analisis agronomi dan ekonomi paket teknologi …

12
175 Analisis Agronomi dan Ekonomi Paket Teknologi Bujaka (Budidaya Jagung Toleran Kekeringan) di Kabupaten Gorontalo(Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Sale ) , Muhammad Fitrah Irawan Hannan, Hasyim Jamalu Moko, dan Aryandi K. Rahman) ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI BUJAKA (BUDIDAYA JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN) DI KABUPATEN GORONTALO Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Saleh, Muhammad Fitrah Irawan Hannan, Hasyim Jamalu Moko, dan Aryandi K. Rahman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo, Bone Bolango 96183, Gorontalo Email: [email protected] ABSTRACT Agronomic and Economic Analysis of BUJAKA Technology Package (Drought Tolerant Maize Cultivation Technology) in Gorontalo Regency. Drought stress has caused plant growth and yields to decrease. For this reason, it is necessary to assembly a drought tolerant maize cultivation technology package. This study aims to analyze the growth, yield, and economic performance of the application of drought tolerant maize cultivation technology package (BUJAKA). The research was carried out for two planting seasons, namely 2019 and 2020 in Gorontalo District, Gorontalo Province. To determine the agronomic performance (growth and yield) of the application of the BUJAKA, a randomized block design (RBD) method was used as a treatment using 10 hybrid and composite maize varieties. In planting season I, the treatment was repeated 6 replications and planting season II was repeated 4 replications. To find out the economic performance, a farming analysis was carried out including revenue, costs, benefits and financial feasibility with a parcial budget analysis. The results showed that the BUJAKA technology package was able to increase the productivity of maize compared to the existing technology. The productivity of maize increased from 356,.01 kg / ha to 5215,95 kg / ha. Changing the application from existing technology to BUJAKA technology requires an additional fee of 39%, however, with an increase in productivity, the benefits obtained also increased by 4.63. 772 IDR/ ha (an increase of 50%). BUJAKA technology was financially feasible to be promoted to replace existing technology because the value of R> 1 (2,36). Keywords: agronomic performance, economy, maize technology, drought tolerant ABSTRAK Cekaman kekeringan menyebabkan pertumbuhan tanaman dan hasil jagung menjadi menurun. Untuk itu perlu dilakukan perakitan paket teknologi budidaya jagung toleran cekaman kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan pertumbuhan, hasil, dan ekonomi penerapan paket teknologi budidaya jagung toleran cekaman kekeringan (BUJAKA). Penelitian dilaksanakan selama dua musim tanam yaitu tahun 2019 dan 2020 di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Untuk mengetahui keragaan agronomi (pertumbuhan dan hasil) penerapan paket teknologi BUJAKA dilakukan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai perlakuan dengan menggunakan 10 varietas jagung hibrida dan komposit. Pada musim tanam I perlakuan diulang sebanyak 6 ulangan dan musim tanam II diulang sebanyak 4 ulangan. Untuk mengetahui keragaan ekonomi dilakukan analisis usahatani meliputi penerimaan, biaya, keuntungan dan kelayakan finansial dengan parcial budget analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket teknologi BUJAKA mampu meningkatkan produktivitas jagung dibandingkan teknologi eksisting. Produktivitas jagung meningkat dari 3567,01 kg/ha menjadi 5215,95 kg/ha. Perubahan penerapan dari teknologi eksisting menjadi teknologi BUJAKA, diperlukan tambahan biaya sebesar 39%, namun demikian, dengan peningkatan produktivitas maka keuntungan yang diperoleh juga meningkat sebesar Rp 4.635.772/ha (meningkat sebesar 50%). Teknologi BUJAKA layak secara finansial untuk dipromosikan menggantikan teknologi eksisting oleh karena nilai R >1 (2.36). Kata kunci: keragaan agronomi, ekonomi, teknologi jagung, toleran kekeringan

Upload: others

Post on 23-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

175 Analisis Agronomi dan Ekonomi Paket Teknologi Bujaka (Budidaya Jagung Toleran Kekeringan) di Kabupaten

Gorontalo(Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Sale), Muhammad Fitrah Irawan Hannan, Hasyim Jamalu Moko, dan

Aryandi K. Rahman)

ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI BUJAKA (BUDIDAYA JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN) DI KABUPATEN GORONTALO

Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Saleh, Muhammad Fitrah Irawan Hannan,

Hasyim Jamalu Moko, dan Aryandi K. Rahman

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo, Bone Bolango 96183, Gorontalo

Email: [email protected]

ABSTRACT

Agronomic and Economic Analysis of BUJAKA Technology Package (Drought Tolerant Maize

Cultivation Technology) in Gorontalo Regency. Drought stress has caused plant growth and yields to decrease.

For this reason, it is necessary to assembly a drought tolerant maize cultivation technology package. This study

aims to analyze the growth, yield, and economic performance of the application of drought tolerant maize

cultivation technology package (BUJAKA). The research was carried out for two planting seasons, namely 2019

and 2020 in Gorontalo District, Gorontalo Province. To determine the agronomic performance (growth and yield)

of the application of the BUJAKA, a randomized block design (RBD) method was used as a treatment using 10

hybrid and composite maize varieties. In planting season I, the treatment was repeated 6 replications and planting

season II was repeated 4 replications. To find out the economic performance, a farming analysis was carried out

including revenue, costs, benefits and financial feasibility with a parcial budget analysis. The results showed that

the BUJAKA technology package was able to increase the productivity of maize compared to the existing

technology. The productivity of maize increased from 356,.01 kg / ha to 5215,95 kg / ha. Changing the application

from existing technology to BUJAKA technology requires an additional fee of 39%, however, with an increase in

productivity, the benefits obtained also increased by 4.63. 772 IDR/ ha (an increase of 50%). BUJAKA

technology was financially feasible to be promoted to replace existing technology because the value of R> 1

(2,36).

