ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/fahria intan...

94
ii

Upload: others

Post on 07-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

ii

Page 2: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

iii

Page 3: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

iv

Page 4: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

v

Page 5: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

vi

MOTTO

المال والبنون زينت الحيوة الد نيا

والبقيت الصلحت خير عندرب ك ثوابا

(٦٤وخيراملا )

Artinya :

“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia

tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik

pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi

harapan “ (Q.S Al-Kahf:46).1

1 Departeman Agama, Al-Quran dan Terjemahan,( Jakarta: Penerbit Almahira Mewarnai

Dunia Dengan Ilmu,2015), hlm.2.

Page 6: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

vii

PERSEMBAHAN

بسم الله الر حمن الر حيم

Sembah sujud serta syukur kepada allah SWT. Taburancinta

dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan,

membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan

cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan

akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan.

Sholawat dan salam selalu terlimpahkaan kehadiran

Rasullah MuhammadSAW.

Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk kedua

orangtua tercinta( Ayahanda Hariaji dan Ibunda Sriyani )

yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan,

memberikan support untuk selalu bersemangat dan menjadi

obat dikala kejenuhan datang agar dapat terus melangkah

hingga akhir terselesaikan nya tugas akhir ini. Semoga Allah

SWT selalu meridhoi setiap langkah yang beliau kerjakan

dan pengorbanan beliau akan dibalas berlipat ganda oleh

Allah SWT.

Untuk saudaraku abang-abangku dan adikku tersayang.

(Habib Munawar, Nirwan Khafsah, Irzam

Hardiansyah,Widodo, dan adikku Marga Yogi Pangestu).

Terimakasih atas doa dan support nya selama ini, semoga

kita semua menjadi keluarga yang rukun dan tetap utuh dan

semoga perjuangan abang-abang sekalian untuk ku dibalas

oleh Allah SWT.

Page 7: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

viii

KATA PENGANTAR

بسم الله الر حمن الر حيم

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat

dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

“Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Suku Melayu di

Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau”.

Selanjutnya sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umat pengikutnya sampai

hari kiamat.

Setelah melewati proses yang begitu panjang dan akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi

untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Strata Satu pada Program Studi

Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan kontribusi demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Kedua orang tua saya yaitu (Ayahanda Hariaji dan Ibunda Sriyani),

saudaraku yakni (Khabib Munawar, Nirwan Khafsoh, Irzam Hardiansyah,

Widodo dan Marga Yogi Pangestu) yang selalu mendo’akan dan

memberikan semangat kepada saya sehingga syukur Alhamdulillah karya

kecil ini dapat terselesaikan.

2. Yth Ibu Mailinar S.Sos, M.Ud dan Bapak Hendra Gunawan,

S.Hum.,M.Hum selaku pembimbing I dan II.

3. Yth Bapak Prof.Dr.H.Su’aidi,MA.,Ph.D. Selaku Rektor UIN Negeri

Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.

4. Yth Ibu Dr. Halimah Dja’far,S,Ag.,M.Fil.I selaku Dekan Fakultas Adab

dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.

5. Yth Bapak Agus Fiadi,M.Si selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban

Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.

6. Yth Bapak dan Ibu seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.

7. Romo Kyai Much Muzakki,M.T selaku Pimpinan Pondok Pesantren Darul

Ulum yang selalu kami ta’zimi dan kami harapkan barokahnya.

8. Keluarga besar Pondok Pesantren Darul Ulum Ula wa Tsani yang selalu

menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Page 8: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

ix

9. Teman-teman seperjuangan yang ikut berpartisipasi dalam proses

penulisan skripsi ini dan khususnya untuk teman-teman Sejarah Peradaban

Islam angkatan 2016 yang telah memberikan support dan semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT, membalas jasa baik dan pengorbanan mereka

semua mendapat sebagian serta kesejahteraan di dunia dan akhirat.

Semoga kehadiran skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita dengan

harapan akan menjadi amal ibadah bagi penulisan. Amiin...

Jambi, 14 April 2020

Penulis

FAHRIA INTAN SAFITRI

NIM: AS160945

Page 9: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

x

ABSTRAK

Safitri, Fahria Intan.2020. Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Suku

Melayu di Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir

Riau. Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. Pembimbing I :

Mailinar,S.Sos.,M.Ud dan Pembimbing II : Hendra Gunawan,S.Hum.,M.Hum.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perubahan dalam sistem mata pencaharian

masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang. Bedasakan pengamatan dan

fenomena di lapangan bahwa masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

banyak yang bekerja menjadi nelayan. Saat ini mereka telah banyak

meninggalkan profesinya sebagai nelayan.Akan tetapi sekarang mereka

mengalami pergeseran dan perubahan dan memilih pekerjaan-pekerjaan yang lain

sebagai sumber mata pencahariannya.

Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan tentang perubahan sistem mata

pencaharian pada masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan

Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang dan untuk mengetahui mengapa terjadi perubahan pada

sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang dan

digunakan untuk melihat bagaimana dampak perubahan pada sistem mata

pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang. Penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil

penelitian berupa pengamatan tak berperan serta (observation non partisipan),

artinya peneliti hanya melakukan satu fungsi saja yaitu hanya mengelola dan tidak

ikut aktif, di dalam kegiatan ini hanya mengamati dari jauh menggunakan

wawancara tak terstuktur agar peneliti dan informan dapat menggunakan

pendapatnya yang lebih bebas, serta menggunakan dokumentasi agar data lebih

akurat dalam peneletian.

Hasil temuan dan pembahasan nya adalah masyarakat suku melayu di Kelurahan

Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau mengalami

perubahan dalam sistem mata pencaharian. Setelah mereka mengalami perubahan

dalam segi ekonomi, kehidupan mereka sudah normal dan membaik dengan

bermata pencaharian sebagai petani, pekebun, pedagang dan lain-lain. Yang

menyebabkan masyarakat suku melayu mengalami perubahan ialah adanya faktor

lingkungan dan alam seperti (musim gelombang dan cuaca buruk), kebutuhan

ekonomi semakin meningkat, informasi yang terbatas dan upah yang minim,

dampak dari adanya perubahan sistem mata pencaharian ialah pendapatan

masyarakat suku melayu meningkat dan adanya pembinaan dan bantuan dari

daerah.

Kata Kunci:Perubahan dan pergeseran, Sistem Mata Pencaharian, Suku

Melayu.

Page 10: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN NOTA DINAS......................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................iii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS.......................iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

ABSTRAK .................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1

B. Rumusan masalah ............................................................................ 7

C. Tujuan penelitian ............................................................................. 7

D. Manfaat penelitian............................................................................ 8

E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………...9

BAB II KERANGKA TEORI ................................................................... 11

A. Kebudayaan ...................................................................................... 11

B. Sistem Mata Pencaharian Dan Jenis-Jenis Mata Pencaharian ......... 12

1. Pengertian Sistem Mata Pencaharian ......................................... 12

2. Jenis-Jenis Mata Pencaharian..................................................... 13

C. Perubahan Sosial Budaya ................................................................. 15

D. Faktor Terjadinya Sistem Perubahan ............................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 18

1. Pendekatan dan jenis penelitian ....................................................... 18

2. Ruang lingkup .................................................................................. 18

3. Penentuan Informan ......................................................................... 19

4. Jenis data dan sumber data ............................................................... 19

a. Data primer ................................................................................ 19

Page 11: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

xii

b. Data sekunder ............................................................................. 20

c. Sumber data ............................................................................... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 21

a. Observasi .................................................................................... 21

b. Wawancara ................................................................................. 22

c. Dokumentasi .............................................................................. 23

d. Penentuan Sampel dan Informan ............................................... 24

6. Teknik Analisis Data ........................................................................ 24

a. Analisis Domain ......................................................................... 25

b. Analisis Taksonomi ................................................................... 25

c. Analisis Kompensial .................................................................. 26

d. Analisis Tema Budaya ............................................................... 26

7. Triangulasi Data ............................................................................... 27

8. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................... 28

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN.......................... 30

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 30

1. Sejarah Masyarakat Suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang..30

2. Kondisi Geografi Suku Melayu ................................................. 32

a. Letak Desa / Kelurahan……………………………………32

b. Batas Desa………………………………………………....34

3. Kondisi Sosial Budaya Suku Bangsa………………………….35

a. Demografis .......................................................................... 35

b. Agama .................................................................................. 37

a. Sistem Budaya ..................................................................... 41

1. Sistem Perkawinan ......................................................... 41

2. Sistem Kekerabatan........................................................ 43

3. Sistem Pendidikan .......................................................... 44

B. Hasil Pembahasan .......................................................................... 46

1. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Melayu di Kelurahan

Pulau Kijang. .............................................................................. 46

2. Faktor Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Suku

Melayu di Kelurahan Pulau Kijang............................................56

a. Faktor Lingkungan dan Alam .............................................. 56

b. Kebutuhan Ekonomi Semakin Meningkat...........................58

c. Informasi yang Terbatas....................................................... 58

d. Upah yang Minim ................................................................ 60

3. Dampak Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat

Suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang...................................63

a. Pendapatan Meningkat ......................................................... 63

Page 12: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

xiii

b. Pembinaan dan Bantuan Pemerintah Desa........................... 64

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 67

A. Kesimpulan ...................................................................................... 67

B. Saran ................................................................................................ 68

C. Rekomendasi .................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I

LAMPIRAN II

Page 13: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari bermacam-macam

suku bangsa dan budaya yang tersebar diseluruh wilayah di Indonesia.2

Suku bangsa di Indonesia mempunyai mata pencaharian yang berbeda-

beda, mata pencaharian ini merupakan unsur dari kebudayaan yang tidak

bisa lepas dari suku bangsa.3

Kebudayaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil

kegiatan dan penciptaan batin atau akal budi manusia seperti pola perilaku,

kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.4 Pengertian lain yang berkaitan

dengan kebudayaan ialah bahwa kebudayaan merupakan sistem, dimana

sistem itu berbentuk perilaku. Perilaku merupakan bentuk dari wujud

kebudayaan yang di dalamnya terdapat pola-pola yang dilakukan oleh

suatu masyarakat berdasarkan pikiran masyarakat. Dalam hal ini berkaitan

erat dengan gerak masyarakat yang dinamis dalam kurun waktu tertentu

untuk memperoleh tatanan hidup dalam sistem masyarakat.5

Mata pencaharian merupakan perwujudan dari unsur kebudayaan,

sehingga manusia atau suku bangsa dengan mata pencaharian itu tidak

bisa dipisahkan, karena mata pencaharian merupakan strategi adaptasi

manusia dalam mempertahankan hidupnya. Dimana antara suku bangsa

dan manusia diibaratkan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

Manusia membutuhkan mata pencaharian untuk bertahan hidup dan mata

2 Koentjraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm.

263. 3 Aina Mulyana, Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia. Jurnal Muqoddimah,

No. (9) Tahun 2013, (Jakarta: Koperts,2013), hlm.43. 4 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,

(Jakarta:Balai Pustaka, 2011), hlm.1087. 5 Rooger M. Keesing, Antropologi Budaya, (Jakarta: Erlangga,1998), hlm. 68.

Page 14: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

2

pencaharian juga akan semakin berkembang dan berinovasi karena ada

manusia yang memikirkan serta melakukannya.6

Sistem mata pencaharian menjadi unsur terpenting dalam

kehidupan manusia. Jika digunakan dalam waktu yang lama akan menjadi

kebiasaan dan kebiasaan tersebut nantinya akan menjadi kebudayaan.

Kebutuhan hidup manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan primer yakni

sandang, pangan dan papan, kebutuhan primer tersebut adalah kebutuhan

yang paling utama dan harus dipenuhi untuk melangsungkan hidupnya.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka diperlukan adanya sistem mata

pencaharian, yang mana mata pencaharian disesuaikan dengan budaya

masyarakat dan kondisi geografis tempat bermukim.

Berbicara tentang sistem mata pencaharian suku bangsa ada

bermacam-macam jenisnya, jenis mata pencaharian diklasifikasikan

menjadi masyarakat berburu, masyarakat peladangan, masyarakat

perkebunan, masyarakat pertanian, masyarakat peternak, masyarakat

pedagang, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan dan masyarakat

perkotaan.7 Ada beberapa bentuk atau model sistem mata pencaharian atau

sistem ekonomi masyarakat di dunia yaitu; berburu dan meramu,

menangkap ikan, bercocok tanam ladang berpindah, bercocok tanam

ladang menetap, irigasi dan kerajinan.8 Dengan demikian, Indonesia

memiliki jenis-jenis mata pencaharian yang sangat beragam dan

disesuaikan dengan kondisi geografis yang ada di setiap daerah.

Terdapat beberapa jenis mata pencaharian yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup antara lain; berburu, meramu, mengumpulkan

makanan dan bercocok tanam. Berburu dan meramu pada zaman sekarang

hanya seperempat juta orang atau 0,003 persen dari seluruh penduduk di

6 Bonefasius Kemong, Sistem Mata Pencaharian Tipuka Kecamatan Mapuruajaya

Kabupaten Mimika Prov.Papua, (Universitas Sam Ratulangi, 2015), hlm.5.

https://ejournal.unsrat.ac.id 7 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 83.

8 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi I, hlm. 358.

Page 15: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

3

dunia.9 Sejalan dengan kehidupan orang rimba dengan karakteristik yang

menonjol bahwa mereka masih menjaga tradisi nenek moyangnya yakni

berburu, meramu dan mengumpulkan makanan. Realita di lapangan ada

kelompok orang rimba yang melakukan perubahan sistem mata

pencaharian dengan cara memanfaatkan lahan dan pengambilan sumber

daya alam.10

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi

perubahan sistem mata pencaharian dimana orang rimba melakukan mata

pencaharian baru yang ditandai dengan dilakukannya cocok tanam

menetap.

Setiap suku bangsa memiliki jenis mata pencaharian yang berbeda-

beda seperti, suku Jawa dengan jenis mata pencaharian sebagai pertanian

dan perikanan, suku Toraja dengan jenis mata pencaharian sebagai

pertanian dan perikanan, suku pedalaman Kalimantan (dayak) bermata

pencaharian berkebun, suku anak dalam di Jambi bermata pencaharian

bercocok tanam, suku Bonai bermata pencaharian berburu, meramu hasil

hutan, berladang dan menangkap ikan, suku Bugis bermata pencaharian

sebagai pedagang, suku Batin bermata pencaharian bercocok tanam di

ladang, suku Melayu bermata pencaharian pertanian dan menangkap ikan.

Berdasarkan keterangan tabel di bawah ini:

Tabel .1

Daftar Mata Pencaharian Masyarakat di Berbagai Daerah11

No Suku Bangsa Jenis Sistem Mata Pencaharian Suku

Bangsa

1 Jawa Pertanian, perikanan

2 Toraja Bercocok tanam(pertanian) perikanan

9 Koentjraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi I, hlm.214.

10 Ningsih Susanti dkk, Peralihan Sistem Mata Pencaharian Hidup Orang Rimba (Studi

Kasus Di Desa Bukit Suban Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun, Jurnal Sosio Ekonomi

Bisnis. hlm. 61.

11

Zulyani Hidayah, Eksiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia,2015), hlm.65-83.

Page 16: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

4

3 Pedalaman

Kalimantan, Dayak

Berkebun

4 SAD, Jambi Bercocok tanam, peramu dan pemburu

5 Suku Bonai Berburu, Meramu hasil hutan, berladang,

menangkap ikan

6 Suku Batin Bercocok tanam di lading

7 Suku Bugis Pedagang

8 Suku Melayu Pertanian dan menangkap ikan

Dari tabel diatas penulis menyimpulkan bahwa masyarakat atau suku

bangsa di Indonesia memiliki keanekaragaman dalam sistem mata pencaharian

dan setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai profesi masing-masing, hampir

rata-rata masyarakat suku bangsa di Indonesia bermata pencaharian sebagai petani

terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan.

Menurut pendapat R.Redfield dalam skripsi Eva Puspita Febrianti yang

menjelaskan bahwa petani atau peasant sebagai rakyat pedesaan yang hidup dari

pertanian dan teknologi tradisional.12

Masyarakat desa lebih banyak bermata

pencaharian sebagai petani. Dalam konteks ini, mata pencaharian bertani bisa

terdapat pada masyarakat pedesaan dan mencakup beberapa bentuk seperti buruh

tani dan nelayan, peasant (subsistence farmers) adalah petani yang memiliki

lahan sempit dan memanfaatkan sebagian besar dari hasil pertanian yang

diperoleh untuk kepentingan mereka sendiri. Farmers adalah orang-orang yang

hidup dari pertanian dan memanfaatkan sebagian besar hasil pertanian yang

diperoleh untuk dijual, peasant pada umumnya adalah petani namun juga bisa

buruh tani maupun nelayan.13

Suku melayu merupakan salah satu suku bangsa. Dalam konteks ini

mayoritas suku melayu menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan.

12

Eva Puspita Febrianti, Perubahan Mata Pencaharian Generasi Muda Di Desa Girirejo

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, (UIN Semarang: 2017), Skripsi, hlm.3. 13

Eric R. Wolf, Petani Suatu Tinjuan Antropolgis, (Jakarta: CV. Rajawali,1983), hlm.117.

Page 17: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

5

Suku melayu merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia dari aspek mata

pencaharian memiliki keanekaragaman dalam melakukan suatu pekerjaan,

misalnya masyarakat suku melayu yang tinggal di perkotaan kebanyakan bekerja

di perusahaan, sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan lain-lain.

