagai ladang

kesusahan. Sebaliknya, sikap optimis akan membangkitkan gairah

hidup, semangat juang, keceriaan juga keteguhan hati. Demikian

dipaparkan dalam kutipan berikut:

“Sudahlah, Mas. Jangan bahas itu lagi. Yang penting kakak

sembuh dulu. Nadia akan rawat kakak. Kakak jangan kecil hati,

selama Allah bersama kakak, maka kakak jangan takut bahwa

semua manusia memusuhi kakak.” (DMC: 91)

Juga kutipan berikut:

Ia melihat cafe di pinggir jalan Payung yang asri. Cafe itu baru

saja buka. Beberapa pegawainya nampak sibuk membersihkan

meja. Syamsul masuk dan menemui manajer cafe itu. Ia

menyampaikan maksudnya untuk bisa kerja disitu.... manajer

Page 104: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

cafe itu dengan halus menjelaskan bahwa cafe itu tidak

memerlukan tenaga baru. Syamsul keluar dengan muka sedikit

kecewa. Tetapi ia segera membesarkan hatinya bahwa itu baru

permulaan. Baru pemanasan. Kalau langsung diterima rasanya

kurang ada tantangan. Ia kembali ke jalan raya. Ia naik angkot

dan sepanjang perjalanan matanya begitu jeli mengawasi tempat

yang memungkinkan ia bisa kerja. (DMC: 126)

i. Menepati janji

Menepati janji merupakan salah satu faktor moral terpenting

bagi keberhasilan seseorang dalam masyarakatnya. Banyak ayat dan

hadits yang mendorong manusia untuk mengembangkan sikap ini dan

menunjukkan bahwa sikap ini merupakan salah satu dari tanda-tanda

iman. Sebagaimana yang terdapat dalam kutipan di bawah ini:

Sore hari berikutnya, Syamsul kembali ke Perumahan Villa

Gracia. Ia datang untuk dua agenda. Pertama, untuk mengajar

Della dan yang kedua untuk menemui Pak Doddy berkenaan

dengan ceramah pagi di stasiun swast. Seperti biasa selesai

mengajar Della Syamsul menunggu di masjid. Sebab janji

dengan Pak Doddy adalah selepas shalat Isya. (DMC: 195)

Dikuatkan oleh kutipan berikut:

Syamsul langsung berjalan cepat kearah sepeda motornya. Ia

pura-pura sibuk. Ia nyalakan sepeda motornya. Sampai di jalan

ia teringat janji dengan Pak Doddy setelah Isya‟. Ia berpikir

langsung saja ke rumah Pak Doddy…. (DMC: 200)

j. Dermawan

Muslim sejati yang tulus adalah muslim yang berusaha

mengikuti ajaran-ajaran agamanya, seperti kedermawanan dan berusaha

melakukan kebaikan kepada anggota masyarakatnya. Ketika ia

membelanjakan hartanya, ia melakukannya dengan kemurahan hatinya

dan ia percaya bahwa Allah akan menggantinya dengan anugerah dan

menambah pahala atas apapun yang dibelanjakan dari kekayaannya di

dunia. Seperti tercermin dalam kutipan berikut:

Page 105: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Dik Silvie, maaf dompetnya saya pinjam agak lama. Sekali lagi

maaf ya. Ini saya kembalikan tidak ada yang kurang malah

uangnya saya tambahi lima puluh ribu. Anggap saja itu sedekah

saya. Saya berharap dengan sedekah pada orang kaya seperti

anda tetap dapat pahala. Terima kasih dompet Anda telah

menolong saya. (DMC: 182)

4. Nilai Estetis

Setiap karya sastra yang memiliki nilai estetis dapat dijadikan

sumber pengajaran untuk mengenalkan keindahan pada karya sastra.

Membaca karya sastra, pembaca akan menemukan keindahan, dalam

setiap gaya bahasa ataupun diksi yang ditulis. Keindahan tersebut dapat

berupa fisik artinya yang dapat dilihat dan dirasakan pancaindra maupun

keindahan abstrak misalnya, hubungan persaudaraan, persahabatan,

ataupun romantisme.

Novel ini memiliki beberapa nilai estetis. Pengarang menggunakan

diksi yang merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi, diantaranya:

a. Pemilihan kata dalam istilah, terlihat pada judul novel ini

Novel ini berjudul Dalam Mihrab Cinta, Mihrab yang berarti

bahwa mimbar/ tempat untuk menyampaikan ceramah atau tausiyah.

