studi pengembangan jaringan jalan pendukung …
TRANSCRIPT
Jurnal Teknik Sipil ISSN 2088-9321
Universitas Syiah Kuala ISSN e-2502-5295
pp. 143 - 156
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017
Transportasi dan Pemodelan - 143
STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN PENDUKUNG
RENCANA INDUK PELABUHAN (RIP) DI PROVINSI ACEH
Mukhlis Ramli1, Sofyan M. Saleh
2, Renni Anggraini
3
1) Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: [email protected] 2,3) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, email: [email protected] 2, [email protected] 3
Abstract : Provincial roads as a primary collector roads, where the existence of ports can not be separated from the transportation system, especially the road network that provides accessibility in support of Aceh's port master plan (RIP), so it is necessary to determine the development priority alternative selection between the handling of the existing provincial road network (alternative 1) and Development of road network (alternative 2) in support of RIP Aceh. The priority of road handling is done by assessing each selection criterion. This assessment is done by the respondents who are competent in the field of road and decision makers in the determination of road handling The analysis results show that the criteria used are criteria that have a value of more than Cut Off limit of 2.786 and calculation of weight and consistency test using Multi Criteria Analysis (MCA) method with Analisys Hierarchical Process (AHP) approach obtained the criteria of effectiveness in supporting the development of the region Regional development (44.9%), the criteria of Equitable accessibility and connectivity (23,6), Integration of road network system hierarchy criteria (17.3%), and the criteria of integration between transportation modes (multi-modal aspect) (14.2%). The analysis result were the value of alternative 1 that is handling the existing provincial road network (Do Nothing) is 50.937 and the alternative 2 that is new road construction and road status upgrade (Do Something) is 58.602. Therefore alternative 2 (Do Something) is a priority alternative for supporting Aceh Port Master Plan (PMP).
Keywords : Development priority, Multi Criteria Analysis (MCA)
Abstrak: Ruas jalan Provinsi merupakan jalan Kolektor Primer, dimana keberadaan pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi khususnya jaringan jalan yang memberikan
aksesibilitas dalam mendukung rencana induk pelabuhan (RIP) Aceh, sehingga perlu
menetapkan pemilihan alternatif prioritas pengembangan antara penanganan jaringan jalan
provinsi eksisting (alternatif 1) dan pengembangan jaringan jalan (alternatif 2) dalam
mendukung RIP Aceh. Pemilihan prioritas penanganan jalan dilakukan dengan menilai setiap
kriteria pemilihan. Penilaian ini dilakukan oleh responden yang berkompeten dibidang jalan
dan pejabat pengambil keputusan dalam penentuan penanganan jalan Hasil analisis
menunjukan bahwa kriteria yang digunakan adalah kriteria yang mempunyai nilai lebih dari
batas Cut Off sebesar 2,786 dan perhitungan bobot serta uji konsistensi dengan menggunakan
metode Analisis Multi Kriteria (AMK) dengan pendekatan Analisys Hierarchical Process
(AHP) diperoleh kriteria Efektifitas dalam mendukung pengembangan wilayah (regional
development) (44,9%), kriteria Pemerataan aksesibilitas dan konektivitas antar daerah
(accessibility /connectivity) (23,6), kriteria Keterpaduan hirarki sistem jaringan jalan
(hierarchical integration) dengan (17,3%), dan kriteria Keterpaduan antar moda transportasi
(multi-modal aspect) (14,2%). Dari hasil analisis diperoleh nilai alternatif 1 yaitu penanganan
jaringan jalan eksisting provinsi (Do Nothing) sebesar 50,937 dan nilai alternatif 2 (dua) yaitu
pembangunan jalan baru dan peningkatan status jalan (Do Something) sebesar 58,602. Sehingga alternatif 2 (Do Something) merupakan alternatif yang diprioritaskan dalam
mendukung Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Aceh.
Kata kunci : Prioritas Pengembangan, Analisis Multi Kriteria (AMK)
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
144 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
Provinsi Aceh dengan jumlah penduduk
5.096.248 Jiwa (Anonimious, Aceh dalam angka
2016), sebagai wilayah yang sedang berkembang,
Provinsi Aceh mempunyai permasalahan yang
hampir sama dengan provinsi lainnya yang ada di
Indonesia yaitu kurang meratanya pembangunan
di setiap daerah khususnya pengembangan
jaringan jalan, pem-bangunan jalan baru, dan
peningkatan status jalan. Jaringan jalan harus
memberikan aksesibilitas terhadap jaringan
prasarana laut hingga tercapai keterpaduan
antarmoda transportasi. Penelitian ini mengkaji
ruas-ruas jalan provinsi yang mendukung 3 (tiga)
pelabuhan yang diprioritaskan pengem-bangannya
dalam Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Aceh,
yang pertama Pelabuhan Krueng Geukeuh, Kab.