Keywords: agronomic performance, economy, maize technology, drought tolerant

ABSTRAK

Cekaman kekeringan menyebabkan pertumbuhan tanaman dan hasil jagung menjadi menurun. Untuk itu

perlu dilakukan perakitan paket teknologi budidaya jagung toleran cekaman kekeringan. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis keragaan pertumbuhan, hasil, dan ekonomi penerapan paket teknologi budidaya jagung

toleran cekaman kekeringan (BUJAKA). Penelitian dilaksanakan selama dua musim tanam yaitu tahun 2019 dan

2020 di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Untuk mengetahui keragaan agronomi (pertumbuhan dan

hasil) penerapan paket teknologi BUJAKA dilakukan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai

perlakuan dengan menggunakan 10 varietas jagung hibrida dan komposit. Pada musim tanam I perlakuan diulang

sebanyak 6 ulangan dan musim tanam II diulang sebanyak 4 ulangan. Untuk mengetahui keragaan ekonomi

dilakukan analisis usahatani meliputi penerimaan, biaya, keuntungan dan kelayakan finansial dengan parcial

budget analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket teknologi BUJAKA mampu meningkatkan

produktivitas jagung dibandingkan teknologi eksisting. Produktivitas jagung meningkat dari 3567,01 kg/ha

menjadi 5215,95 kg/ha. Perubahan penerapan dari teknologi eksisting menjadi teknologi BUJAKA, diperlukan

tambahan biaya sebesar 39%, namun demikian, dengan peningkatan produktivitas maka keuntungan yang

diperoleh juga meningkat sebesar Rp 4.635.772/ha (meningkat sebesar 50%). Teknologi BUJAKA layak secara

finansial untuk dipromosikan menggantikan teknologi eksisting oleh karena nilai R >1 (2.36).

Kata kunci: keragaan agronomi, ekonomi, teknologi jagung, toleran kekeringan

Page 2: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

176 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 24, No.2, Juli 2021: 175-186

PENDAHULUAN

Ketersediaan air merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan dalam budidaya

tanaman jagung. Ketersediaan air yang cukup

sangat menentukan kinerja pertumbuhan

tanaman dan produktivitas jagung yang

dihasilkan. Air dibutuhkan tanaman dalam

proses fotosintesis untuk menghasilkan glukosa

(makanan) yang berfungsi untuk pertumbuhan

tanaman dan menghasilkan buah. Jika

kekurangan air akan mengganggu proses

fotosintesis sehingga tanaman tidak dapat

menghasilkan glukosa yang cukup, berakibat

terhambatnya pertumbuhan tanaman dan

berkurangnya hasil. Efendi et al. (2017)

mengemukakan bahwa ketersediaan air yang

kurang ditambah dengan adanya musim

kemarau panjang oleh karena perubahan iklim

akan berpengaruh terhadap penurunan produksi

jagung pada lahan kering dan tadah hujan.

Penurunan produksi jagung akibat kekeringan

di daerah tropis berkisar antara 50 hingga 80%

(Monneveux et al., 2006; Iriany et al., 2007;

Efendi dan Azrai 2010; Kebede et al., 2013;

Suwardi dan Azrai, 2013; Adebayo dan

Menkir, 2014). Babic et al. (2015)

mengungkapkan bahwa defisit air dan suhu

yang sangat tinggi selama pembungaan,

penyerbukan, dan pengisian biji berbahaya bagi

sebagian besar tanaman, termasuk jagung.

Untuk mengatasi permasalahan

budidaya tanaman jagung dengan potensi

cekaman kekeringan dapat dilakukan dengan

perakitan paket teknologi budidaya berbasis

pengetahuan karakteristik tanaman jagung pada

kondisi kekurangan air dan curah hujan rendah.

Peningkatan produksi pada lahan-lahan

marginal dapat dilakukan melalui perbaikan

potensi hasil, tingkat adaptasi tanaman terhadap

cekaman abiotik dan biotik, serta perbaikan

teknik budidaya berbasis pengetahuan fisiologi

atau ekofisiologi tanaman (Sopandie dan

Trikoesoemaningtyas, 2011). Salah satu upaya

untuk mencegah penurunan hasil jagung akibat

cekaman abiotik berupa kekurangan air

(kekeringan) dilakukan dengan menanam

jagung varietas toleran kekeringan (Bänziger et

al., 2006; Nyombayire et al., 2011; Syafruddin

et al., 2013; Sayadi et al., 2016; Masuka et al.,

2017). Menurut Simtowe et al. (2019),

penggunaan varietas jagung toleran kekeringan

mampu meningkatkan produksi sebesar 15%

dan mengurangi risiko gagal panen sebesar

30%. Varietas unggul jagung hibrida toleran

kekeringan dapat diperoleh melalui program

pemuliaan tanaman (Harrison et al., 2014). Di

Indonesia, telah banyak varietas jagung toleran

kekeringan yang dihasilkan oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

perguruan tinggi, dan perusahaan swasta.

Selain menggunakan varietas toleran,

diperlukan perakitan paket teknologi budidaya

pendukungnya untuk memacu pertumbuhan

dan peningkatan hasil pada lahan dengan

cekaman kekeringan. Beberapa komponen

teknologi budidaya jagung telah dihasilkan oleh

Balai Penelitian di lingkup Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, namun demikian

beberapa komponen teknologi tersebut perlu

dilakukan pengkajian di tingkat petani sehingga

dihasilkan rekomendasi paket teknologi

budidaya jagung spesifik lokasi yang mampu

beradaptasi dengan cekaman abiotik berupa

kekurangan air (cekaman kekeringan).

Tujuan penelitian ini adalah: 1)

menganalisis pertumbuhan dan hasil paket

teknologi budidaya jagung toleran cekaman

kekeringan (BUJAKA), dan 2) mengetahui

keragaan ekonomi usahatani jagung dengan

penerapan paket teknologi BUJAKA.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa

Dungaliyo, Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten

Gorontalo, Provinsi Gorontalo selama dua

musim tanam. Musim tanam I dilaksanakan

pada bulan April sampai Juli 2019, dan musim

tanam II pada bulan Maret sampai Juni 2020,

dimana kedua waktu tanam ini masuk dalam

kategori musim kemarau (MK). Penentuan

lokasi dilakukan secara purposif dengan

pertimbangan lokasi tersebut merupakan sentra

produksi jagung.

Page 3: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

177 Analisis Agronomi dan Ekonomi Paket Teknologi Bujaka (Budidaya Jagung Toleran Kekeringan) di Kabupaten

Gorontalo(Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Sale), Muhammad Fitrah Irawan Hannan, Hasyim Jamalu Moko, dan

Aryandi K. Rahman)

Tabel 1. Komponen paket teknologi BUJAKA yang dikaji

Komponen teknologi Paket teknologi BUJAKA Teknologi eksisting petani

Varietas jagung Musim Tanam I :

VUB Jagung Hibrida (Nasa 29, HJ 21, Bima 20,

Bisi 18)

Musim Tanam II:

VUB Jagung Hibrida (JH 27, JH 37, JH 45, Bisi

18, NK 212) dan VUB Jagung Komposit

(Jakarin dan Sinhas)

Bisi 18

Perlakuan benih Aplikasi fungisida dan ZPT b/a. Imidakloprid

350 g/l

Fungisida bahan aktif metalaxyl

Pengolahan tanah Aplikasi biodekomposer dengan dosis 3 kg/ha -

Jarak tanam 70 x 20 cm 1 biji per lubang tanam 70 x 40 cm 2 biji per lubang tanam