Sedangkan masyarakat suku melayu yang tinggal di pedesaan bekerja dalam

bidang pertanian, perkebunan dan nelayan (pencari ikan). Jenis-jenis mata

pencaharian di atas merupakan jenis mata pencaharian yang telah ada sejak awal

keberadaan manusia di muka bumi.14

Suku melayu tersebar di seluruh penjuru nusantara, salah satunya mereka

berdomisili di daerah Riau. Menurut Hamidy masyarakat suku melayu di Riau

dibedakan atas dua kategori yaitu melayu tua (Proto Melayu) dan Melayu muda

(Deutro Melayu) yang termasuk melayu tua yaitu orang talang mamak, orang

sakai dan suku laut. Cara hidup keturunan melayu tua ini tergolong tradisional dan

masih memegang teguh adat dan tradisinya, sedangkan melayu muda

masyarakatnya lebih banyak yang tinggal di daerah pantai yang ramai disinggahi

para perantau dan bersifat lebih terbuka.15

Suku melayu muda lebih banyak tinggal di daerah pantai salah satunya

berada di Kelurahan Pulau Kijang. Suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

tergolong ke dalam melayu muda. Masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang adalah suku melayu yang terpusat di Ibukota Kecamatan Reteh.16

Suku

melayu di Kelurahan Pulau Kijang dalam kehidupannya memiliki ciri khas, dalam

konteks ini ciri khas yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian, karena

secara geografis mereka yang berdomisili di Kelurahan Pulau Kijang ini berada di

daerah laut atau pesisir pantai. Meskipun ada diantara mereka yang bermata

pencaharian selain nelayan.

14 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi:Pokok-Pokok Etnografi, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002 ), hlm.49. 15 Sri Sabakti, Hakikat Hidup Masyarakat Riau Berdasarkan Legenda Pulau Kijang,

Jurnal Sawergading, Vol.2, No. 2 Desember 2017, hlm 276. 16

Reteh, merupakan daerah suku melayu yang ada di Pulau Kijang yang terpusat di

ibukota kecamatan, dimana reteh merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten

Indragiri Hilir Provinsi dan wilayah tersebut juga memiliki daerah yang sangat sangat luas.

Page 18: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

6

Menurut Clarke dan Pigot dalam (Prehistoric Societies) mengatakan

bahwa sistem mata pencaharian suku melayu yang masih sederhana secara umum

mereka memakan umbi-umbian, dimana umbi-umbian dikumpulkan oleh para

perempuan, umbi-umbian tersebut diperoleh dari hasil perburuan binatang dan

menangkap ikan. Sistem mata pencaharian berburu terus-menerus dilakukan oleh

suku melayu yang masih sederhana guna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.17

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, sistem mata pencaharian

masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang mayoritas bekerja sebagai

nelayan, buruh gudang kelapa-pinang, bertani, berkebun, berdagang, pengusaha

dan pegawai. Namun, dari sekian banyak jenis mata pencaharian, masyarakat suku

melayu mendominasi pekerjaan sebagai nelayan, dimana pusat atau konsentrasi

bekerja sebagai nelayan berada di Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh. Hal

ini disebabkan karena Kecamatan Reteh berada di tepian pantai atau daerah laut

yang terletak di Kabupaten Indragiri Hilir yang luas wilayahnya mencapai 407,75

Km2 atau 40,775 Ha, dan mengalami pemekaran.

18 Pada perkembangannya di

Kecamatan Reteh Kelurahan Pulau Kijang mengalami pemekaran menjadi

Kelurahan Pulau Kijang, Kelurahan Metro dan Kelurahan Madani.19

Nelayan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat suku melayu

di Kelurahan Pulau Kijang berdasarkan pengamatan penulis mengalami

perubahan atau pergeseran. Pola pikir masyarakat suku melayu di Kelurahan

Pulau Kijang awalnya masih mempertahankan mata pencaharian nelayan sebagai

sumber penghasilan utamanya. Namun, seiring dengan perubahan dan pergeseran

waktu, mata pencaharian nelayan telah banyak ditinggalkan oleh masyarakat suku

melayu karena kebutuhan mereka semakin meningkat, disamping itu pekerjaan-

pekerjaan lain telah banyak diminati oleh masyarakat suku melayu di Kelurahan

Pulau Kijang Kecamatan Reteh. Sistem mata pencaharian dapat berubah karena

17

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Proyek Penelitian Dan Pencatatan

Kebudayaan Daerah, (Adat Istiadat Daerah :Riau, 1978), hlm. 21-22. 18

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011. 19

Berdasarkan data Statistik Kecamatan Reteh Tahun 2013.

Page 19: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

7

adanya Akulturasi,20

karena di daerah tersebut bukan hanya ada satu pekerjaan,

namun juga ada pekerjaan lain yang mendukung aktivitas ekonomi masyarakat.

Hal itu menyebabkan mereka kehilangan rasa kebersamaan, gotong royong dan

sikap saling membantu satu sama lain, karena nelayan memiliki rasa solidaritas

yang tinggi sehingga ketika terjadi perubahan mata pencaharian mereka lebih

fokus pada pekerjaannya masing-masing.

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti dan

mendeskripsikan perubahan sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu,

dimana masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang dihadapkan pada

lapangan pekerjaan untuk menunjang perekonomian masyarakat suku melayu di

daerah tersebut. Fenomena di Kelurahan Pulau Kijang tersebut membuat penulis

tertarik untuk mengkaji melalui penelitian yang berjudul: Perubahan Sistem

Mata Pencaharian Masyarakat Suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat suku Melayu di Kelurahan

Pulau Kijang?

2. Mengapa terjadi perubahan pada sistem mata pencaharian masyarakat suku

Melayu di Kelurahan Pulau Kijang ?

3. Bagaimana dampak perubahan sistem mata pencaharian pada masyarakat

suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat suku

Melayu di Kelurahan Pulau Kijang.

2. Mendeskripsikan mengapa terjadi perubahan sistem mata pencaharian

masyarakat suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang.

20

Akulturasi, terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu, dihadapkan

unsur-unsur kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat

laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan masyarakat kebudayan itu sendiri. Baca

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 202.

Page 20: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

8

3. Mendeskripsikan bagaimana dampak perubahan sistem mata pencaharian

pada masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang.

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka manfaat

yang penulis harapkan adalah :

1. Manfaat Teoritis: dengan adanya penelitian skripsi mengenai

perubahan sistem mata pencaharian pada masyarakat suku melayu

yang bermata pencaharian nelayan, maka masyarakat suku melayu

mengalami pergeseran dan perubahan dalam sistem mata pencaharian,

mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian tertua,

sehingga sampai hari ini masih dipertahankan dan mengalami

perubahan.

2. Manfaat Praktis: dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat

memberikan informasi tentang adanya perubahan sistem mata

pencaharian pada masyarakat suku melayu yang saat ini mulai

mengalami perubahan-perubahan dalam sistem mata pencaharian,

sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai penambahan

wawasan bagi para pembaca penelitian ini. Selain itu, inventarisasi dan

dokumentasi perubahan sistem mata pencaharian masyarakat suku

melayu di Kelurahan Pulau Kijang Kabupaten Indragiri Hilitr belum

pernah dilakukan sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumbangan desa untuk menambah referensi tentang perubahan sistem

mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

3. Untuk melengkapi persyaratan akademik dalam rangka memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan

Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Syaifuddin Jambi.

Page 21: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

9

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini membutuhkan berbagai kajian sumber tertulis yang berasal

dari buku, hasil penelitian seperti artikel-artikel, jurnal dan lain sebagainya

sehingga dapat menunjang dan memahami serta menunjukkan kemurnian kajian

penelitian. Tinjauan pustaka dalam sebuah penelitian sangat penting dilakukan,

dengan tujuan untuk menguji permasalahan secara teoritis. Penelitian tentang

sistem mata pencaharian memang bukan hal baru bahkan telah banyak dilakukan

oleh beberapa kalangan seperti buku, skripsi dan penelitian-penelitian lain,

berdasarkan literatur yang penulis telusuri tentang sistem mata pencaharian suku

bangsa diantaranya:

1. Penelitian Nuraini (2010);”Tentang Sistem Mata Pencaharian Suku Duanu di

Kelurahan Solok Tanjung Jabung Timur”, Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

dan memfokuskan pada perubahan sistem mata pencaharian masyarakat suku

melayu yang berprofesi sebagai nelayan, nelayan saat ini telah banyak

ditingalkan oleh masyarakat suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang.

2. Penelitian Tri Widiyati (2017); ”Perubahan Sistem Mata Pencaharian Suku

Anak Dalam (SAD) di Desa Trenggalung Kabupaten Muaro Jambi”, Fakultas

Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. Penelitian ini

memfokuskan pada proses perubahan sistem mata pencaharian masyarakat

suku Melayu dari nelayan ke pekerjaaan lainnya, sesuai dengan faktor – faktor

yang menyebabkan adanya perubahan dengan melakukan penelitian lebih

mendalam terkait dengan perubahan sistem mata pencaharian masyarakat suku

Melayu di Kelurahan Pulau Kijang.

3. Buku Zulyani Hidayah (2015);”Ensiklopedi Suku-suku Bangsa di Indonesia”,

penelitian ini memfokuskan pada suku bangsa dengan jenis mata pencaharian

sebagai nelayan, dimana nelayan menjadi salah satu mata pencaharian yang

menjadi profesi sejumlah masyarakat suku melayu sampai saat ini. Sistem mata

pencaharian sebagai nelayan awalnya menjadi mata pencaharian pokok bagi

masyarakat suku melayu.

Page 22: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

10

Dalam konteks ini penulis berbicara tentang masyarakat suku melayu.

Adapun fokus penelitian yang penulis lakukan adalah adanya perubahan maupun

pergeseran sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

Page 23: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

11

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat,

manusia dan kebudayaan diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang tidak

bisa dipisahkan satu sama lain. Setiap manusia pasti memiliki kebudayaan

masing-masing, hanya saja setiap kebudayaan yang dimiliki masyarakat

berbeda satu sama lain, dalam konteks ini kebudayaan tidak bisa dipisahkan

dari suku-suku bangsa.

Kebudayaan ialah segala keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia dalam rangka memenuhi kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia yang diperoleh dengan belajar, kebudayaan

termasuk kreativitas maupun ciptaan manusia.21

Menurut C. Kluckohn yang dikutip oleh Koentjaraningrat

menjelaskan tentang unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada

semua bangsa di dunia, yang meliputi 7 unsur yaitu: 22

1. Bahasa

2. Sistem pengetahuan

3. Organisasi sosial

4. Sistem peralatan hidup dan peralatan teknologi

5. Sistem ekonomi dan Sistem mata pencaharian hidup

6. Sistem religi

7. Kesenian

Ketujuh unsur kebudayaan yang dikatakan oleh C. Kluckohn diatas,

sistem peralatan hidup dan peralatan teknologi saling berkaitan dengan sistem

ekonomi dan sistem mata pencaharian hidup. Peralatan dan perlengkapan

21

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.144. 22

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hlm.80.

Page 24: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

hidup manusia seperti rumah, alat pertanian, alat transportasi, alat pembuat

api, alat produksi dan lain-lain, sedangkan dalam sistem perekonomian dan

sistem mata pencaharian dilakukan masyarakat dengan cara berburu dan

meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam menetap

dengan irigasi dan sebagainya.23

Unsur-unsur kebudayaan diatas mempunyai fungsi dalam kehidupan

manusia yaitu untuk memenuhi kebutuhan naluri makhluk hidup manusia

yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.24

Oleh karena itu, unsur

”kesenian” misalnya, berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri manusia akan

keindahan. Unsur ”sistem pengetahuan” berfungsi untuk memuaskan hasrat

rasa ingin tahu.25

Begitu juga dengan unsur sistem mata pencaharian hidup

berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Dalam konteks ini, sistem mata pencaharian hidup sebagai

salah satu unsur kebudayaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia.

Dari definisi diatas tentang kebudayaan, maka letak kebudayaan yang

penulis lakukan adalah merupakan bagian dari unsur kebudayaan salah

satunya ialah sistem mata pencaharian.

B. Sistem Mata Pencaharian dan Jenis-jenis Mata Pencaharian

1. Pengertian sistem mata pencaharian

Mata pencaharian merupakan bagian penting dalam kehidupan

manusia, karena manusia dan sistem mata pencaharian tidak bisa

dipisahkan dan mata pencaharian merupakan aktivitas dari sistem

produksi, distribusi dan konsumsi barang. Aktivitas ini dilakukan dalam

rangka untuk mempertahankan keberlangsungan hidup manusia. Produksi

adalah kegiatan yang menciptakan, mengolah, mengupayakan pelayanan

menghasilkan barang dan jasa atau usaha untuk meningkatkan suatu benda

agar menajdi lebih berguna bagi kebutuhan manusia, distribusi adalah

kegiatan menyalurkan barang hasil produksi dari tempat penghasil barang

23

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, hlm. 284. 24

Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan, (Jakarta: Nusa Media, 2014), hlm. 23. 25

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1 , hlm.88.

Page 25: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

(produsen) ke tempat pemakai barang (konsumen), sedangkan konsumsi

adalah kegiatan menggunakan, memakai dan menghabiskan barang guna

untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sistem mata pencaharian hidup selanjutnya adalah pekerjaan pokok

bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup

(sumber pokok) yang dikerjakan untuk memperoleh kehidupan yang layak,

seperti mata pencaharian nelayan, maka dalam antropologi sistem mata

pencaharian hidup disebut pula ”ekonomi pengumpulan pangan” kegiatan

mencari ikan dilaut menjadi prioritas masyarakat nelayan untuk mendapat

penghidupan26

.

2. Jenis-jenis mata pencaharian

Sistem mata pencaharian menangkap ikan merupakan salah satu

sistem mata pencaharian tertua di Indonesia, dimana sampai saat ini

profesi sebagai nelayan masih dipertahankan dan tidak terpisah dari

kehidupan manusia baik menggunakan sistem modern maupun tradisional,

dengan dibantu peralatan teknologi yang semakin canggih, karena isi

lautan memang menjadi sumber makanan bagi manusia yang hingga kini

belum dimanfaatkan secara optimal.27

Ada jenis-jenis sistem mata pencaharian diantaranya:

1. Berburu adalah kegiataan mencari binatang buruan yang

dilakukan secara bersama-sama atau seorang diri. Alat yang

digunakan adalah kujur, teruk, serampang.

2. Meramu adalah aktifitas Orang Rimba dalam mencari berbagai

jenis tanaman, baik bentuk obat-obatan, untuk dikonsumsi,

maupun dijual ke desa sekitar hutan. Meramu juga dilakukan

dengan cara mengambil atau mencari madau dalam kurun waktu

antara satu sampai dua tahun.

26

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi II: Pokok-Pokok Etnografi, hlm. 32. 27 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi II:Pokok-Pokok Etnografi, hlm. 52.

Page 26: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

3. Bercocok tanam bagi masyarakat primitif adalah berkebun

dengan menanam singkong atau ubi-ubian sebagai makanan

pokok mereka.

Dari ketiga penjelasan tentang sistem mata pencaharian tersebut

para ahli antropologi hanya memperlihatkan sistem produksi lokalnya

termasuk sumber alam, cara mengumpulkan modal, cara pengerahan dan

pengaturan tenaga kerja, teknologi produksi serta sistem distribusi di

pasar-pasar yang terdekat saja dan proses konsumsinya.28

Penulis meyimpulkan bahwa sistem mata pencaharian dengan

bertani dan bercocok tanam merupakan sekumpulan komponen yang

disatukan, kemudian saling berinteraksi dan saling ketergantungan bagi

pihak-pihak yang terlibat. Sistem mata pencaharian ini telah lama

dilakukan oleh sejumlah masyarakat, dengan menggunakan teknik dan tata

cara tradisional sampai dengan modern seperti saat ini, dan akan terus

menerus berkembang dan maju. Begitu pula penulis melihat penjelasan

diatas, hasil pekerjaan yang dihasilkan oleh masyarakat dapat dijual

maupun dikonsumi sendiri, hal ini yang terjadi pada masyarakat suku

Melayu di Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri

Hilir Riau.

C. Perubahan Sosial Budaya

Perubahan kebudayaan (Culture change) dalam Kamus Istilah

Antropologi ialah proses pergeseran, pengurangan, penambahan dan

perkembangan unsur-unsur dalam suatu kebudayaan yang terjadi melalui

interaksi antara warga pendukung kebudayaan lain dengan penciptaan unsur-

unsur kebudayaan baru dan melalui usaha penyesuaian antara unsur-unsur

kebudayaan tadi. Berbagai perubahan sosial dan kebudayaan, akan berakibat

menguntungkan atau merugikan.29

28

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.357. 29

Koentjaranigrat dkk, Kamus Istilah Antropologi, (Jakarta: Pusat Pembina Pegembangan

Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984), hlm. 85.

Page 27: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

Perubahan bagi orang yang bersangkutan maupun bagi orang lain yang

menelaahnya, dapat berupa perubahan-perubahan yang menarik maupun tidak.