Jadi disini terlihat bahwa pengarang ingin menceritakan bagaimana

seseorang dalam kecintaan atau ketaqwaannya terhadap sang pencipta

dalam keadaan apapun dan dimanapun ia berada.

b. Pemilihan kata/ diksi dengan campuran bahasa daerah, yaitu bahasa

Jawa, terlihat pada kutipan berikut:

“Tenang mbak. Ojo wedi! Jangan takut.” Walaupun rambut saya

gondrong, insya Allah saya bukan orang jahat.” Kata pemuda itu

ramah. (DMC: 5)

Kutipan lain yang menggunakan campuran bahasa jawa, sebagai

berikut:

“Dengarkan baik-baik Bur. Kalau mau jadi penjahat sukses,

kamu harus punya mental dan berani nekat! Tidak boleh

setengah-setengah. Sekalian jadi penjahat besar. Kalau

Page 106: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

ketangkep, rasanya sama. Podho-podho dihakimi massa.

Iya tooo?!

Napi yang muda langsung menukas,

“Benjote yo podho…larane yo podho…!”(DMC: 109)

“Hei ari-arine Neng Nur Fadhilah mereneo. Aku wis nunggu

sliranmu!” Kata Ayub setengah berbisik. Ia yakin Burhan

mendengarnya. (DMC: 161)

c. Nilai estetis secara abstrak berhubungan dengan kasih sayang atau

romantisme, seperti pada kutipan berikut:

Saat ia mengutarakan niatnya ke pesantren, ayah dan kedua

kakaknya terang-terangan tidak setuju. Tetapi ibu dan adik

perempuan satu-satunya mendukungnya.

“Kalian itu kok berpikiran buruk seperti itu. Ibumu ini dulu juga

pernah nyantri di Kaliwungu Kendal, pernah hidup di pesantren

lho..... kalau adikmu ini mau ke pesantren malah bagus. Di

antara anggota keluarga ini nanti ada yang benar-benar ngerti

agama.” (DMC: 13)

Seorang ibu yang sayang terhadap anaknya, yang senantiasa

mendukung apapun pilihan anaknya jika itu baik maka seorang ibu

yang sayang dengan tulus maka akan meridhoi keputusan anaknya.

Karena dengan restu atau dukungan seorang ibu akan meyakinkan

setiap ia akan langkah tanpa keraguan.

Kutipan lain yang menujukkan kasih sayang yang tulus antara

anak dan orangtuanya sekalipun sudah tiada. Seperti terlihat pada

kutipan berikut:

Ada rasa sejuk luar biasa mengalir ke dalam dada Zizi.

Kepalanya kini terasa ringan. Perasaannya terasa lega. Zizi

mencium surat itu penuh dengan cinta seraya berkata lirih pada

dirinya sendiri,

“Zizi sagat sayang dan cinta pada Abah. Insya Allah Zizi akan

berusaha semaksimal mungkin melaksanakan wasiat Abah. Dan

Zizi akan berusaha untuk tidak mengecewakan Abah. Zizi akan

selalu kirim doa untuk Abah dan Ummi setiap kali selesai shalat.

Rabbiqfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani

shaghira. Amin.” (DMC: 32-33)

Page 107: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Terlihat ketulusan seorang anak yang berbakti pada orang

tuanya, senantiasa selalu mendoakan orang tuanya sekalipun mereka

telah tiada, dan bahkan tekadnya semakin kuat untuk tidak akan

mengecewakan Abah dan Umminya. Sebagai seorang anak tidak akan

melupakan mereka, karena merekalah yang telah begitu baik dan

menyayangi kita. Mereka tidak akan hilang, mereka akan tetap ada di

hati dan ingatan.

Kutipan lain yang menunjukkan seorang anak berbakti pada

orangtua dan saudara-saudaranya dalam keadaan apapun dan

dimanapun terlihat pada kutipan berikut:

Ia juga ingat keluarganya. Nadia pasti sangat bahagia

mendengarnya. Ibu dan ayahnya juga. Tidak tahu kedua

kakaknya. Namun ia tidak akan menelpon mereka. Ia akan

pulang jika telah sukses dan jadi orang, ia ingin membuktikan

bahwa dirinya bisa mandiri. Dan bisa berhasil. Namun tidak

memungkiri ia sangat rindu pada adiknya itu. Sore itu juga ia

memberi kabar kabar singkat pada adiknya lewat telepon....