Pemupukan Pemupukan berimbang berdasar PUTK

a) Anorganik (Urea: 300 kg/ha dan NPK

Phonska 350 kg/ha), diaplikasikan dua kali pada

umur 7-10 Hari Setelah Tanam (HST) dan 35-

45 HST. Cara aplikasi, pupuk dimasukkan

dilubang tanah sedalam 3-5 cm dengan jarak 7-

10 cm disamping tanaman, kemudian ditutup

kembali dengan tanah. Pembuatan lubang pupuk

dengan cara ditugal.

b) Pupuk organik ecofarming 30 gram/ha

diaplikasikan 4 kali umur 14, 24, 34, dan 44

HST. Pupuk organik dosis 30 gram ini

diencerkan pada 1 liter air, kemudian sebanyak

80 ml pupuk organik cair dicampurkan pada 15

liter air. Cara aplikasi, pupuk organik cair

disemprotkan merata pada daun dan batang

tanaman menggunakan handsprayer.

c) Pupuk pelengkap cair boom flower 250

ml/ha diaplikasikan 3 kali umur 20, 30, dan 40

HST.

Cara aplikasi, pupuk pelengkap cair

disemprotkan merata pada daun dan batang

tanaman menggunakan handsprayer.

Urea: 200 kg/ha dan NPK Phonska

250 kg/ha, diaplikasikan 1 kali

pada umur 14-30 HST

Pengendalian Gulma dan

HPT

Pengendalian secara terpadu menggunakan

biopestisida

Pestisida

Pembuatan saluran air Dilakukan pembumbunan dan pembuatan

saluran air/irigasi

Tidak dilakukan pembumbunan

dan tidak ada saluan air/irigasi

Panen dan Pasca Panen Panen tepat waktu Panen tepat waktu

Penggunaan alat dan

mesin pertanian

Mesin olah tanah traktor roda 4, alat tanam

landak, alat pupuk,

Penanaman dan pemupukan

manual dengan tugal

Page 4: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

178 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 24, No.2, Juli 2021: 175-186

Selain itu curah hujan di daerah tersebut

dibawah normal yang dipersyaratkan untuk

pertumbuhan tanaman jagung (<250 mm per

bulan), sehingga berpotensi mengalami

cekaman kekeringan. Penelitian dilakukan di

lahan petani kooperator pada lahan terbuka

tanpa naungan seluas satu hektar per musim.

Komponen paket teknologi BUJAKA

(paket teknologi budidaya jagung toleran

cekaman kekeringan) yang dikaji disajikan

pada Tabel 1.

Untuk mengetahui keragaan agronomi

dan hasil penerapan paket teknologi BUJAKA,

dilakukan percobaan lapangan dengan

pendekatan on farm research menggunakan

metode Rancangan Acak Kelompok (Tabel 2).

Pengkajian ini menguji satu faktor

perlakuan yaitu paket introduksi teknologi

budidaya jagung toleran cekaman kekeringan

dengan menggunakan 8 varietas jagung hibrida

(Nasa 29, HJ 21, Bima 20, JH 27, JH 37, JH 45,

Bisi 18, NK 212) dan 2 varietas jagung

komposit atau bersari bebas (Jakarin dan

Sinhas). Sebagai pembanding/kontrol,

diterapkan teknologi eksisting yang biasa

dilakukan petani. Pada musim tanam I,

dilakukan pengkajian paket teknologi budidaya

jagung toleran cekaman kekeringan

menggunakan 4 varietas jagung hibrida yaitu

Nasa 29, HJ 21, Bima 20, dan Bisi 18. Sebagai

pembanding adalah teknologi eksisting yang

biasa diterapkan petani menggunakan varietas

Bisi 18, sehingga terdapat 5 perlakuan dengan

6 ulangan. Pada musim tanam II, dilakukan

pengkajian paket teknologi budidaya jagung

toleran cekaman kekeringan menggunakan 5

varietas jagung hibrida yaitu JH 27, JH 37, JH

45, NK 212 dan Bisi 18, dan 2 varietas jagung

komposit yaitu Jakarin dan Sinhas. Sebagai

pembanding, menggunakan teknologi eksisting

yang biasa diterapkan petani menggunakan

varietas jagung hibrida Bisi 18, sehingga

terdapat 8 perlakuan dan diulang sebanyak 4

ulangan. Penggunaan varietas yang berbeda

pada dua musim tanam ini bertujuan untuk

mendapatkan lebih banyak rekomendasi

komponen varietas-varietas jagung yang

adaptif dan toleran terhadap cekaman

kekeringan untuk paket teknologi BUJAKA.

Luas lahan pada musim tanam I dan musim

tanam II yaitu masing-masing seluas satu

hektar (10000 m2). Luas lahan masing-masing

perlakuan pada musim tanam I yaitu 2000 m2

dan luas masing-masing perlakuan pada musim

tanam II yaitu 1250 m2.

Tabel 2. Rancangan percobaan pengkajian paket teknologi BUJAKA pada lahan terbuka tanpa naungan

Uraian Musim Tanam I Musim Tanam II

Perlakuan V1 = Teknologi BUJAKA+Varietas Nasa

29

P1 = Teknologi BUJAKA+Varietas JH 27

V2 = Teknologi BUJAKA+Varietas HJ 21 P2 = Teknologi BUJAKA + Varietas JH 37

V3 = Teknologi BUJAKA+Varietas Bima

20

P3 = Teknologi BUJAKA + Varietas JH 45

V4 = Teknologi BUJAKA+Varietas Bisi 18 P4 = Teknologi BUJAKA + Varietas NK 212

TE1 = Teknologi eksisting+Varietas Bisi 18

(kontrol)

P5 = Teknologi BUJAKA + Varietas Bisi 18

P6 = Teknologi BUJAKA + Varietas Jakarin

P7 = Teknologi BUJAKA + Varietas Sinhas

TE2 = Teknologi eksisting + Varietas Bisi 18

(kontrol)

Page 5: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

179 Analisis Agronomi dan Ekonomi Paket Teknologi Bujaka (Budidaya Jagung Toleran Kekeringan) di Kabupaten

Gorontalo(Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Sale), Muhammad Fitrah Irawan Hannan, Hasyim Jamalu Moko, dan

Aryandi K. Rahman)

Data agronomi yang dikumpulkan adalah

tinggi tanaman, tinggi tertancapnya tongkol,

panjang tongkol, jumlah baris biji dalam

tongkol, jumlah biji per baris, kadar air, dan

produksi jagung pipilan. Data observasi

agronomi diolah dengan analysis of variance

(ANOVA). Jika terdapat pengaruh yang

signifikan, maka dilanjutkan dengan pengujian

lebih lanjut menggunakan Duncan Multiple

Range Test (DMRT) pada taraf 5 persen.

