buletin volume 8 no 1 revisi 30 juli 2019

28
Penelitian Pemuliaan Ikan Penelitian Pemuliaan Ikan BULETIN BULETIN BULETIN BULETIN BULETIN Penelitian Pemuliaan Ikan Penelitian Pemuliaan Ikan Penelitian Pemuliaan Ikan Volume 8 No 1, 2019 ISSN 2579-3535 GURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA GURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA CEPAT PANEN CEPAT PANEN GURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA CEPAT PANEN Performa Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan Yogyakarta Performa Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan Yogyakarta Performa Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan Yogyakarta Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis aureus x niloticus) aureus x niloticus) Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis aureus x niloticus) Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018 Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018 Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Penelitian Pemuliaan IkanPenelitian Pemuliaan IkanBULETINBULETINBULETINBULETINBULETINPenelitian Pemuliaan IkanPenelitian Pemuliaan IkanPenelitian Pemuliaan Ikan

Volume 8 No 1, 2019

ISSN 2579-3535

GURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA GURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA CEPAT PANENCEPAT PANENGURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA CEPAT PANENPerforma Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan YogyakartaPerforma Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan YogyakartaPerforma Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan Yogyakarta

Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis aureus x niloticus) aureus x niloticus)

Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis aureus x niloticus)

Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018

Page 2: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Salam RedaksiSalam RedaksiSalam Redaksi Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayahNya, kini telah terbit Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan Volume 8 No. 1 tahun 2019.

Buletin ini merupakan wadah informasi terkini dari aktivitas seluruh karyawan BRPI. Buletin memuat makalah hasil penelitian ikan lele, ikan nila, ikan mas, ikan patin, ikan gurami, ikan gabus dan udang galah, serta tulisan kegiatan dari beberapa teknisi litkayasa. Selain itu ditampilkan pula mengenai event dan kunjungan tamu ke BRPI.

Akhirnya Redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung terbitnya buletin ini. Semoga kehadiran buletin ini akan memberikan manfaat kepada semua pihak. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan di masa yang akan datang.

Redaksi

Daftar IsiDaftar IsiDaftar Isi

Pengarah :

Penanggung Jawab :

Redaktur :

Editor :

Alamat Redaksi :Seksi Pelayanan Teknis

Jl. Raya 2 Sukamandi PanturaPatokbeusi, Subang - Jawa Barat 41263

Telp. (0260) 520500Fax. (0260) 520662, 520663Email : [email protected]

Website : bppisukamandi.kkp.go.id

Dr. Imron, S.Pi, M.Si

Dr. Ir. Bambang Gunadi, M.Sc

Bambang Iswanto, S.Pi, M.P

Fajar Anggraeni, S.St.Pi

Maya Nurnaningsih

Tri Ramadhan NST, A.Md

Kepala Balai Riset Pemuliaan Ikan

Desainer :

Sekretaris :

Diterbitkan oleh :Balai Riset Pemuliaan Ikan

Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Penulis dan tidak harus mencerminkan kebijakan Penerbit

Salam Redaksi .......................................................................................................... 2Gurami Hibrida Sukamandi, Solusi Jitu Usaha Budidaya Cepat Panen ........................... 3Evaluasi Performa Pertumbuhan Gurami Hibrida pada Tahap Pembenihan .................. 4Sensitivitas, Spesifisitas, Dan Akurasi Penentuan Jantan dan Betina Pada Ikan Gurami (Oshronemus goramy) ................................................................................................ 5Aplikasi Pakan Fermentasi Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Patin Perkasa (Pangasianodon hypophthalmus) ............................................................................... 6Upaya Perbaikan Udang Galah (Macrobrachium rosebergii) Gi Macro II Melalui Seleksi Berdasarkan Karakter Pertumbuhan dan Kematangan Gonad ...................................... 8Performa Benih Udang Galah Gi Macro 2 (Macrobrachium rosenbergii) Hasil Pendederan Bioflok Pada Fase Pembesaran ............................................................ 9Beberapa Kombinasi Persilangan Kandidat Varietas Ikan Mas Hibrida Unggul ............... 10Performa Ikan Mas Mustika di Jawa Tengah dan Yogyakarta ......................................... 11Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochromis aureus) F1 Hasil Seleksi Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochromis aureus X niloticus) .................................................................................................................... 12Nisbah Kelamin Jantan dan Betina pada Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Populasi G0 ................................................................................................................ 13Laporan Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2018 ....................................................... 14Ikan Lele Afrika (Clarias gariepinus) di Indonesia ......................................................... 16Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018 .............. 18Kalibrasi Internal Peralatan Gelas Volumetrik di Laboratorium Lingkungan BRPI ............ 19Kepuasan Masyarakat Pengguna Terhadap Layanan Publik Laboratorium Pengujian BRPI Tahun 2018 ........................................................................................................ 20Uji Kinerja Alat Thermal Cycler untuk Deteksi KHV (Koi herpes virus) pada Ikan Mas dengan Menggunakan Metode PCR (Polymerase chain reaction) ................................. 21Penerapan Sistem Pengendalian Internal dalam Kegiatan Penelitian ............................. 22Kerjasama BRPI Sebagai Komitmen dalam Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Bidang Pemuliaan Ikan ........................................................................ 24Peran Kinerja Keuangan BRPI Sukamandi dalam Peningkatan Opini WTP Dari BPK ......... 25Penyusunan Laporan dan Capaian Kinerja Balai Riset Pemuliaan Ikan Tahun Anggaran 2018 ........................................................................................................................... 26SOP Layanan Pengujian Jasa Pengujian Lab .................................................................. 27 BRPI telah tersertifikasi sebagai Instalasi Karantina Ikan (IKI) dan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) ...................................................................................................... 28

2 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Roby Pratama, S.Tr.Pi

Dr. Didik Ariyanto, S.Pi, M.Si

Penelitian Pemuliaan IkanPenelitian Pemuliaan IkanBULETINBULETINBULETINBULETINBULETINPenelitian Pemuliaan IkanPenelitian Pemuliaan IkanPenelitian Pemuliaan Ikan

Volume 8 No 1, 2019

ISSN 2579-3535

GURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA GURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA CEPAT PANENCEPAT PANENGURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA CEPAT PANENPerforma Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan YogyakartaPerforma Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan YogyakartaPerforma Ikan Mas Mustika Di Jawa Tengah Dan Yogyakarta

Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis aureus x niloticus) aureus x niloticus)

Efektifitas Penggunaan Ikan Nila Biru (Oreochronis aureus) F1 Hasil Seleksi Famili dalam Rangka Peningkatan Performa Ikan Nila Srikandi (Oreochronis aureus x niloticus)

Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018Produksi Benih Ikan Gabus Generasi Pertama Hasil Koleksi Induk Tahun 2018

Page 3: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Pertumbuhan cepat ikan gurami hibrida ini diharapkan mampu meningkatkan volume produksi ikan gurami nasional. Saat ini, evaluasi keunggulan ikan gurami hibrida sudah sampai pada tahap uji multi lokasi, uji tantang terhadap penyakit serta uji ketahanan terhadap cekaman lingkungan. Performa ikan gurami hibrida pada uji multi lokasi menunjukkan bahwa pertumbuhan dan tingkat produktivitasnya lebih tinggi dari pada ikan gurami yang berasal dari UPR lokal dan Balai Pengembangan Budidaya Ikan Gurame dan Nilem (BPBIGN), Singaparna. Ikan gurami hibrida memiliki pertumbuhan lebih cepat sekitar 17-30% dan rasio konversi pakan (FCR) lebih rendah sekitar 7-23% dibandingkan dengan ikan gurami pembanding.

Performa ketahanan terhadap infeksi bakteri 6Aeromonas hydrophila pada dosis lethal 50%(6,05x10

CFU/mL) dan bakteri Mycobacterium fortuitum pada 8dosis lethal 50% (8,86x10 CFU/mL) menunjukkan

bahwa benih ikan gurami hibrida memiliki ketahanan yang lebih tinggi, masing-masing sebesar ±22% dan ±10%, jika dibandingkan dengan benih ikan gurami Galunggung Super hasil rilis BPBIGN, Singaparna. Ketahanan yang baik pada benih ikan gurami hibrida ini senada dengan hasil uji multi lokasi di Bogor, dimana ikan gurami hibrida lebih tahan terhadap serangan penyakit sebesar 96%, sedangkan benih ikan gurami lokal mengalami kematian yang tinggi.

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 3

GURAMI HIBRIDA SUKAMANDI, SOLUSI JITU USAHA BUDIDAYA CEPAT PANEN

PendahuluanBerdasarkan data statistik FAO, Indonesia

merupakan produsen utama ikan gurami, dengan produksi sebesar 97% dari total produksi untuk kawasan Asia Tenggara. FAO mencatat hanya 5 negara yang memiliki statistik produksi ikan ini, yaitu Indonesia, Thailand, Philippine, Myanmar dan Singapore. Pada skala nasional, proporsi produksi ikan gurami terhadap spesies utama ikan budidaya air tawar lainnya relatife kecil. Produksi ikan gurami berada pada urutan keempat setelah ikan nila, ikan mas, dan catfish.

Salah satu permasalahan dalam pengembangan budidaya ikan gurami adalah pertumbuhannya yang relatif lambat. Oleh karena itu, pembentukan varietas unggul ikan gurami tumbuh cepat perlu segera dilakukan.

Pembentukan Ikan Gurami Tumbuh CepatIkan gurami hibrida Sukamandi merupakan salah

satu hasil yang diperoleh pada kegiatan pembentukan ikan gurami unggul tumbuh cepat di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) yang dirintis mulai TA 2014. Ikan gurami yang siap dirilis ini merupakan hasil persilangan antara ikan gurami betina Majalengka >< jantan Jambi. Ikan gurami hibrida tersebut memiliki heterosis sebesar 32,68% pada karakter bobot pada umur 14 bulan. Keberadaan ikan gurami hibrida tumbuh cepat ini menjadi angin segar bagi pembudidaya untuk mengatasi masalah lambatnya pertumbuhan ikan gurami.

Nunuk Listiyowati, Sularto, Rita Febrianti dan Noor Bimo Adhiyudanto

Penelitian

Gurami Hibrida Sukamandi

Page 4: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Jenis pakan Kadar

protein (%) Feeding rate (%)

Waktu

Tubifex sp. 50-57 at satiation minggu I

Pellet tepung 40 20 minggu I

Pellet remah 36-38 15 minggu II

Pellet (1 mm) 30-33 10 minggu III

Pellet (2 mm) 30-33 5 minggu IV-VIII

Karakter Nilai

Lama pemeliharaan (hari) 65

Bobot awal (g) 0,12±0,03

Bobot akhir (g) 4,91±1,81

Panjang standar awal (cm) 1,53±0,13

Panjang standar akhir (cm) 5,27±0,71

Panjang total awal (cm) 1,93±0,14

Panjang total akhir (cm) 6,27±0,82

SGR bobot (%/hari) 5,69

SGR panjang standar (%/hari) 1,90

Pertambahan bobot harian (g/hari) 0,074

Sintasan (%) 88,83±9,33

4 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Penelitian

Pengembangan budidaya ikan gurami terkendala dengan la ju pertumbuhannya yang lambat . Pembentukan ikan gurami hibrida tumbuh cepat antara betina Majalengka dengan jantan Jambi di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI), Sukamandi, diharapkan menjadi salah satu alternatif penyelesaian permasalahan tersebut. Berikut ini disampaikan hasil pengujian performa ikan gurami hibrida tersebut pada tahap pembenihan.

Pemeliharaan larva di dalam hatcheryKarakterisasi performa ikan gurami hibrida

dilakukan melalui pemeliharaan larva dalam bak fiber berbentuk persegi dengan kapasitas 300 L dengan ketinggian air media pemeliharaan ±30 cm (Gambar 1). Larva ikan gurami hibrida dipelihara dengan padat tebar 10 ekor/L. Pakan yang diberikan pada larva berumur 2-6 hari berupa nauplii Artemia sp. Selanjutnya, pada umur 5-21 hari, larva diberi cacing sutera (Tubifex sp.).

Performa benih ikan gurami hibrida yang dipelihara secara indoor hatchery tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil pengamatan kualitas air media pemeliharaan larva menunjukkan kisaran oksigen terlarut sebesar 3,1-5,38 mg/L, pH 7,0-8,7 dan suhu 26,2-33,2 °C.

Gambar 1. Wadah pemeliharaan ikan gurami hibrid tumbuh cepat secara indoor dan outdoor hatchery di BRPI Sukamandi pada tahap pembenihan

Tabel 1. Performa larva ikan gurami hibrida tumbuh cepat yang dipelihara secara indoor hatchery di BRPI Sukamandi.

Performa benih ikan gurami hibrida pada tahap pendederan tersebut ditunjukkan pada Tabel 3. Hasil pengamatan kualitas air media pemeliharaan benih tahap pendederan menunjukkan oksigen terlarut berkisar 3,6-8,7 mg/L, pH 7,8-8,6 dan suhu 26,4-28,0�C.

Tabel 3. Performa benih ikan gurami hibrida tumbuh cepat yang dipelihara secara outdoor di kolam tembok di BRPI Sukamandi.

Performa pertumbuhan yang ditunjukkan oleh ikan gurami hibrida tumbuh cepat pada tahap pembenihan ini diharapkan konsisten terjadi pada tahap pembesaran, sehingga berdampak terhadap peningkatan produksi ikan gurami nasional secara signifikan.