(DMC: 176)

Kebanggaan dan kerinduan seorang ibu terhadap anaknya yang

selama ini pergi dan kini menjadi orang yang sukses. Terlihat pada

kutipan berikut:

Syamsul langsung lari menghambur memeluk kaki ibunya.

“Ibu...ampuni Syamsul Bu. Syamsul membuat ibu sedih dan

khawatir.” Kata Syamsul sambil terisak-isak. Bu Bambang tak

berkata-kata. Airmatanya deras mengalir. Tangan tuanya

mengusap-usap rambut Syamsul.

Airmata Bu Bambang terus mengalir. Perempuan tua itu meraih

tubuh anaknya, agar berdiri. Setelah Syamsul berdiri, ia ciumi

anak kandungnya dengan penuh kasih sayang. (DMC: 224-225)

Selain bentuk kasih sayang terhadap orang tua dan anak, ada

juga kesetiaan yang ditunjukkan salam persahabatan. Seperti terlihat

pada kutipan berikut:

Syamsul belajar dua kali lebih tekun dari para santri Al Furqan

pada umumnya. Setiap hari ia hanya tidur dua jam saja. Yaitu

Page 108: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

dari jam dua sampai jam empat. Selebihnya ia gunakan untuk

belajar. Dengan tekun Ayub membantu membimbingnya.

Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Dalam waktu dua

bulan setengah, ia telah menguasai materi kelas Safinatun Najah

dengan sangat baik. Materi kitab Jurumuyyah ia kuasai dengan

detil sekali. Ayub bahkan memberikan detil dari kitab Nahwu

yang lebih tinggi tingkatannya. (DMC: 51)

Dari kutipan di atas dapat digambarkan bahwa kasih sayang

tidak selalu berbentuk baik, tetapi juga berbentuk tidak baik. Sebagian

masyarakat menganggap bahwa melukai hati orang yang disayangi

adalah salah satu bentuk kasih sayang. Seperti halnya Syamsul yang

pergi meninggalkan rumah demi mencari jalan hidupnya sendiri untuk

menunjukkan kepada orang tua, kakak-kakaknya, dan adik

perempuannya bahwa ia bisa menjadi orang sukses sekalipun tidak

menjadi seorang pengusaha. Sehingga dengan pilihannya itu, ia pergi

meninggalkan ibu dan adik perempuannya yang sayang ia sayangi.

Nilai estetis pada novel Dalam Mihrab Cinta, pengarang ingin

mengajarkan pada pembaca bahwa dalam karya sastra, gaya bahasa

sangat penting digunakan untuk memperindah suatu karya. Bentuk

kasih sayang itu bermacam-macam (baik atau buruk) antara ayah dan

ibu, kakak-kakaknya, adiknya, dan sahabatnya. Melukai hati

seseorang yang disayangi adalah bentuk dari kasih sayang, walaupun

bukan satu-satunya cara mengungkapkannya.

Nilai estetis itu bermacam-macam jenisnya, selain penggunaan

diksi dengan campuran bahasa jawa, penggunaan istilah dalam

penceritaan, terdapat juga nilai estetis yang bersifat abstrak yang

berhubungan dengan perasaan, romantisme, seperti apa yang sudah

dijelaskan di atas guna untuk memperindah bentuk kalimat dalam

pemilihan kata pada suatu cerita.

Page 109: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian dari novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman

El Shirazy ini adalah sebagai berikut:

1. Unsur intrinsik pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy, didasarkan pada penokohan, alur, latar/ setting, tema, sudut pandang,

yaitu:

a. Pada novel ini, penokohan sangat beragam, ada tokoh utama, tokoh

protagonis, tokoh antagonis, tokoh sederhana dan bulat, tokoh statis dan

berkembang, yaitu: tokoh utamanya adalah Syamsul, digambarkan sebagai

seorang yang bertubuh jangkung, kurus, dan gondrong, Syamsul adalah

orang yang memiliki sifat nekat dan tidak mudah putus asa, tapi terkadang

ia juga sering bimbang dengan pilihannya, ia adalah anak seorang

pengusaha Batik di Pekalongan. Tokoh protagonis adalah Zizi, digambarkan

seorang gadis cantik, santriwati, salehah, hafal Al Quran, dan seorang anak

dari pemilik pondok pesantren Al Furqan di Kediri, Zizi memiliki sifat yang

baik hati. Tokoh protagonis lainnya adalah Silvie, ia digambarkan juga

sebagai seorang yang cantik, mahasiswi ekonomi, dan anak dari seorang

pengusaha di bidang travel dan pariwisata, Silvie adalah orang yang

memiliki sifat baik hati namun juga keras kepala. Tokoh antagonis adalah

Burhan, digambarkan sebagai seorang yang memiliki sifat angkuh,

sombong, pilih-pilih teman, dan pintar mengambil hati orang. Tokoh

sederhana dan tokoh bulat adalah Ayub, yang digambarkan sebagai seorang

santri yang baik, pintar, rajin, penuh karisma, dan suka membantu, Ayub

adalah teman sekamar Syamsul di pesantren. Pak Broto digambarkan

sebagai seorang yang berbadan gemuk dan memiliki sifat baik hati dan

dermawan, Pak Heru adalah seorang yang bersifat pelit, namun akhirnya

baik, Pak Bambang adalah ayah dari Syamsul yang digambarkan dengan

Page 110: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

sifat pemarah dan bijak, ia seorang pemilik usaha Batik di Pekalongan,

petugas keamanan pesantren (Zaim) seorang yang ramah. Bu Bambang,

digambarkan sebagai perempuan tua yang memiliki sifat yang sabar, ia

adalah ibu dari Syamsul, isteri seorang pengusaha Batik. Nadia adalah adik

perempuan Syamsul yang memiliki sifat baik hati. Della adalah anak dari

pak Broto, yang digambarkan seorang gadis kecil yang memiliki sifat

periang. Dody Alpad seorang direktur Program sebuah stasiun TV swasta

yang memiliki sifat yang baik. Tokoh statis dan berkembang adalah Zizi,

Silvie, Burhan, Kiai Miftah, Syamsul. Kiai Miftah adalah pimpinan pondok

setelah Kiai Baejuri meninggal, ia digambarkan sebagai seorang yang adil,

tidak pernah marah, dan lembut, sedangkan Kiai Miftah seorang yang

ceroboh dalam bertindak.

b. Alur/ plot pada novel ini menggunakan alur maju atau awal-tengah-akhir.

Ceritanya berjalan begitu lurus, adapun pemenggalan cerita baru namun

cerita itu merupakan kesejajaran dari cerita-cerita sebelumnya tidak bersifat

mundur atau flash back.

c. Latar/ setting pada novel ini dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu

dan sosial. Latar tempat terjadi di stasiun kereta, pesantren Al Furqan,

rumah keluarga Syamsul di Pekalongan, gudang, kamar Syamsul, halaman

pondok, warung mie godog, Villa Gracia, wartel, rumah Silvie, kamar

Silvie, meja makan, teras rumah, auditorium pesantren Marabi‟ul Quran,

nama kota (Semarang, Jakarta, Ciputar, dsb), dan penjara. Latar waktu

menunjukkan pertanda seperti pagi, siang, malam, sore, waktu subuh, waktu

ashar waktu maghrib, bulan suci Ramadhan, dan bulan Syawal. Latar sosial

secara umum digambarkan dalam masyarakat Jawa, terlihat dari

keseluruhan cerita, yaitu Pekalongan, Kediri, Semarang, dan Jakarta sebagai

menjadi pengembang dari keberadaan latar sosial selanjutnya.

d. Sudut pandang pada novel ini berdasarkan alur, latar, penokohan tersebut,

pencerita menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” jenis mahatahu

dengan menggunakan dua penamaan. Sudut pandang persona ketiga yang

pertama, menggunakan nama tokoh utama, yaitu Syamsul sebagai pencerita

Page 111: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

dan sudut pandang persona kedua, dari beberapa peristiwa Syamsul diganti

menjadi “ia” sebagai pencerita. Dari sudut pandang mahatahu ini, pola

penceritaan menjadi lebih jelas sebab tidak ada batasan cerita yang

dipenggal. Artinya, cerita dikisahkan sesuai dengan keterlibatan si tokoh

utama tersebut. “dia” mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan

tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakangi. Bisa dikatakan

pengarang dalam membuat sudut pandang tidak konsisten, karena dilihat

dari cerita akan membingungkan persona “ia” menjadi tidak jelas, ia

merujuk ke mana. Meskipun kalau dirunut dari peristiwa dari novel ini

persona „ia‟ pada awal cerita ini merujuk pada tokoh Syamsul.