Untuk mengetahui keragaan ekonomi

dilakukan analisis usahatani meliputi

penerimaan, biaya, dan keuntungan. Kelayakan

finansial penerapan paket teknologi BUJAKA

dianalisis menggunakan partial budget analysis

(Basuki et al., 2013) sebagai berikut:

Δ NI = Δ TR - Δ VC

R = Δ NI / Δ VC

Dimana:

Δ NI = selisih pendapatan bersih teknologi

introduksi dan tradisional

Δ TR = selisih nilai hasil panen jagung

teknologi introduksi dan tradisional

Δ VC = selisih biaya variabel teknologi

budidaya teknologi introduksi dan

tradisional

R = Rate of return (tingkat pengembalian)

Kriteria kelayakan ekonomi:

1. Jika Δ NI nilainya < 0, maka teknologi

introduksi tidak memberikan nilai tambah.

2. Jika Δ NI > 0, ΔVC < 0, maka teknologi

introduksi memberikan nilai tambah.

3. Jika Δ NI > 0, ΔVC > 0, dan R > 1,0 maka

teknologi introduksi memberikan nilai

tambah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan agronomi paket teknologi

BUJAKA

Data curah hujan BMKG Provinsi

Gorontalo pada musim tanam I tahun 2019 dan

musim tanam II tahun 2020 di lokasi penelitian

(Gambar 1) berturut-turut sebesar 135.5 mm

dan 151.8 mm per bulan.

Gambar 1. Curah hujan di lokasi penelitan pada

musim tanam I dan II

Curah hujan tergolong rendah dibawah

normal untuk pertumbuhan tanaman jagung

yang dipersyaratkan (<200 mm per bulan).

Menurut Riwandi et al. (2014), curah hujan

ideal untuk pertumbuhan tanaman jagung

berkisar antara 200 hingga 300 mm per bulan.

Waktu penelitian ini masuk dalam musim

kemarau I (MK I) pada tahun berjalan,

sehingga tanaman jagung mengalami cekaman

kekeringan pada fase pertumbuhan tertentu.

Pada musim tanam I, curah hujan pada bulan

Juni dan Juli tergolong sangat rendah (berturut-

turut 80 mm dan 127.5 mm per bulan),

sehingga tanaman jagung mengalami cekaman

kekeringan yang cukup berat. Umur tanaman

jagung pada bulan-bulan tersebut berada pada

rentang umur 40 hingga 90 HST dimana berada

pada fase vegetatif, pembungaan dan pengisian

biji. Pada musim tanam II, tanaman jagung

mengalami cekaman kekeringan cukup berat

terutama pada bulan Mei dengan curah hujan

mencapai 116 mm per bulan. Pada bulan

tersebut tanaman jagung berada pada fase

vegetatif dan pembungaan dengan kisaran umur

40-60 HST, yang merupakan salah satu fase

kritis tanaman jagung tidak bisa kekeringan.

Menurut Subekti et al. (2008) pada umur 33-50

hari setelah berkecambah, tanaman jagung

membutuhkan hara dan air yang relative sangat

tinggi mendukung laju pertumbuhan tanaman.

Pada fase ini, tanaman jagung sangat sensitif

terhadap cekaman kekeringan, yang

berpengaruh terhadap terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan tongkol.

Kekeringan pada fase ini akan menurunkan

jumlah biji dalam satu tongkol karena

mengecilnya tongkol, yang berdampak pada

rendahnya hasil (McWilliams et al., 1999; Lee,

2007). Selain itu, kekeringan yang terjadi dari

fase pembungaan hingga pengisian biji akan

menurunkan ukuran, jumlah biji yang terbentuk

dan bobot biji (Subekti et al., 2008).

Page 6: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

180 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 24, No.2, Juli 2021: 175-186

Pada kondisi curah hujan tersebut diatas,

keragaan pertumbuhan tanaman jagung

penerapan paket teknologi BUJAKA pada

musim tanam I dan II disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Keragaan pertumbuhan tanaman jagung

paket teknologi BUJAKA dan teknologi

eksisting

Dari dua musim tanam, rata-rata tinggi

tanaman jagung dengan paket teknologi

BUJAKA lebih tinggi dari tanaman jagung

dengan teknologi eksisting. Namun dari uji

statistik menunjukan bahwa tinggi tanaman dan

tinggi letak tongkol tidak berbeda nyata antar

perlakuan. Selain itu pada musim tanam II,

varietas Bisi 18 dengan penerapan paket

teknologi BUJAKA dan teknologi eksisting

petani memiliki tinggi tanaman yang sama.

Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan tinggi

tanaman dan tinggi letak tongkol antar

perlakuan bukan dipengaruhi oleh penerapan

paket teknologi BUJAKA, namun lebih

dipengaruhi oleh penggunaan varietas jagung

yang digunakan.

Ditinjau dari tinggi letak tongkol jagung

dari permukaan tanah, diketahui bahwa rata-

rata tinggi letak tongkol yaitu 50% dari tinggi

tanaman jagung. Oleh karena rata-rata tinggi

tanaman jagung teknologi BUJAKA lebih

tinggi dari teknologi eksisting, maka tinggi

letak tongkol jagung teknologi BUJAKA juga

lebih tinggi dari teknologi eksisting.

Keragaan komponen hasil jagung

teknologi budidaya jagung BUJAKA

dibandingkan dengan teknologi eksisting petani

disajikan pada Tabel 3.

Dari komponen hasil jagung yaitu

panjang tongkol, jumlah baris biji per tongkol

dan jumlah biji per baris, menunjukkan bahwa

paket teknologi BUJAKA lebih unggul jika

dibandingkan dengan teknologi eksisting baik

pada musim tanam I maupun musim tanam II.

Varietas-varietas jagung yang dikaji

dengan penerapan teknologi BUJAKA,

menghasilkan tongkol jagung yang lebih

panjang,

Tabel 3. Keragaan komponen hasil jagung paket

teknologi BUJAKA musim I and II a

jumlah baris biji per tongkol dan jumlah biji

per baris yang lebih banyak dibandingkan

varietas jagung dengan teknologi eksisting

petani. Pada musim tanam I, keragaan hasil

jagung terbaik dicapai oleh varietas Bisi 18

dengan penerapan teknologi BUJAKA.