Pendederan benih dalam kolam tembokPendederan benih ikan gurami hibrida dilakukan

2secara outdoor dalam kolam tembok ukuran 25 m yang disekat menjadi empat bagian, dengan ketinggian air 40-50 cm (Gambar 1). Benih dipelihara dengan padat tebar 300 ekor/sekat. Pakan diberikan pada pagi dan sore sesuai dengan Tabel 2

Tabel 2. Pakan ikan gurami pada tahap pendederan

EVALUASI PERFORMA PERTUMBUHAN GURAMI HIBRIDA PADA TAHAP PEMBENIHAN

Nunuk Listiyowati, Sularto, Rita Febrianti, Sugiyo, Ahmad Sofyan Suri, dan Nurdiansyah

Karakter Nilai

Lama pemeliharaan (hari) 28

Bobot awal (g) 0,005±0,01

Bobot akhir (g) 0,193±0,05

Panjang total awal (cm) 0,842±0,04

Panjang total akhir (cm) 2,113±0,14

SGR bobot (%/hari) 17,396

SGR panjang total (%/hari) 4,38

Pertambahan bobot harian (g/hari) 0,009

Sintasan (%) 99,69±0,44

Page 5: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

kateter ke dalam lubang genitalia (ikan yang lubang genitalianya dapat dimasuki slang kateter dan dapat diperoleh sampel telur intraovarian berarti berjenis kelamin betina). Data jenis kelamin tersebut dibandingkan dengan data jenis kelaminnya ketika berumur 16 bulan untuk menghitung nilai tingkat sensitivitas, spesifisitas dan akurasi pada kriteria-kriteria fisik yang hasilnya tidak konsisten dalam menentukan jenis kelamin.

menunjukkan tidak semuanya konsisten sesuai dengan SNI 01-6485.1-2000. Penyimpangan terjadi pada parameter warna sirip dada, ujung sirip ekor dan gerakan ekor.

Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ikan gurami jantan tidak selalu memiliki warna sirip dada putih, dan ikan gurami betina tidak selalu bersirip dada hitam. Parameter warna sirip dada ikan gurami umur 16 bulan

bibir, warna dagu dan warna sirip dada. Setelah ikan-ikan gurami tersebut berumur 27 bulan dilakukan pengecekan kembali jenis kelaminnya, dengan cara memasukkan slang

Hasil dan PembahasanHasil pengamatan morfologi fisik

untuk menentukan jenis kelamin ikan gurami umur 16 bulan dibandingkan dengan ketika telah berumur 27 bulan

itu, tingkat sensitivitas, spesifisitas dan akurasi penentuan kelamin ikan gurami berdasarkan kriteria-kriteria fisik tersebut perlu dievaluasi.

MetodeSebanyak 289 ekor ikan gurami berumur 16 bulan

diukur panjang dan bobotnya serta diberi penanda (tag) menggunakan microchip. Jenis kelamin dari masing-masing ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap morfologi fisiknya sesuai SNI 01-6485.1-2000, yakni gerakan ekor, bentuk dahi, bentuk

memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas untuk mengidentifikasi jenis kelamin dengan benar berturut-turut sebesar 61,21% dan 99,19%, dengan nilai akurasi sebesar 77,50% (Tabel 1).

Tabel 1. Pengamatan warna sirip dada pada ikan gurami pada umur 16 bulan dan setelah berumur 27 bulan

Hasil pengujian ini juga menunjukkan bahwa ikan gurami jantan tidak selalu memiliki ujung sirip ekor yang lebih membundar, dan ikan gurami betina tidak selalu memiliki ujung sirip ekor yang terlihat datar. Nilai sensitivitas dan spesifisitas bentuk ujung sirip ekor dalam penentuan jenis kelamin ikan gurami umur 16 bulan dengan benar berturut-turut sebesar 19,00% dan 52,98%, dengan nilai akurasi sebesar 61,24% (Tabel 2).

Tabel 2. Pengamatan ujung sirip ekor pada ikan gurami umur 16 bulan dan setelah berumur 27 bulan

Selanjutnya, hasil pengujian ini juga menunjukkan bahwa ikan gurami jantan tidak selalu memiliki gerakan

oekor membengkok 180 , karena ternyata ada ikan gurami jantan yang kurang responsif. Nilai sensitivitas dan spesifisitas gerakan ekor dalam menentukan jenis kelamin ikan gurami umur 16 bulan dengan benar berturut-turut sebesar 41,91% dan 97,92%, dengan nilai akurasi sebesar 51,21% (Tabel 3).

Tabel 3. Pengamatan parameter gerakan ekor pada ikan gurami umur 16 bulan dan setelah berumur 27 bulan

KesimpulanPenentuan jenis kelamin (jantan dan betina) ikan

gurami yang dilakukan pada saat berumur 16 bulan berdasarkan kriteria-kriteria fisik memiliki akurasi yang rendah, terutama untuk parameter warna sirip dada, ujung sirip ekor dan gerakan ekor.

Penelitian

Rita FebriantI dan Sularto

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 5

SENSITIVITAS, SPESIFISITAS, DAN AKURASI PENENTUAN JANTAN DAN BETINA PADA IKAN GURAMI (Oshronemus goramy)

Jenis Kelamin

Jumlah Total

Pangkap sirip

Bintik Hitam

(%)

Pangkal Sirip

Hitam (%)

Pangkal Sirip Putih (%)

Ketiak Sirip

Bintik Hitam

(%)

Ketiak Sirip

Hitam (%)

Ketiak Sirip Putih (%)

Sensitivitas (%)

Spesifitas (%)

Akurasi (%)

Jantan 102 2,00 0,00 98,00 2,00 0,00 98,00 61,21 99,19 77,50 Betina 187 15,00 65,00 20,00 40,00 30,00 30,00

Jenis kelamin

Jumlah total

Lebih membundar (%)

Terlihat Datar (%)

Sensitivitas (%)

Spesifitas (%)

Akurasi (%)

Jantan 102 22,55% 77,45% 19,00 52,98 61,24 Betina 187 52,41% 47,59%

Jenis kelamin

Jumlah total Membengkok 180°

Membengkok 45°

Sensitivitas (%)

Spesifitas (%)

Akurasi (%)

Jantan 102 99,02 0,98 41,91 97,92 51,21 Betina 187 25,13 74,87

warna dagu dan warna sirip dada. namun demikian, penentuan jenis kelamin ikan gurami berdasarkan kriteria-kriteria fisik yang dilakukan ketika belum mencapai umur matang gonad tidak selalu tepat. Oleh karena

PendahuluanPenentuan jenis kelamin pada ikan gurami

(Osphronemus goramy) sesuai panduan dalam SNI 01-6485.1-2000 umumnya dilakukan berdasarkan pengamatan morfologi fisik, seperti warna sirip dada, ujung sirip ekor, penampakan dahi, bentuk bibir,

Page 6: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Parameter Fermentasi Kontrol

Jumlah tebar (ekor) 120a 120a

Biomassa awal (kg) 3,21±0,18a 3,18±0,09a

Biomasa akhir (kg) 45,69±3,53b 42,67±4,05a

Bobot awal (g) 26,67±1,43a 26,24±0,66a

Bobot panen (g) 413,14±39,41b 384,10±26,12a

FCR 1,37±0,06a 1,40±0,01a

SR 92,53±2,87a 86,94±11,91a

6 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Penelitian

Evi Tahapari dan Jadmiko Darmawan

Pendahuluan Ikan patin PERKASA (ikan patin suPER Karya Anak

bangSA) merupakan ikan patin unggul tumbuh cepat hasil seleksi familI yang telah dirilis pada tahun 2018 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai ikan budidaya yang memiliki respon seleksi 38,86%. Dalam rangka pengembangan ikan patin PERKASA diperlukan kajian tentang optimalisasi kegiatan budidaya. Kendala yang sering dikeluhkan para pembudidaya ikan patin adalah tingginya biaya pakan, sehingga diperlukan strategi khusus untuk memacu produktivitas budidaya ikan patin agar pemanfaatan nutrisi pada pakan ikan dapat efektif dan efisien. Pemanfaatan pakan yang efektif dan efisien dapat ditingkatkan antara lain dengan memanfaatkan probiotik.

Penggunaan probiotik dalam budidaya ikan memberikan efek menguntungkan antara lain meningkatkan pertumbuhan, respon imun non s p e s i f i k , re s i s te n s i te r h a d a p p e nya k i t d a n kelangsungan hidup ikan. Penambahan probiotik yang mengandung Lactobacillus sp. ke dalam pakan ko m e r s i a l t e r b u k t i m a m p u m e n i n g k a t k a n pertumbuhan (Ahmadi et al., 2012) dan yang mengandung Bacillus sp. mampu meningkatkan efisiensi pakan dan retensi protein (Setiawati et al., 2013). Probiotik dapat diaplikasikan dengan cara dicampurkan dalam pakan atau ditambahkan ke dalam m e d i a p e m e l i h a ra a n u n t u k m e n i n g ka t ka n pertumbuhan dan respon imun pada ikan (He et al., 2011).

Pada pene l i t ian in i d i lakukan pengu j ian penambahan probiotik dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan patin pada fase pembesaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan, konversi pakan (FCR), pertambahan bobot harian ikan, retensi protein, biomassa ikan akhir, kelangsungan hidup pada ikan patin yang diberi pakan hasil fermentasi probiotik pada skala pembesaran.

MetodePada penelitian ini dilakukan perbandingan

pertumbuhan antara ikan patin yang diberi pakan hasil fementasi dan pakan tanpa fermentasi (kontrol). Probiotik yang digunakan dalam fermentasi pakan adalah probiotik komersial yang mengandung bakteri Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus acidophilus, Bac i l lus subt i l i s , Asperg i lus or yzae , Rhodo pseudomonas, Actinomycetes, Ntribacter. Fermentasi pakan dilakukan dengan cara mencampurkan 10 ml probiotik komersial dengan 500 ml air dan 1 sendok

makan gula pasir kemudian diaduk sampai merata. Larutan tersebut disemprotkan dengan menggunakan sprayer pada 2,5 kg pakan ikan kemudian disimpan dalam ember yang tertutup rapat dan dibiarkan selama 1 hari. Pakan hasil fermentasi akan bertekstur lebih empuk, berbau seperti tape. Jumlah pakan yang diberikan (FR = feeding rate) adalah 3-5% dari bobot biomass per hari. Pakan diberikan dengan frekuensi dua kali sehari. Pengujian dilakukan pada kolam jaring berukuran 3x5x1,5 m sebanyak enam buah dengan padat tebar sebanyak 120 ekor/wadah.

Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan bobot ikan, biomassa ikan, rasio konversi pakan, sintasan, komposisi proksimat pakan dan ikan, serta retensi protein. Data yang diperoleh dari kedua perlakuan dianalisis secara statistik menggunakan independent sample t-test pada tingkat kepercayaan 95% (P<00,5).

Hasil dan PembahasanIkan patin yang diberi pakan fermentasi probiotik

menunjukkan biomassa akhir dan bobot panen yang secara signifikan lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan kontrol (Tabel 1).

Tabel 1. Pertumbuhan ikan patin PERKASA yang diberi pakan non probiotik dan probiotik yang dipelihara di dalam jaring

Nilai yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata (P<0.05).

Peningkatan pertumbuhan pada ikan patin yang diberi pakan dengan penambahan probiotik diduga disebabkan oleh adanya peranan bakteri Bacillus subtilis yang terdapat dalam probiotik yang dikonsumsi dalam meningkatkan stimulasi sistem imun (Ai et al. 2011) dan pengendalian bakteri patogen (Vaseeharan & Ramasamy 2003). Probiotik yang masuk ke dalam tubuh ikan akan membantu proses pencernaan sehingga kecernaan meningkat. Kecernaan terhadap pakan meningkat selanjutnya pakan akan lebih efisien dimanfaatkan oleh ikan karena nutrisi pakan akan

APLIKASI PAKAN FERMENTASI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN PATIN PERKASA (Pangasianodon hypophthalmus)

Page 7: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Penelitian

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 7

mudah terserap oleh tubuh yang selanjutnya retensi lemak dan karbohidrat akan meningkat akibat dari penyerapan nutrisi pakan.

Komposisi proksimat pakan uji dan nilai retensi protein, retensi lemak dan retensi karbohidrat pada ikan uji tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi proksimat pakan uji dan nilai Retensi pada ikan yang diberi pakan probiotik dan tanpa probiotik

Hasil proksimat menunjukkan adanya peningkatan kadar protein pakan 9,76% pada pakan yang difermentasi dengan probiotik komersil. Pemberian pakan yang difermentasi probiotik komersial mampu meningkatkan retensi lemak 75,02% dan karbohidrat 17,77% dalam tubuh ikan. Retensi protein pada ikan patin yang diberi pakan fermentasi probiotik mencapai 63,85±0,40% adapun pada kontrol 62,41±2,48%. Retensi lemak/karbohidrat adalah sejumlah lemak/karbohidrat yang berasal dari pakan yang tersimpan ke dalam tubuh ikan. Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Dalam meningkatkan nutrisi pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease, lipase dan selulase (Wang et al. 2008). Enzim-enzim tersebut membantu menghidrolisis nutrien pakan (molekul-molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga akan mempermudah proses pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan (Putra, 2010).

KesimpulanPemberian pakan hasil fermentasi probiotik

komersial pada budidaya ikan patin secara signifikan (P<0,05) meningkatkan bobot dan biomassa panen, namun tidak mempengaruhi rasio konversi pakan dan

sintasan. Bobot akhir ikan patin yang diberi pakan hasil fermentasi probiotik mencapai 413,14 ± 39,41g sedangkan kontrol 384,10 ± 16,12g dengan biomassa akhir ikan patin yang diberi pakan hasil fermentasi probiotik mencapai 45,692 ± 3,526kg, sedangkan pada kontrol 42,673 ± 4,049kg. Fermentasi pakan dengan probiotik juga mampu meningkatkan kadar protein pakan sebesar 9,76%, retensi lemak sebesar 75,02% dan retensi karbohidrat 17,77%.

Gambar 1. Pakan yang digunakan untuk pengujian, jenis pakan terapung, diameter 2mm.