Adapula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun sangat luas

dan perubahannya cepat sekali dan adapula perubahan-perubahan yang

berjalan lambat. Namun suatu perubahan yang terjadi akan memodifikasi pola

tingkah laku dalam menghadapi lingkungan.30

Kaitannya dengan penelitian ini, penulis ingin melihat fenomena

kemiripan atau kesamaan unsur-unsur budaya sekaligus perbedaan dari setiap

daerah. Penulis menggunakan teori perubahan sosial budaya untuk melihat

perkembangan dan perubahan yang terjadi pada sistem mata pencaharian

masyarakat suku melayu yang disebabkan oleh berbagai faktor sehingga

menyebabkan terjadinya perubahan, dan teori tersebut dipelopori oleh Gillin

dan Gillin yang menyatakan bahwa: ”Perubahan-perubahan sosial sebagai

suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-

perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk,

ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru

dalam masyarakat”.31

Dari teori diatas penulis berkesimpulan bahwa teori tersebut digunakan

untuk melihat perubahan-perubahan sosial budaya pada sistem mata

pencaharian yang terjadi pada masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

D. Faktor terjadinya suatu perubahan

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat disebabkan karena

adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi

penduduk, ideologi maupun penemuan-penemuan baru yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat tersebut.32

30 Hari Purwanto, Kebudayaan dan Lingkungan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),

hlm.139.

31 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,

1990), hlm.261. 32 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm.261.

Page 28: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Perubahan sosial masyarakat terjadi karena beberapa faktor, perlu

diketahui apa saja sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya perubahan

tersebut, apabila dikaji lebih lanjut sebab terjadinya suatu perubahan dalam

masyarakat adalah suatu hal yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan atau

karena ada faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti

faktor yang pernah ada atau masyarakat mengadakan perubahan karena

terpaksa demi untuk menyesuaikan dengan faktor yang lain yang sudah

mengalami. Faktor- faktor tersebut diantaranya faktor intern dan faktor

ekstern,33

yaitu :

1. Faktor Intern

Merupakan faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri yang

menyebabkan adanya perubahan budaya :

a. Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk

Berkurangnya penduduk disebabkan karena adanya perpindahan

penduduk dari desa ke kota atau dari suatu daerah ke daerah yang lain,

misalnya transmigrasi.

b. Adanya penemuan-penemuan baru

Adanya penemuan-penemuan baru yang disebabkan oleh berbagai

proses seperti inovasi penemuan kebudayaan baru, proses pembauran,

konflik dalam masyarakat dan sebagainya.

2. Faktor Ekstern

Merupakan faktor yang berasal dari luar masyarakat melalui interaksi

sosial yang mendorong terjadinya suatu perubahan budaya, diantaranya:

a. Faktor alam yang ada di sekitar masyarakat yang berubah

b. Pengaruh kebudayaan lain dengan melalui adanya kontak kebudayaan

antara dua masyarakat atau lebih yang memiliki kebudayaan yang

berbeda.

Dapat disimpulkan bahwa faktor terjadinya suatu perubahan adalah

adanya perubahan kebudayaan yang berada di lingkungan masyarakat dan

33

Okki Kurnia Sari, Perubahan Mata Pencaharian Suku Akit Di Desa Kembung Baru

Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. JOM FISIP, Vol. (4), No.(2), Oktober 2017, hlm.4.

Page 29: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

perubahan tersebut akan memberikan dampak kepada masyarakatnya. Faktor

perubahan tersebut semakin lama semakin berkembang, karena kehidupan

manusia akan terus mengalami perubahan. Hal itu sejalan dengan faktor

perubahan yang terjadi pada masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir.

Page 30: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif,34

dalam penulisan

ini peneliti menggunakan model emik.35

Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.36

Metode alamiah yang

dimaksud adalah metode-metode yang dimanfaatkan oleh penelitian

kualitatif seperti observasi, wawancara dan pemanfaatan dokumen.

B. Ruang Lingkup

Penelitian ini penulis memfokuskan pada lingkup perubahan sistem

mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Aktivitas ekonomi mata

pencaharian masyarakat di Kelurahan ini terdapat berbagai macam antara

lain: nelayan, pertanian, perkebunan, buruh, pedagang dan pegawai.

Mengenai letak wilayah, pemukiman masyarakat suku melayu di Kelurahan

Pulau Kijang berhadapan langsung dengan sungai gangsal yang mengarah

pada perbatasan Provinsi Jambi. Meski demikian, daerah ini juga dikelilingi

34

Deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Lihat di Sanafiah

Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.20. 35

Emik adalah pengkategorian fenomena budaya menurut warga setempat (pemilik

budaya). Baca Suwardi Endraswara, Metode,Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,

Epistimologi, dan Aplikasi, (Yogyakarta:Pustaka Widyatama,2006), hlm.55. 36

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,

2004), hlm. 6.

Page 31: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

oleh perkebunan kelapa dan juga hutan Bakau (Manggrove) yang semakin

menguatkan posisi ini sebagai daerah kawasan maritim.

C. Penentuan Informan

Informan adalah sekelompok orang yang memiliki informasi

pokok pada budaya tertentu.37

Dalam penelitian ini, informan ditentukan

dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling

adalah sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, penyampelan

disesuaikan dengan gagasan, asumsi, sasaran, tujuan, dan manfaat yang

hendak dicapai oleh peneliti.38

Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan

atas kriteria atau pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya

orang atau informan tersebut dianggap paling tahu apa yang akan kita

harapkan atau mungkin dia sebagai obyek atau situasi sosial yang akan

diteliti.39

Adapun informan yang akan dijadikan sebagai sasaran dalam

penelitian ini yakni sebagai berikut :

1. Tokoh Suku Melayu

Tokoh suku melayu yang akan dijadikan sebagai informan adalah

tokoh suku melayu yang mengetahui tentang asal usul masyarakat suku

melayu di Kelurahan Pulau Kijang, karena dianggap memliki pengetahuan

yang banyak tentang perkembangan masyarakat suku melayu. Dalam hal ini

adalah tokoh masyarat suku melayu yang sudah memiliki usia yang cukup

tua. Tokoh masyarakat suku melayu yang berusia tua cenderung lebih

berpengalaman. Selain itu, ia juga sedikit banyaknya mengetahui tentang

data yang penulis perlukan dengan memberikan informasi yang akurat

terkait dengan masalah penelitian ini.

37

Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,

Epistimologi dan Aplikasi, hlm.121. 38

Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,

Epistimologi dan Aplikasi, hlm. 115. 39

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007), hlm. 67.

Page 32: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

2. Nelayan suku melayu

Nelayan suku melayu yang akan dijadikan sebagai informan terdiri dari

masyarakat suku melayu yang dahulunya bermata pencaharian nelayan dan

saat ini mulai merubah pola mata pencahariannya dengan bertani, berkebun,

berdagang dan buruh serta mayoritas suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang.

D. Jenis Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan

oleh peneliti dari sumber pertama/utama. Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-katadan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.40

Kata- kata dan tindakan yang

dimaksud adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman

video/audio tapes pengamatan foto atau film.41

Data utama atau data

primer yang penulis dapatkan ialah dari hasil observasi, hasil wawancara

dan hasil dokumentasi yang berhubungan dengan perubahan sistem mata

pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan

oleh pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal, data

yang dikumpulkan ini sebaiknya disebutkan secara rinci baik jenis,

sumber, jangka waktunya jika memungkinkan.42

Sumber sekunder

merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur, tesis, skripsi, jurnal

ilmiah, hasil penelitian lapangan dan lain sebagainya yang bisa diperoleh

dari perpustakaan UIN STS Jambi, data komunitas, data kelurahan, buku,

40

Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi

Fakultas Adab & Humaniora, (Jambi:UIN STS Jambi, 2018), hlm. 45. 41

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.157. 42

Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi

Fakultas Adab & Humaniora, hlm. 45.

Page 33: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

artikel, jurnal, maupun dokumentasi yang berhubungan dengan masalah

dengan catatan-catatan data dokumen yang berkaitan dengan penelitian

maupun instansi yang terkait lainnya.

Kemudian, data sekunder lainnya seperti foto, juga digunakan

untuk keperluan penelitian ini. Ada dua kategori yang dimanfaatkan

dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto

yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.43

Kedua kategori foto tersebut juga

akan dijadikan sebagai data tambahan.

c. Sumber Data

Sumber data adalah sumber dimana data dapat diperoleh,

sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dimana data

yang bersangkutan dengan penelitian itu didapatkan, diantaranya;44

a) Buku-buku yang bersangkutan dengan penelitian ini. Seperti

jurnal, skripsi-skripsi, dan sumber-sumber yang berkaitan

dengan skripsi ini.

b) Informan, seperti: masyarakat melayu, kepala desa/kelurahan

dan tokoh melayu.

c) Dokumentasi, diambil dari dokumentasi yang terdapat di

lokasi penelitian.

Dalam konteks ini sumber data menjadi sumber pendukung penulis

dalam mencari data dalam penelitian yang berhubungan dengan perubahan

sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan naturalistic

observation (observasi natural) dan indepth interview (wawancara mendalam),

melalui observasi alamiah dan wawancara mendalam data yang terkumpul

akan semakin lengkap. Data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara

43

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.160. 44

Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi

Fakultas Adab & Humaniora, hlm. 47.

Page 34: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

secara natural akan lebih bermakna ditambah dengan dokumentasi foto dan

video.45

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini yaitu teknik observasi atau pengamatan, wawancara, dokumentasi dan

penentuan sampel dan informan, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

a. Observasi

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, maka dalam

penelitian ini secara peranannya digunakan teknik participant non

observation (pengamatan tak berperan serta) . Observasi dilakukan untuk

memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam

kenyataan. Dengan observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas

tentang kehidupan sosial yang sulit diperoleh dengan metode lain.

Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

terjadi pada keadaan yang sebenarnya.46

Pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti ialah pengamatan tidak berperan serta, karena peneliti berada

diluar aktivitas budaya.47

Dengan melakukan pengamatan, peneliti bisa melihat sebagaimana

oleh subjek penelitian dan bagaimana fenomena di lapanagan tersebut.

adapun langkah-langkah dalam melakukan proses pengamatan dalam

penelitian ini adalah dengan cara tidak terstruktur. Maksudnya peneliti

bisa kapan saja turun ke lapangan untuk melakukan pengamatan, peneliti

juga melakukan proses wawanncara, namun hal ini dilakukan jika kondisi

memungkinkan. Jadi antara pengamatan dan wawancara bisa dilakukan

bersamaan.

b. Wawancara

Agar dalam proses wawancara dapat berjalan dengan lancar, nyaman

dan informasi yang didapatkan akurat serta tidak ada yang merasa tertekan

antara pewawancara dengan terwawancara maka digunakanlah teknik

45

Suwardi Edraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press, 2006), hlm. 209. 46

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.174. 47

Suwardi Edraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, hlm.209.

Page 35: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

indepth interview (wawancara mendalam) atau wawancara tidak

berstruktur.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara yaitu teknik bagaimana

peneliti memperoleh informasi secara langsung dari informan berupa

keterangan-keterangan yang sesuai dengan tujuan wawancara. Wawancara

adalah a conversation with purpose, wawancara sebagai wahana strategis

pengambilan data, dalam pengambilan data memerlukan kejelian dan

teknik-teknik tertentu.48

Cara yang digunakan adalah mengajukan

pertanyaan yang telah disiapkan kepada responden. Wawancara juga

digunakan dengan maksud tertentu, wawancara itu dilakukan oleh 2 pihak,

yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (Interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu.49

Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai langsung pihak-pihak yang

terkait dengan masalah ini sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub

bab sebelumnya yaitu tokoh masyarakat suku melayu dan nelayan suku

melayu yang secara umum merupakan masyarakat suku melayu yang

tinggal di Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri

Hilir. Adapun langkah – langkah dalam melakukan proses wawancara ini

adalah sebagai berikut :

1) Peneliti akan menentukan siapa orang pertama (informan kunci)

yang akan diwawancarai terlebih dahulu.

2) Kemudian barulah peneliti menjajaki informan-informan lainnya

untuk di wawancarai sampai dengan seterusnya hingga

mendapatkan informasi yang utuh dan jelas.

3) Proses wawancara berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

(pewawancara dengan yang akan diwawancarai).

4) Pertanyaan wawancara tidak dibuat terstruktur, namun hanya

dalam gambaran umum saja.

48

Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,

Epistimologi dan Aplikasi, hlm.151. 49

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hlm.186.

Page 36: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

5) Suasana dalam proses wawancara pun akan dibuat senyaman-

nyaman mungkin.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik akhir yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini. Didalam pendokumentasian

sering dikenal dengan istilah dokumen, record,50

foto dan video/film.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang yang menjadi bukti bahwa hasil penelitian dari

observasi/pengamatan dan wawancara mengandung nilai yang

kredibel, yaitu mengumpulkan literatur-literatur dan data-data yang

berhubungan dengan masalah dengan melihat dokumen-dokumen yang

ada pada suatu lembaga. Dokumentasi ini penulis gunakan untuk

memperoleh data yang berhubungan denga perubahan mata

pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

d. Penentuan Sampel dan Informan

Sampel adalah sumber informasi data itu sendiri, sampel dapat

berupa peristiwa, manusia, situasi, dan sebagainya. Penentuan sampel

dilakukan dengan cara purposive sampling, artinya sampel yang

bertujuan. Jumlah sampel tidak ada batas minimal atau maksimal yang

penting telah memadai dan mencapai data jenuh sehingga tidak

ditemukan informasi baru lagi dari subjek penelitian.51 Sedangkan

penentuan Informan dilakukan dengan menggunakan jaringan, yakni

berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kepala Desa, Ketua RT,

Tokoh masyarakat suku melayu dan nelayan suku melayu yang ada di

50

Menurut Guba dan Lincoln record adalah setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh

seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting,

sedangkan dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Lihat di Lexy J. Moleong, Metodologi

Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.216.

51

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Tanggerang: Pustaka

Widyatama, 2006), hlm. 206.

Page 37: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir

Riau.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan menggambarkan data yang

diperoleh secara kualitatif untuk memberikan makna pada data dan

menjelaskan pola atau kategori yang dibuat berdasarkan temuan lapangan,

yang selanjutnya dicari hubungan antar kata kunci atas temuan lapangan

untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang relevan dalam

penelitian ini.

Analisis dalam penelitian budaya berupa proses pengkajian hasil

wawancara, pengamatan dan dokumen yang telah terkumpul. Data tersebut

begitu banyak jumlahnya, sehingga yang kurang relevan patut direduksi.

Reduksi data dilakukan dengan membuat kelompok-kelompok dan

abstraksi. Model analisis dapat menggunakan model interaktif yaitu tiga

proses; data reduction (reduksi data), data display (pemaparan data) dan

simpulan melalui pelukisan dan verifikasi. Proses analisis dilakukan

seperti model penelitian Ethnografy Spradley sebagai berikut:52

a. Analisis Domain (Kategorisasi)

Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran

atau pengertian yang bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa

yang tercakup disuatu focus atau pokok permasalahan yang akan diteliti,

biasanya dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan

deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan.53

Analisis domain ini

digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari tempat penelitian

secara gars besarnya yaitu mengenai perubahan sistem mata pencaharian

masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang Kabupaten Indragiri

Hilir Riau. Sehingga penulis dapat mengetahui data-data yang didapat

tersebut masuk ke ranah mana saja untuk menjawab dari fokus penelitian

penulis.

52

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, hlm.215. 53

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.305.

Page 38: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

b. Analisis Taksonomi (Menjabarkan Kategori)

Analisis taksonomi baru dilakukan setelah analisis domain, dengan

menggunakan pertanyaan struktural dapat membuktikan domain-domain

dan memperoleh data yang akan diteliti yang termasuk kedalam domain-

domain itu. Dengan analisis taksonomi akan mengarahkan perhatian pada

struktur internal dari domain-domain tersebut.54

Hasil terpilih untuk

memperdalam data yang telah ditemukan melalui sejumlah pertanyaan

kontras.55

Yang bersumber langsung dari tempat penelitian secara garis

besar yaitu perubahan sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

c. Analisis Komponensial (Mencari Perbedaan Spesifik)

Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematis sebagai

komponen makna yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya.56

Hal

ini bertujuan untuk mencari perbedaan dan pertentangan di antara simbol

dalam taksonomis, serta mencari makna yang berbeda didalamnya. Dalam

analisis taksonomi yang diuraikan adalah domain yang telah ditetapkan

menjadi fokus. Melalui analisis taksonomi, setiap domain dicari elemen

yang serupa dan serumpun, hal itu diperoleh melalui data observasi,

wawancara, dan dokumentasi yang terfokus. Dalam analisis kompensional

yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah keserupaan

dalam domain tetapi justru yang memiliki perbedaan atau kontras, jelas

dan penelitian ini yang dicari adalah pertentangan dan perbedaan.

Pada tahap ini penulis tidak lagi mencari persamaan dari data-data

yang diperoleh seperti dalam tahap analisis taksonomi tetapi dalam tahap

ini penulis mencari perbedaan dan pertentangan yang terjadi pada analisis

taksonomi sehigga pada akhirnya dapat menemukan pengertian-pengertian

yang menyeluruh.

54

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.305. 55

James P.Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm.

185. 56

James P. Spradley, Metode Etnografi, hlm. 330.

Page 39: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

d. Analisis Tema Budaya (Mencari Hubungan atau Benang Merah)

Pada tahap ini aktivitasnya adalah mencari benang merah diantara

domain, dan bagaimana hubungannya dengan keseluruhan. Analisis ini

sesungguhnya merupakan upaya untuk mencari benang merah yang

mengintegrasikan lintas domain yang ada.