Varietas unggul baru jagung Nasa 29 dan Bima

20 juga memiliki kemampuan adaptasi yang

Perlakuan

Panjang

Tongkol

(cm)

Jumlah

Baris

per

Tongkol

Jumlah

Biji per

Baris

Kadar

Air

(%)

Rende-

men

Produktivitas

(kg ha-1)

Musim

Tanam I

V1 15,25 a 14,17 b 30,93 a 31,42 a 0,83 a 4758,39 ab

V2 14,45 ab 14,02 b 26,97 b 31,25 a 0,78 bc 3690,79 b

V3 14,70 a 14,20 b 30,58 a 31,33 a 0,77 c 3849,60 ab

V4 15,50 a 15,30 a 33,80 a 31,33 a 0,82 ab 4925,01 a

TE 1 13,35 b 13,37 b 24,70 b 31,50 a 0,75 c 2434,01 c

Musim

Tanam II

P1 16,85 b 15,40 a 33,10 a 31,00 a 0,81 a 6480,00 b

P2 17,45 a 15,30 a 33,05 a 31,25 a 0,80 a 7381,43 a

P3 16,60 c 15,35 a 32,70 a 31,00 a 0,82 a 6139,75 c

P4 16,35 d 15,25 a 33,17 a 31,50 a 0,81 a 5942,86 d

P5 16,20 de 14,90 b 30,30 c 31,50 a 0,82 a 5700,46 f

P6 16,05 e 14,15 c 27,73 d 31,25 a 0,79 a 5408,57 g

P7 16,28 de 14,90 b 31,95 b 31,50 a 0,80 a 5828,57 e

TE 2 14,93 f 13,75 d 26,00 e 31,50 a 0,80 a 4700,00 h

aAngka pada kolom yang sama yang diikuti oleh

huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

berdasar uji DMRT

Page 7: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

181 Analisis Agronomi dan Ekonomi Paket Teknologi Bujaka (Budidaya Jagung Toleran Kekeringan) di Kabupaten

Gorontalo(Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Sale), Muhammad Fitrah Irawan Hannan, Hasyim Jamalu Moko, dan

Aryandi K. Rahman)

baik terhadap cekaman kekeringan, dilihat dari

komponen hasil yang dicapai. Varietas yang

sama yaitu Bisi 18 yang dikaji dengan

teknologi eksisting menghasilkan performa

hasil yang lebih rendah. Pada musim tanam II,

keragaan hasil jagung terbaik dicapai oleh

varietas JH 37 dengan penerapan teknologi

BUJAKA. Varietas lain yang juga memiliki

keragaan hasil dan kemampuan adaptasi yang

baik pada kondisi cekaman kekeringan yaitu JH

27 dan JH 45. Varietas Bisi 18 dengan

penerapan teknologi BUJAKA yang dikaji pada

musim tanam II, meskipun tidak menghasilkan

kinerja hasil terbaik, namun masih lebih tinggi

komponen hasil yang dicapai dibandingkan

teknologi eksisting dengan varietas yang sama.

Hasil ini membuktikan bahwa penerapan

teknologi BUJAKA mampu meningkatkan

performa komponen hasil jagung dari teknologi

eksisting.

Dari ketiga komponen hasil jagung yang

dianalisis, meskipun teknologi BUJAKA

menghasilkan komponen hasil yang lebih tinggi

dari teknologi eksisting, namun demikian rata-

rata komponen hasil jagung dengan adanya

cekaman kekeringan masih lebih rendah jika

dibandingkan dengan potensi hasil jagung yang

dapat dicapai pada kondisi normal. Hal ini

dikarenakan tanaman jagung tidak

mendapatkan air dalam jumlah yang cukup

untuk pertumbuhan dan menghasilkan buah.

Fathi and Tari (2016) mengungkapkan bahwa

kekeringan merupakan faktor abiotik terpenting

yang dapat membatasi pertumbuhan dan

berdampak buruk terhadap pertumbuhan

produksi tanaman pangan.

Dari hasil penelitian juga diketahui

bahwa terdapat perbedaan keragaan hasil antara

musim tanam I dengan musim tanam II. Pada

musim tanam II menghasilkan komponen hasil

jagung yang lebih baik dibandingkan dengan

musim tanam I. Hal ini disebabkan karena

adanya perbedaan curah hujan pada kedua

musim tanam tersebut. Rata-rata curah hujan

pada musim tanam I lebih rendah dari rata-rata

curah hujan bulanan pada musim tanam II.

Pada musim tanam I, tanaman jagung yang

dikaji relatif lebih lama mengalami cekaman

kekeringan sejak fase pembungaan, pengisian

biji hingga pada akhir masa panen

dibandingkan pada musim tanam II yang

megalami cekaman kekeringan pada bulan Mei,

yaitu saat pembungaan saja. Perbedaan lama

cekaman kekeringan ini yang menyebabkan

perbedaan hasil pada kedua musim tanam

tersebut yang menyebabkan hasil pada musim

tanam I lebih rendah dari musim tanam II.

Produktivitas jagung paket teknologi

BUJAKA

Pada kadar air saat panen yaitu berkisar

31-31,50 % (Tabel 3), diketahui bahwa pada

musim tanam I, rata-rata rendemen biji jagung

teknologi budidaya BUJAKA mencapai 0,80,

lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi

eksisting dengan rendemen biji sebesar 0,75.

Pada musim tanam II, rata-rata rendemen biji

teknologi budidaya BUJAKA mencapai 0,81,

namun secara statistik tidak berbeda nyata

dengan teknologi eksisting yang memiliki

rendemen biji sebesar 0,80. Pada kadar air

tersebut, pada musim tanam I, produktivitas

tertinggi dicapai oleh teknologi BUJAKA

varietas Bisi 18 yaitu sebesar 4925,01 kg/ha.

Produktivitas tertinggi kedua dicapai oleh

teknologi BUJAKA varietas Nasa 29 dan

produktivitas ketiga dicapai oleh teknologi

BUJAKA varietas Bima 20. Teknologi

eksisting dengan varietas Bisi 18 menghasilkan

produktivitas terendah yaitu sebesar 2434,01

kg/ha. Pada musim tanam II, produktivitas

tertinggi dicapai oleh teknologi BUJAKA

dengan varietas JH 37 mencapai 7381,43 kg/ha.

Produktivitas tertinggi kedua dicapai oleh

teknologi BUJAKA dengan varietas JH 27 dan

tertinggi ketiga dicapai oleh teknologi

BUJAKA varietas JH 45. Teknologi eksisting

dengan varietas Bisi 18 pada musim tanam II

menghasilkan produktivitas terendah sebesar

4700 kg/ha. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa dengan penggunaan

varietas yang sama yaitu Bisi 18, penerapan

teknologi BUJAKA mampu meningkatkan

produktivitas dibandingkan dengan teknologi

eksisting petani.