Gambar 2. Wadah uji berupa kolam jaring berukuran 2 5 x 3 m

Gambar 3. Ikan uji pakan fermentasi

Parameter Fermentasi Kontrol

Protein kasar (%) 19,22 17,51

Lemak Kasar (%) 5,83 7,63

Karbohidrat (%) 59,91 59,76

Retensi Protein (%) 62,41±2,48 63,85±0,40

Retensi Lemak (%) 26,13±1,06 14,93±0,12

Retensi karbohidrat (%)

8,22±0,33 6,98±0,05

Page 8: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Generasi Diferensial / Seleksi (mm)

Respons Seleksi (%) Heritabilitas h2 mm %

F1 7.80 2.78 4.13 0.38

F2 8.03 1.48 2.10 0.19

F3 6.89 1.00 1.47 0.26

Total Respon Seleksi

22.72 5.26 7.70

Rata-rata 0.28±0.1

8 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Sejak dirilis 5 tahun yang lalu (2014), sebanyak 118.722 ekor calon induk udang galah GI Macro II telah tersebar di 11 Provinsi dan 17 Kab/Kota. Hal ini menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap budidaya udang galah. Namun demikian produktivitas udang galah saat ini masih sangat rendah karena masih terbatasnya ketersediaan benih, baik dari aspek kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya. Satu hal yang dikeluhkan oleh masyarakat terhadap kualitas benih udang galah adalah terdapat indikasi penurunan kualitas genetis. Berdasarkan hasil evaluasi struktur populasi pada fase pembesaran udang galah GI Macro II, terdapat variasi kematangan populasi betina yang diduga bersifat genetis. Indikasi penurunan mutu genet ik benih udang galah yang d i laporkan pembudidaya adalah adanya betina dengan ukuran kecil yang sudah mengalami matang gonad, padahal yang diharapkan adalah betina dengan ukuran besar tetapi belum matang gonad.

Upaya perbaikan mutu genetik udang galah dapat dilakukan melalui program pemuliaan. Pemuliaan merupakan pendekatan mendasar sebagai upaya untuk meningkatkan karakter komersial penting dari spesies budidaya, sehingga mampu meningkatkan hasil produksi, kelangsungan hidup dan kualitas produk (Wang et al., 2006). Salah satu metode pemuliaan yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan udang galah tersebut adalah dengan seleksi.

Saat ini BRPI sedang melakukan upaya perbaikan mutu genetis melaui seleksi individu pada karakter pertumbuhan dan kelas kematangan betina secara simultan, sehingga diharapkan dapat diperoleh betina-betina udang galah yang relatif tumbuh lebih cepat sebagai akibat dari alokasi energi reproduksi untuk pertumbuhan somatik. Kegiatan penelitian perakitan udang galah tumbuh cepat dan matang gonad lambat dimulai tahun 2015 dengan hasil terbentuknya populasi F0. Selanjutnya kegiatan penelitian dilanjutkan tahun 2016, 2017 dan 2018 untuk membentuk populasi F1, F2 dan F3.

Keberhasilan yang diperoleh dari upaya pemuliaan melalui program seleksi diukur dengan parameter respon seleksi, yaitu perubahan nilai rata-rata performa dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Akumulasi nilai respons seleksi berdasarkan karakter panjang standar selama tiga generasi (F1 sampai F3) seleksi individu udang galah tumbuh cepat dan matang gonad lambat dapat pada umur 6 bulan masa pemeliharaan diperoleh nilai 5,26 mm atau setara dengan 7,7%, seperti tersaji pada Tabel 1. Berdasarkan konversi

terhadap respon seleksi pada karakter panjang standar, diperoleh total respons seleksi pada karakter bobot umur 6 bulan masa pemeliharaan udang galah dari populasi F1 sampai dengan populasi F3 adalah sebesar 23,1%.

Tabel 1. Diferensial seleksi, respons seleksi dan heritabilitas karakter panjang standar udang galah hasil pembesaran selama 6 bulan

Keberhasilan yang diperoleh dari upaya pemuliaan melalui program seleksi sangat dipengaruhi oleh nilai heritabilitas. Nilai heritabilitas merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar proporsi keragaman genetik dan lingkungan mempengaruhi keragaman fenotip suatu populasi (Poehlman 1979, Tave 1993, Harjosubroto 1994, Noor 2000). Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan (Roy 2000). Nilai heritabilitas pada karakter panjang standar yang diperoleh selama masa pemeliharaan tersaji pada Tabel 1.

Nilai heritabilitas udang galah pada karakter panjang standar umur 6 bulan dari generasi F1 sampai F3 tergolong rendah sampai sedang. Hasil yang sama diperoleh nilai heritabilitas udang galah pada sifat bobot tubuh udang galah adalah berkisar dari rendah sampai sedang (Luan et al. 2012).

Hal lain yang menarik dari hasil seleksi individu secara simultan ini adalah adanya peningkatan jumlah induk yang tidak bertelur (Tabel 2). Hal tersebut menunjukan bahwa seleksi terhadap kelas kematangan yang telah dilakukan menghasilkan respons seleksi yang positif.

Tabel 2. Proporsi jumlah induk bertelur dan tidak bertelur

UPAYA PERBAIKAN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) GI MACRO II MELALUI SELEKSI KARAKTER PERTUMBUHAN DAN KEMATANGAN GONAD

Asep Sopian dan Fajar Anggraeni

Penelitian

Populasi Proporsi (%)

Bertelur Tidak bertelur

F1 58.62 41.38

F2 42.86 57.14

F3 9.09 90.91

Page 9: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

PendahuluanUdang galah merupakan komoditas unggulan

b u d i d aya p e r i ka n a n ya n g p o t e n s i a l u n t u k dikembangkan karena memiliki pangsa pasar yang luas, baik domestik maupun mancanegara. Saat ini jumlah pembudidaya udang galah terus meningkat, akan tetapi produktivitas budidaya udang galah masih relatif rendah karena beberapa kendala diantaranya kualitas induk, kualitas dan kuantitas larva, pakan dan l i n g ku n ga n b u d i d aya . G u n a m e n i n g ka t ka n produktivitas budidaya udang galah, maka perlu didukung oleh ketersediaan berbagai input poduksi, diantaranya adalah ketersediaan benih dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Salah satu teknologi budidaya yang saat ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas benih adalah melalui penerapan teknologi biofllok. Teknologi bioflok merupakan salah satu teknologi yang mampu menjaga kualitas air tetap baik dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrien limbah (Ekasari 2009), Selain itu, teknologi bioflok terbukti dapat meningkatkan kualitas benih udang galah (Khasani dan Sopian 2013). Bedasarkan hal tersebut, hasil benih yang dipelihara dengan sistem bioflok diharapkan dapat menunjukkan performa lebih baik dibandingkan dengan benih yang dipelihara tanpa bioflok selama fase pembesaran.

Bahan Dan MetodeKegiatan ini dilaksanakan di BRPI pada tanggal 12

Agustus sampai dengan 12 Desember 2018. Benih udang galah yang digunakan adalah tokolan 1 udang galah GI Macro II hasil pendederan dengan sistem bioflok dan hasil pendederan tanpa sistem bioflok. Persiapan kolam pembesaran (luas 40 m�) dilakukan dengan cara mengeringkan di bawah sinar matahari selama 5-7 hari hingga dasar kolam kering, kemudian

2menabur kapur dolomit dengan dosis 5-10 kg/100 m , lalu menempatkan shelter di kolam dengan luasan 50% luas kolam. Selanjutnya, dilakukan pemasangan saringan inlet dan outlet untuk mencegah masuknya

2hama, serta penebaran saponin 1-2 kg/100 m , kemudian memasukan air ke kolam pembesaran hingga 30 cm. Pemupukan dengan kotoran ayam

2dilakukan dengan dosis 20-50 kg/1000 m lalu menambahkan air hingga ketinggian 80 cm. Tujuh hari setelah pemupukan maka dilakukan penebaran benih tokolan 1 udang galah hasil pendederan bioflok dan benih pembanding masing-masing ke dalam kolam

2 2pembesaran 400m dengan padat tebar 6 ekor/m . Pemberian pakan dengan kadar protein 38%, diberikan

Dede Sukarta dan Ahmad Ali Akbar

pada pagi dan sore hari. Tingkat pemberian pakan berdasarkan biomass diberikan sebanyak 15% pada minggu 1-2, 10% pada minggu 3-4, 7,5% pada minggu 5-6, dan 5% pada minggu-minggu selanjutnya hingga panen.

HasilPertumbuhan udang galah selama pemeliharaan

dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Berdasarkan hasil sampling, partumbuhan udang galah yang dilakukan setiap satu bulan sekali selama periode pemeliharaan 120 hari menunjukkan bahwa udang galah GI Macro II hasil pendederan dengan bioflok mempunyai pertumbuhan pada karakter bobot lebih besar dari pada udang galah pendederan tanpa bioflok. Begitu juga dengan karakter panjang total dan panjang standar menunjukan pertumbuhan yang lebih tinggi.

Gambar 1. Pertumbuhan panjang standar (PS) udang galah pada fase pembesaran

Gambar 2. Pertumbuhan bobot tubuh udang galah pada fase pertumbuhan

Pengamatan terhadap biomasa panen pembesaran udang galah GI Macro II hasil pendederan dengan bioflok menunjukkan hasil yang lebih tinggi, yaitu sebesar 32.230 gram dibandingkan dengan populasi udang galah tanpa bioflok sebesar 12.612 gram.

KESIMPULANBenih hasil pendederan sistem bioflok menunjukan

performa yang lebih baik pada tahap pembesaran daripada benih hasil pendederan tanpa bioflok.

PERFORMA BENIH UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) GI MACRO II HASIL PENDEDERAN BIOFLOK PADA FASE PEMBESARAN

Penelitian

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 9

Page 10: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Gambar 1. Pola persilangan dua arah menggunakan lima strain ikan mas.

jantan mempunyai nilai heterosis tertinggi yang menunjukkan adanya perbaikan performa benih hibrida dari tetua-tetuanya. Namun demikian, hasil pengujian penampilan fenotipik benih hibrida pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kombinasi persilangan tersebut mempunyai biomassa panen yang rendah. Meskipun nilai bobot badan benih hibrida tersebut paling tinggi tetapi nilai sintasannya rendah sehingga berdampak terhadap biomassa yang dihasilkan pada saat panen.

Berdasarkan Tabel 2, kombinasi strain Majalaya betina dengan Sutisna jantan menghasilkan performa terbaik, diindikasikan dengan biomassa panen yang tertinggi. Meskipun nilai heterosis pada kombinasi persilangan tersebut lebih rendah (Tabel 1), tetapi performa fenotipik yang baik pada benih hibrida tersebut menjadikan kombinasi persilangan tersebut layak sebagai kandidat unggul untuk digunakan pada kegiatan budidaya. Dalam rangka verifikasi keunggulan kandidat varietas ikan mas hibrida unggul tersebut, perlu segera dilakukan penelitian dalam skala lebih luas dan secara multi lokasi serta multi sistem.

Kombinasi persilangan Heterosis Mid-Parents Heterosis Best-Parent

Panjang Badan Bobot Badan Panjang Badan Bobot Badan

St x Rj 27,23 115,45 22,81 85,37 St x Sy 35,31 132,42 25,00 101,33 Mj x St 24,39 94,79 24,65 89,07 Mj x Sy 24,14 89,77 14,90 68,71 Sy x Rj 38,37 192,65 32,20 190,32

BEBERAPA KOMBINASI PERSILANGAN KANDIDAT VARIETAS IKAN MAS HIBRIDA UNGGUL

10 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

PendahuluanSalah satu metode pembentukan varietas unggul

ikan adalah melalui program hibridisasi. Target hibridisasi adalah pembentukan benih hibrida yang digunakan sebagai benih sebar untuk kegiatan budidaya. Benih hibrida mempunyai peluang lebih unggul dibanding tetua-tetuanya antara lain karena mempunyai keragaman genetik yang lebih tinggi, dan munculnya efek heterosis karena pengaruh varian dominansi dari salah satu atau kedua tetuanya. Heterosis pada benih hibrida dapat bersifat mid parents maupun best parent, yang masing-masing disebabkan oleh efek dominance dan over dominance dari salah satu tetuanya. Dalam rangka mendapatkan kandidat benih ikan mas hibrida, telah dilakukan hibridisasi antar strain ikan mas yang berpotensi menghasilkan benih hibrida unggul.

Hibridisasi antar Strain Ikan MasSebagai bahan utama hibridisasi, digunakan lima

strain ikan mas, yakni strain Rajadanu (Rj), Sutisna (St), Majalaya (Mj), Wildan (Wd) dan Sinyonya (Sy). Sebanyak 150 ekor benih ukuran 10-15 g/ekor, masing-masing dari 25 kombinasi persilangan (Gambar 1) dipelihara di jaring apung ukuran 3x5 m dengan tiga kali pengulangan. Pemeliharaan dilakukan selama tiga bulan. Pada Tabel 1 disajikan nilai heterosis karakter panjang dan bobot badan lima kombinasi persilangan terbaik sebagai kandidat benih ikan mas hibrida unggul, sedangkan pada Tabel 2 disajikan performa fenotipik kelima kombinasi persilangan tersebut.

Berdasarkan Tabel 1 dapat di l ihat bahwa persilangan strain Sinyonya betina dengan Rajadanu

Didik Ariyanto, Yogi Himawan, Suharyanto, dan Flandrianto SP.

Penelitian

Persilangan Panjang badan (mm)

Bobot badan (g) Sintasan (%) Biomassa panen (kg)

St x Rj 124,2±4,5 74,1±8,3 78,2±2,7 8,67±0,69 St x Sy 126,4±4,6 80,4±6,3 68,2±4,4 8,25±1,17 Mj x St 126,8±2,1 75,5±7,1 77,3±0,9 8,76±0,93 Mj x Sy 116,6±4,6 63,5±9,0 61,8±8,0 5,86±0,97 Sy x Rj 124,3±5,7 85,0±7,6 18,7±0,9 2,38±0,10

Tabel 1. Nilai heterosis mid parents dan best parent karakter panjang dan bobot pada lima persilangan terbaik antara strain ikan mas.

Tabel 2. Performa fenotipik akhir tahap pemeliharaan benih ikan mas pada lima persilangan terbaik antar strain ikan mas.