Jadi, penelitian kualitatif analisisnya bergerak dari analisis domain

hingga ke analisis tema budaya. Pada analisis domain ruang lingkupnya

melebar sebab peneliti berkepentingan untuk mengenali segenap domain

(kategori-kategori simbolis) yang menjadi cakupan dari fokus yang diteliti,

guna memperoleh gambaran umum dan menyeluruh. Setelah itu dengan

analisis taksonomi dan komponensial peneliti memfokuskan penelitiannya

pada beberapa domain saja guna melacaknya secara lebih rinci dan

mendalam dari analisis sebelumnya yang bersifat melebar. Pada akhirnya

atau puncaknya dengan analisis tema. Prosesnya melebar lagi guna

menemukan tema-tema yang keberadaannya termanifestasi atau menjelma

secara luas dalam kawasan keseluruhan atau sejumlah domain.

Analisis tema budaya sesunguhnya merupakan upaya untuk

mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.

Dengan ditemukannya benang merah dari hasil analisis domain,

taksonomi, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu konstruksi

bangunan situasi sosial atau objek penelitian yang sebelumnya masih

gelap atau remang-remang dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi

lebih terang dan jelas.57

H. Triangulasi Data

Dalam proses pemeriksaan keabsahan data, peneliti menggunakan

metode triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data

yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai data perbandingan terhadap data itu.58

Triangulasi data bertujuan untuk memeriksa kembali kebenaran dan

57

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 158. 58

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 330.

Page 40: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

keabsahan data yang diperoleh di lapangan tentang perubahan sistem mata

pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

I. Jadwal Penelitian atau Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan mulai dari pembuatan

proposal skripsi, pengajuan proposal skripsi dan penunjukan Dosen

pembimbing. Setelah itu, konsultasi Dosen pembimbing dan Seminar.

Kemudian, dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar, pengesahan judul

dan permohonan izin riset. Setelah itu, baru pengumpulan data, penyusun

data, analisis data, penulisan draf skripsi, penyusunan dan penggandaan,

terakhir ujian skripsi. Lihat jadwal penelitian halaman 29.

Page 41: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

NO

TAHAP PENELITIAN

BULAN DAN TAHUN

Juli

2019

Agus

2019

Okt

2019

Des

2019

Jan

2020

Feb

2020

Mar

2020

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pembuatan Proposal

Skripsi

x x x x x x

2 Pengajuan Proposal

Skripsi

x x

3 Penunjukan Dosen

Pembimbing

x x

4 Konsultasi Dosen

Pembimbing

x x x x

5 Seminar Proposal x x

x

x

6 Perbaikan Hasil Seminar x x

7 Pengesahan Judul

x

8 Permohonan Izin Riset x

9 Pengumpulan Data x x x x

10 Penyusunan Data X x x x

11 Analisis Data X x x x

12 Penulisan Draf Skripsi x

13 Penyusunan dan

Penggandaan

x x

14 Ujian Skripsi

(munaqasah)

x x X

Page 42: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

29

BAB IV

HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

1. Sejarah Masyarakat Suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang

Suku melayu yang ada di Kelurahan Pulau Kijang merupakan suku

Melayu yang menempati daerah Kepulauan Riau dan Riau daratan59

,

berdasarkan informasi yang penulis dapatkan mereka berasal dari melayu

Reteh, yang dari leluhurnya mereka telah menempati daerah pantai.

Menurut Hamidy yang dikutip oleh Sri Sabakti dijelaskan bahwa melayu

dikategorikan menjadi melayu tua dan melayu muda. Melayu tua yaitu

orang talang mamak, orang sakai dan suku laut, cara keturunan melayu

tua ini tergolong tradisional dan masih memegang teguh adat dan

tradisinya. Melayu muda masyarakatnya lebih banyak tinggal di daerah

pantai dan bersifat lebih terbuka.60

Masyarakat suku melayu yang ada di Kelurahan Pulau Kijang

termasuk golongan melayu muda. Seperti informasi yang disampaikan

oleh tokoh masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang, sebagai

berikut:

”Asal-usul suku melayu di Pulau Kijang ni awalnye dari Reteh,

masyarakat nye banyak yang tinggal di pesisir pantai. beda

dengan melayu yang tingal di daratan atau yang tinggal dalam

hutan tu. Mereka tersebarnya di daerah Indragiri Hulu, Waktu itu

Reteh kan masih dikuasai Kerajaan Lingga. Sekitar tahun 1833 lah

orang melayu ni mulai mencari tempat yang aman, dan mereka

melewati sungai gangsal. Sungai gangsal itu masih perbatasan

59

Sri Sabakti, Hakikat Hidup Masyarakat Riau Berdasarkan Legenda Pulau

Kijang,hlm.276. 60

Sri Sabakti, Hakikat Hidup Masyarakat Riau Berdasarkan Legenda Pulau Kijang,

hlm.276.

Page 43: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

dengan kotabaru dan sanglar. Sudah tu mereka menemukan

daerah baru ya Pulau Kijang ni. yang hampir rata-rata

masyarakat sini sukunya melayu. Tempat –tempat yang jadi tempat

tinggal orang melayu ni mulai dari Pulau Kijang, Madani, Metro,

Sungai Terap, Pulau Ruku, Sungai Undan. Yang jelas tiap desa tu

ada, cuman banyak ngumpul di Pulau Kijang ni lah.61

Transliterasi :

Asal-usul suku melayu di Pulau Kijang ini pada mulanya dari

Reteh, masyarakatnya banyak yang tinggal di pesisir pantai.

Berbeda dengan melayu yang tinggal di daratan atau yang tinggal

di dalam hutan. Mereka tersebar di daerah Indragiri Hulu, pada saat

itu Reteh masih dikuasai Kerajaan Lingga. Sekitar tahun 1833

masyarakat melayu ini mencari tempat yang aman, dan melewati

sungai gangsal. Sungai gangsal itu masih perbatasan dengan

kotabaru dan sanglar. Kemudian mereka menemukan daerah yang

baru yaitu Pulau Kijang ini. Yang hampir rata-rata masyarakat

disini sukunya melayu.Tempat-tempat yang menjadi tempat tinggal

orang melayu yakni Pulau Kijang, Madani, Metro, Sungai Terap,

Pulau Ruku, Sungai Undan, lebih jelasnya setiap desa itu ada,

hanya saja lebih banyak yang tinggalnya di Pulau Kijang.

Senada dengan informasi yang disampaikan oleh tokoh masyarakat

suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang, sebagai berikut :

”Reteh tu dulunya nama sungai, sungai tu punya dua muara. Dan

kedua-duanya tu bermuara di sungai gangsal. Muara sungai reteh

yang pertama tu di perbatasan Desa sanglar same Desa Pulau

Kecil yang dikenal dengan parit 20 atau reteh lama. Muara yang

satunya di perbatasan kota baru same kota baru seberida. Tu

makanye jarak pindah nya orang melayu dari tempat-tempat yang

61

Hasil Wawancara dengan Nenek Awi. Salah satu tokoh masyarakat suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang. Kamis, 30 April 2020, 10.30 WIB s/d 11.30 WIB di Rumah kediaman

nya

Page 44: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

disebut tadi tak jauh dari Pulau Kijang. Itungan masih satu muara

lah dengan Pulau Kijang.62

Transliterasi:

Reteh itu awalnya nama sungai, sungau tersebut mempunyai dua

muara. Dan kedua-duanya itu bermuara di sungai gangsal. Muara

sungai reteh yang pertama itu perbatasan desa sanglar dan desa

pulau kecil yang dikenal dengan parit 20 atau reteh lama. Muara

yang selanjutnya di perbatasan kota baru dan kota baru seberida.

Itu sebabnya jarak perpindahan orang-orang melayu dari tempat-

tempat tersebut diatas tidak jauh dari Pulau Kijang. Hitungannya

masih satu muara dengan Pulau Kijang

Data diatas menunjukkan bahwa suku Melayu yang berada di

Kelurahan Pulau Kijang akibat daerah Reteh dikuasai oleh Kerajaan

Lingga, sekitar tahun 1833 sehingga masyarakatnya mengungsi

melalui sungai gangsal untuk mencari tempat yang aman dan

menemukan daerah-daerah tersebut yang saat ini menjadi cakupan

wilayah Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir.

Dari informasi diatas penulis menjelaskan bahwa asal-usul Suku

Melayu di Kelurahan Pulau Kijang berasal dari Indragiri Hilir Reteh.

Dari beberapa daerah tersebut Pulau Kijang menjadi daerah dominan

yang di duduki masyarakat suku melayu, kemudian Sungai Undan,

Metro, Sungai Mahang, Tanjung Labuh dan Pulau Ruku.

2. Kondisi Geografis Suku Melayu

1. Letak Desa/Kelurahan

Kelurahan Pulau Kijang merupakan salah satu Ibukota dari

Kecamatan Reteh, dimana secara geografis Kelurahan Pulau Kijang

merupakan salah satu lokasi dimana masyarakat melayu itu tinggal.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan bahwa suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang berdistribusi di beberapa tempat, namun

62

Hasil wawancara dengan Bapak Jamil, salah seorang tokoh melayu di Kelurahan Pulau

Kijang. Kamis, 30 Januari 2020 pukul 09.30 WIB s/d 10.30 WIB dirumah kediamannya.

Page 45: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

banyak yang berdomisili di Kelurahan Pulau Kijang dan wilayah

persebarannya ada di Pulau Kijang, Madani, Metro, Sungai Undan,

Sungai Mahang, Pulau Ruku dan lain-lain.

Lokasi yang digunakan sebagai penelitian ialah Kelurahan Pulau

Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir dimana tempat

masyarakat suku melayu itu tinggal. Kelurahan Pulau Kijang tempat

pemukiman suku melayu termasuk dataran rendah, di pinggiran pantai

atau pesisir, kawasan rawa dan tanah gambut, daerahnya di kelilingi

oleh laut dan dibatasi oleh parit. Dalam satu kelurahan memiliki

beberapa Rukun Tetangga (RT) dan jarak antara RT satu dengan yang

lainnya berdekatan, sedangkan jarak desa ke kota jaraknya cukup jauh

sehingga pemukiman masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang termasuk daerah pedesaan. Jarak desa ke kota dijelaskan pada

tabel dibawah ini.

Tabel.I

Jarak dari Desa/Kelurahan ke Kota

NO Keterangan Jarak Waktu tempuh

1. Dari Desa ke Kecamatan 2½ KM 1½ Jam

2. Dari Desa ke Kabupaten 100 KM 4 Jam

3. Dari Desa ke Provinsi 360 KM 8 Jam

Sumber: profil Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh, tahun 2014

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa jarak pemukiman masyarakat

suku melayu menuju Kecamatan menempuh waktu cukup dekat dan tidak

memakan waktu yang cukup lama, hanya saja jika akan menuju ke Provinsi

lumayan jauh ditambah lagi dengan kondisi jalan yang tidak

memungkinkan.

Page 46: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

2. Batas Desa

Kelurahan Pulau Kijang adalah salah satu dari 3 Kelurahan yang ada

di Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau dengan luas wilayah

8,78 Km (data sementara). Kelurahan Pulau Kijang juga berbatasan

langsung dengan :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Metro

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Madani

3. Sebelah Utara berbatasan dengan sungai Gangsal

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Jabung Barat Provinsi

Jambi.63

Akses menuju ke lokasi permukiman masyarakat suku Melayu di

Kelurahan Pulau Kijang dapat ditempuh dengan menggunakan 2 akses

yakni laut dan darat. Kelurahan Pulau Kijang sendiri di kelilingi oleh

sungai-sungai yang bermuara pada laut menuju perbatasan Provinsi

Jambi. Seperti keterangan yang disampaikan oleh Lurah Kelurahan

Pulau Kijang sebagai berikut:

”Jika dimulai dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi

dapat ditempuh menggunakan transportasi laut atau Speedbot

ongkos yang dikeluarkan sekiatar 50 ribu. Jalur kedua jika dimulai

dari Ibukota Kabupaten Indragiri Hilir Riau dapat ditempuh

melalui dua jalur yakni jalur darat dan jalur laut, jalur laut dengan

menggunakan speedbot harus mengeluarkan ongkos sebesar 50

ribu, jalur darat biasanya dapat ditempuh sekitar 3 jam

menggunakan mobil dan sepeda motor karena akses jalan yang

kurang bagus dan ongkos yang dikeluarkan sekitar 100-150 ribu.64

Tinggi pusat pemerintahan wilayah Kelurahan Pulau Kijang dari

permukaan laut adalah 1 sampai dengan 4 meter. Ditepi-tepi sungai dan

63

Sumber: profil Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh, tahun 2014.

64 Hasil Wawancara dengan Lurah Kelurahan Pulau Kijang Bapak Surya Indra. Kamis 30

Januari 2020 Pukul 10.20 WIB s/d 11.40 WIB.

Page 47: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

muara parit-parit banyak terdapat tumbuhan seperti pohon nipah, kayu

putat, rengas, pedada, bakau dan pada bagian pinggirnya sungai

ditumbuhi oleh pohon-pohon sagu dan sebagian area lagi ditanami

tanaman padi serta perkebunan kelapa hybrida. Keadaan tanahnya yang

terdapat di sepanjang sungai terletak antara 100-150 meter dan sebagian

lagi terdiri dari tanah gambut dan endapan lumpur serta dijadikan tanah

pertanian dengan klasifikasi sedang.65

Terdapat tiga jenis alat transportasi yang bisa digunakan untuk

bepergian. Pertama, alat transportasi cepat, biasa disebut speedbot atau

pancung. Pancung ini (istilah yang dikenal masyarakat setempat)

merupakan satu-satunya alat transportasi umum yang dapat

mengantarkan penumpangnya yang biasa digunakan untuk bepergian ke

Ibukota Kabupaten yakni Tembilahan, dan juga ke daerah lain seperti

Jambi dan Batam. Kedua, alat transportasi lambat yang biasa disebut

dengan pompong, menggunakan mesin diesel yang berukuran kecil atau

besar dan memakan waktu cukup lama sekitar 5 jam perjalanan,

sedangkan menggunakan speedboat hanya memakan waktu sekitar 2

jam. Ketiga, alat transportasi lambat yang biasa disebut dengan sampan,

biasanya sampan digunakan sebagai sarana penyeberangan dari

Kelurahan Pulau Kijang menuju desa Benteng seberang parit Jawa,

sarana pemasangan bubu di rawa-rawa atau untuk mengambil daun

nipah disungai terdekat untuk dibuat atap rumah.

3. Kondisi Sosial Budaya Suku Bangsa

a) Demografis

Kelurahan Pulau Kijang merupakan kawasan pesisir yang

banyak dihuni oleh para nelayan, petani dan pedagang. Catatan

yang diperoleh dari monografi desa menjelaskan bahwa jumlah

penduduk di Kelurahan Pulau Kijang ini berjumlah 14.718 jiwa

65

Hasil Wawancara dengan Bapak Surya Indra. Kamis 30 Januari 2020 Pukul 10.20 WIB

s/d 11.40 WIB.

Page 48: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

dengan rincian jenis kelamin laki-laki 7.379 jiwa dan jenis

kelamin perempuan 7.339 jiwa. Dengan jumlah suku bangsa yang

tersebar di Kecamatan Reteh berdasarkan tabel dibawah ini:

Tabel. 2

Jumlah Penduduk di Kelurahan Pulau Kijang

Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah Persentase

1 Suku Bugis 5.301 35%

2 Suku Melayu 3.534 20%

3 Suku Banjar 3.004 17%

4 Suku Jawa 2.650 15%

5 Suku Minang 1.413 8%

6 Suku Batak 5.30 3%

7 Cina 3.53 2%

Sumber: profil Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh, tahun 2014

Berdasarkan data suku bangsa dalam tabel tersebut, jumlah

masyarakat suku melayu yang berdomisili di Kelurahan Pulau Kijang

kurang lebih berjumlah 15 % mencakup jumlah laki-laki dan perempuan,

seperti keterangan yang disampaikan oleh Lurah Kelurahan Pulau Kijang

berikut ini:

”Kalo soal suku di Kelurahan Pulau Kijang itu bervariasi, suku

melayu jumlahnye banyak tapi suku pendatang lebih banyak lagi

sekarang tu. Kalo di Pulau Kijang ni suku Bugis mulai

mendominasi, malah jumlah nya lebih banyak dibanding suku-suku

pendatang lainnye”.66

Transliterasi:

66 Hasil Wawancara dengan Bapak Surya Indra. Kamis 30 Januari 2020 Pukul 10.20 WIB

s/d 11.40 WIB.

Page 49: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Kalau soal suku di Kelurahan Pulau Kijang itu bervariasi, suku

melayu jumlahnya banyak tetapi suku pendatang lebih banyak lagi

sekarang itu. Kalau di Pulau Kijang ini suku Bugis mulai

mendominasi, justru jumlahnya lebih banyak dibanding suku-suku

pendatang lainnya.

Berdasarkan data diatas, bahwa suku-suku yang ada di Kelurahan

Pulau Kijang jumlahnya bervariasi dan berdomisili di beberapa tempat.