e. Novel Dalam Mihrab Cinta mengangkat tema tentang perjalanan hidup dan

lika-liku kehidupan yang harus dilalui oleh seseorang (Syamsul), selain itu

juga tentang percintaan dan religi.

f. Amanat dalam novel ini adalah jangan pernah menilai orang dari luarnya

saja, dan jangan pernah menghakimi seseorang dengan semena-mena.

Sebagai orang tua, harusnya bisa lebih percaya dengan anaknya sendiri.

Selain itu, dalam novel ini mengingatkan kita akan pentingnya kita dalam

mengingat Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan apapun dan di manapun.

Dengan begitu setiap kita akan melangkah akan membuahkan hasil yang

baik nantinya.

2. Latar belakang penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta ini adalah ingin

menyampaikan mengenai perjuangan seorang pemuda yang sempat khilaf,

akan tetapi, oleh kekuatan cinta dari orang-orang dekatnya maka pemuda itu

dapat kembali ke jalan yang lurus. Kang Abik juga mengajak para generasi

muda untuk optimis menatap masa depan, baik mengenai semangat mencapai

keinginan maupun hal percintaan. Selain itu yang paling menonjol disini,

pengarang ingin menyampaikan pepatah yang sangat terkenal di tanah Jawa,

yaitu: “Becik ketitik ala kethara” yang berarti kebaikan akan tampak dan

kejahatan akan kelihatan.

3. Nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy ini memuat tentang pendidikan yang mendidik dan yang tidak

Page 112: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

mendidik termuat dalam nilai pendidikan agama tentang percaya adanya

Tuhan, ketaqwaan seorang muslim terhadap sang pencipta. Nilai pendidikan

sosial tentang hubungan keluarga, masyarakat, dan persahabatan. Nilai

pendidikan moral tentang rasa hormat kepada orang tua, kejujuran,

kedisiplinan, kerja keras, kreatif, kemandirian, rasa ingin tahu, rasa cinta

damai, tanggung jawab, sigap menghadapi masalah, keadilan, larangan

memfitnah, berprasangka baik, optimis, menepati janji, dan dermawan. Nilai

pendidikan estetis tentang diksi yang digunakan, rasa kasih sayang dan cinta

terhadap orang tua, anak, serta sahabat.

B. Implikasi

Implikasi dalam penelitian ini dapat dikaitkan dengan dunia pendidikan,

khususnya pengajaran sastra. Keterlibatan guru dan siswa dalam pengajaran sastra

sangat dibutuhkan untuk memajukan pengajaran sastra itu sendiri.

Pengajaran sastra di sekolah tidak hanya berupa teori saja, tetapi juga harus

ada penerapannya dalam bentuk mengapresiasi sastra. Peran guru bahasa Indonesia

di sini sangat berpengaruh untuk mengajarkan sastra secara keseluruhan dan tidak

setengah-setengah, selain mengajarkan teori sastranya guru juga harus bisa

menerapkan teori tersebut dalam suatu analisis karya sastra, baik itu novel, cerpen,

puisi maupun drama.

Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya unsur-unsur intrinsik yang

membangun dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy,

yang meliputi penokohan, alur, latar, tema yang masing-masing berdiri sendiri.

Unsur-unsur intrinsik ini dapat dijadikan salah satu bahan pengajaran sastra, dalam

hal apresiasi sastra.

Latar belakang penciptaan novel Dalam Mihrab Cinta karya

Habiburrahman El Shirazy ini dapat menunjukkan adanya kebenaran mengenai

pepatah “becik ketitik ala kethara” yang berarti bahwa hal-hal yang baik itu akan

terlihat dan hal-hal yang tidak baik itu akan nampak juga meskipun dengan waktu

yang tidak sebentar. Dengan ini siswa mampu mengambil kebaikan-kebaikan dalam

cerita tersebut dan dapat menjauhi adanya hal-hal yang tidak baik.