Page 11: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

PERFORMA IKAN MAS MUSTIKA DI JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA

PendahuluanIkan mas Mustika merupakan produk pemuliaan

Balai Riset Pemuliaan Ikan yang sudah dirilis pada tahun 2016. Selama tiga tahun terakhir, distribusi ikan mas Mustika sudah meliputi beberapa wilayah di sebagian Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat. Dalam rangka mengevaluasi perkembangan ikan mas Mustika di daerah, Tim Ikan Mas Mustika telah melakukan kegiatan monitoring di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Distribusi dan PemanfaatanDari kegiatan monitoring yang dilakukan informasi

yang diperoleh menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan mas Mustika di Jawa Tengah dan Yogyakarta relatif belum banyak dilakukan. Beberapa lokasi budidaya di sekitar wilayah D.I. Yogyakarta bahkan belum mengenal ikan mas Mustika. Alasan kuatnya adalah animo masyarakat Yogyakarta terhadap ikan mas sangat rendah sehingga jarang ditemui pembudidaya yang memelihara ikan mas. Informasi di lapangan tersebut dibenarkan oleh Kepala Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan, Yogyakarta yang pernah menerima hibah induk ikan mas Mustika. Induk ikan mas Mustika yang sudah diterima pada tahun 2016 tersebut bahkan belum didistribusikan ke pembenih. Namun demikian, untuk mempertahankan kondisi ikan mas Mustika, telah dilakukan peremajaan induk di lembaga tersebut. Dalam rangka mengevaluasi kondisi induk terkait keberadaan gen MHC sebagai salah satu penciri ikan mas Mustika, maka dilakukan pengambilan sampel sirip ikan mas Mustika hasil peremajaan di BPTPB Cangkringan tersebut.

Di Jawa Tengah, survey dilakukan di wilayah Muntilan dan Salatiga. Di kedua wilayah tersebut terdapat Balai Benih Ikan (BBI) yang pernah menerima hibah induk ikan mas Mustika pada tahun 2017. Dari kedua BBI tersebut, pemanfaatan dan distribusi benih sebar ikan mas Mustika di BBI Kebowan yang berada di Salatiga relatif lebih baik. Hal ini karena kebutuhan benih ikan mas di tingkat pembudidaya cukup tinggi, terutama untuk kegiatan budidaya di Waduk Kedungombo. Selanjutnya di kedua wilayah tersebut juga dilakukan pengambilan sampel untuk evaluasi gen MHC dan kemungkinan adanya infeksi KHV pada ikan mas Mustika, terutama pada benih sebar yang akan didistribusikan ke pembudidaya.

Hasil analisis dan kesimpulanHasil analisis sampel sirip yang dilakukan di

Laboratorium Fisiologi dan Genetika, BRPI Sukamandi menunjukkan bahwa kondisi calon induk ikan mas Mustika hasil peremajaan di BPTPB Cangkringan dan induk-induk ikan mas Mustika di BBI Muntilan dan BBI Kebowan 100% membawa gen MHC-II (LHU No. 2.F/LHU/BRPI/IV/2019). Analisis infeksi KHV pada benih sebar ikan mas Mustika menunjukkan hasil negatif (LHU No. 1.F/LHU/BRPI/IV/2019). Kedua hasil analisis ini menunjukkan bahwa kondisi ikan mas Mustika di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah masih sama dengan ikan mas Mustika yang pertama kali di rilis pada tahun 2016. Peremajaan induk yang dilakukan di B P T P B C a n g k r i n g a n , Yo g y a k a r t a b e r h a s i l mempertahankan kondisi ikan mas Mustika seperti pada awalnya.

Gambar 1. Pengambilan sampel sirip induk ikan mas Mustika F1 di BPTPB Cangkringan, Yogyakarta.

Gambar 2. Pengambilan sampel insang benih sebar ikan mas Mustika di wilayah Salatiga.

Gambar 3. Tim Ikan Mas Mustika bersama Kabid Perencanaan Dinas Perikanan Kab Semarang dan

Kepala BBI Kebowan, Salatiga.

Didik Ariyanto, Suharyanto, Flandrianto SP dan Yogi Himawan

Penelitian

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 11

Page 12: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

12 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Srikandi yang dibentuk dari hasil persilangan antara ikan nila Nirwana (Oreochromis niloticus) betina dengan ikan nila biru (Oreochromis aureus) jantan. Keunggulan ikan nila Srikandi adalah tumbuh cepat dan toleran pada salinitas tinggi adalah 30 ppt. Keunggulan ini menjadikan ikan nila Srikandi sebagai komoditi yang banyak mendapat permintaan pasar untuk dipelihara dalam usaha budidaya skala besar maupun kecil.

Peningkatan produksi benih ikan nila Srikandi yang sangat signifikan perlu ditindak lanjuti dengan mengembangkan perbenihan nila Srikandi dalam skala massal. Dalam pengembangan budidaya ikan nila Srikandi terdapat beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya yaitu fluktuasi salinitas yang tinggi. Pada kondisi hipersalinitas, ikan nila Srikandi mengalami pertumbuhan yang lambat dan terjadi kematian, sehingga berdampak pada menurunnya produktivitas budidaya. Untuk meningkatkan performa budidaya ikan nila Srikandi, BRPI telah melakukan kegiatan seleksi famili pada ikan nila biru sebagai salah satu induk pembentuknya. Kegiatan ini telah menghasilkan induk ikan nila biru hasil seleksi famili di tambak.

Dalam rangka menguji peningkatan performa ikan nila Srikandi ini digunakan ikan nila biru Generasi pertama (F1) hasil seleksi di tambak. Kegiatan pembenihan dilakukan di air tawar sedangkan uji performa pembesaran dilakukan di tambak dan

3keramba jaring apung laut berukuran 3x5x1,5 m 2

dengan padat tebar 10 ekor/m . Sebagai pembanding, dilakukan pengujian ikan nila Srikandi hasil pemijahan ikan nila biru jantan F0. Sebelum penebaran, dilakukan proses aklimatisasi secara bertahap dengan menaikkan salinitas harian sebesar 5 ppt hingga salinitas 20-30 ppt.

hasil pemijahan ikan nila biru F1 jantan menunjukan peningkatan performa pertumbuhan sebesar 12,51% dan sintasan 21,79% dibandingkan ikan nila Srikandi hasil pemijahan ikan nila biru jantan F0. Pada KJA laut dihasilkan peningkatan pertumbuhan sebesar 4,34 % peningkatan sintasan sebesar 33,54 %.

Sebagaimana umumnya pada pemeliharaan di perairan tawar, fenomena performa pertumbuhan ikan nila jantan yang lebih tinggi dibandingkan ikan betina terjadi pada pemeliharaan di tambak maupun KJA laut. Kenaikan pertumbuhan akan terus terjadi hingga mencapai puncak laju pertumbuhannya, dimana pada ikan betina terjadi pada tahap awal pembentukan gonad, sedangkan pada ikan jantan terjadi pada tahap maturasi gonad lengkap selama tahap spermiogenesis.

Adanya perbaikan performa pertumbuhan pada ikan nila Srikandi yang dihasilkan dari ikan nila biru jantan F1 menunjukkan keberhasilan dalam program seleksi. Pada pembentukan populasi ikan nila biru F1 melalui seleksi famili di tambak (di Indramayu), ikan nila biru seleksi terpapar salinitas tinggi hingga 45-57 g/l selama dua bulan. Pada kondisi tersebut sebagian besar ikan masih hidup dan bertahan meskipun pertumbuhannya terhambat. Kondisi salinitas tinggi tersebut tersebut menjadi faktor penyeleksi pada populasi ikan nila biru F1. Selanjutnya, seleksi tandem yang dilakukan pada karakter pertumbuhan ikan nila biru F1 berpengaruh pada keturunannya. Hal tersebut d i b u kt i ka n d e n ga n te r j a d i nya p e n i n g kata n pertumbuhan dan sintasan ikan nila Srikandi yang dihasilkan dari populasi ikan nila biru F1 jantan yang dipelihara dalam tambak dan KJA laut.

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN IKAN NILA BIRU (Oreochromis aureus) F1 HASIL SELEKSI FAMILI DALAM PENINGKATAN PERFORMA IKAN NILA

SRIKANDI (Oreochromis aureus x niloticus)Adam Robisalmi dan Priadi Setyawan

Penelitian

Ikan nila dikenal sebagai aquatic chicken karena kemudahan dalam budidayanya. Budidaya ikan nila yang tersebar di seluruh Indonesia menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar di dunia. Salah satu jenis ikan nila unggul yang sudah dir i l is ke masyarakat adalah ikan ni la

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ikan nila Srikandi dari induk nila biru F1 jantan dapat tumbuh baik pada perairan tambak (120 hari) maupun KJA laut (90 hari), dengan bobot dan sintasan yang lebih tinggi dibandingkan populasi pembanding. Pada pemeliharaan di perairan tambak, ikan nila Srikandi

INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK)INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK)

DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM)DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM)

INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI (WBK)

DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM)

BRPI MEMASUKI ZONA BRPI MEMASUKI ZONA BRPI MEMASUKI ZONA

Page 13: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Nila merah Jumlah

Populasi (ekor)

Jumlah populasi

Jantan (%)

Jumlah populasi

Betina (%)

Kohort 1 1158 69.69 30.31

Kohort 2 688 48.98 51.02

Kohort 3 1036 54.41 45.59

Kohort 4 571 53.94 46.06

rataan 56.75 43.24

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 13

PendahuluanNila merah merupakan salah satu ikan konsumsi air

tawar ung gu lan yang saat in i sudah dapat dibudidayakan secara ekstensif, semi intensif, maupun intensif. Ikan nila merah memiliki kelebihan yang sama dengan ikan nila lainnya, yaitu pertumbuhan yang cepat dan pemeliharaannya yang mudah. Hal ini karena ikan nila merah memiliki toleransi yang cukup lebar terhadap lingkungan yang buruk. Permintaan ikan nila merah terus meningkat setiap tahunnya, tak hanya dipasar lokal, namun juga di pasar internasional, terutama Amerika dan Uni Eropa. Ikan nila merah, terutama dalam bentuk fillet (potongan daging tanpa tulang), sangat digemari di pasar dunia.

Ikan nila mempunyai perbedaan kecepatan pertumbuhan antara ikan jantan dengan ikan betina. Ikan nila jantan memiliki pertumbuhan dua kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan ikan betina (Popma dan Maser, 1999). Oleh karena itu, budidaya ikan nila merah dengan tunggal kelamin (monoseks) jantan akan l e b i h m e n g u nt u n g ka n . Po p u l a s i m o n o s e ks memberikan keuntungan antara lain laju pertumbuhan yang seragam dan mengurangi terjadinya pemijahan liar. Menurut Little dan Edwards (2004), pemeliharaan monoseks ikan nila banyak dilakukan karena mempunyai pertumbuhan yang t inggi . Hasi l pembesaran tiga strain ikan nila (Thailand, GIFT, dan Vietnam) yang dipelihara selama 26 minggu mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi pada populasi monoseks jantan dengan bobot 380 g, sedangkan populasi campuran 340 g (Dan dan Little 2000). Dengan mengetahui nisbah kelamin pada saat awal pembesaran ikan, kita bisa memprediksi pertumbuhan dan produksi ikan yang kita pelihara.

Gambar 1. Populasi nila Merah pada tahap pembesaran

Metodologi pembesaran dan seleksi Nila merah G0 Benih ikan nila merah setiap kohort dengan ukuran

5-7cm (2 bulan) dibesarkan di kolam tanah (200 m²)

sebanyak 50-75 ekor/famili. Benih nila merah diberi pakan komersil sebanyak 5% biomassa/hari selama 4 bulan. Sampling panjang standar, panjang total, ketebalan daging dan bobot ikan dilakukan setiap bulan. Pada akhir pembesaran ikan nila dipanen seluruhnya. Ikan kemudian diseleksi berdasarkan jenis kelamin untuk melihat proporsi populasi jantan dan betina.

Tabel 1. Persentase jumlah populasi jantan dan betina pada populasi nila merah G0

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada populasi ikan nila merah kohort 1 menunjukan jumlah presentase jantan yang lebih tinggi dibanding ketiga kohort lainnya. Besarnya populasi jantan pada kohort 1 dikarenakan pada saat seleksi awal penebaran hanya ikan yang berukuran besar saja yang digunakan untuk pembesaran, sedangkan untuk ikan nila merah pada kohort 2 - 4 diambil secara acak. Hasil rata-rata ikan nila merah populasi G0 (4 kohort) menunjukkan bahwa populasi ikan yang berkelamin jantan sebesar 56,75% dan yang betina sebesar 43,24%. Hasil nisbah kelamin jantan dan betina tersebut akan berpengaruh terhadap performa pertumbuhan dan produksi ikan nila yang dibudidayakan. Untuk mendapatkan performa pertumbuhan dan produksi ikan yang baik maka para petani atau pembudidaya ikan, harus menggunakan ikan yang monoseks jantan. Penentuan jenis kelamin fenotipe sangat dipengaruhi oleh perkembangan individu tersebut. Jika selama perkembangan individu tersebut diintervensi dengan bahan-bahan tertentu, misalnya hormon androgen atau estrogen, maka perkembangan gonad dapat berlangsung secara berlawanan dengan yang seharusnya.

Berdasarkan data nisbah kelamin pada ikan nila merah populasi G0, diketahui bahwa jumlah antara jantan dan betina populasinya hampir sama, tetapi jumlah jantan cenderung lebih banyak yaitu lebih dari 50%. Hal ini menunjukkan bahwa secara alami dalam satu populasi ikan jumlah jantan dan betina tidak jauh berbeda.