Penduduk Kelurahan Pulau Kijang jika dibandingkan dengan Kelurahan

lainnya tingkat keberagamaannya paling tinggi. Ada sekitar 7 suku

bangsa yang berdomisili ditempat ini diantaranya adalah Melayu, Bugis,

Jawa, Banjar, Minang, Batak Mandailing dan Cina. Namun secara

kuantitas beberapa etnis Jawa, Banjar, Melayu dan Bugis jumlah nya

lebih besar. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin sebagaimana

dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

Tabel .2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 7.379

2 Perempuan 7.339

Jumlah 14.718

Sumber: profil Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh, tahun 2014

Data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jumlah

suku bangsa di Kelurahan Pulau Kijang terdapat suku Melayu, Jawa,

Bugis, Batak dan beberapa etnis Cina.

b) Agama

Masyarakat suku melayu adalah masyarakat yang pada umumnya

beragama Islam. Dalam sejarah masyarakat suku melayu di Kelurahan

Pulau Kijang sebelum masuk Islam masih menganut kepercayaan.

Kepercayaan masyarakat suku melayu ialah mempercayai adanya dewa,

Page 50: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

setan dan jin berada. Kepercayaan tentang suatu kekuatan di luar mereka

atau yang disebut dengan animisme67

dan dinamisme68

, Bagi mereka

pohon atau bukit tempat dewa-dewa sangat mempengaruhi kehidupan

mereka karena memiliki kepercayaan terhadap makhluk dan kekuataan

supernatural yang menaruh perhatian pada kehidupan manusia sebagai

tempat mereka memohon.69

Menurut informasi yang disampaikan oleh salah satu tokoh

masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang, berikut ini:

”Dulunye dari zaman nenek moyang. masyarakat suku melayu

sebelum masuk Islam masih menganut agama nenek moyang,

khususnya melayu yang tergolong melayu tua yang masih

tradisional, kalu untuk melayu muda rata-rata dah masuk Islam lah.

Karena kan Islam tu dah jadi ciri khasnya orang melayu”70

Transliterasi:

Dahulunya dari zaman nenek moyang. Masyarakat suku melayu

sebelum masuk Islam masih menganut agama nenek moyang,

khususnya melayu yang tergolong melayu tua yang masih

tradisional, kalau untuk melayu muda rata-rata sudah masuk Islam.

Karena Islam itu sudah menjadi ciri khasnya orang melayu.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa awalnya masyarakat suku

melayu masih menganut kepercayaan yakni animisme dan dinamisme.

Akan tetapi, lambat laun mengalami perubahan dalam segi agama,

sehingga di Kelurahan Pulau Kijang secara mayoritas masyarakatnya telah

67

Animisme, kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon,batu, sungai,

gunung dan sebagainya), Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, hlm.3. 68

Dinamisme, kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga yang dapat

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, hlm.8 69

Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama,

(Jakarta: Rajawali Persada, 2007), hlm.153. 70 Hasil Wawancara dengan Nenek Awi. Salah satu tokoh masyarakat suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang. Kamis, 30 April 2020, 10.30 WIB s/d 11.30 WIB di Rumah kediaman

nya

Page 51: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

memeluk agama Islam dan setelah kehadiran Islam golongan melayu ini

memeluk agama Islam, kemudian Islam dijadikan sebagai identitas orang

melayu. Seperti dikatakan oleh ”Ghalib” bahwa identitas orang melayu

adalah berbahasa melayu, beradat-istiadat melayu dan beragama Islam71

.

Penduduk Pulau Kijang yang menganut agama Islam jumlahnya

lebih besar dibanding dengan penduduk non-Islam. Untuk penduduk yang

memeluk Islam diantaranya orang-orang melayu yang merupakan

penduduk asli dan juga ada beberapa suku pendatang seperti Bugis, Jawa,

Banjar dan Minang.72

Jumlah penduduk menurut agama masyarakat

Kelurahan Pulau Kijang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel.3

Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Kijang Menurut Agama

No Agama Jumlah

1 Islam 13.902 Jiwa

2 Kristen 530 Jiwa

3 Cina 353 Jiwa

Jumlah 14.785 Jiwa

Sumber: Profil Kantor Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh,

tahun 2014.

Berdasarkan data tersebut penulis berkesimpulan bahwa,

masyarakat Kelurahan Pulau Kijang mayoritas memeluk agama Islam dan

mereka taat dalam menjalankan ibadah, ketaatan masyarakat dalam

menjalankan ibadah didukung dengan banyaknya sarana tempat beribadah

sebagai penunjang dalam menjalankan ibadahnya disertai dengan

kegiatan-kegiatan keberagamaan yang lain, berdasarkan informasi yang

disampaikan oleh Pak Baharudin, sebagai berikut:

71

Sri Sabakti, Hakikat Hidup Masyarakat Riau Berdasarkan Legenda Pulau Kijang, hlm

276. 72

Hasil wawancara dengan Bapak Udin, salah seorang staf kantor di Kelurahan Pulau

Kijang. Selasa, 28Januari 2020 pukul 10.40 WIB s/d 11.20 WIB.

Page 52: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

”kegiatan kami dari segi keagamaan sangat bervariasi, seperti

acara istighosah yang dilaksanakan setiap sebulan sekali, terus

kegiatan hari-hari besar Islam kami rayakan juga kerjasama juge

dengan BKMT nye, terus kegiatan pengajian-pengajian lain yang

dilaksanakan di masjid pada malam jumat”73

Transliterasi:

Kegiatan kita dari segi keagamaan sangat bervariasi. Seperti acara

istighosah yang dilaksanakan setiap sebulan sekali, kemudian

kegiatan hari-hari besar Islam kita rayakan juga kerjasama dengan

BKMT nya. Kemudiam kegiatan pengajian-pengajian lain yang

dilaksanakan di masjid pada malam jumat.

Nuansa keberagamaan yang berbasis Islam masyarakat suku melayu

di Kelurahan Pulau Kijang ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial

masyarakat, hal ini tampak dalam sikap menjalankan kehidupan

bermasyarakat. Sejalan dengan pandangan Roland Robertson bahwa

kehidupan kelompok atau bermasyarakat tentang tradisi keagamaan yang

dimiliki oleh sekelompok orang atau golongan menciptakan suatu hal

yang kohesif yang menyatukan keanekaragaman budaya Islam dan sistem

keyakinan keagamaan yang lain.74

Sementara jumlah rumah ibadah di

Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau

seperti tabel berikut:

73

Hasil wawancara dengan Bapak Baharuddin. Selasa 05 Februari 2020 pukul 09.30 WIB

s/d 10.20 WIB di Kantor 74

Roland Roberston. Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1993), hlm.IX.

Page 53: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Tabel. 4

Sarana Peribadatan Masyarakat Kelurahan Pulau Kijang

No Sarana Jumlah

1 Masjid 10

2 Langgar atau surau 15

3 Gereja 1

Total 36

Sumber: Profil Kantor Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh, tahun 2014.

Dari data berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat

keberagamaan masyarakat di Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh sangat

tinggi. Hal itu karena mayoritas masyarakat di Kelurahan Pulau Kijang khususnya

masyarakat melayu beragama Islam.

c) Sistem Budaya

Masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang menjalankan aktivitas

kehidupan mereka dengan berpedoman dengan adat istiadat mereka. Adat istiadat

merupakan pedoman bagi masyarakat suku melayu dalam menjalankan kehidupan

sehari-hari maupun kehidupan sosial-budaya lainnya. Karena adat istiadat

merupakan warisan dari nenek moyang masyarakat suku melayu itu sendiri,

seperti: sistem perkawinan dan sistem kekerabatan

1. Sistem Perkawinan

Sistem perkawinan bagi masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang, dimana untuk memutuskan pasangan hidup dari dua calon mempelai harus

besepakat dan berunding terlebih dahulu, seperti apakah lamaran diterima atau

tidak diterima, dan menentukan tanggal pernikahan dan seperti apa pernikahan

tersebut, dimana posisi menetap setelah menikah dan masalah-masalah lainnya,

itulah adat istiadat masyarakat suku melayu sebelum melakukan pernikahan

tersebut, maka harus dilakukan proses berunding dengan kedua mempelai.

Page 54: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Biasanya Setelah berunding antara kedua pihak, bahwa mempelai lelaki

menyerahkan bahan seserahan sebelum hari pernikahan diserahkan kepada pihak

mempelai wanita. Seserahan berupa uang, sirih, pinang dan bahan pokok

makanan lainnya dan uang, mas bagi yang memiliki uang yang cukup, jika tidak

ada uang, mereka cukup menyerahkan sirih pinang dan bahan pokok kepada

mempelai wanita.

Menurut informasi Ibu Umi selaku masyarakat suku melayu di Kelurahan

Pulau Kijang berikut ini:

”Suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang sebelum nak nikah kami adekan

rundingan dulu lah antara kedua belah pihak, diterima idaknya tu urusan

belakang lah. Yang jelasnye sesuai dengan adat kami lah. Kalo suku

melayu Pulau Kijang kalo menikah dak diwajibkan harus menikah

sesamo, karno ado juga orang melayu yang nikah same jawa atau banjar,

tapi kalu melayu nikah dengan bugis itu jarang kite jumpai. Kalo

seserahan yang dibawa tu same je lah. Macam bawa uang,pinang, sirih

dan bahan pokok lainnye”75

Transliterasi:

Suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang sebelum akan menikah kita

mengadakan rundingan terlebih dahulu antara kedua belah pihak diterima

tidaknya itu urusan terakhir. Lebih jelasnya sesuai dengan adat kami.

Kalau suku melayu Pulau Kijang kalau menikah tidak diwajibkan harus

dengan sesama, karena ada juga orang melayu yang menikah dengan Jawa

atau Banjar, tetapi kalau melayu menikah dengan Bugis itu jarang kita

jumpai. Kalau seserahan yang dibawa itu sama sajalah. Seperti membawa

uang, pinang, sirih dan bahan pokok lainnya.

75

Hasil wawancara dengan Nenek Awi. Salah satu tokoh masyarakat suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang. Kamis, 30 April 2020, 10.30 WIB s/d 11.30 WIB di Rumah kediaman

nya

Page 55: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang tokoh

melayu di Kelurahan Pulau Kijang, beliau menyatakan bahwa:

”sebenarnye kalu ditanye tentang adat pernikahan kite same aja dengan

orang – orang yang lain, yaitu harus berunding dan bersepakat menerima

dan menghantar. Kalo sudah diterima kami juga adakan pesta”.76

Transliterasi:

Sebenarnya kalau ditanya tentang adat pernikahan kita sama saja dengan

orang-orang yang lain, yaitu harus berunding dan bersepakat menerima

dan menghantar. Kalau sudah diterima kami juga mengadakan pesta.

Dari pernyataan diatas penulis melihat bahwa masyarakat suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang dalam sistem pernikahan masih sesuai dengan adat

mereka, bahwa masyarakat suku melayu sebelum melakukan pernikahan mereka

harus berunding antara kedua belah pihak mempelai, setelah lamaran diterima

maereka melakukan pernikahan dan mengadakan pesta.

2. Sistem Kekerabatan

Masyarakat suku melayu menganut sistem kekerabatan berdasarkan

prinsip Matrilineal.77

Yang sama dengan Minangkabau, mereka tidak

diperbolehkan memanggil istri atau suami dengan sebutan nama. Demikian pula

antara adik dan kakak dengan orangtua, mereka tidak diperbolehkan

mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dan tidak sopan, karena mereka harus

menghormati hubungan dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam

sekitarnya.

76

Hasil wawancara kepada Ibu Umi. Sabtu 1 Februari 2020, pukul 13.30 WIB s/d 14.00

WIB, di Rumah kediamannya. 77

Istilah dan konsep matriachaat yang berarti sistem kekeluargaan dengan mater atau ibu

yang berkuasa. Para ahli sudah tahu bahwasistem serupa itu tak ada. Yang ada hanyalah

kelompok-kelompok keluarga yang terikat prinsip-keturunan yang diperhitungkan melalui garis

ibu. Baca Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta:PT Dian Rakyat,1992),

hlm. 84.

Page 56: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

3. Sistem Pendidikan

Masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang sudah hampir rata-

rata dapat bersekolah, program pendidikan 9 tahun dari pemerintah secara garis

besar telah dilaksanakan, akan tetapi masih ada beberapa yang hanya

menamatkan sekolahnya sampai jenjang sekolah menengah pertama. Karena

faktor mereka yang tidak mau bersekolah dan adapula kurangnya dana dan

kurangnya ilmu pengetahuan orangtua terhadap pentingnya pendidikan.

Sesuai dengan informasi guru sekolah di Kelurahan Pulau Kijang, berikut

ini:

”Kalau dulu memang banyak mereka ni yang tak sekolah. Kadang sudah

tamat Sekolah Dasar dak nyambung lagi, kadang ade juga lah yang tamat

SMA atau SMK. Tapi sekarang dah banyak lah yang sekolah, bahkan

banyak juga yang sudah kuliah ke kota. Perubahan tu dapat dirasakan

kurang lebih 20 tahun terakhir ”78

Transliterasi:

Kalau dahulu memang banyak mereka yang tidak bersekolah. Terkadang

setelah lulus Sekolah Dasar tidak meneruskan lagi, terkadang ada juga

yang lulus SMA dan SMK. Tetapi saat ini sudah banyak yangbersekokah,

bahkan banyak juga yang sudah kuliah ke kota. Perubahan tersebut dapat

dirasakan kurang lebih 20 tahun terakhir.

Berdasarkan data di atas, penulis berkesimpulan bahwa masyarakat suku

melayu di Kelurahan Pulau Kijang sekitar 20 tahun terakhir sudah banyak yang

bersekolah. Akan tetapi ada juga beberapa orang tua yang menyekolahkan

anaknya sampai ke jenjang SMA, dikarenakan cukup memiliki dana yang besar.

Membiayai anaknya sekolah sampai ke jenjang yang lebih tinggi dengan harapan

78

Hasil wawancara dengan Bapak Azwir. Sabtu, 1 Februari 2020 Pukul 09.00 s/d 10.00. Di

Rumah Kediamannya.

Page 57: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

dapat membantu orang tuanya. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk

berdasarkan tingkat pendidikan:

Tabel.6

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang

bersekolah

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Tidak Bersekolah 10 %

2. Sekolah Dasar 30 %

3. Sekolah Menengah Pertama 20 %

4. Sekolah Menengah Atas 40 %

Sumber: Profil Kantor Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh, tahun

2014

Berdasarkan data di atas penulis menyimpulkan bahwa di Kelurahan

Pulau Kijang dilihat dari sistem pendidikan, masih ada beberapa dari mereka yang

tidak bersekolah. Tidak bersekolah dengan alasan tidak memiliki dana disisi lain

mereka juga sudah tidak ada keinginan untuk bersekolah, karena sudah merasa

bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri, sehingga mereka tidak berkeinginan

untuk bersekolah ataupun melanjutkan sekolah kembali.

B. HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Melayu di Kelurahan

Pulau Kijang

Sistem mata pencaharian merupakan sistem yang tidak bisa dipisahkan

dari kehidupan masyarakat, karena mata pencaharian dan kehidupan manusia

saling memiliki keterkaitan. Sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang berdasarkan pengamatan penulis pada awalnya sebagai

nelayan atau mencari ikan di laut. Seperti informasi yang disampaikan oleh salah

seorang ketua RT di Kelurahan Pulau Kijang, berikut ini :

Page 58: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

”Kerje jadi nelayan ni udah lama dilakukan same kami, sekitar tahun

1900an ini, kegiatan masyarakat melayu kalo cari ikan di laut masih besar

potensi nya, karne sumber daya alamnye masih dukung tambah lagi

dengan modal dan perlengkapan yang digunakan dak terlalu besar” 79

Transliterasi:

Kerja menjadi nelayan ini sudah lama dilakukan dengan kita, sekitar tahun

1900an kegiatan masyarakat dalam mencari ikan di laut masih besar

potensinya, karena sumber daya alamnya masih mendukung ditambah lagi

dengan modal dan perlengkapan yang digunkaan tidak terlalu besar.

Keuntungan yang mereka peroleh pada saat bekerja mencari ikan di laut

dimanfaatkan oleh masyarakat suku melayu untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Pada awalnya mata pencaharian sebagai nelayan menjadi unsur terpenting

dalam kehidupan masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang, hal ini

sebagaimana yang dikatakan salah seorang tokoh melayu di Kelurahan Pulau

Kijang, sebagai berikut:

”Sistem mata pencaharian orang-orang melayu Pulau Kijang ni dari

nenek moyangnye dulu dah kerje jadi nelayan. Teknologi yang

digunakan masih sederhane seperti belat, sondong, rawai, dan hasilnya

di jual ke tengkulak, dan sisanye digunakan untuk kebutuhan sehari-

hari. Banyak yang milih kerje jadi nelayan daripada buka lahan.

Padahal dulunye Pulau Kijang ni banyak lahan kosong, tapi orang

melayu malah suke kerja nelayan. Karne dulu orang melayu Pulau

Kijang ni banyak yang tak pandai bekebun”80

Transliterasi:

79

Hasil wawancara dengan Bapak Aji, salah seorang nelayan suku melayu di Kelurahan

Pulau Kijang. Kamis, 30 Januari 2020 pukul 15.40 WIB s/d 16.20 WIB dirumah kediamannya. 80

Hasil wawancara dengan Bapak Jamil, salah seorang tokoh melayu di Kelurahan Pulau

Kijang. Kamis, 30 Januari 2020 pukul 09.30 WIB s/d 10.30 WIB dirumah kediamannya.

Page 59: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Sistem mata pencaharian orang-orang melayu Pulau Kijang ini dari

zaman nenek moyang dahulu mereka sudah bekerja sebagai nelayan.