Aceh Utara sebagai pelabuhan yang mendukung
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Lhokseumawe
dan (Kawasan Ekonomi Khusus) KEK, Kedua
Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh Besar
mendukung (Pusat Kegiatan Nasional–promosi)
PKNp kota Banda Aceh Terakhir adalah
Pelabuhan Meulaboh Kab. Aceh Barat sebagai
pelabuhan yang mendukung Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) Meulaboh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Mengetahui pemilihan kriteria dalam proses
penentuan prioritas pengembangan jaringan jalan
untuk mendukung Rencana Induk Pelabuhan
(RIP) Aceh, menetapkan pemilihan alternatif
prioritas antara Penanganan dan pengembangan
jaringan jalan. Dalam penelitian ini terdapat 2 al-
ternatif pengembangan jaringan jalan yaitu
Alternatif 1 (Do Nothing) adalah pemeliharaan
jalan (Road Maintenance) dan Alternatif 2 (Do
Something) adalah peningkatan status jalan dan
pembangunan Jalan baru (New Road
Construction).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil Analisis Multi Kriteria (AMK)
diperoleh penilaian bahwa alternatif 2 (Do
Something) (New Road Construction) yaitu
pembangunan jalan baru mempunyai bobot
kepentingan dan jumlah intensitas lebih tinggi
yaitu sebesar 58,089 bila dibandingkan dengan
kondisi alternatif 1 (Do Nothing) sebesar 50,052.
Sehingga alternatif 2 (Do Something) dapat
direkomen-dasikan untuk diprioritaskan sebagai
tujuan untuk pengembangan jaringan jalan
diprovinsi Aceh dalam menunjang Rencana Induk
Pelabuhan (RIP) Aceh.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Hierarki Pelabuhan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69
tahun 2001 secara hierarki pelabuhan dibagi
dalam 3 (tiga) pelabuhan :
1. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang
fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri dan internasional,
alih muat angkutan laut dalam negeri dan
internasional dalam jumlah besar, dan
sebagai tempat asal tujuan
penumpangdan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
antar provinsi.
2. Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan
yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat
angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
- 145
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penye-berangan dengan jangkauan
pelayanan antar provinsi.
3. Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan
yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat
angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
terbatas, merupakan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul,
dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
dalam provinsi.
Sesuai dengan Arah dan Strategi Pengem-
bangan Pelabuhan di dalam Rencana Induk
Pelabuhan Aceh terdapat 11 (sebelas) pelabuhan
yang nantinya akan dikembangkan sesuai arahan
dalam dalam RIP Aceh 2015-2035, data
pelabuhan terebut dapat dilihat pada Tabel. 1
berikut ini :
Tabel. 1 Hirarki Pelabuhan dalam RIP
No Kab./Kota Nama
Pelabuhan
Luas
(Ha) Hirarki
ZONA PUSAT 22.36
1 Sabang Sabang
Utama/International
2 Aceh Besar Malahayati Utama
ZONA UTARA - TIMUR 21.92
3 Aceh Utara Krueng
Geukueh
Utama 4 Aceh Timur Idi Pengumpan Regional
5 Kota Langsa Kuala
Langsa
Pengumpul
ZONA BARAT 10.16
6 Aceh Jaya Calang PengumpanRegional 7 Aceh Barat Meulaboh Utama
ZONA TENGGARA-
SELATAN 20.58
8
Aceh Barat
Daya
Susoh/Teluk
Surin
Utama
9 Aceh Se-latan
Tapaktuan Pengumpan Regional
10 Aceh Singkil Singkil Utama
11 Simeulue Sinabang Pengumpan Regional
Sumber : Rencana Induk Pelabuhan Aceh 2015-2035
Klasifikasi Jalan Berasarkan Sistem Jalan
Pada dasarnya pengelompokan jalan
berdasarkan UU No. 38/2004 tentang jalan
berdasarkan sistem jaringan jalan terdiri dari :
a. Sistem Jaringan Jalan Primer (antar kota)
b. Sistem Jaringan Jalan Sekunder (antar kota)
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 03/PRT/M/2012, tentang
Pedoman Penetapan Fungsi Jalan Dan Status
Jalan, status jalan menurut wewenang pengelolaan
jalan tersebut akan dipisahkan statusnya menjadi :
a. Jalan nasional
b. Jalan provinsi
c. Jalan kabupaten
d. Jalan kota
e. Jalan desa
Prioritas Penanganan Jalan
Tamin (2002), menyatakan dalam kondisi
penyediaan dana yang terbatas (budget
constraint), maka prioritasi terhadap kegiatan
yang sifatnya mempertahankan aset yang ada
(assets preservation) merupakan suatu langkah
yang sangat wajar, dan jika kondisi keuangan
memungkinkan maka penyempurnaan kondisi
aset yang ada (assets enhancement) merupakan
pilihan kedua yang dapat diambil, dan jika benar-
benar dana yang tersedia sangat besar
penambahan aset baru (assets expansion) baru
bisa dipikirkan.