Lamanto, Nur Fansuri, Wawan Gunawan dan M.Hariono

NISBAH KELAMIN JANTAN DAN BETINA PADA IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) POPULASI G0

Penelitian

Page 14: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

14 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

SOP LAYANAN PENGUJIAN JASA PENGUJIAN LAB

Pelayanan Teknis

Standar pelayanan publik pada layanan jasa pengujian laboratorium BRPI berdasar pada dokumen mutu terutama pada prosedur kerja Nomor PK/4.7/BPPI tentang Pelayanan Kepada Pelanggan, PK/4.8/BPPI tentang Pengaduan, dan PK/5.8/BPPI tentang Penanganan Sampel, serta PK/5.10.1/BPPI tentang Pembuatan dan Penyerahan Laporan Hasil Uji (LHU), dengan rincian standar pelayanan sebagai berikut :1. Prosuder Pelayanan kunjangan dan unjuk kerja laboratorium adalah sebagai berikut :

Ÿ Pengunjung mengisi buku tamu kunjungan laboratorium.Ÿ Pengunjung mengajukan dan mengisi form permohonan kunjungan/akses laboratorium kepada Manajer

Puncak melalui Manajer Umum.Ÿ Manajer Umum menyampaikan surat permohonan kepada Manajer Teknis.Ÿ Manajer Teknis memberikan ijin dengan mengisi form persetujuan dan menyerahkan kembali kepada Manajer

Umum.Ÿ Manajer Umum melengkapi administrasi (form kunjungan, persetujuan, dll) & membuat kartu pengernal (ID

card).Ÿ Pengunjung melapor kepada Manajer Umum sebelum dan sesudah melakasanakan kegiatan kunjungan di

laboratorium2. Prosedur Umpan balik Pelanggan adalah sebagai berikut :

Ÿ Manajemen Mutu bertanggungjawab mambuat kuisioner mengenai tingkat kepuasan pelanggan.Ÿ Manajer Umum menyampaikan formulir kuisioner kepada pelanggan.Ÿ Manajer Umum berkewajiban mengumpulkan hasil kuisioner dan menyerahkan kepada Manajer Mutu.Ÿ Manajer Mutu menganalis umpan balik yang disampaikan pelanggan guna meningkatkan sistem manajemen

labaoratorium BPPI.3. Prosedur Penanganan Pengaduan

Ÿ Staf Manajer Umum melayani pengaduan dari pelanggan, baik secara langsyng maupun tidak langsung, melalui telepon, faximile, email, dan surat.

Ÿ Staf Manajer Umum mencatat pengaduan dalam form pengaduan (DP/4.8.1/BPPI).Ÿ Staf Manajer Umum meneruskan form tersebut ke Manajer Teknis/Manajer Mutu untuk melakukan tindakan

penyelesaian atas pengaduan.Ÿ Manajer Teknis bertanggungjawab dalam pelaksanaan investigasi pengaduan yang berkaitan dengan teknis.Ÿ Manajer Mutu beserta staff manajer Mutu bertanggungjawab dalam penyelesaian pengaduan yang terkait

dengan mutu.Ÿ Manajer Umum menyampaikan hasil investigasi dan perbaikan kepada pelanggan menggunakan form respon

(DP/4.8.2/BPPI).Ÿ Manajer Umum bertanggungjawab memelihara semua rekaman atas pengaduan dan tindakan penyelesaian.

4. Prosedur Penerimaan SampelŸ Pelanggan menyerahkan sampel secara langsung atau dikirim melalui jasa pengiriman beserta surat

permintaan pengujian ke petugas Penerima Sampel (PPS).Ÿ PPS mencatat identitas sampel dalam Formulir Permintaan Pengujian Sampel (FPPS) dan Buku Induk Sampel.Ÿ PPS mengganti identitas sampel dengan sistem pengkodean laboratorium pengujian BPPIŸ PPS menyerahkan FPPS kepada Manajer Teknis.Ÿ Manajer Teknis mengisi surat tugas pengujian (STP) untuk melakukan pengujian sampel dan menyerahkan STP

ke Penyelia dan Analis.Ÿ PPS melakukan Penyiapan Sampel dan unruk kemudian Analis melakukan Pengujian Sampel, dan selanjutnya

Pemusnahan Sampel sesuai dengan prosedur yang terdapat pada Dokumen Mutu Prosedur Kerja Laboratorium Pengujian Balai Riset Pemuliaan Ikan.

Ÿ Analis kemudian menjalankan PK/5.10.1/BPPI tentang Pembuatan dan Penyerahan Laporan Hasil Uji (LHU).

Pelayanan Publik

Page 15: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 15

identitas pelapor, dan isi pengaduan.Pengaduan akan disampaikan kepada bagian yang berkaitan dengan jenis masalah yang dikeluhkan dan Kepala Balai. Pengaduan pelanggan yang sifatnya ringan dan dapat ditangani secara langsung oleh bagian terkait, segera diselesaikan dan diperbaiki. Pengaduan yang bersifat berat dan kompleks sehingga tidak bisa ditangani oleh bagian terkait, maka oleh Kepala Balai segera dilakukan langkah-langkah untuk mendapatkan penanganan. Pengaduan akan dibahas di dalam rapat untuk mendapatkan rekomendasi mengenai tindakan perbaikan yang perlu dilakukan dan mencegah agar kasus serupa tidak terulang lagi.

Hasil KegiatanSelama periode Januari hingga Desember 2018

tidak diperoleh pengaduan dari pengguna layanan yang masuk baik melalui melalui telpon, fax, email, SMS, secara lisa maupun pengisian formulir. Hal tersebut menunjukkan tingkat kepuasan pengguna layanan terhadap pelayanan yang diberikan oleh BRPI, Sukamandi. Petugas sample telah memberikan pelayanan maksimal dalam memberikan pelayanannya kepada pelanggan. Penurunan jumlah sampel yang masuk unit pelayanan jasa analisa laboratorium tersebut disebabkan karena adanya penurunan anggaran penelitian di BRPI Sukamandi tahun anggaran 2018, dimana lebih dari 80% sampel yang masuk unit pelayanan jasa analisa laboratorium selama ini merupakan sampel peneliti internal BRPI.

PenutupSelama periode Januari hingga Desember 2018

tidak diperoleh pengaduan dari pengguna layanan yang masuk yang menunjukkan tingkat kepuasan pengguna layanan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Balai Riset Pemuliaan Ikan, Sukamandi. Meskipun demikian, untuk peningkatan pelayanan dimasa yang akan datang, disarankan agar seluruh staf BRPI dapat secara aktif memperhatikan secara seksama jika dikemudian hari terdapat keluhan ataupun pengaduan yang disampaikan oleh customer terutama di Petugas Penerima Sampel, kemudian meneruskannya kepada personil yang ditugaskan khusus untuk melayani pengaduan agar dapat dicatat dan ditindaklanjuti dengan cepat sehingga customer tetap merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh BRPI.

PendahuluanBalai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) sebagai pelaksana

pemerintahan di bidang penelitian pemuliaan dengan bentuk pelayanan publik berupa Laboratorium Pengujian berkewajiban mengelola pengaduan masyarakat yang mengacu pada Standar Operational Prosedur (SOP) Pedoman Pengelolaan Pengaduan Masyarakat. Dalam rangka memenuhi kepuasan masyarakat dan untuk menampung saran – saran demi perbaikan pelayanan dimasa yang akan datang, BRPI telah membentuk unit pelayanan pengaduan dan menunjuk personil yang khusus melayani pengaduan. Disamping itu, BRPI secara rutin sudah melakukan survey kepuasan pelanggan dan laporannya telah dibuat tersendiri setiap semester.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, perihal Pengelolaan Pengaduan bahwa pengaduan masyarakat adalah bentuk penerapan dari pengawasan masyarakat yang disampaikan oleh masyarakat kepada aparatur pemerintah terkait, berupa sumbang pikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yang bersifat membangun. Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban melaksanakan pengelolaan pengaduan masyarakat, sehubungan dengan hal tersebut penanganan pengaduan masyarakat wajib diselesaikan secara cepat dan tuntas melalui pendekatan komprehensif, terkoordinasi, terpadu dan bersinergi serta saling menghormati hak, kewajiban dan wewenang masing-masing berdasarkan etika dan peraturan perundang-undangan.

Pengguna layanan yang tidak puas atas pelayanan petugas layanan BRPI Sukamandi, dapat melayangkan pengaduan melalui : Ÿ Telpon : (0260) 520 500 Ÿ Fax : (0260) 520 662 Ÿ Email : [email protected]; [email protected] Ÿ Short Messages Services (SMS) atau Whatsapp :

0877 7916 4810 Ÿ Formulir pengaduan dan kotak pengaduan.

Pengaduan yang disampaikan melalui telpon,fax, email, SMS, secara lisan, pengisian formulir, akan dicatat oleh petugas. Pengaduan yang sudah diverifikasi akan didokumentasikan ke dalam buku log pengaduan. Data yang dicatat dalam buku log pengaduan yaitu: nomor, media pengaduan, tanggal,

PENGELOLAAN PENGADUAN MASYARAKAT DI PELAYANAN PUBLIK BRPI

Tri Ramadhan Nst dan Roby Pratama

Pelayanan Publik

Page 16: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

16 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Bambang Iswanto

Ÿ Ikan lele Kenya, diintroduksi tahun 2011 dari Kenya oleh BBPBAT Sukabumi. Ikan lele ini masih dalam upaya domestikasi dan pemuliaan.

Ÿ Ikan lele Belanda, diintroduksi tahun 1985 dari Belanda ke Malang melalui kerjasama antara Agricultural University of Wageningen dengan Universitas Brawijaya. Tetapi, setelah berakhirnya kerjasama tersebut kurang mendapat perhatian. Strain ikan lele Belanda juga pernah diintroduksi dari hatchery perusahaan milik Belanda di Kenya oleh BBPBAT Sukabumi pada tahun 2011. Saat ini ikan lele tersebut masih dalam tahap domestikasi dan upaya pemuliaan.

Selain strain-strain hasil introduksi, di Indonesia juga ada beberapa strain ikan lele Afrika hasil pemuliaan yang dibentuk dari strain-strain hasil introduksi. Strain-strain ikan lele Afrika hasil pemuliaan tersebut adalah sebagai berikut:Ÿ Ikan lele Sangkuriang, merupakan hasil persilangan

balik (backcross breeding) antara jantan ikan lele Dumbo keturunan keenam (F6) dengan betina keturunan kedua (F2) yang selanjutnya jantan hasil silang balik tersebut kembali disilang balik dengan betina F2, menghasilkan strain ikan lele Sangkuriang yang dirilis oleh BBPBAT Sukabumi pada tahun 2004 berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.26/MEN/2004. Ikan lele Sangkuriang telah dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Ÿ Ikan lele Sangkuriang 2, merupakan benih sebar hasil persilangan (cross breeeding) antara jantan ikan lele Afrika strain Thailand dengan betina ikan lele Sangkuriang yang dihasilkan oleh BBPBAT Sukabumi. Ikan lele ini dirilis berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 28/KEPMEN-KP/2013.

Ÿ Ikan lele Mandalika, merupakan benih sebar hasil persilangan antara betina ikan lele Sangkuriang dengan jantan ikan lele Masamo yang dihasilkan oleh Balai Benih Ikan (BBI) Batu Kumbung, Nusa

PendahuluanNama ikan lele “Afrika” baru mulai dikenal dan

populer di Indonesia akhir-akhir ini, terutama setelah Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi merilis ikan lele Sangkuriang 2 yang disebutkan merupakan hasil persilangan antara betina ikan lele Sangkuriang dengan jantan ikan lele Afrika populasi (strain) Thailand (atau lebih sering hanya disebut ikan lele Afrika). Secara umum, ikan lele Afrika dianggap tidak sama dengan ikan-ikan lele lain yang dibudidayakan di Indonesia. Padahal, nama ikan lele Afrika, sebagaimana istilah African catfish yang digunakan secara internasional, seharusnya adalah nama umum (common name) yang digunakan untuk menyebut spesies ikan lele Clarias gariepinus.

Strain Ikan Lele Afrika Berdasarkan penelusuran informasi secara formal

maupun informal (informasi dari situs organisasi formal, publikasi ilmiah, komunikasi pribadi dan publikasi populer), ada beberapa strain ikan lele Afrika yang diintroduksi ke Indonesia, yaitu:Ÿ Ikan lele Dumbo, diintroduksi melalui Taiwan pada

tahun 1985 oleh PT Cipta Mina Sentosa, Jakarta. Sejak diintroduksi budidayanya segera berkembang luas, tetapi kemudian mengalami penurunan mutu genetis, sehingga kurang diminati.

Ÿ Ikan lele Paiton, diintroduksi tahun 1998 dari Thailand oleh Charoen Pokphand Group dan ditempatkan di hatchery PT Surya Windu Pertiwi di Paiton, Probol inggo. Ikan lele ini banyak dibudidayakan di Jawa Timur dan sekitarnya.

Ÿ Ikan lele CP, sama dengan ikan lele Paiton, diintroduksi dari Thailand dan ditempatkan di hatchery PT Central Pangan Pertiwi di Pabuaran, Subang. Budidayanya pernah dikerjasamakan dengan Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BALITKANWAR) Sukamandi hingga tahun 2003. Saat ini pengembangannya dilakukan oleh PT Central Pangan Bahari di Pabuaran.

Ÿ Ikan lele Masamo, diintroduksi tahun 2010 dari Thailand oleh PT Matahari Sakti ke hatchery di Mojokerto. Ikan lele ini dibudidayakan di Jawa Timur serta beberapa daerah yang lain.

Ÿ Ikan lele Mesir, diintroduksi tahun 2007 dari Mesir oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Ikan lele ini kurang dikembangkan. S e l a n j u t n y a , u p a y a p e n e l i t i a n d a n pengembangannya dilakukan oleh BRPI Sukamandi dan BBPBAT Sukabumi.

Penelitian

IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) DI INDONESIA

Page 17: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 17

Tenggara Barat. Ikan lele ini dirilis berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 42/KEPMEN-KP/2014.

Ÿ Ikan lele Mutiara, merupakan strain hasil pemuliaan menggunakan metode seleksi individu (individual selection) pada karakter pertumbuhan. Ikan lele ini dibentuk dari persilangan diantara strain-strain ikan lele Mesir, Paiton, Sangkuriang dan Dumbo (Sukamandi) yang diseleksi selama tiga generasi. Ikan lele Mutiara dirilis berdasarkan Keputusan Menter i Kelautan dan Per ikanan Nomor: 77/KEPMEN-KP/2015. Ikan lele Mutiara telah dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Karakterisasi Ikan Lele AfrikaDiantara strain-strain ikan lele Afrika hasil

introduksi, ikan lele Dumbo merupakan strain yang identitasnya bersifat problematik (Iswanto, 2013). Demikian pula, identitas ikan lele Sangkuriang sebagai keturunannya. Secara umum, terdapat dua pendapat tentang identitas ikan lele Dumbo dan Sangkuriang, yakni merupakan spesies ikan lele Afrika dan merupakan ikan lele hibrida hasil persilangan antara ikan lele Afrika dengan ikan lele Asia Clarias fuscus. Seringkali, identitas ikan lele Dumbo ataupun ikan lele Sangkuriang disebut sebagai ikan lele hibrida hasil persilangan antara ikan lele Afrika dengan ikan lele Clarias fuscus.