Teknologi yang digunakan masih sederhana seperti belat, sondong81

,

rawai82

, dan hasilnya di jual ke tengkulak dan sisanya digunakan untuk

kebutuhan sehari-hari. Banyak yang memilih bekerja sebagai nelayan

dari pada membuka lahan kosong. Padahal dahulunya di Pulau Kijang

ini banyak lahan kosong, tetapi masyarakat melayu memilih mencari

ikan saja. Karena dahulu orang melayu Pulau Kijang ini banyak yang

tidak pandai berkebun.

Senada dengan yang disampaikan oleh salah seorang nelayan suku

melayu di Kelurahan Pulau Kijang, sebagai berikut:

”Dulunye kerje kami fokus nye mencari ikan di laut, karne penghasilan

nye lah pasti ade. Tiap pegi melaut sekali berangkat tu dapat lah 20-30

kiloan. Tapi berhari-hari kami di laut tu. Sekitar 3-4 hari. Siang dak tau

siang, malam dak tau malam. Tapi hasilnye sesuai lah dengan usaha

kami. Pokoknye harus bawak persediaan makanan. Karne kalo dak gitu

susah.”83

Transliterasi:

Dahulu pekerjaan saya fokus mencari ikan di laut. Karena penghasilanya

sudah pasti ada. Setiap pergi ke laut satu kali berangkat itu mendapatkan

20-30 kilo. Tetapi berhari-hari saya di laut itu. Sekitar 3-4 hari. Siang

tidak tau siang, malam tidak tau malam. Tetapi hasilnya sesuai dengan

usaha saya. Pokoknya harus membawa persediaan makanan. Karena

kalau tidak seperti itu susah.

81 Sondong adalah alat tangkap ikan dalam bentuk jaring tetapi dalam beroprasi, jaring

ini biasanya di sisi kanan dan kirinya di beri penahan kayu dan di dorong menggunakan

perahu atau pompong. 82 Rawai adalah salah satu jenis alat tangkap ikan yang terdiri dari sederetan tali

utama dan pada ujung tali di pasang kail pancing. 83

Hasil wawancara dengan Bapak Asmail, salah seorang nelayan suku melayu di

Kelurahan Pulu Kijang. Sabtu, 01 Februari 2020 pukul 10.40 WIB s/d 11.20 WIB di rumah

kediamannya.

Page 60: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Dari penjelasan tersebut sistem mata pencaharian masyarakat suku

melayu di Kelurahan Pulau Kijang awalnya masih memfokuskan pekerjaannya

sebagai nelayan, karena pendapatan nelayan masih sangat banyak. Bahkan mereka

dapat mendapatkan penghasilan lebih ketika mereka melaut. Sebagaimana

penjelasan yang disampaikan oleh salah seorang penampung ikan (tengkulak) di

Kelurahan Pulau Kijang, ia mengatakan bahwa:

”Iyee... dulu aku ni di banyak nerime hasil pendapatan ikan dari

nelayan, banyak keuntungan yang aku hasilkan dari hasil nampung

ikan. dulu setiap petang subuh para nelayan tu udah banyak

ngumpulan di pelabuhan dermaga pasar tu. Orang nye masih rame.

Sekarang ni dah tak sebanyak dulu lagi orangnye.”84

Transliterasi:

Iyaa... dahulu saya ini banyak menerima hasil pendapatan ikan dari

nelayan, banyak keuntungan yang saya peroleh dari hasil menampung

ikan. Dahulu setiap sebelum subuh para nelayan itu sudah banyak yang

berkumpul di pelabuhan dermaga pasar itu. Orangnya masih ramai.

Sekarang ini sudah tak seramai dahulu lagi orangnya.

Berdasarkan informasi tersebut penulis dapat menjelaskan bahwa mata

pencaharian nelayan menjadi faktor utama disamping adanya mata pencaharian

yang lain. Mengenai mata pencaharian suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

terdapat beberapa jenis mata pencaharian yang mereka lakukan seperti melaut,

membuat kerajinan (atap, tungku dapur, ikan kering, tikar pandan) buruh kelapa-

pinang, jual ikan keliling sehingga kehidupan mereka sangat terpingirkan. Dengan

alasan demikian membuat masyarakat suku melayu untuk merubah pola hidupnya

dengan melakukan perubahan dalam sistem mata pencahariannya.

84

Hasil wawancara dengan Bapak Dion, salah seorang tengkulak (penampung ikan) di

Kelurahan Pulau Kijang. Selasa 04 Januari 2020 pukul 15.40 WIB s/d 16.20 WIB di pelabuhan

DAM Pulau Kijang.

Page 61: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Berdasarkan informasi yang disampaikan salah seorang ketua RT

masyarakat melayu Pulau Kijang yang bermata pencaharian nelayan ia

mengatakan bahwa :

”Masyarakat sekitar sini awalnya selain nyari ikan banyak juge yang

kerje nye serabutan. Kalo tak melaut mereke ni bikin atap dari daun

nipah yang di ambeknye pas balek dari laut, perempuan nye bikin

kerupuk, bikin ikan kering, tungku dapur. yang jelasnye kerje yang

dapat hasilkan duet lah.”85

Transliterasi :

Masyarakat daerah ini awal mulanya selain mencari ikan banyak juga

yang kerjanya masih serabutan. Ketika tidak melaut mereka ini

membuat atap dari daun nipah yang diambilnya ketika pulang dari laut,

perempuan nya membuat kerupuk, membuat ikan asin, tungku dapur.

Yang jelas pekerjaan yang dapat menghasilkan uang.

Informasi diatas penulis menyimpulkan bahwa sistem mata pencaharian

masyarakat melayu di Kelurahan Pulau Kijang ini awalnya masih sangat

sederhana, sedangkan masyarakat suku melayu sendiri menginginkan ekonomi

yang cukup membaik, tidak hanya mendapatkan penghasilan hari ini dan habis

untuk hari ini, tetapi penghasilan yang dapat digunakan sebagai modal untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat suku melayu dimasa mendatang.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang tokoh melayu di

Kelurahan Pulau Kijang, sebagai berikut :

”Sekarang tu posisi nye udah berbeda sama dulu . Kami kate lah orang

melayu tu memang terkenal pemalas. Tapi mereka juge pengen hidup

enak. Kerje di laut penghasilan ade tapi resiko besar. Akhirnya orang

nelayan dah mulai bepikir pegi beladang, ada yang sudah buka lahan,

85

Hasil wawancara dengan Bapak Junaidi, salah seorang ketua RT di Kelurahan Pulau

Kijang. Sabtu 01 Januari 2020 pukul 12..40 WIB s/d 13.20 WIB di Rumah Kediamannya.

Page 62: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

punya kebun sendiri meskipun tak banyak. Yang jelasnye hasilnya juge

lumayan, apalagi kalu harga kelape sama pinang naek. Yang masih

cari ikan masih ade juge tapi tak seberapa banyak. Yaa itu tadi mereka

ni mikirkan resiko itu lah kalo tetep bertahan jadi nelayan aje.86

Transliterasi :

Sekarang itu posisinya sudah berbeda dengan dahulu. Saya katakan lah

orang melayu itu memang terkenal pemalas. Tetapi mereka juga ingin

hidup enak. Kerja di laut penghasilan ada tapi resiko besar. Akhirnya

orang nelayan sudah mulai berfikir pergi berladang, ada yang sudah

membuka lahan, mempunyai kebun sendiri meskipun tidak banyak.

Yang jelas hasilnya juga lumayan, apalagi kalau harga kelapa dan pinang

naik. Yang masih mencarik ikan masih ada juga tetapi tidak sangat

banyak. Yaa itu tadi mereka ini memikirkan resiko itu kalau tetap

bertahan jadi nelayan saja.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis berkesimpulan bahwa sistem

mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang sudah

berbeda dengan dahulu, pada saat itu ketika pekerjaan mereka hanya menjadi

nelayan, mereka tidak mempunyai hasil yang tetap, tetapi saat ini mereka sudah

mulai maju. Penghasilan sudah besar, ekonomi mereka sudah mulai stabil, untuk

tanaman pinang yang memiliki nilai ekonomis harga jual tinggi terkadang

harganya bisa mencapai 8.000-10.000. sedangkan kelapa bisa dijual dengan

kelapa butiran, kelapa jambul, dan kopra.87

Berdasarkan jenis-jenis sistem mata pencaharian masyarakat suku

melayu di Kelurahan Pulau Kijang diantaranya:

86 Hasil wawancara dengan Bapak Jamil, salah seorang tokoh melayu di Kelurahan Pulau

Kijang. Kamis, 30 Januari 2020 pukul 09.30 WIB s/d 10.30 WIB dirumah kediamannya. 87

Hasil wawancara dengan Bapak Darwis. Kamis, 28 Januari 2020 pukul 09.30 WIB s/d

10.30 WIB dirumah kediamannya.

Page 63: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

a. Pertanian

Sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang lebih dominan bekerja dalam bidang pertanian. Daerah Kelurahan Pulau

Kijang mempunyai potensi yang cukup baik jika dilihat dari pengelolaan tanah,

dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman.

Seperti keterangan yang disampaikan oleh warga masyarakat di

Kelurahan Pulau Kijang, sebagai berikut:

”Sudah banyak juga masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang yang bekerja jadi petani. Umumnye di Kelurahan Pulau Kijang

masyarakat nye punya tanaman padi, jagung, umbi-umbian, ada juge

yang tanam semangka dan belewah. Tapi mulai nanam nye pas nak

dekati puase ramadhan gitu kan. Ade juga lah yang nanam sayur-

sayuran.”88

Transliterasi:

Sudah banyak juga masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang

yang bekerja menjadi petani. Pada umumnya di Kelurahan Pulau Kijang

masyarakat nya mempuyai tanaman padi, jagung, umbi-umbian, ada juga

yang menanam semangkan dan belewah. Tetapi memulai menanamnya

ketika mendekati puasa ramadhan seperti itu. Ada juga yang menanam

sayur-sayuran.

Berdasarkan informasi tersebut menunjukkan bahwa saat ini bidang

pertanian telah menjadi salah satu pekerjaan yang banyak diminati oleh

masyarakat suku melayu, meskipun belum tersedianya peralatan yang memadai

dalam melakukan penanaman di Kelurahan Pulau Kijang Kecamtan Reteh.

88

Hasil wawancara dengan Ibu Sriyatin. Selasa, 4 Februari 2010 Pukul 13.40 s/d 14.20,

di rumah kediamannya

Page 64: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Gambar 1. Proses penanaman padi di Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh.

Sumber : Hasil Observasi

Gambar 1

Proses penanaman padi di Kelurahan Pulau Kijang.

b. Perkebunan

Sistem mata pencaharian dalam bidang perkebunan sangat mendominasi

di Kelurahan Pulau Kijang, karena Kelurahan Pulau Kijang merupakan daerah

yang banyak menghasilkan tanaman kelapa hybrida dan pinang. Untuk 10 tahun

terakhir ini telah banyak ditanami sawit pula. Mayoritas masyarakat yang

memiliki tanah perkebunan luas mereka memanfaatkan hasil perkebunan dan

mengelolanya dengan baik. Untuk perkebunan di Pulau Kijang banyak dikuasai

oleh suku Bugis dan Jawa.89

Lihat Gambar 2 Perkebunan kelaoa hybrida, pinang

dan kelapa sawit.

89

Hasil wawancara dengan Bapak Darwis. Selasa, 4 Februari 2020 Pukul 09.20 s/d 10.40,

di Rumah kediaman penulis.

Page 65: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Sumber : Hasil Observasi

Gambar 2

Perkebunan Kelapa Hybrida, Pinang dan Sawit.

c. Buruh

Pekerjaan sebagai buruh menjadi pekerjaan minoritas masyarakat suku

Melayu di Kelurahan Pulau Kijang. Seperti keterangan yang disampaikan salah

seorang buruh angkut barang di Kelurahan Pulau Kijang, sebagai berikut:

”Buruh disini tu cuma buruh angkut barang je. Barang penumpang tu

dari bot kami angkut sampai ke atas.apalagi kalau pas air nya surut

Page 66: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

kan, dermaga tu posisinya agak turun kebawah. Ade juga buruh angkut

barang yang ngantar sampe ke toko-toko pake gerobak. Biasenye kami

orang buruh ni nunggu datangnye speedboat dari Batam, Kuala

Tungkal, Sungai Guntung , Pengalihan Keritang, Kotabaru ataupun

Tembilahan. 90

Transliterasi:

Buruh disini itu hanya buruh angkut barang saja. Barang penumpang

speedboat kami angkat sampai ke atas. Ditambah lagi jika air surut,

dermaga tersebut posisinya menurun keb bawah. Ada juga buruh angkut

barang yang menghantar sampai ke toko-toko menggunakan gerobak.

Biasanya kita orang buruh ini menunggu datangnya speedboat dari

Batam, Kuala Tungkal, Sungai Guntung, Pengalihan Keritang, Kotabaru

ataupun Tembilahan.

Berdasarkan data tersebut diatas bahwa bahwa sistem mata pencaharian

suku melayu yang menjadi buruh itu hanya sebagai kerja sampingan yang

dilakukan oleh sebagian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang,

pekerjaan ini dilakukan pada sekitar jam 11.30 sampai sore hingga menjelang

maghrib. Lihat Gambar 3 Pekerjaan sebagai buruh angkut barang.

90

Hasil wawancara dengan Bapak Darwis, Selasa 4 Februari 2020 Pukul 09.20 s/d 10.40,

di Rumah kediaman penulis.

Page 67: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Sumber : Hasil Observasi

Gambar 3

Pekerjaan Sebagai Buruh Angkut Barang.

d. Perdagangan

Sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu lainnya yakni

berdagang. Akan tetapi untuk pekerjaan sebagai pedagang jarang dilakukan.

Karena para pedagang dilakukan oleh suku Minang Dan Bugis, seperti informasi

yang di sampaikan oleh Ibu Sriyatin sebagai berikut:

”kalu orang melayu tak banyak yang jualan, baik di toko ataupun di

pasar mingguan. Kalo toko, biasanya yang punya orang bugis sama

minang. Baik jualan pakaian maupun sembako. Kalo pasar mingguan

biase tu pendatang dari Padang same Jambi. Cuma tu je lah.91

Transliterasi:

Kalau orang melayu tidak banyak yang jualan, baik di toko ataupun di

pasar mingguan. Kalau toko, biasanya yang punya orang Bugis dan

Minang. Baik menjual pakaian maupun sembako. Kalau pasar mingguan

biasanya itu pendatang dari Padang dan Jambi. Hanya itu saja lah.

Masyarakat suku melayu sendiri ada juga yang berdagang tetapi jumlah

nya tidak banyak. Karena Kelurahan Pulau Kijang termasuk daerah yang jauh dari

toko-toko pemasok yang besar, sehingga kebutuhan pokok seperti sembako,

91

Hasil wawancara dengan Ibu Umi. Sabtu 01 Februari 2020 pukul 13..00 WIB s/d 14.00

WIB di Rumah Kediamannya.

Page 68: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

pakaian, yang jumlahnya besar para pedagang tersebut memasok dari Kuala

Tungkal.

Begitu pentingnya perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

suku melayu untuk merubah pola hidup mata pencahariannya, agar taraf

kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik. Mata pencaharian dengan bertani,

berkebun dengan bercocok tanam, yang memiliki lahan pertanian kering yang

umumnya ditanami secara permanen ada juga tanaman campuran seperti sawit.

Hal demikian maka terjadilah perubahan dalam sistem mata pencaharian pada

Suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri

Hilir.

2. Faktor Perubahan Sistem Mata Pencaharian

Dari hasil temuan wawancara, penulis melihat bahwa terdapat beberapa

faktor yang terjadi akibat dari adanya perubahan dalam sistem mata pencaharian

masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang sebagai berikut:

1. Faktor Lingkungan dan Alam

Sistem mata pencaharian menjadi acuan pokok untuk menunjang

perekonomian hidup masyarakat. Masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang tergolong masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi sedang. Faktor alam

dan lingkungan yang membuat mereka mengalami perubahan dalam sistem mata

pencaharian, seperti :

a. Musim Gelombang

Dalam proses mencari ikan, udang, dan yang lainnya di laut, masyarakat

suku melayu mengalami kesulitan ketika datang pergantian musim. Berdasarkan

informasi yang diungkapkan oleh salah seorang masyarakat nelayan Melayu di

Kelurahan Pulau Kijang ia mengatakan bahwa :

Page 69: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

”Selame kami kerja nelayan kadang sering dak dapat hasil, karena

hidup nelayan tu kadang kendala nya sama alam, kadang bulan 1

sampai bulan 3 kami dak ke laut karena cuaca tak bagus, gelombang

tinggi.takut terjadi resiko yang dak kami mau. jadi kami milih kerja

kebun je, kerja kelapa kopra sama pinang, bedagang juge”92

Transliterasi :

Selama kami kerja nelayan sering tidak mendapatkan hasil, karena hidup

nelayan tergantung sama alam. Terkadang bulan 1 sampai bulan 3 kami

tidak ke laut karena cuaca yang tidak mendukung, gelombang tinggi.

takut terjadi resiko yang tidak kami inginkan. kami memilih kerja di

kebun saja, gudang kopra sama pinang, berdagang juga.

Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa berubah-

ubahnya musim menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan sistem mata

pencaharian masyarakat suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang.

b. Cuaca Buruk

Cuaca buruk dan tidak stabil terkadang menjadi penghambat para

nelayan ketika melaut. Sejalan dengan informasi yang disampaikan oleh Bapak

Asmail, sebagai berikut:

“ Ujan same angin biasanya jadi sebab hasilnye ikan dikit. Lainnyo tu

karne alat tangkap yang juga masih kurang. Dan perahu same keteknya

juga ukurannya kecil, jadi pas tiba hujan ataupun gelombang tinggi

beresiko betul lah.93

92 Hasil wawancara dengan Bapak Junaidi. Sabtu 01 Januari 2020 pukul 15.40 WIB s/d

16.20 WIB di Rumah kediamannya. 93 Hasil wawancara dengan Abang Jon, salah seorang masyarakat nelayan suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang. Sabtu 01 Januari 2020 pukul 15.40 WIB s/d 16.20 WIB di Rumah

kediamannya.

Page 70: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Transliterasi:

Hujan dan angin kencang menjadi penyebab penghasilan ikan sedikit.

Disisi lain alat tangkap ikan yang digunakan masih kurang. Dan perahu

dengan ketek untuk melaut juga ukuran nya kecil, jadi ketika hujan

maupun gelombang tinggi sangat beresiko sekali.

Berdasarkan informasi tersebut diatas penulis berkesimpulan bahwa,

adanya perubahan tersebut disebabkan oleh faktor diluar dugaan manusia. Alam

yang tidak bersahabat menjadi penyebab masyarakat tidak bisa lagi bekerja di

laut, hal itu berhubungan dengan keselamatan masyarakat itu sendiri. Dalam

praktiknya masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang yang bekerja

sebagai nelayan senantiasa menghadapi sifat dan kondisi lingkungan yang

senantiasa berubah sesuai sifat alam dan musim. Kondisi ini menyebabkan usaha

menangkap ikan sangat terbatas, di nilai sangat berbahaya dan beresiko tinggi.

Sehingga masyarakat lebih memilih pekerjaan lain yang resiko nya lebih kecil

daripada bekerja di laut.

2. Kebutuhan Ekonomi Semakin Meningkat

Kebutuhan ekonomi yang terus-menerus meningkat membuat

masyarakat suku melayu harus bekerja keras demi mendapatkan hasil yang lebih

besar demi memenuhi kebutuhan sandang, pangan serta keadaan yang mereka

alami. Sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh salah satu nelayan suku

melayu, berikut ini:

”Ekonomi masyarakat melayu yang kerje jadi nelayan tu biase- biase je.

Tak ade peningkatan dak. Karne penghasilan kecil kebutuhan besar.

Jadi macam mana mau nyimpan duit untuk kebutuhan kedepannye. Kalo

masyarakat yang berladang, berkebun dan yang punya usaha tak

Page 71: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

masalah lah. Nah kalau yang kerje nya cuman dapat hasil sehari dan

habis sehari tu yang agak susah. 94

Transliterasi:

Ekonomi masyarakat melayu yang bekerja sebagai nelayan itu biasa-

biasa saja. Tidak ada peningkatan tidak. Karena penghasilan kecil

kebutuhan besar. Jadi bagaimana mau menyimpan uang untuk kebutuhan

kedepannya. Jika masyarakat yang berladang, berkebun dan yang

mempunyai usaha tidak masalah. Jadi kalau yang bekerja nya hanya

mendapat hasil satu hari dan habis satu hari itu yang terlihat sulit.

Berdasarkan informasi tersebut penulis berkesimpulan bahwa sistem

mata pencaharian sebagai petani, pekebun, pedagang, serta pengusaha sedikit

banyaknya menggeser hidup dari garis kemiskinan serta kesulitan ekonomi dan

meningkatkan ekonomi dengan berpenghasilan tetap, karena gaya hidup

masyarakat nelayan melayu itu cenderung boros apalagi pada saat tingkat

penghasilan besar dan sebaliknya ketika musim paceklik bahkan tidak jarang

barang-barang yang dimilikinya akan di jual guna untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari.

3. Informasi yang Terbatas

Kehidupan masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang terkesan

biasa-biasa saja, teknologi hanya sebatas telekomunikasi. Oleh karena itu,

informasi yang diperoleh masyarakat juga tidak semudah kehidupan masyarakat

di tempat lain.

Menurut informasi dari salah seorang Lurah Kelurahan Pulau Kijang

Kecamatan Reteh, sebagai berikut :

94 Hasil wawancara dengan Abang Jon, salah seorang masyarakat nelayan suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang. Sabtu 01 Januari 2020 pukul 15.40 WIB s/d 16.20 WIB di Rumah

kediamannya.

Page 72: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

“Kendala kite di Pulau Kijang ni berhubungan dengan kindisi jalan,

akses jalan dari kotabaru ke Pulau Kijang ni susah apalagi pas musim

hujan pake motor aja susah apalagi mobil, makanye akses jalan nya

lewat jalur laut. jadi ekonomi kite orang sini dihidupkan dengan

bedagang, bertani, berkebun, sisanya jadi tenaga pendidik tu je lah”95

Transliterasi :

Kendala kita di Pulau Kijang ini berhubungan dengan kondisi jalan,

akses jalan dari Kotabaru ke Pulau Kijang ini susah, apalagi ketika

musim hujan, menggunakan motor aja sulit apalagi menggunakan mobil,

oleh karena nya akses jalan nya menggunakan jalur laut. Jadi ekonomi

kita orang disini dihidupkan dengan berdagang, bertani, berkebun,

selebihnya menjadi tenaga pendidik itu saja.

Berdasarakan informasi tersebut penulis menyimpulkan bahwa, kondisi

informasi yang sulit diperoleh disebabkan oleh akses jalan menuju Kelurahan

Pulau Kijang khsusnya pemukiman masyarakat suku melayu yang sedikit sulit.

Sehingga masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang harus menggunakan

jalur laut, untuk mengangkut barang-barang seperti kelapa kopra, pinang, sawit

dan lain sebagainya.

4. Upah yang Minim

Sistem mata pencaharian sebagai nelayan dengan menggantungkan hasil

laut dirasa sangat sulit bagi mereka, maka hal itu menjadi sebuah alasan untuk

mereka itu mengubah mata pencaharian. Masyarakat suku melayu yang tinggal di

Pulau Kijang memiliki persoalan-persoalan dalam segi permodalan. Pada saat

bekerja sebagai nelayan mereka harus mengeluarkan modal besar ketika ingin

melaut. Hal ini cukup beralasan, dikarenakan akses yang ditempuh begitu

jauh dan memerlukan dana operasional yang besar pula.

95

Hasil wawancara dengan Bapak Surya Indra. 7 Februari 2020, Pukul 10.20 s/d 11.30, di

Kantor Kelurahan Pulau Kijang.

Page 73: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Secara komprehensif persoalan masyarakat suku melayu yang bekerja

sebagai nelayan merupakan akibat kebijakan penguasa yang menempatkan

sektor maritim, termasuk di dalamnya dunia nelayan, sebagai kegiatan ekonomi

yang kurang diprioritaskan. Muaranya adalah masyarakat nelayan di pandang

sebelah mata. Penguasa memandang remeh potensi-potensi yang ada di sektor

maritim, terutama masyarakat nelayan karena tidak terlalu memiliki pengaruh

besar.

Bagi masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang yang

berprofesi sebagai nelayan, problem seperti ini memang sudah menjadi bagian

dari kehidupan mereka. Terkadang mereka merasa kesal dengan sikap

pemerintah Kabupaten atau Desa yang tidak sigap dalam melayani masalah

seperti ini, seperti yang di sampaikan oleh salah satu warga melayu yang bekerja

sebagai nelayan ia mengatakan bahwa :

”Mata pencaharian nelayan ni sudah tidak bisa lagi diandalkan,

cuman jadi kerja sampingan. Kami harus pake modal sendiri,

sebenarnye modal yang kami gunakan cuman minyak aje, tapi jumlah

minyak yang dibutuhkan tu banyak juge. kadang sekali berangkat

butuh 5 liter minyak untuk bawa pompong tu, sedangkan hasil yang

kami bawak balek tak seberape kadang bawa tangan kosong karna

dak dapat ikan.96

Transliterasi:

Mata pencaharian nelayan ini sudah tidak bisa lagi menjadi andalan.

Hanya menjadi kerja sampingan. Kami harus menggunkan modal

sendiri, sebenarnya modal yang kami gunakan hanya minyak saja.

Tetapi jumlah minyak yang dibutuhkan itu banyak juga. Terkadang

satu kali pergi membutuhkan 5 liter minyak untuk membawa pompong

96

Hasil wawancara dengan Bapak Junaidi. Sabtu 01 Januari 2020 pukul 15.40 WIB s/d

16.20 WIB di Rumah kediamannya.

Page 74: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

itu, sedangkan hasil yang kami bawa pulanh tidak terlalu banyak

terkadang pulang membawa tangan kosong karena tidak mendapat

ikan.

Senada dengan informasi yang disampaikan oleh Bapak Asmail selaku

nelayan suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang, sebagai berikut:

”Kami pun kadang nyodong udang juge, tapi kalo nyodong butuh

modal besar dan hasil nyodong pun kadang cuma dapat 4 sampai 10

kilo sekali berangkat”.97

Transliterasi :

Kami juga terkadang nyodong udang juga, tetapi kalau nyodong

membutuhkan modal besar dan hasil nyodong pun terkadang hanya

mendapat 4 sampai 10 kilo satu kali berangkat.

Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang warga

melayu di Kelurahan Pulau Kijang, sebagai berikut:

”Macem mana lagi lah ye, selain kami kerje di laut , kami juge kerje

ngupah di kebun orang bugis atau jawa, ikut kocek kelape, pinang dll.

Karena kite ni dak semue punya modal, kalo ke laut modal kite cuma

pompong je, pompong itu juge bantuan dari pemerintah. Sedangkan

modal beli minyak dll kami pinjam dulu, Upah yang diterima pun tak

banyak, cukup untuk makan hari-hari aje dah syukur.”98

Transliterasi :

97 Hasil wawancara dengan Bapak Asmail . Sabtu 01 Januari 2020 pukul 09.30 WIB s/d

10.20 WIB di Rumah kediamannya. 98 Hasil wawancara dengan Abang Jon, salah seorang masyarakat nelayan suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang. Sabtu 01 Januari 2020 pukul 15.40 WIB s/d 16.20 WIB di Rumah

kediamannya.

Page 75: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Bagaimana lagi lah ya, selain kita kerja di laut, kita juga bekerja di kebun

orang bugis dan jawa, ikut mengkocek kelapa, pinang dan lain-lain.

karena kita ini tidak semua mempunyai modal, kalau ke laut modal kita

hanya pompong saja, pompong itu juga bantuan dari pemerintah.

Sedangkan modal beli minyak dan lainnya kami meminjam dulu, upah

yang diterima pun tidak banyak, cukup untuk makan sehari-hari saja

sudah bersyukur.

Berdasarkan informasi di atas penulis menyimpulkan bahwa faktor

lingkungan dan alam, kebutuhan ekonomi yang meningkat dan upah yang

minim menjadi faktor penyebab terjadinya perubahan mata pencaharian. Dan

salah satu indikasi ekonomi masyarakat bisa dikatakan mapan jika masyarakat

tersebut bisa menguasai dan memiliki modal. Jika modal dapat dikuasai maka

kesejahteraan akan terjamin.

C. Dampak Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Melayu

Terdapat bentuk dampak dari perubahan sistem mata pencaharian

pada masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang yakni dampak

positif dan dampak negatif antara lain sebagai berikut:

1. Dampak Positif

a. Pendapatan Masyarakat Suku Melayu Meningkat

Tingkat produktivitas pekerjaan semakin tinggi, secara orientasi

kebutuhan ekonomi semakin besar, apabila hanya berpangku tangan

pada satu pekerjaan sedangkan masih banyak potensi sumber daya alam

yang lain masih bisa dimanfaatkan, maka masyarakat suku melayu

Pulau Kijang ingin merubah sistem mata pencahariannya, meskipun

nelayan merupakan mata pencaharian yang telah ada sejak zaman nenek

moyang nya dahulu, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang

anggota PKH Pulau Kijang ia mengatakan bahwa :

Page 76: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

”Untuk sekarang sistem mata pencaharian orang melayu sudah

tidak banyak lagi yang jadi nelayan, tapi seiring berubahnya

waktu mereka sudah banyak yang pindah ke petani, pekebun,

pedagang dan yang lain nya, kalu di lihat dari kegiatan sehari-

hari masyarakat sudah lebih baik lah. keliatan juge dari

pendidikan anak-anak mereka yang sudah tinggi. tidak seperti dulu

yang kebanyakan hanya tamatan SD dan banyak juga yang putus

sekolah”99

Transliterasi :

Untuk saat ini sistem mata pencaharian orang melayu sudah tidak

banyak lagi yang menjadi nelayan, tetapi seiring berubahya wkatu

mereka sudah banyak yang berali ke petani, pedagang, dan yang

lain nya, terlihat dari pendidikan anak-anak mereka yang sekolah

nya sudah tinggi, tidak seperti dahulu yang kebanyakan dari

mereka hanya tamatan SD dan putus sekolah.

Dari informasi tersebut penulis berkesimpulan bahwa setiap

kehidupan pasti membutuhkan adanya perubahan kearah yang lebih baik,

berkehidupan yang cukup, serta dapat dijadikan modal kehidupan di masa

mendatang. Seperti halnya yang disampaikan oleh Ibu Sukmayani yang

merupakan Staf UPTP Kecamatan Reteh ” Orang melayu di Pulau

Kijang sekarang sudah banyak yang kerja di perkebunan dan pertanian.

Hal itu menjadi sumber penghasilan yang pasti bagi masyarakat, mungkin

ada kendala dalam harga pasar, kalau untuk kelapa punya kurun waktu 4

bulan sekali baru siap panen. Terkadang harga kelapa naik, hasil kelapa

itu turun begitu juga sebaliknya”.100

99 Hasil wawancara dengan Bapak Yusrei. Senin 27 Januari 2020 pukul 09.30 WIB s/d

10.20 WIB di Kantor. 100

Hasil wawancara dengan Bapak Yusrei. Senin 27 Januari 2020 pukul 09.30 WIB s/d

10.20 WIB di Kantor.

Page 77: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Informasi tersebut cukup jelas, bagaimana sistem mata pencaharian

masyarakat suku melayu yang saat ini sudah menuju arah yang lebih baik,

tidak hanya dari bidang ekonomi, namun juga bidang pendidikan.

Pendidikan menjadi alat penunjang ekonomi suatu masyarakat

b. Pembinaan dan Bantuan dari Pemda

Pembinaan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat,

khususnya bagi para petani untuk mengelola hasil pertanian dengan baik,

perubahan sistem mata pencaharian telah menggeser konsep-konsep ke

kehidupan baru bagi masyarakat. Begitupula dengan mata pencaharian

selain daripada petani.

Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat suku melayu tidak dapat

dipisahkan dengan pembinaan dan pemberdayaan dalam setiap segi-segi

kehidupan lain dengan berjalannya waktu, sebagaimana yang dialami oleh

manusia normal pada umumnya. Pemberdayaan dalam bidang pendidikan

harus berjalan sejalan dengan pemberdayaan pada bidang-bidang yang

lain. Seperti bidang agama, ekonomi, politik dan sosial budaya, bagaimana

ia bisa mendapat suatu pengetahuan apabila mereka tidak merasakan

indahnya pendidikan, bagaimana ia bisa mendapat kebutuhan yang layak

apabila kehidupan ekonomi mereka pas-pas an.

Dari hasil lapangan menunjukkan bahwa banyak sekali perubahan-

perubahan yang terjadi pada komunitas masyarakat suku melayu di

Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hiir Riau,

setelah mendapat pembinaan dalam bidang pertanian oleh pemerintah

desa, sebagai berikut:

1. Sudah banyak masyarakat suku melayu yang bekerja

dalam sektor pertanian dan bercocok tanam.

2. Sudah banyak masyarakat suku melayu yang mau

bekerja di kebun kelapa hybrida, pinang dan kelapa

sawit.

Page 78: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

3. Sudah banyak masyarakat suku melayu yang bersekolah

sampai ke perguruan tinggi.101

Kegiatan pembinaan dan bantuan dari pemerintah ke masyarakat

melayu setempat telah lama dilakukan. Hal ini untuk menunjang

pendapatan ekonomi setiap warga masyarakat. Awalnya pemerintah desa

mengadakan sosialisasi untuk para petani, sosialisasi tersebut diadakan di

UPTP Kecamatan Reteh yang terletak di Kelurahan Pulau Kijang. Selain

mengadakan sosialisasi, pemerintah desa juga memberikan bantuan berupa

pupuk dan racun ke kelompok tani tersebut.

Sejalan dengan informasi yang disampaikan oleh ibu Sukmayani,

ia mengatakan bahwa :

”Untuk kegiatan bantuan dan pembinaan dari desa sudah lama

dilakukan. Hanya saja untuk daerah kecamatan reteh ada

pembentukan kelompok tani. Kelompok tani itu nanti dibina

kemudian diadakan semacam sosialisasi, sosialisasi tersebut

langsung dari pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, kemudian ada

bantuan dari pemerintah Kabupaten seperti racun, pupuk dan lain-

lain”102

Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang sekretaris

kelurahan Pulau Kijang, sebagai berikut :

Dana desa tu tetap ada setiap tahun bagi masyarakat, kami aparat

desa juga berupaya untuk membangun kesejahteraan masyarakat,

untu masyarakat petani saat ini sudah disediakan tempat

101 Hasil wawancara dengan Bapak Baharuddin. Selasa 05 Februari 2020 pukul 09.30

WIB s/d 10.20 WIB di Kantor 102

Hasil wawancara dengan Ibu Sukmayani. Selasa 05 Februari 2020 pukul 09.30 WIB

s/d 10.20 WIB di Kantor UPTP Pulau Kijang.