Dari percobaan lapang pada musim

tanam I dan musim tanam II, dapat diketahui

rata-rata produktivitas jagung penerapan paket

teknologi budidaya BUJAKA seperti terlihat

pada Gambar 3. Pada musim tanam I, rata-rata

produktivitas jagung teknologi BUJAKA

mencapai 4305,95 kg/ha, lebih tinggi

dibandingkan teknologi eksisting dengan rata-

rata produktivitas jagung sebesar 2434,01

kg/ha. Pada musim tanam II, rata-rata

produktivitas jagung teknologi BUJAKA

mencapai 6125,95 kg/ha, lebih tinggi

Page 8: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

182 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 24, No.2, Juli 2021: 175-186

dibandingkan teknologi eksisting dengan rata-

rata produktivitas jagung sebesar 4700 kg/ha.

Secara keseluruhan, dari dua kali musim tanam

ini, rata-rata produktivitas jagung teknologi

BUJAKA mencapai 5215,95 kg/ha, lebih tinggi

dibandingkan teknologi eksisting dengan

produktivitas rata-rata sebesar 3567,01 kg/ha,

dengan peningkatan produktivitas rata-rata

sebesar 46%. Hasil ini membuktikan bahwa

teknologi BUJAKA secara teknis mampu

meningkatkan produktivitas jagung pada lahan

dengan cekaman kekeringan akibat curah hujan

yang rendah.

Gambar 3. Grafik perbandingan rata-rata

produktivitas jagung teknologi BUJAKA

vs teknologi eksisting

Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa produktivitas rata-rata yang dicapai pada

lahan dengan cekaman kekeringan masih lebih

rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil

yang dapat dicapai pada kondisi normal.

Potensi hasil jagung hibrida yang ditanam pada

kondisi normal dapat mencapai 12-13,5 ton/ha.

Efendi et al. (2017) mengemukakan bahwa

kekurangan air akibat kemarau panjang

menyebabkan penurunan produksi jagung.

Penelitian Monneveux et al. (2006), Iriany et

al. (2007), Efendi dan Azrai (2010), Kebede et

al. (2013), Suwardi dan Azrai (2013), Adebayo

dan Menkir (2014) menunjukkan bahwa akibat

kekeringan menyebabkan penurunan produksi

jagung antara 50-80%.

Dari musim tanam I dan II juga dapat

diketahui produktivitas tertinggi masing-

masing varietas jagung yang dikaji dengan

penerapan teknologi BUJAKA di lokasi

penelitian seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 4.

Gambar 4. Grafik produktivitas tertinggi per varietas

jagung dengan penerapan teknologi

BUJAKA

Varietas jagung JH 37 mencapai

produktivitas tertinggi sebesar 7381 kg/ha.

Produktivitas tertinggi kedua dicapai oleh

varietas JH 27 sebesar 6480 kg/ha, dan

produktivitas tertinggi ketiga dicapai oleh

varietas JH 45 dengan produktivitas sebesar

6140 kg/ha. Varietas Nasa 29, HJ 21, dan Bima

20 menghasilkan produktivitas dibawah 5

ton/ha karena curah hujan yang sangat rendah

pada musim tanam I (2019) dengan rata-rata

135,5 mm per bulan terutama pada fase

generatif. Dua varietas jagung komposit yang

dikaji yaitu Jakarin dan Sinhas menghasilkan

produktivitas yang relatif tinggi mencapai

masing-masing 5409 kg/ha dan 5829 kg/ha.

Hasil ini menunjukkan kemampuan adaptasi

dan toleransi beberapa varietas jagung terhadap

cekaman kekeringan. Penggunaan varietas

jagung yang toleran terhadap cekaman

kekeringan sangat penting untuk

meningkatkatkan produktivitas jagung. Hal ini

karena, kekurangan air pada fase vegetatif,

pembungaan hingga pengisian biji akan

berdampak terhadap pertumbuhan tanaman,

perkembangan tongkol, jumlah dan bobot biji

yang berakibat pada menurunnya produksi

(Subekti et al. 2008; McWilliams et al. 1999;

Lee 2007).

Keragaan ekonomi paket teknologi

BUJAKA

Grafik perbandingan penerimaan, biaya,

dan keuntungan usahatani jagung dengan

penerapan teknologi BUJAKA dibandingkan

dengan teknologi eksisting disajikan pada

Gambar 5.

Page 9: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

183 Analisis Agronomi dan Ekonomi Paket Teknologi Bujaka (Budidaya Jagung Toleran Kekeringan) di Kabupaten

Gorontalo(Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Sale), Muhammad Fitrah Irawan Hannan, Hasyim Jamalu Moko, dan

Aryandi K. Rahman)

Gambar 5. Grafik analisis finansial teknologi

BUJAKA dibandingkan teknologi

eksisting pada dua musim tanam

Penerimaan usahatani jagung dengan

paket teknologi BUJAKA baik pada musim I

maupun musim II, lebih tinggi dibandingkan

dengan teknologi eksisting. Rata-rata

peningkatan penerimaan usahatani tersebut

mencapai 46 persen dibandingkan usahatani

dengan teknologi eksisting. Hasil analisis

menunjukkan adanya perbedaan penerimaan

usahatani pada musim I dan musim II, dimana

penerimaan usahatani jagung pada musim II

lebih tinggi dibandingkan pada musim I baik

usahatani jagung dengan paket teknologi

BUJAKA maupun teknologi eksisting. Hal ini

karena rata-rata produktivitas jagung pada

musim I lebih rendah dibandingkan musim II,

yang disebabkan oleh rendahnya rata-rata curah

hujan bulanan pada musim I, sehingga tanaman

jagung lebih banyak mengalami cekaman

kekeringan terutama pada fase pembungaan

dan pengisian biji yang berdampak pada

rendahnya produksi pada musim I.