Ko m b i n a s i p e rs i l a n ga n ya n g d i l a p o r ka n menunjukkan performa budidaya yang unggul adalah persilangan antara betina ikan lele Clarias fuscus dengan jantan ikan lele Afrika, sedangkan persilangan resiproknya tidak (Zheng et al., 1988; Wu et al., 1990). Karakteristik reproduksi jantan ikan lele hibrida hasil persilangan antara betina ikan lele Clarias fuscus dengan jantan ikan lele Afrika tersebut bersifat tidak fertil (sterile) (Wu et al., 1990). Sebaliknya, karakteristik reproduksi jantan ikan lele Dumbo ataupun Sangkuriang bersifat normal dan dapat menghasilkan ke t u r u n a n ( b e r s i f a t f e r t i l ) . H a l t e r s e b u t mengindikasikan bahwa ikan lele Dumbo maupun Sangkuriang bukan merupakan ikan lele hibrida hasil persilangan antara ikan lele Afrika dengan ikan lele Clarias fuscus.

Hasil karakterisasi genetis molekuler ikan lele Dumbo yang dilakukan melalui proyek kerjasama Catfish Asia menunjukkan bahwa ikan lele Dumbo masih merupakan spesies murni yang belum mengalami introgresi gen spesies lain (Sudarto, 1999). Selanjutnya, hasil karakterisasi morfologis secara biometrik (morfometrik dan meristik) ikan lele Dumbo (direpresentasikan ikan lele Sangkuriang), Paiton, Masamo, Mesir dan Kenya menunjukkan bahwa karakteristik morfometrik dan meristik strain-strain tersebut tidak berbeda dan bersesuaian dengan kunci

Penelitian

identifikasi spesies ikan lele Afrika Clarias gariepinus (Iswanto et al., 2015a, 2019). Ikan lele Belanda tidak ikut dikarakterisasi secara morfologis karena hasil karakterisasi genetis molekuler (Anene & Gao, 2007) menunjukkan bahwa kemungkinan merupakan hasil hibridisasi dengan ikan lele Clarias anguillaris. Selanjutnya, karakterisasi morfometrik dengan menyertakan ikan lele Belanda juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda (Sunarma, 2016). Hasil-hasil karakterisasi tersebut mengindikasikan bahwa ikan lele Dumbo dan Sangkuriang bukan merupakan ikan lele hibrida hasil persilangan antara ikan lele Afrika dengan ikan lele Clarias fuscus.

Karakteristik morfologis strain-strain ikan lele hasil pemuliaan, misalnya pada ikan lele Mutiara (Iswanto et al., 2015b) dan Sangkuriang (Sunarma, 2016) secara umum tidak berbeda dari induk-induk pembentuknya maupun strain-strain ikan lele Afrika hasil introduksi serta bersesuaian dengan kunci identifikasi spesies ikan lele Afrika Clarias gariepinus. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa induk-induk pembentuk tersebut merupakan spesies yang sama, yakni sama-sama merupakan spesies ikan lele Afrika Clarias gariepinus. Dengan demikian, nama ikan lele Afrika atau Clarias gariepinus seharusnya adalah nama umum untuk strain-strain ikan lele yang dibudidayakan di Indonesia, baik hasil introduksi maupun hasil pemuliaan.

ReferensiAnene, N.S. & T.X. Gao. 2007. Is the Dutch domesticated strain of

Clarias gariepinus (Burchell, 1822) a hybrid?. African Journal of Biotechnology 6(8): 1072-1076.

Iswanto, B. 2013. Menelusuri identitas ikan lele Dumbo. Media Akuakultur 8(1): 85-95.

Iswanto, B., Imron, R. Suprapto & H. Marnis. 2015a. Morphological characterization of the African catfish (Clarias gariepinus Burchell, 1822) strains introduced to Indonesia. Indonesian Aquaculture Journal 10(2): 91-99.

Iswanto, B., R. Suprapto, H. Marnis & Imron. 2015b. Karakteristik morfologis dan genetis ikan lele Afrika (Clarias gariepinus Burchell, 1822) strain Mutiara. Jurnal Riset Akuakultur 10(3): 325-334.

Iswanto, B., Imron, R. Suprapto & H. Marnis. 2019. Perbandingan karakterisasi biometrik ikan lele Dumbo dengan ikan lele Afrika (Clarias gariepinus Burchell, 1822). Berita Biologi 18(2). in press.

Sudarto. 1999. Karakterisasi genetik dan zooteknik ikan lele (Clariidae) dan patin (Pangasiidae) dari wilayah Asia Tenggara. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Genetika Ikan, Jakarta, 8 Februari 1999. Hlm. 26-29.

Sunarma, A. 2016. Hibridisasi interpopulasi ikan lele Afrika Clarias gariepinus yang diintroduksi di Indonesia. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 83 hlm.

Wu, G.M., J.R. Luo, K.C. Chen, C.B. Xian, G.G. Lin, Z.X. Wang, Z.P. Lin, J.L. Luo & K.Q. Pan. 1990. Analysis and comparison of morphology and cytology between the F1 hybrid catfish (Clarias fuscus × C. lazera) and its parents. Acta Hydrobiologica Sinica 14(4): 328-335.

Zheng, W.B., J.H. Pan & W.S. Liu. 1988. Culture of catfish in China. Aquaculture 75: 35-44.

Page 18: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Gambar 2. Sintasan benih ikan gabus

Gambar 3. Hasil panen benih ikan gabus

Faktor yang mempengaruhi s intasan dan pertumbuhan ikan gabus antara lain respon terhadap pakan dan kanibalisme (Saputra, 2018). Seperti diketahui ikan gabus merupakan ikan karnivora sehingga perlu melatih benih makan pelet dengan cara kombinasi pakan alami dan buatan secara bertahap pada awal pemeliharaan. Variasi ukuran dalam suatu populasi ikan gabus juga memicu munculnya sifat kanibal. Hal ini dapat diatasi dengan cara pemberian shelter untuk bernaung dan grading benih secara berkala.

Pustaka Acuan :Chasanah E., Nurilmala M., Purnamasari AR., dan

Fithriani D. 2015. Komposisi kimia, kadar albumin dan bioaktivitas ekstrak protein ikan gabus (Channa striata) alam dan hasil budidaya. JPB Kelautan dan Perikanan 10 (2): 123–132.

Saputra, A. 2018. Teknologi Produksi Benih Ikan Gabus Channa striata melalui pendekatan fisiologi, manajemen pakan dan rekayasa lingkungan. Naskah Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Hal : 65-67.

PRODUKSI BENIH IKAN GABUS GENERASI PERTAMA HASIL KOLEKSI INDUK TAHUN 2018

18 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Produk nutraseutikal berbasis FSA (Fish Serum Albumin) umumnya berasal dari ikan gabus (Channa striata) dan telah diproduksi serta beredar di pasaran Indonesia (Chasanah et al, 2015). Nilai nutrisi ikan gabus, khususnya kandungan protein yang lebih tinggi dan kandungan albumin yang bermanfaat dalam mempercepat penyembuhan luka pasca operasi menjadikan nilai ekonomis komoditi tersebut terus meningkat. Hal tersebut menyebabkan intensitas penangkapan ikan gabus di alam cukup tinggi. Sementara itu, budidaya ikan gabus sebagian besar masih mengandalkan tangkapan benih dari alam. Hal ini menyebabkan peningkatan ancaman kelestarian ikan gabus.

Pada tahun 2018, BRPI telah melakukan koleksi plasma nutfah ikan gabus dari empat lokasi yaitu Mandiangin (Kalimantan Selatan), Lumajang (Jawa Timur), Lampung Utara dan Sukamandi (Jawa Barat). Keberhasilan pemijahan semi alami maupun buatan pada induk ikan gabus hasil koleksi merupakan salah satu langkah awal intensifikasi budidaya ikan gabus. Selanjutnya larva-larva ikan gabus yang dihasilkan dipelihara sampai dengan ukuran benih. L a r v a i k a n gabus umur 2 minggu dipelihara dengan kepadatan 20

2ekor/m . Benih dipelihara pada 8 buah kolam ukuran 2

25m dengan ketinggian air 30-40 cm (Gambar 1). Pakan yang diberikan berupa pelet (pakan komersil) dengan FR sebesar 5% dari bobot tubuh ikan.

Gambar 1. Ploting pendederan ikan gabus

Pemeliharaan selama 6 minggu (±45 hari) menunjukkan sintasan sebesar 24,60-75,20% (Gambar 2). Pertumbuhan bobot mutlak sebesar 1,54±0,51 g/hari dengan SGR sebesar 6,55±1,43%. Pertumbuhan panjang mutlak sebesar 38,81±8,31 mm dengan SGR sebesar 2,54±0,51%. Laju pertumbuhan spesifik bobot benih ikan gabus lebih besar daripada pertumbuhan panjangnya.

Dessy Nurul Astuti, Supriyanto dan Yunus Nugraha

Penelitian

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

1 2 3 4 5 6 7 8

Sin

tasa

n B

en

ih (

%)

Kolam Pendederan

Page 19: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 19

Laboratorium

Kegiatan pengujian di laboratorium tidak terlepas dari kegiatan pengukuran seperti pengukuran berat, volume, suhu, dan sebagainya. Kegiatan pengukuran tersebut akan menghasilkan data yang harus dijamin kebenarannya. Data yang disajikan harus memenuhi persyaratan tingkat ketelitian, ketepatan, dan kesesuaian antara hasil analisis dengan kenyataan yang sebenarnya. Untuk mendapatkan hasil analisis berkualitas tinggi, peralatan yang digunakan harus terawat dengan baik.

Peralatan volumetrik yang digunakan sebagai alat ukur volume yang mempengaruhi hasil uji dan/atau pengukuran harus dikalibrasi. Konsistensi hasil pengujian dan/atau kalibrasi dengan presisi dan akurasi yang tinggi serta validitas dan ketertelusuran pengukuran dapat dicapai dan dijamin dengan kalibrasi peralatan. Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran dengan nilai-nilai yang sudah diketahui berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.

Estimasi nilai benar volume yang ditampung atau yang akan dipindahkan dari peralatan volumetrik untuk penggunaannya di lingkungan yang berbeda, mengacu

opada temperatur ruang di suhu 20 C. Kalibrasi peralatan volumetrik di lakukan dengan cara menimbang massa air yang ditampung atau akan dipindahkan dari peralatan volumetrik, kemudian volume air dihitung dengan persamaan dasar:

Kalibrasi internal peralatan gelas volumetrik di laboratorium lingkungan BRPI telah dilakukan pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juli 2019. Alat gelas volumetrik yang diukur antara lain pipet volumetrik 10 ml, pipet mohr 5 ml, labu ukur 100 ml dan buret 50 ml

omenggunakan akuadestilata dengan suhu 21 C sebagai media pengukuran volume. Prosedur kalibrasi internal yang dilakukan adalah sebagai berikut:a. Untuk pipet, air akuades dipipet sampai melewati

batas tera kemudian ditera. Air akuades di dalam pipet kemudian dikeluarkan dan ditampung kedalam botol t imbang /wadah yang telah ditimbang (M ). Botol timbang/wadah yang sudah 0

terisi ditimbang dan dicatat sebagai M .ip

b. Untuk labu ukur, air akuades diisikan kedalam labu ukur sampai mendekati tanda tera, leher labu dikeringkan dengan kertas penyerap kemudian tambahkan air ke dalam labu sampai tera menggunakan pipet tetes tanpa mengenai dinding leher labu ukur. Air akuades didalam labu ukur dikeluarkan kemudian ditampung kedalam botol timbang/wadah yang telah ditimbang (M ). Botol 0

timbang/wadah yang sudah terisi ditimbang dan dicatat sebagai M .iL

c. Untuk buret, air akuadest diisi kedalam buret sampai melewati batas tera, bagian atas buret dikeringkan dengan kertas penyerap kemudian ditera. Air akuades dalam buret dikeluarkan dan ditampung kedalam botol timbang/wadah yang telah ditimbang (M ). Botol timbang/wadah yang 0

sudah terisi kemudian ditimbang dan dicatat sebagai M .ib

Hasi l kal ibrasi internal yang di lakukan di laboratorium lingkungan BRPI adalah sebagai berikut (tabel 1.) :Tabel 1. Hasil kalibrasi alat gelas volumetrik

Penetapan batas keberterimaan pengendalian mutu dapat dilakukan dengan melakukan percobaan kalibrasi terhadap standar pemeriksa sebanyak 7 (tujuh) sampai dengan 12 (dua belas) kali. Hasil yang diperoleh pada Tabel 1 diatas menunjukkan bawa alat gelas volumetrik yang terukur memenuhi syarat keberterimaan dan sesuai dengan nilai resolusi yang tertera pada alat gelas volumetrik tersebut. Hasil tersebut membuktikan bahwa kegiatan pengujian di laboratorium lingkungan BRPI dijamin keakuratannya.

Dina Sri Wardhani

KALIBRASI INTERNAL PERALATAN GELAS VOLUMETRIK DI LABORATORIUM LINGKUNGAN BRPI

Page 20: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

20 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Laboratorium

Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 33/PERMEN-KP/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 32/PERMEN-KP/2014 tentang Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, tercantum bahwa jenis pelayanan publik di lingkup Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) salah satunya adalah pelayanan jasa laboratorium. Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi sebagai salah satu UPT dibawah BRSDM KP telah menetapkan pelayanan publik berupa jasa laboratorium pengujian yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sejak tahun 2015 dengan nomor sertifikat LP-919-IDN.

Sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2014 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, Laboratorium Pengujian BRPI Sukamandi melakukan survei mengenai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan yang diberikan. Indikator kualitas layanan publik Laboratorium Pengujian BRPI tersebut antara lain :

1. Kemudahan prosedur pelayanan di laboratorium2. Keadilan untuk mendapatkan pelayanan3. Kesopanan dan keramahan petugas dalam

memberikan pelayanan4. Tanggung jawab petugas dalam memberikan

pelayanan5. Penanganan sampel oleh petugas 6. Biaya pengujian sampel7. Kecepatan pemberian hasi l u j i kepada

masyarakat pengguna8. Penjelasan hasil uji

9. Sarana dan prasarana laboratorium10. Fasilitas laboratorium pengujian11. Re s p o n p e rs o n i l l a b o ra t o r i u m d a l a m

menghadapi komplain dari masyarakat pengguna

12. Kenyamanan pelayanan.13. Keamanan pelayanan.14. Kemudahan mendapatkan informasi yang

diberikan.Pada tahun 2018, jumlah sampel yang masuk dalam

ruang lingkup Laboratorium Pengujian BRPI sebanyak 197 sampel air dan 57 sampel ikan yang berasal dari 51 masyarakat pengguna, baik internal maupun eksternal BRPI. Hasil survei dari 51 masyarakat pengguna merepresentasikan bahwa IKM Laboratorium Pengujian BRPI tahun 2018 sebesar 79,59 (baik) dengan rerata sebesar 3,18 (Gambar 1). Hasil survei ini diharapkan dapat mencerminkan gambaran kualitas pelayanan Laboratorium Pengujian BRPI.

Indikator kualitas pelayanan terbaik tahun 2018 adalah tentang biaya pengujian sampel (sebesar 3,35) dan terendah pada indikator penjelasan hasil uji (sebesar 3,00). Hal ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2017 (dimana indikator mengenai biaya pengujian sampel sebesar 3,00 dan indikator penjelasan hasil uji sebesar 2,83). Selanjutnya, Laboratorium Pengujian BRPI akan berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan publik agar lebih baik pada tahun berikutnya. Laboratorium Pengujian BRPI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan publik dengan penambahan ruang lingkup dan penyesuaian akreditasi ISO/IEC 17025:2008 menjadi ISO/IEC 17025:2017 dan reakreditasi pada tahun 2019.

Mimin Fatimah, Jadmiko Darmawan WP, dan Dessy Nurul Astuti

KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA TERHADAP LAYANAN PUBLIK LABORATORIUM PENGUJIAN BRPI TAHUN 2018

Gambar 1. Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap layanan publik Laboratorium Pengujian BRPI tahun 2018

Page 21: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

→290bp

→290bp

→290bp

→290bp

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 21

Laboratorium

UJI KINERJA ALAT THERMAL CYCLER UNTUK DETEKSI KHV (KOI HERPES VIRUS) PADA IKAN MAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

Dini Sahfitri Lubis

PENDAHULUANUji kinerja alat merupakan salah satu rangkaian

kegiatan yang dilakukan pada alat atau instrumen yang meliputi pemeriksaan fisik maupun pengukuran dengan cara membandingkan alat yang diuji atau diukur dengan standar sesuai dengan SNI 7547:2009 (BSN, 2009), untuk menjaga performa alat dan menjamin keakuratan hasil uji dari penggunaan alat tersebut. Pada kegiatan ini, ruang lingkup uji kinerja alat yaitu alat thermal cycler untuk parameter deteksi KHV (Koi Herpes Virus) pada ikan mas dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Pada prinsipnya, PCR merupakan suatu teknik perbanyakan (amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Uji kinerja alat ini dilakukan dalam waktu 6 bulan sekali, yaitu bertujuan untuk mengetahui performa alat thermal cyler. Apabila semua sumuran (well) yang berjumlah 96 buah dapat dirunning dan teramplifikasi dengan baik maka dapat diartikan thermal cyler masih berjalan dengan akurat pada saat dipergunakan untuk pengujian.

ALAT DAN BAHANAlat – alat yang digunakan dalam kegiatan ini antara

lain, seperangkat mikropipet, seperangkat alat PCR, seperangkat alat pembuatan agarose, seperangkat alat elektroforesis, Gel doc dan UV transilluminator. Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan ini adalah : larutan PCR dengan komposisi untuk tiap tube berisi 8,5 μL My Taq HS Red Mix Bioline, primer Forward 1µL dan Reverse 1µL(20 pmol/μL), 2 μL DNA genom, dan12,5 μL Nuclease Free Water sehingga mencapai

®total volume 25 μL; agarose (Vivantis )2,0%; marker ®

DNA;dan PEQ green(Vivantis ). Primer yang digunakan pada kegiatan ini adalah SPHL-F:5' –GAC ACC ACA TCT GCA AGG AG-3 dan SPHL-R:5' –GAC ACA TGT TAC AAT GGT CGC-3 dengan ukuran hasil amplifikasi 290 bp (OIE, 2009).

METODEProses amplifikasi PCR pada 96 well dilakukan

menggunakan alat thermal cycler Biorad dengan program PCR sesuai dengan standar SNI 7547:2009,

oyaitu : pra denaturasi pada suhu 95 C selama 5 menit;

opemisahan (denaturation) pada suhu 94 C selama 30 o

detik; penempelan primer (annealing) pada suhu 55 C selama 30 detik; proses pemanjangan (extension) pada

osuhu 72 C selama 30 detik; proses pemanjangan akhir

o(final extension) pada suhu 72 C selama 7 menit dan proses tersebut (dari pra denaturasi hingga

pemanjangan akhir) diulang sebanyak 40 kali (40 siklus); kemudian dilanjutkan dengan fase Hold pada suhu 4°C.

Setelah diperoleh amplikon hasil dari PCR, amplikon tersebut dapat divisualisasikan dengan menggunakan elektroforesis pada gel agarose 2,0% (yang diberi pewarna Peq green 2 µL) dalam larutan TAE 1 x selama 35 menit pada tegangan 100 volt. Sebanyak 6 μL volume amplikon di masukkan kedalam sumur-sumur pada media agar. Sebagai penanda (marker) digunakan

®Vivantis VC 100bp DNA Ladder Plus (Vivantis ) sebanyak 5 μL .Has i l e lekt rofores i s DNA d iv i sua l i sas i menggunakan Gel Doc UV Transilluminator. Sampel yang digunakan adalah genom dari ikan Mas yang sudah dipastikan sebagai kontrol positif (+) terinfeksi virus KHV (Koi Herpes Virus).

HASIL DAN PEMBAHASANHasil visualisasi amplikon deteksi KHV pada genom

ikan mas menggunakan metode PCR tersaji pada Gambar 1. Hasil visualisasi menunjukkan sampel yang positif KHV memiliki pita DNA spesifik berukuran 290 bp, dan terlihat jelas pada keseluruhan 96 well. Hal ini menunjukkan kinerja alat thermal cycler (Bio Rad) dalam kondisi baik.

Gambar 1. Hasil elektroforesis dari 96 sampel, M: Marker (Penanda), Sampel: A1-A12, B1-B12, C1-C12, D1-D12, E1-E12, F1-F12, G1-G12,H1-H12.

KESIMPULANAlat thermal cycler (Bio Rad) di laboratorium

fisiologi dan genetik dalam kondisi baik dan dapat dipergunakan untuk kegiatan PCR.

Page 22: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

22 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Opini

2. Penaksiran RisikoRisiko yang relevan dengan kegiatan penelitian mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data kegiatan penelitian konsisten dengan asersi manajemen dalam penelitian unsur penaksiran resiko antara lain : a. Identifikasi Resiko

P e r n y a t a a n r i s i ko h a r u s m e n d u k u n g kemampuan untuk membandingkan dampak relatif dari satu risiko terhadap orang lain dalam kegiatan penelitian. Prosesnya harus melibatkan t im penel i t ian sehingga mereka dapat mengembangkan, memelihara dan bertanggung jawab atas risiko serta tindakan dari respons risiko yang akan dilakukan.

b. Analisis ResikoAnalisis risiko akan tergantung informasi risiko dan data yang tersedia. Sebelum kegiatan penelitian dilakukan setelah diidentifikasi resiko, resiko tersebut dianal isa untuk menentukan penanganan pengendalian

3. Aktivitas PengendalianUmumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan pelaksanaan kegiatan penelitian dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :a. Review terhadap kinerja

Tahapan pelaksanaan metodologi dari masing masing peneliti dalam satu tim penelitian harus dilakukan Review oleh ketua tim penelitian, atau pelaksanaan metodologi yang dilaksanakan oleh teknisi direviu oleh peneliti yang selanjutnya direview oleh Ketua Tim Penelitian

b. Pembinaan Sumber Daya ManusiaSebelum pelaksanaan penelitian dilakukan pembekalan pengarahan agar pelaksanaan penelitian terarah sesuai dengan metodologi yang telah ditetapkan, pada saat penelitian dilakukan pertemuan rutin ataupun berkala, dan pada saat berakhirnya penelitian dilakukan reviu terhadap kinerja dari anggota tim peneliti

c. Pengendalian atas Pengelolaan Sistem InformasiPenggunaan Sistem Informasi dalam kegiatan penelitian perlu dikelola dengan baik misalnya Pe m a n fa a t a n M e d i a I n fo r m a s i u n t u k mendapatkan sebuah literatur perlu diyakini keabsahanya,

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Berikut penulis ulas pentingnya system pengendalian internal dalam pelaksanaan kegiatan penelitian. Dengan harapan menerapkan sistem pengendalian internal yang memadai penelitian tujuan penelitian dapat tercapai dan yang lebih penting hasil penelitian bisa bermanfaat bagi masyarakat.Unsur-unsur pengendalian intern dalam pelaksanaan penelitian:1. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini :a. Integritas dan nilai etika Dalam melakukan penelitian/perekayasaan hal

mendasar yang diperlukan adalah Integritas dan taat terhadap kaidah kaidah melakukan penelitian.

b. Komitmen terhadap kompetensi S e o r a n g p e n e l i t i / t i m p e n e l i t i d a l a m

m e l a k s a n a k a n p e n e l i t i a n s e t i d a k n y a berorientasi pada Hasil penelitian/perekayasaan yang terbaik bisa dimanfaatkan dan berguna bagi masyarakat

c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit Dewan Pakar berperan dalam melakukan

supervise terhadap penelitian/perekayasaan yang dilakukan para peneliti, setiap metodologi yang dilakukan para peneliti diperlukan suatu pengawasan.

d. Struktur organisasi S u s u n a n t i m p e n e l i t i a n h a r u s

mempertimbangkan latar belakang pendidikan dan keahlian, untuk jaminan sebuah hasil penelitian.

e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab Dalam tim penelitian diperlukan pembagian

tugas dan tanggung jawab yang jelas, sehingga dalam pelaksanaanya tidak terjadi metodologi penelit ian yang terlewatkan atau tidak dijalankan

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM KEGIATAN PENELITIAN

* Tri Aswanto

Page 23: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

4. Informasi dan KomunikasiInformasi yang penting dalam mencapai tujuan kegiatan penelitian termasuk informasi yang berkaitan dengan faktor faktor keberhasilan yang kritis sudah diidentifkasi dan secara teratur dilaporkan dan dikomunikasikan kepada setiap jenjang dalam tim penelitian. Informasi terkait sudah diidentifikasi diperoleh dan distribusikan kepada pihak yang berhak dengan rincian yang memadai bentuk dan waktu yang tepat sehingga memungkikan peneliti dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab secara efektif dan efisien.

5. PemantauanPemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Dalam kegiatan penelitian setiap tahapan yang dilaksanakan oleh peneliti maupun teknisi harus dilakukan pemantuan secara berjenjang untuk menjamin apakah pelaksanaan kegiatan penelitian telah dijalankan dengan benar sehingga tujuan penelitian bisa tercapai.

Daftar PustakaJames M. Reeve, et.al., Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia, Damayanti Dian jilid 1 (Jakarta: Salemba Empat, 2009)Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 23

Opini

d. Pengendalian Fisik atas Aset Aset yang dipergunakan dalam kegiatan

penelitian harus dikendalikan, mulai dari awal pemakaian sampai akhir, baik jumlah maupun akurasinya, karena hal sederhana terkait penggunaan asset yang tidak sesuai prosedur penggunaan alat bisa berakibat menghambat pencapaian tujuan kegiatan penelitian

e. Penetapan dan Reviu Indikator Mulai dari Penetapan tujuan dan juga setiap

pelaksanaan tahapan penelit ian sesuai metodologi penelitian harus dilakukan reviu kendala dan permasalahan yang timbul

f. Pemisahan Fungsi Harus ada pembagian tugas yang jelas untuk

fungsi fungsi ketua peneliti, peneliti dan teknisi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan penelitian

g. Otorisasi Transaksi dan Kejadian Penting Catatan atas setiap tahapan yang dilakukan

dalam penelitian termasuk kejadian yang penting harus dituangkan dalam catatan penelitian atau dimuat dalam log book penelitian dan ketua penelitian harus mereviu dan melakukan otorisasi atas log book yang di buat oleh anggota penelitian.

h. Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu Tahapan pelaksanaan penelitian sebagai

perwujudan metodologi dicatat dan dituangkan dalam log book, apa yang dicatat harus benar, akurat dan tentunya waktunya juga harus tepat

i. Pembatasan Akses Sumber Daya dan Catatan Atas segala sumber daya seperti peralatan

penelitian dan semua yang dicatat dibatasi penggunanya, karena yang tidak berkepentingan atas hal tersebut tidak diperbolehkan untuk mengakses.

j. Akuntabilitas Pencatatan dan Sumber Daya pertanggungjawaban tehadap tiap tahapan yang

dilakukan dalam penelitian, produk, keputusan dan kebijakan termasuk pula di dalamnya administrasi pencatatan dalam log book dan pertanggungjawaban lainya, dan pelaksanaan dalam lingkup peran atau posisi kerja yang mencakup di dalam mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan, menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap-tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan.

k. Dokumentasi yang baik atas SPI Atas setiap langkah pengendalian tersebut

dalam penelitian sebaiknya dicatat dan didokumentasikan oleh Ketua Kelompok Penelitian, karena catatan SPI sangat berguna buat pelaksanaan penelitian selanjutnya guna meminimalisir resiko yang timbul

BRPI

NO KORUPSI !NO GRATIFIKASI !