Page 113: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Nilai didik novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy

dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan pengetahuan bagi siswa, karena di

dalamnya terdapat ajaran-ajaran kehidupan tentang norma-norma agama, sosial,

moral, dan estetis. Norma-norma tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi siswa

dalam hidup bermasyarakat, tentunya dengan memilih norma mana yang pantas dan

tidak untuk dapat diterapkan di kehidupan. Misalnya nilai agama yang dapat

menjadi perenungan, bahwa setiap manusia mempunyai cara yang berbeda dalam

meyakini suatu agamanya dan selalu berdoa di manapun kita berada. Sama halnya

dengan tokoh Syamsul dalam novel ini, di manapun ia berada dan dalam keadaan

apapun ia selalu mengingat Allah SWT. Nilai sosial yang termuat adalah adanya

perilaku tidak baik yang ada di masyarakat, peran guru di sini adalah menjelaskan

tentang hal tersebut bahwa tidak pantas untuk ditiru.

Nilai norma yang termuat adalah adanya sikap kejujuran, disiplin, kerja

keras, mandiri, tanggung jawab, sikap menghormati, adil, larangan memfitnah,

berprasangka baik, tidak mudah putus asa, menepati janji, dermawan. Ada pula

nilai moral yang kurang baik, yaitu menghukum dengan semena-mena, berkata

dusta, tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk membela diri, mencopet

barang milik orang lain. Nilai estetis yang dapat dijadikan pelajaran bagi siswa

adalah adanya pemilihan kata (diksi) dengan menggunakan campuran bahasa Jawa,

serta terdapat adanya nilai keindahan secara fisik atau nilai yang dapat dilihat dan

dirasakan pancaindra maupun keindahan abstrak, misalnya hubungan antara

keluarga, persaudaraan, persahabatan, atau romantisme, dan kasih sayang.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut:

1. Kepada Guru/ Dosen

a. Hasil penelitian ini hendaknya dapat menjadi alternatif bahan ajar dalam

mengajarkan karya sastra yang berupa novel pada siswa khususnya siswa

SMA dan mahasiswa. Guru dan dosen hendaknya dapat menyikapi dengan

baik keberadaan novel Dalam Mihrab Cinta dengan mengajarkan apa yang

Page 114: NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id/Novel...NOVEL DALAM MIHRAB CINTA - digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

sebaiknya diajarkan dengan melihat isi novel tersebut, misalnya novel

tersebut terdapat gaya bahasa dan diksi yang dapat dijadikan bahan ajar

Bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat diajarkan pada siswa SMA dan

mahasiswa, agar mereka mengetahui bahwa dalam setiap karya sastra,

pengarang selalu menggunakan kedua hal tersebut untuk memperindah

karya mereka. Untuk SMA khususnya kelas XI semester I dengan

kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/ terjemahan.

b. Pendekatan ini dapat dimanfaatkan oleh semua guru untuk dijadikan sebuah

metode pengajaran dalam proses belajar mengajar khususnya pada

pengajaran sastra, karena pada zaman sekarang buku yang berbau sastra,

seperti novel banyak diminati oleh peserta didik.

2. Kepada Siswa/ Mahasiswa

Pengkajian terhadap novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El

Shirazy, hendaknya dapat meningkatkan kemampuan analisis dan apresiasi

mahasiswa dalam hal pemakaian gaya bahasa dan diksi, nilai-nilai eksplorasi

dan inovasinya, dan kreativitas pengarangnya. Bagi siswa SMA, novel ini

cukup diinformasikan keberadaannya dan untuk bahan ajar, agar siswa dan

mahasiswa dapat memperoleh pemahaman lebih baik lagi mengenai novel

tersebut.

3. Terkait dengan eksistensi novel

Sudah sepatutnya novel maupun karya sastra lainnya, mempertimbangkan sisi

edukatif yang bisa disumbangkan kepada masyarakat luas dan bukan hanya

mempertimbangkan selera pasar, trend, ataupun profit oriented (berorientasi

pada keuntungan). Karena, akhir-akhir ini banyak bermunculan karya sastra

yang jauh dari unsur mendidik, mengeksplorasi seks tanpa tedeng aling-aling

misalnya. Sebab bagaimanapun, karya sastra terutama novel adalah yang

paling banyak diminati masyarakat di segala lapisan.