Dari sisi biaya produksi, penerapan

teknologi BUJAKA membutuhkan biaya

usahatani yang lebih besar dibandingkan

dengan teknologi eksisting. Biaya produksi

jagung dengan teknologi BUJAKA mencapai

Rp.7.006.000,-, lebih tinggi dibandingkan biaya

produksi jagung teknologi eksisting, dengan

biaya Rp.5.046.000,-. Peningkatan biaya

produksi akibat penerapan teknologi BUJAKA

yaitu sebesar 39%. Peningkatan biaya ini akibat

penggunaan ZPT, biodekomposer, peningkatan

dosis pupuk kimia, penggunaan pupuk

pelengkap cair, pupuk organik dan biaya tenaga

kerja untuk aplikasi teknologi. Meskipun dari

sisi biaya produksi teknologi BUJAKA lebih

tinggi dari teknologi eksisting, namun

keuntungan yang diperoleh usahatani jagung

dengan teknologi BUJAKA masih lebih tinggi

dibandingkan teknologi eksisting pada dua kali

musim tanam yang telah dilakukan. Hal ini

karena dengan penerapan teknologi BUJAKA,

produktivitas yang dihasilkan juga lebih tinggi

dari teknologi eksisting sehingga menghasilkan

penerimaan yang lebih tinggi. Dari dua kali

musim tanam, rata-rata keuntungan usahatani

jagung dengan paket teknologi BUJAKA

mencapai Rp.13.857.792,-, sedangkan

keuntungan usahatani jagung dengan teknologi

eksisting sebesar Rp.9.222.000,-. Rata-rata

peningkatan keuntungan usahatani jagung

dengan penerapan teknologi BUJAKA

mencapai 50%. Hasil ini membuktikan bahwa

paket teknologi BUJAKA yang dikaji efisien

secara ekonomi karena mampu meningkatkan

keuntungan usahatani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendapatan petani jagung dengan penerapan

teknologi BUJAKA yang diperoleh juga

berbeda berdasarkan varietas yang digunakan.

Keragaan pendapatan tertinggi yang dicapai per

varietas selama dua musim tanam disajikan

pada Gambar 6. Pendapatan tertinggi dicapai

oleh paket teknologi BUJAKA dengan varietas

JH 37. Pendapatan tertinggi kedua dan ketiga

dicapai oleh varietas JH 27 dan JH 45.

Tingginya pendapatan yang diperoleh dengan

varietas tersebut berdasarkan tingginya tingkat

produktivitas yang dicapai oleh ketiga varietas

tersebut dibandingkan varietas lainnya,

sehingga menghasilkan penerimaan yang juga

lebih tinggi. Dengan demikian ketiga varietas

ini dapat direkomendasikan untuk ditanam pada

kondisi cekaman kekeringan karena

menghasilkan tingkat efisiensi ekonomi yang

tertinggi.

Gambar 6. Grafik keragaan pendapatan tertinggi per

varietas jagung dengan penerapan

teknologi BUJAKA

Page 10: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

184 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 24, No.2, Juli 2021: 175-186

Kelayakan finansial usahatani jagung

dengan teknologi BUJAKA bisa juga diketahui

dengan parcial budget analysis teknologi. Hasil

parcial budget analysis teknologi BUJAKA

disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis

menunjukkan bahwa perubahan penerapan dari

teknologi eksisting menjadi teknologi

BUJAKA, diperlukan tambahan biaya sebesar

Rp1.960.000,-/ha. Artinya biaya untuk

menerapkan teknologi BUJAKA lebih tinggi

dibanding teknologi eksisting. Peningkatan

biaya tersebut terjadi karena untuk menerapkan

teknologi BUJAKA dibutuhkan input produksi

tambahan yaitu ZPT, biodekomposer,

tambahan pupuk, pupuk pelengkap cair, pupuk

organik. Namun demikian, dengan penerapan

teknologi BUJAKA, produktivitas meningkat

secara nyata. Produktivitas rata-rata introduksi

teknologi BUJAKA sebesar 5215,95 kg/ha,

meningkat dibandingkan dengan produktivitas

rata-rata teknologi eksisting sebesar 3567,01

kg/ha. Dengan peningkatan produktivitas ini,

menyebabkan penerimaan yang diperoleh

meningkat sebesar Rp.6.595.772,-/ha dan

keuntungan yang diperoleh meningkat sebesar

Rp.4.635.772/ha. Pada kondisi ini, maka

kelayakan finansial dari teknologi BUJAKA

dapat dilihat dari besarnya tingkat

pengembalian yaitu R = 2,36. Nilai R di atas

nilai minimum yaitu R>1 yang menunjukkan

bahwa teknologi BUJAKA layak secara

finansial untuk dipromosikan menggantikan

teknologi eksisting.

KESIMPULAN

Penerapan paket teknologi budidaya

jagung toleran cekaman kekeringan (BUJAKA)

mampu meningkatkan produktivitas rata-rata

jagung sebesar 46% dibandingkan teknologi

eksisting petani. Produktivitas rata-rata jagung

meningkat dari 3567,01 kg/ha menjadi

5215,95 kg/ha. Varietas jagung JH 37, JH 27

dan JH 45 mencapai produktivitas tertinggi dan

memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada

kondisi cekaman kekeringan. Penggunaan

varietas jagung toleran kekeringan dan

ditunjang dengan teknologi budidaya

pendukung mampu meningkatkan produktivitas

dan mengurangi risiko kegagalan panen jagung

pada kondisi cekaman kekeringan.

Perubahan penerapan dari teknologi

eksisting menjadi teknologi BUJAKA,

diperlukan tambahan biaya sebesar

Rp.1.960.000,-/ha. Peningkatan biaya produksi

akibat penerapan teknologi BUJAKA sebesar

39%. Namun demikian, dengan penerapan

teknologi BUJAKA produktivitas meningkat

secara nyata berdampak penerimaan yang

diperoleh meningkat sebesar Rp.6.595.772,-/ha

dan keuntungan yang diperoleh meningkat

sebesar Rp.4.635.772/ha (meningkat sebesar

50%). Teknologi BUJAKA layak secara

finansial untuk dipromosikan menggantikan

teknologi eksisting dilihat dari nilai R >1

(2,36).

Tabel 4. Parcial budget analysis teknologi

BUJAKA dibandingkan teknologi

eksisting

Uraian

Perlakuan Margin (∆) Teknologi

BUJAKA

Teknologi

eksisting

Rp/Ha Rp/Ha Rp/Ha

Hasil Panen rata-rata (kg) 5215,95 3567,01 Harga Jagung per kg 4.000 4.000 Penerimaan (TR) 20.863.792 14.268.020 6.595.772

Biaya Variabel (VC) Bahan :

Benih 900.000 900.000 Fungisida dan ZPT 211.000 126.000 Biodekomposer 180.000 - Pupuk Urea 540.000 360.000 Pupuk Phonska 805.000 575.000 PPC 190.000 - Pupuk Organik 250.000 - Herbisida dan Insektisida 650.000 455.000

Jumlah biaya bahan 3.726.000 2.416.000 1.310.000

Tenaga Kerja : Pengolahan dan penyiapan lahan 850.000 850.000 Penanaman 750.000 750.000 Pemupukan 500.000 250.000 Aplikasi pupuk cair 200.000 - Aplikasi pupuk organik 200.000 - Pengendalian HPT 200.000 200.000 Panen dan pasca panen 580.000 580.000

Jumlah biaya tenaga kerja 3.280.000 2.630.000 Total Biaya Variabel (TVC) 7.006.000 5.046.000 1.960.000

Keuntungan Bersih (NI) 13.857.792 9.222.020 4.635.772

Tingkat pengembalian (Rate of return)

(R) = ∆NI/∆VC 236,52

Page 11: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

185 Analisis Agronomi dan Ekonomi Paket Teknologi Bujaka (Budidaya Jagung Toleran Kekeringan) di Kabupaten

Gorontalo(Jaka Sumarno, Teddy Wahyana Sale), Muhammad Fitrah Irawan Hannan, Hasyim Jamalu Moko, dan

Aryandi K. Rahman)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih kepada Bapak

Awaludin Hipi dan Amin Nur, Kepala BPTP

Gorontalo yang telah mendukung studi ini.