Page 79: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

penggilingan padi yang dikelola langsung oleh masyarakat, hal itu

sebagai penunjang faktor ekonomi kedepannya.103

Dilihat dari pengamatan penulis bahwa aparatur desa atau Kelurahan

Pulau Kijang sudah mengupayakan untuk menunjang tingkat keberhasilan

masyarakat dalam pertanian, perkebunan dan yang lainnya, dan dengan adanya

pembinaan dari kantor UPTP Kecamatan Reteh. Dalam pembinaan tersebut tidak

semua masyarakat mengikutinya karena tidak semua masyarakat melayu bekerja

sebagai petani sawah, karena ada juga dari mereka ada memilih pekerjaan yang

lain.

c. Perkawinan campuran antara suku Melayu dengan suku Jawa

Masyarakat yang telah melakukan perkawinan campuran tersebut akan

mengalami proses sosial dan melakukan interaksi secara terus-menerus. Suku

melayu banyak melakukan asosiatif terhadap suku jawa, suku jawa juga

melakukan asosiasi terhadap suku melayu. Bentuk asimilasi dari perkawinan

campuran tersebut akan melahirkan adat istiadat baru, perilaku dan kesenian

budaya.

Sejalan dengan informasi yang disampaikan oleh Ibu Umi sebagai

berikut:

“Orang Bugis dan Jawa relative sama dalam hal semangat bekerjanya,

tapi kalau orang melayu memang rata-rata pemalas. Dalam hal usaha

orang melayu memang suka mengambil hasilnya saja tanpa mau

merawatnya. Maunya cepat dan gak mau susah”.104

Informasi diatas telah menggambarkan bahwa kehidupan masyarakat

suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang ini terkesan sulit berkembang, perilaku

dan kebiasaan mereka yang hanya berpangku tangan membuat mereka hidup

dengan keadaan yang biasa-biasa saja, namun setelah adanya proses asimilasi

103 Hasil wawancara dengan Bapak Baharuddin. Selasa 05 Februari 2020 pukul 09.30

WIB s/d 10.20 WIB di Kantor 104

Hasil wawancara kepada Ibu Umi. Sabtu 1 Februari 2020, pukul 13.30 WIB s/d 14.00

WIB, di Rumah kediamannya

Page 80: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

antara suku melayu dengan suku jawa mulai ada perubahan dan peningkatan.

Karena telah diketahui bahwa suku jawa mempunyai semangat dan etos kerja

yang tinggi, sehingga ketika suku melayu melakukan asimilasi terhadap suku jawa

akan terjadi sebuah penyesuaian yang menghasilkan kerjasama yang baik.

2. Dampak Negatif

a. Model sistem yang berlaku bernuansa kapitalis

Salah satu indikasi ekonomi suatu masyarakat bisa dikatakan

mapan, jika masyarakat tersebut menguasai modal. Semakin banyak modal

dikuasai, maka tingkat kesejahteraan akan semakin terjamin untuk

mendapatkan modal yang besar tentunya diperlukan kecerdasan dan kerja

keras, gigih,ulet yang semua itu kembali kepada etos kerja seseorang,

maka semakin mudah baginya untuk mendapatkan modal.

Salah satu indikasi orang yang mempunyai modal besar adalah

orang yang memiliki investasi dimana-mana. Berkaitan dengan persoalan

modal, dalam hal ini berhubungan dengna komunitas Bugis . komunitas

Bugis biasanya lebih dikenal sebagai penguasa sektor-sektor ekonomi

mereka mempunyai jiwa berdagang dan berbisnis yang handal.

Hal itu sejalan dengan informasi yang disampaikan oleh Bapak

Darwis sebagai berikut :

”Memang betul dalam sejarah, bahwa komunitas Bugis

mempunyai semangat bahari yang tinggi karena mereka berasal

dari nenek moyangnya yang biasa melaut”.105

Untuk saat ini kawasan Indragiri Hilir adalah daerah yang

mempunyai banyak sumber daya alam terbesar pada sektor perkebunan

kelapa sawit dan kelapa hybrida terpopuler di Provinsi Riau. Dalam

membaca peluang ini komunitas Bugis berusaha semaksimal mungkin

untuk menguasai modal baik jasa maupun biaya. Contohnya seperti modal

105

Hasil wawancara dengan Bapak Darwis. Kamis, 28 Januari 2020 pukul 09.30 WIB s/d

10.30 WIB dirumah kediamannya.

Page 81: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

jasa yang ditawarkan seperti menjadi tauke (tengkulak) yang menampung

hasil kegiatan ekonomi pribumi, sedangkan modal biaya biasanya

komunitas Bugis memberikan pinjaman kepada komunitas setempat jika

mereka membutuhkannya.

Kesuksesan komunitas Bugis dalam menjalankan semua usahanya,

tidak terlepas dari semua kemampuannya dalam membangun jaringan

komunikasi baik ke pemerintahan maupun pihak swasta. Sedangkan

masyarakat nelayan suku melayu tidak mempunyai jaringan untuk

mendistribusikan hasil tangkapan mereka dan mereka hanya bisa menjual

ke agen penampungan setempat atau kepada orang-orang Bugis yang

menjadi tauke.

b. Komunitas melayu dipandang sebelah mata

Dunia nelayan sebagai kegiatan ekonomi yang kurang di

prioritaskan. Penguasa memandang remeh potensi-potensi yang ada di

sektor maritim terutama pada komunitas masyarakat suku melayu yang

berprofesi sebagai nelayan. Penguasa memandang remeh bahwa

masyarakat nelayan suku melayu tidak dapat berpengaruh, sehingga

mereka tidak terlalu diperhatikan. Model pembangunan yang digalakkan

hanya pada aspek agraris semata.

Bagi masyarakat suku melayu yang bekerja sebagai nelayan di

Kelurahan Pulau Kijang, masalah seperti ini memang sudah menjadi

bagian dari kehidupan mereka. Terkadang sebagian dari mereka

mempunyai rasa kesal melihat sikap pemerintah, terutama para pejabat

baik dari Kabupaten maupun Desa yang memang tidak mempuyai

keseriusan dalam menangani masalah seperti ini.

Page 82: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membahas dan menguraikan permasalahan mengenai

”Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Suku Melayu di

Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir

Riau”. Maka penulis mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau

Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir peneliti melihat

bahwa terdapat dua bagian yaitu : Pertama, masyarakat suku melayu

sebelum mengalami perubahan dalam sistem mata pencaharian masih

terfokus pada nelayan dan pekerjaan sampingan lain seperti kerajinan

(membuat atap, tungku dapur, ikan kering dan lainnya). Kedua, setelah

mengalami masa perubahan masyarakat suku melayu di Kelurahan

Pulau Kijang mulai meninggalkan aktivitas nya sebagai nelayan,

karena mereka memulai dengan bertani, berkebun, berdagang dan

usaha-usaha yang lain.

2. Terjadinya perubahan dalam sistem mata pencaharian masyarakat suku

melayu dikelurahan pulau kijang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

: a. Faktor lingkungan dan alam ( gelombang tinggi dan cuaca buruk),

b. Kebutuhan ekonomi semakin meningkat, c. Informasi yang terbatas

d. Upah yang minim.

3. Dalam kehidupan sosial dampak dari adanya perubahan dalam sistem

mata pencaharian masyarakat suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang,

terdapat 2 dampak yakni dampak positif dan dampak negatif. Dampak

positif antara lain: a. Pendapatan meningkat, b. Bantuan dan pembinaan

dari pemerintah daerah, c. Perkawinan campuran antara suku melayu

Page 83: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

dengan suku jawa. Dampak negatif antara lain: a. Model sistem yang

berlaku bernuansa kapitalis, b. masyarakat suku melayu dipandang

sebelah mata.

B. Rekomendasi

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, maka ada beberapa

rekomendasi yang disarankan antara lain :

1. Untuk pemerintah setempat khususnya Kabupaten Indragiri Hilir agar

dapat memberikan perhatian lebih kepada masyarakat Kecamatan

Reteh khususnya Kelurahan Pulau Kijang. Yang terpenting adalah

akses jalan, agar dapat mempermudah aktivitas masyarakat, dan

sebagai penunjang tingkat perekenomian masyarakat Kelurahan Pulau

Kijang.

2. Untuk masyarakat Kelurahan Pulau Kijang khususnya penduduk asli

melayu, bersama-sama dengan masyarakat suku lainnya untuk bekerja

sama, bersatu, menegakkan keadilan demi memajukan daerah.

Dengan memanfaatkan potensi-potensi sumber daya alam yang

dimiliki oleh daerah tersebut.

C. Kata Penutup

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia Nya serta hidayah Nya berupa

kesehatan, kekuatan dan kenikmatan kepada penulis akhirnya karya tulis

ini dapat terselesaikan. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak

sekali terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya

kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi.

Akhirnya, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam

menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan

petunjuk dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal’alamin.

Page 84: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Jambi, 15 April 2020

Penulis,

Fahria Intan Safitri

Page 85: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

71

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin. 2007. Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi

Agama, Jakarta: Rajawali Persada

Badan Pusat Statistik, 2013. Kecamatan Reteh dalam angka tahun 2013, BPS

Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

Departeman Agama, 2015. Al-Quran dan Terjemahan, Jakarta: Penerbit Almahira

Mewarnai Dunia Dengan Ilmu.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode,Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan,

Tanggerang: Pustaka Widyatama.

Hidayah, Zulyani. 2000. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia.Yogyakarta:

Pustaka Remaja

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Koentjaraningrat.2002. Pengantar Antropologi:Pokok-Pokok Etnografi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan, Jakarta: Nusa Media.

Martadani, Sebagai. 2011, Teori Kebudayaan, Universitas Widya

Mataram:Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Purwanto, Hari. 2002. Kebudayaan dan Lingkungan, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Roberston, Roland. 1993.Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Keesing, M Rooger. 1998. Antropologi Budaya, Jakarta: Erlangga.

Page 86: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, .Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Spradley, P. James. 1997. Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi. 2018. Pedoman Penulisan Proposal &

Skripsi Fakultas Adab & Humaniora, Jambi:UIN STS Jambi.

Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Pusat Bahasa,

Jakarta:Pusat Bahasa.

Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,

Jakarta: Balai Pustaka.

Wolf, Eric R. 1983. Petani Suatu Tinjuan Antropolgis. Jakarta: CV. Rajawali.

Referensi Jurnal

Mulyana, Aina. 2013. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia. Jurnal

Muqoddimah, No. (9) Tahun 2013.

Sabakti, Sri. 2017. Hakikat Hidup Masyarakat Riau Berdasarkan Legenda Pulau

Kijang, Jurnal Sawergading, Vol.(2), No.(2).

Sari, Okki Kurnia. Perubahan Mata Pencaharian Suku Akit Di Desa Kembung Baru

Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis, JOM FISIP, Vol. (4), No.(2),

Oktaviyanti, Sri Safitri. 2013. Dampak Sosial Budaya Interaksi Wisatatawan

Dengan Masyarakat Lokal Di Kawasan Sastrowijayan. Jurnal

Nasional Pariwisata Vol (5), Nomor (3).

Lubis, Arief Lubis. 2014. Studi Tentang Aktivitas Ekonomi Masyarakat Pesisir

Pantai Pelabuhan, Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik. Vol

(2), Nomor (2).

Susanti, Ningsih, dkk. Peralihan Sistem Mata Pencaharian Hidup Orang Rimba

Studi Kasus Di Desa Bukit Suban Kecamatan Air Hitam Kabupaten

Sarolangun, Jurnal Sosio Ekonomi Bisnis.

Febrianti, Eva Puspita. 2017. Perubahan Mata Pencaharian Generasi Muda Di

Desa Girirejo Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

Skripsi. UIN Semarang.

Page 87: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Iswandi. 2015. Tentang Garis Tepi Masyarakat Melayu Riau (Potret

Marjinalisasi Ekonomi Masyarakat Melayu) di Kelurahan Pulau

Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Inhil Riau. Skripsi. UIN Sultan

Syarif Kasim.Riau.

Kemong, Bonefasius. 2015. Sistem Mata Pencaharian Nelayan Tradisional Suku

Bangsa Kamoro di Desa Tipuka Kecamatan Mapurujaya

Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Skripsi. Universitas Sam

Ratulangi. Papua.

Nuraini. 2010. Sistem Mata Pencaharian Suku Duanu di Kelurahan Solok

Tanjung Jabung Timur. Skripsi. UIN Sultan Thaha Saifuddin.

Jambi.

Widiyati, Tri. 2017. Perubahan Sistem Mata Pencaharian Suku Anak Dalam

(SAD) di Desa Trenggalung Kabupaten Muaro Jambi. Skripsi.

UIN Sulthan Thaha Saifuddin. Jambi.

Page 88: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

CURRICULUM VITAE

Nama : Fahria Intan Safitri.

Tempat/Tanggal Lahir : Pulau Kijang, 07 Agustus 1998.

NIM : AS. 160945.

Fakultas : Adab dan Humaniora.

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam.

Jenis Kelamin : Perempuan.

Status : Belum Menikah.

Nama Ayah : Hariaji.

Nama Ibu : Sriani.

Anak Ke : 5 dari 6 bersaudara.

Alamat Asal : Kelurahan Pulau Kijang, RT 01/RW 18 Kecamatan

Reteh Kabupaten Indargiri Hilir Provinsi Riau.

Alamat Sekarang : Lrg Sejahtera Dusun Rasau, Kelurahan Jembatan

Mas Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari

Provinsi Jambi.

JENJANG PENDIDIKAN

Tahun 2004 – 2009 : MIS Nurul Huda Pulau Kijang.

Tahun 2009 – 2012 : SMPN 1 Reteh Pulau Kijang.

Tahun 2012 – 2015 : SMKN 1 Sungai Lilin Musi Banyuasin

Tahun 2016 – 2020 : Perguruan Tinggi UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

Page 89: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

LAMPIRAN I

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Perubahan Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Suku Melayu Di

Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Riau

A. Observasi

Mengenai letak geografis lokasi perubahan sistem mata

pencaharian masyarakat suku melayu di kelurahan pulau kijang

kecamatan reteh kabupaten indragiri hilir riau.

B. Wawancara

1. Bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat Suku Melayu di

Kelurahan Pulau Kijang ?

2. Mengapa terjadi perubahan dalam sistem mata pencaharian

masyarakat Suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang ?

3. Bagaimana dampak perubahan dalam sistem mata pencaharian

masyarakat Suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang ?

4. Bagaimana sumber daya manusia dilihat dari tingkat pendidikan

masyarakat Suku Melayu di Kelurahan Pulau Kijang?

5. Adakah faktor yang menjadi penyebab masyarakat Suku Melayu

beralih ke pekerjaan-pekerjaan lain ?

6. Potensi apa yang banyak dihasilkan di Pulau Kijang ?

7. Adakah pembinaan dari pemerintah untuk petani, pekebun, nelayan

dan lainnya?

C. Dokumentasi

1. Data tentang gambaran umum di Kelurahan Pulau Kijang.

2. Data tentang penduduk di Kelurahan Pulau Kijang.

3. Data tentang pendidikan di Kelurahan Pulau Kijang.

4. Data tentang sistem mata pencaharian di Kelurahan Pulau Kijang.

5. Data tentang kondisi budaya di Kelurahan Pulau Kijang.

Page 90: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

DAFTAR-DAFTAR NAMA INFORMAN

NO NAMA JABATAN

1 Surya Indra,S.Pd Lurah Pulau Kijang

2 Nenek Awi Tokoh Masyarakat

3 Jamil Tokoh Masyarakat

4 Umi Tokoh Masyarakat

5 Junaidi Ketua RT

6 Azwir Pegawai Negeri Sipil

7 Asmail Masyarakat Nelayan Melayu

8 Dion Masyarakat

9 Darwis Masyarakat

10 Sriyatin Masyarakat

11 Sukmayani Masyarakat

12 Baharuddin Masyarakat

13 Yusrei Masyarakat

14 Jon Masyarakat

15 Udin Masyarakat

Page 91: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Gambar 1. Lokasi menuju perkampungan Gambar 2. Kantor Kelurahan

Masyarakat Suku Melayu. Pulau Kijang Kecamatan Reteh.

Gambar 3. Tempat beribadah masyarakat Gambar 4. Ketek sebagai sarana

suku melayu di Kelurahan Pulau Kijang. transportasi masyarakat suku melayu.

Page 92: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Gambar 5. Kegiatan para buruh dalam angkut Gambar 6. Alat peralatan dan

barang. perlengkapan masyarakat .

Gambar 7. Kegiatan penanaman padi Gambar 8. Lokasi kantor

di Kantor UPTP Reteh. UPTP Reteh.

Page 93: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Gambar 9. Area perkebunan kelapa Gambar 10. Area perkebunan pinang.

Gambar 11. Area perkebunan sawit.

Page 94: ii - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/3392/1/FAHRIA INTAN SAFITRI-082176311695.pdf“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang

Gambar 12. Hasil wawancara bersama bang Jon. Gambar 13. Hasil wawancara

bersama Bapak Junaidi.

Gambar 14. Hasil wawancara bersama Bapak Asmail. Gambar 15. Hasil

wawancara bersama Bapak

Aji.