Page 24: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

24 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Balai Riset Pemulian Ikan (BRPI) merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mempunyai tugas melaksanakan riset pemuliaan ikan budidaya. Dalam tugasnya, BRPI terus mengembangkan ikan-ikan budidaya menjadi lebih unggul. Pengembangan-pengembangan tersebut ditempuh selain dengan kegiatan riset di internal unit juga melalui kerjasama baik kerjasama riset maupun non-riset. Hingga pertengahan tahun 2019, sebanyak 9 kerjasama telah ditandatangani oleh BRPI dengan dinas perikanan kabupaten/kota, perguruan tinggi dan sekolah menengah kejuruan. Adapun daftar kerjasama yang telah ditandatangani tersebut adalah sebagai berikut:

Selain Sembilan kerjasma baru yang telah ditandatangani, BRPI juga masih melaksanakan dua kerjasama, yaitu kerjasama riset internasional dengan Department of Animal Science, Wageningen University, Netherland tentang Development of an improved breeding scheme to increase salinty tolerance in tilapia. Kerjasama ini didanai oleh KOEPON Faundation yang telah dimulai dari 1 April 2018 lalu dengan jangka waktu selama 4 tahun. Perkembangan saat ini telah dimulainya program doktoral untuk studi di Wageningen University dan kegiatan riset bersama pada pengembangan nila toleran salintas. Kerjasama yang kedua adalah kerjasama dengan Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara (CDKPWU) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat tentang kegiatan perbanyakan dan distribusi calon induk ikan patin Perkasa oleh CDKPWU, di Cijengkol, Subang. Kerjasama-kerjasama yang dilakukan tersebut merupakan komitmen BRPI dalam kegiatan riset pemuliaan ikan dan penyebarluasannya kepada masyarakat agar dapat memberikan dampak yang positif.

Roby Pratama

Event

KERJASAMA BRPI SEBAGAI KOMITMEN DALAM PENGEMBANGAN PENELITIAN DI BIDANG PEMULIAAN IKAN

NO NAMA MITRA NAMA KERJASAMA

1 Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara Kegiatan Produksi dan Disteribusi Benih dan Calon Induk Nila Srikandi

2 Universitas Teknologi Sumbawa Pengembangan Sumber Daya Manusia

3 Politeknik Pertanian Negeri Pengkajene kepulauan Pengembangan Sumber Daya Manusia

4 SMK Negeri 1 Karang Tengah Pengembangan Sumber Daya Manusia

5 Politeknik Kelautan Perikanan Sorong Penyelenggaraan Praktik, Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat di Bidang Pemuliaan Ikan

6 Rintisan Akademi Komunitas Negeri Sibolga Pengembangan Sumber Daya Manusia

7 Dinas Perikanan Kabupaten Tulungagung Kegiatan Distribusi Calon Induk Ikan Patin Perkasa di Wilayah Kabupaten Tulungagung

8 Universitas Pekalongan Penelitian dan pengembangan serta Pendidikan dalam bidang pemuliaan ikan

9 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Budidaya Perikanan

Penandatanganan kerjasama BRPI dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sukabumi

Penandatanganan kerjasama BRPI dengan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau, Jepara

Page 25: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 25

Dalam memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), penilaian laporan keuangan dapat dibagi dalam 4 parameter, yaitu; kesesuaian Laporan Keuangan terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Kepatuhan terhadap perundang-undangan, Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang efektif, dan kecukupan pengungkapan yang memadai. Dalam memenuhi standar/kriteria tersebut BRPI melakukan langkah strategis untuk mendukung pencapaian WTP dari BPK diantaranya; penyerapan realisasi anggaran yang optimal, ketepatan penyusunan Laporan Keuangan sesuai PMK 222/PMK.05/2019, Pengelolaan Aset (BMN dan Persediaan) yang tertib, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai dengan PP 75 Tahun 2015, dan belakangan mulai dilaksanakan monitoring Pelaksanaan Anggaran dari Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) sebagai tolak ukur kinerja keuangan dari Kementerian Keuangan.

Sebagaimana telah diketahui, Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Tahun 2018 telah mendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Opini tersebut dicapai dari keseluruhan parameter diatas dengan masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT) termasuk BRPI Sukamandi yang turut menyumbang pencapaian kinerja keuangan yang terbaik. Berikut infografis yang dapat disampaikan:

Arief Praptomo Ardhy

PERAN KINERJA KEUANGAN BRPI SUKAMANDI DALAM PENINGKATAN OPINI WTP DARI BPK

saat penyerahaan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Laporan Keuangan TA.2018 saat dikutip di laman kkp.go.id, “Kami berharap, PNBP ke depan juga bisa lebih meningkat lagi seiring dengan masifnya, makin tersedianya sumber daya perikanan kita di laut kita karena tindakan-tindakan yang memang harus kita lakukan berdasarkan hukum kita”. Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Susi, “PNBP naik dari Rp150 miliar saat awal saya menjadi menteri, sekarang sudah jadi Rp600 miliar lebih. Pajak juga naik dari sebelumnya tak sampai Rp300 miliar, sekarang sudah Rp1,5 triliun”.

Nilai Indikator Pelaksanaan Anggaran (IKPA) BRPI Tahun Anggaran 2018 sebesar 95,78 dari total target 100,00 (sumber laman OM SPAN Kementerian Keuangan RI) dapat dilihat melalui tabel di bawah ini.

Penyerapan anggaran BRPI Tahun Anggaran 2018 tercatat seni la i Rp15.740.131.266,00 dar i tota l pagu seni la i Rp15.894.378.000,00 atau sebesar 99,03%. Oleh karena itu, efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran perlu disesuaikan dengan target pagu pada halaman III DIPA untuk penilaian IKPA. Selain itu, kesesuaian target PNBP juga berpengaruh terhadap penilaian IKPA dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Penyerapan Anggaran BRPI TA.2018

Realisasi PNBP berdasarkan target TA.2018

Total realisasi PNBP senilai Rp417.114.402,00 dari target senilai Rp276.160.000,00 tercapai sebesar 151,04%. Pencapaian penyerapan dan realisasi anggaran tersebut patut diapresiasi karena turut mendukung pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pujiastuti saat konfrensi pers dengan Anggota BPK DR. Rizal Djalil

Namun demikian, BPK juga masih menyoroti pengelolaan BMN dan barang persediaan yang belum tertib diantaranya pada revaluasi BMN, penerbitan IMB yang belum 100% selesai dan penetapan status BMN

yang juga belum tertib. Untuk itu, perlu langkah preventif terkait kemungkinan temuan pada pemeriksaan BPK yang akan datang. Diharapkan kedepannya efektivitas implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dan sinergitas antar bagian menjadi langkah strategis entitas BRPI Sukamandi untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi, serta penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan anggaran agar dapat mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK untuk Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2019.

Event

Page 26: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

26 Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019

Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mempunyai kewajiban menyusun Laporan Kinerja setiap tahun. Laporan Kinerja disusun sebagai bentuk transparansi serta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi dalam mendukung pencapaian visi dan misi KKP. Laporan Kinerja menggambarkan uraian singkat organisasi, rencana dan target kinerja yang ditetapkan, pengukuran kinerja, serta evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil kegiatan. Laporan Kinerja BRPI Tahun 2018 disusun pada bulan Januari 2019 selama kurang lebih dua minggu, dan diserahkan ke Sub Bagian Pelaporan Sekretariat Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) pada tanggal 18 Januari 2019.

Pada Rapat Koordinasi Perencanaan lingkup BRSDM KP tanggal 27-30 Maret 2019 di Bogor, diumumkan bahwa penyusunan Laporan Kinerja BRPI memperolah nilai 84,74 yang merupakan urutan keempat terbaik dari 40 UPT lingkup BRSDM KP. BRPI bersama tujuh UPT lain termasuk kategori “Baik” dalam penyusunan Laporan Kinerja dengan nilai lebih atau sama dengan 80. Penilaian terhadap penyusunan Laporan Kinerja mengacu pada kriteria dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2015, yaitu: pemenuhan dan format, mekanisme penyusunan, substansi, ketertiban penginputan aplikasi Kinerjaku, serta kelengkapan data dukung capaian kinerja.

Laporan Kinerja BRPI Tahun 2018 memuat capaian kinerja dengan Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS) BRPI, yaitu sebesar 110,48% (termasuk kategori “Baik”). Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja masing-masing perspektif sebagai berikut:

a. Perspektif Customer, dengan nilai capaian sebesar 120,00%;b. Perspektif Internal Process, dengan nilai capaian sebesar 102,78%;c. Perspektif Learning and Growth, dengan nilai capaian sebesar 108,67%.

PENYUSUNAN LAPORAN DAN CAPAIAN KINERJABALAI RISET PEMULIAAN IKAN TAHUN ANGGARAN 2018

Noor Bimo Adhiyudanto, Sunarso, dan Flandrianto Sih Palimirmo

Page 27: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

Buletin Penelitian Pemuliaan Ikan, Volume 8 No 1, 2019 27

KERAGAAN SISWA DAN MAHASISWA YANG MELAKSANAKAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DAN MAGANG KERJA DI BRPI

Maya Nurningsih

Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang riset pemuliaan ikan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan. BRPI mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan riset pemuliaan ikan budidaya dan mempunyai fungsi diantaranya melaksanakan riset pemuliaan ikan budidaya meliputi perbenihan, genetika, biologi, reproduksi, f isiologi, dan bioteknologi untuk menghasilkan ikan unggul dan pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi dan kerjasama riset.

BRPI sebagai salah satu instansi pemerintah senantiasa memberikan pelayanan prima kepada stakeholder, salah satunya yaitu dengan memberikan kesempatan seluas luasnya kepada siswa, mahasiswa, karyawan swasta maupun pemerintah untuk melakukan kegiatan pembelajaran dalam bentuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) , magang dan penelitian. Manfaat kegiatan PKL atau magang bagi mahasiswa dan siswa yaitu untuk meningkatkan kompetensi di bidangnya dan mampu mengaplikasikan teori yang diterima di universitas atau sekolah dengan praktik langsung di lapangan. Tujuan PKL atau magang kerja yang dilakukan oleh mahasiswa diantaranya :

Ÿ Menambah wawasan mahasiswa dan siswaŸ Membina hubungan baik antara kampus dengan

instansi penyedia kesempatan PKL/magang kerja.Ÿ Meningkatkan kualitas mahasiswa dan siswa

Antusiasme mahasiswa/siswa untuk melaksanakan PKL atau magang kerja di BRPI sangat besar. Terlihat bahwa dalam waktu lima tahun terakhir (dari tahun 2014 sampai 2018) jumlah siswa dan mahasiswa yang melaksanakan PKL dan magang kerja di BRPI mengalami peningkatan setiap tahunnya (Gambar 1).

Gambar 1. Jumlah peserta PKL dan magang kerja mahasiswa dan siswa selama lima tahun (2014-2018)

Jumlah perguruan tinggi dan sekolah yang aktif mengirimkan mahasiswa dan siswa untuk PKL atau

magang sebanyak 28 Universitas dan 18 sekolah. Berikut adalah 10 perguruan tinggi dan sekolah yang rutin mengirimkan siswa atau mahasiswanya untuk melaksanakan PKL dan Magang kerja di BRPI dari tahun 2014-2018.

Gambar 2 Perguruan Tinggi yang aktif mengirim mahasiswa untuk PKL/magang kerja

Gambar 3 SMK/MA yang aktif mengirim siswa untuk Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan PKL dan magang kerja tidak hanya memberikan dampak positif bagi para mahasiswa dan siswa saja. Mahasiswa dan siswa bisa mendapatkan pengalaman sekaligus sertifikat sebagai bukti telah mengikuti proses PKL dan magang serta memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Sebaliknya, pihak yang memberikan kesempatan PKL dan magang pun bisa mendapatkan keuntungan karena mendapatkan bantuan dalam melakukan riset dan sharing informasi dari mahasiswa dan siswa PKL dan magang.

Dengan melaksanaan kegiatan PKL dan Magang di BRPI harapannya akan menghasilkan mahasiswa dan siswa yang memiliki keahlian profesional dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.0

50

100

150

200

250

2014 20162015 2017 2018

90

54

168172

199

Jum

lah

ora

ng

UMM

unsoed

ub

polinela

unila

unair

ipb

unsri

Unri

UBT

lain2

SMK Babel

SMK Ciasem

SMK Sukamandi

SMK Cilamaya

SMK 36 Jkt

SMK Cibadak

SMK IM

MA Al Hikmah

SMK Al Manar

SMK Rawajitu

lain lain

64

An

gka

men

un

juka

n

jum

lah

ora

ng

An

gka

men

un

juka

n

jum

lah

ora

ng

Event

Page 28: Buletin Volume 8 No 1 Revisi 30 Juli 2019

www.bppisukamandi.kkp.go.id [email protected] @BPPI_Sukamandi

Cara Karantina Ikan yg BaikSertifikat No.

000809/CKIB-BKIPM.2/II/2018

CKIBLP - 919 - IDN QAIS-Q-INDO-BR-01.18.044

MAKLUMAT PELAYANANMAKLUMAT PELAYANANMAKLUMAT PELAYANANKAMI PIMPINAN DAN KARYAWAN BRPI BERUPAYA DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH UNTUK MELAKSANAKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM BERDASARKAN SNI ISO/IEC 17025:2008, SEHINGGA DAPAT :

1. MENUNJUKAN KEMAMPUAN SECARA KONSISTEN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PELANGGAN, SERTA MEMENUHI KETENTUAN DAN PERATURAN YANG BERLAKU;

2. MENGUTAMAKAN KEPUASAN PELANGGAN MELALUI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN, TERMASUK PROSES-PROSES PERBAIKAN YANG BERKESINAMBUNGAN SERTA PENCEGAHAN ATAS KETIDAKSESUAIAN TERHADAP SISTEM MANAJEMEN

Sertifikat BRPI sebagaiSertifikat BRPI sebagaiInstalasi Karantina Ikan (IKI) dan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)Instalasi Karantina Ikan (IKI) dan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)

Sertifikat BRPI sebagaiInstalasi Karantina Ikan (IKI) dan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)