Ucapan terima kasih atas bantuan teknis dan

kerja para pihak yang berkontribusi dalam

penelitian ini: Aisyah Ahmad, Fatmah Sari

Indah Hiola, Sisvan Monoarfa, dan Hamzah

Gaharu.

DAFTAR PUSTAKA

Adebayo, M.A. dan A. Menkir. 2014.

Assessment of hybrids of drought

tolerant maize (Zea mays L.) inbred

lines for grain yield and other traits

under stress managed conditions.

Nigerian Journal of Genetics, 28: 19-

23.

Babić, V., J. Vančetović, S.Prodanović, N.

Kravić, M. Babić, dan V. Anđelković.

2015. Numerical classification of

western balkan drought tolerant maize

(Zea mays L.) Landraces. Journal of

Agricultural Science and Technology,

17: 455-468.

Bänziger, M., Setimela, S., D. Hodson, dan B.

Vivek. 2006. Breeding for improved

abiotic stress tolerance in maize

adapted to southern africa. Agricultural

Water Management, 80: 212-224.

Basuki, R.S, T.K. Moekasan, dan L.

Prabaningrum. 2013. Analisis

kelayakan teknis dan finansial

teknologi pengendalian hama terpadu

kentang dataran medium. Jurnal

Hortikultura, 23(1): 91-98.

Efendi, R. dan M. Azrai. 2010. Tanggap

genotype jagung terhadap cekaman

kekeringan: peranan akar. Jurnal

Penelitian Pertanian Tanaman Pangan,

29(1): 1-10.

Efendi, R., A. Takdir, dan M. Azrai. 2017.

Daya gabung inbrida jagung toleran

cekaman kekeringan dan nitrogen

rendah pada pembentukan varietas

hibrida. Jurnal Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan, 1(2): 83-96.

Fathi, A., dan D.B. Tari. 2016. Effect of

drought stress and its mechanism in

plants. International Journal of Life

Sciences, 10(1): 1 – 6.

Harrison, M.T., F. Tardieu, Z. Dong, C.D.

Messina, dan G.L. Hammer. 2014.

Characterizing drought stress and trait

influence on maize yield under current

and future conditions. Glob. Change

Bio., 20: 867-878.

Iriany, R.N., A.M. Takdir, M.H.G. Yasin, dan

M.J. Mejaya. 2007. Maize genotypes

tolerance to drought stress. Jurnal

Penelitian Pertanian Tanaman Pangan,

26(3): 156-160.

Kebede, A.Z., A.E. Melchinger, J.E. Cairns,

J.L. Araus, D. Makumbi, dan G.N.

Atlin. 2013. Relationship of line per se

and testcross performance for grain

yield of tropical maize in drought and

well-watered trials. Crop Science, 53:

1228-1236.

Lee, C. 2007. Corn growth and development.

www.uky.edu/ag/grain crops.

McWilliams, D.A., D.R. Berglund, dan G.J.

Endres. 1999. Corn growth and

management quick

guide.www.ag.ndsu.edu.

Masuka, B., C. Magorokosho, M. Olsen, G.N.

Atlin, M. Bänziger, K.V. Pixley, B.S.

Vivek, M. Labuschagne, R. Matemba-

Mutasa, J. Burgenõ, J. Macrobert, B.M.

Prasanna, B. Das, D. Makumbi, A.

Tarekegne, J. Crossa, M. Zaman-Allah,

A. van Biljon, dan J.E. Cairns. 2017.

Gains in maize genetic improvement in

Eastern and Southern Africa: II.

CIMMYT open-pollinated variety

breeding pipeline. Crop Science, 57:

180.

Monneveux, P., C. Sa¡nchez, D. Beck, dan

G.O. Edmeades. 2006. Drought

tolerance improvement in tropical

maize source populations: evidence of

progress. Crop Science, 46: 180-191.

Nyombayire, A., R. Edema, G. Asea, dan P.

Gibson. 2011. Combining ability of

maize inbred lines for performance

under low nitrogen and drought

stresses. African Crop Science Journal,

10: 579-585.

Page 12: ANALISIS AGRONOMI DAN EKONOMI PAKET TEKNOLOGI …

186 Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 24, No.2, Juli 2021: 175-186

Riwandi, M. Handajaningsih, dan Hasanudin.

2014. Teknik Budidaya Jagung Dengan

Sistem Organik di Lahan Marginal.

Cetakan ke-1. UNIB Press, Bengkulu.

Sayadi, M.A.R., J. Tu, J. Qiu, dan Z. Liu. 2016.

Breeding for drought tolerance in

maize (zea mays L.). American Journal

of Plant Sciences , 07: 1858-1870.

Simtowe, F., E. Amondo, P. Marenya, D.

Rahut, K. Sonder, dan O. Erenstein.

Impacts of drought-tolerant maize

varieties on productivity, risk, and

resource use: Evidence from Uganda.

Land Use Policy, 88: 1-10.

Sopandie, D., dan Trikoesoemaningtyas. 2011.

Pengembangan tanaman sela di bawah

tegakan tanaman tahunan. Iptek

Tanaman Pangan, 6(2): 168-182.

Subekti, N. A., Syafruddin., R. Efendi dan S.

Sunarti. 2008. Morfologi Tanaman dan

Fase Pertumbuhan Jagung. Academia.

Hlm: 16-28,

https://www.academia.edu/

20013304/53666516_deskripsi_jagung

_1_?from=cover_page

Suwardi dan M. Azrai. 2013. Pengaruh

cekaman kekeringan genotype jagung

terhadap karakter hasil dan komponen

hasil. p.149-157. Seminar Nasional

Serealia. Meningkatkan Peran Peneliti

Serealia Menuju Pertanian

Berkelanjutan. Maros, 18 Juni 2013.

Syafruddin, M. Azrai, dan Suwarti. 2013.

Seleksi genotipe jagung hibrida toleran

N rendah. Buletin Plasma Nutfah,

19(2): 73-80.