Dalam kebijakan pengembangan dan
pengelolaan jalan terdapat sejumlah kegiatan atau
terminologi kegiatan yang lazim dilakukan, yakni:
1. Pembangunan jalan (new road construc-
tion)
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
146 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
2. Pemeliharaan jalan (road maintenance)
3. Peningkatan jalan (road betterment)
Hubungan Aksesibilitas Terhadap
Perkembangan Wilayah
Jaringan jalan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting yang berpengaruh terhadap
kelancaran pelayanan umum, tersedianya
prasarana jalan baik kualitas maupun kuantitas
sangat menentukan mudah dan tidaknya suatu
daerah dijangkau (tingkat aksesibilitas). Apabila
aksesibilitas di suatu daerah tinggi maka
perkembangan wilayah akan mengalami
kelancaran. Sarana dan prasarana yang berada di
suatu wilayah berupa jalan, jembatan, jaringan
telekomunikasi, kendaraan (darat, udara, dan laut),
terminal, pelabuhan, dan lain-lain memberikan
landasan terhadap kelancaran perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan wilayah. Sarana dan
prasarana transportasi akan menunjang dan
mendukung pembangunan secara fisik
(Sumaatmadja, 1988). Dalam hal ini, untuk
memudahkan pelayanan dan menghindarkan
kemacetan perlu mengembangkan jaringan jalan
dan jasa pelayanan dalam dengan melibatkan
peran pemerintah setempat dan masyarakat serta
dunia usaha. Faktor aksesibilitas memegang
peranan penting dalam upaya perkembangan
wilayah sebab tanpa di dukung oleh sistem
transportasi, sarana dan prasarana transportasi
yang memadai, maka perkembangan suatu daerah
akan sulit berkembang.
Analisis Multi Kriteria (AMK)
Salah satu cara untuk memprioritaskan
serangkaian alternatif kebutuhan penanganan jalan
di setiap ruas jalan adalah dengan menggunakan
Analisis Multi Kriteria (AMK), dimana
diharapkan dengan pendekatan AMK ini
pengambilan keputusan telah mempertimbangkan
semua variabel sekomprehensif mungkin dengan
tetap berada dalam koridor proses ilmiah dari
proses pengambilan keputusan yang dilakukan.
Bila dibandingkan dengan pendekatan
pengambilan keputusan lain, AMK memiliki
sejumlah keunggulan, yakni:
a. Sudut pandang terhadap pemilihan bisa lebih
dalam.
b. Bisa mengakomodasikan berbagai interest
yang berbeda.
c. Pemilihan bisa lebih transparan serta hasil
pemilihannya bisa diharapkan lebih baik.
d. Pembobotan kriteria
Untuk mengkuantifikasi pendapat kualitatif
dari stakeholders digunakan skala penilaian
untukmenilai pendapat tersebut dalam bentuk
angka (kuantitatif). Menurut Saaty (1993), untuk
berbagai permasalahan, skala 1 sampai 9
merupakan skala yang terbaik dalam
mengkualifikasikan pendapat.
Perbandingan dilakukan berdasarkan
kebijakan pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen
lainnya. Apabila suatu elemen dibandingkan
dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1.
Penilaian perbandingan berpasangan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Vektor pembobotan elemen-elemen operasi
A1, A2.... An dinyatakan sebagai vektor w, dimana
w = (w1, w2.... wn) maka nilai intensitas
kepentingan elemen operasi A1 terhadap A2 adalah
w1 / w2 sama dengan a12. Nilai (judgment)
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
- 147
perbandingan berpasangan antara wi dan wj
ditunjukkan pada Persamaan 1 berikut :
njiaW
Wij
j
i ,......2,1,; 1
Gambar 1 Matriks Perbandingan Berpasangan
Sumber : Mulyono (2007)
Prinsip sintesis hasil penilaian adalah
mengambil setiap turunan skala rasio prioritas-
prioritas lokal dalam berbagai level dari suatu
hierarki dan menyusun suatu komposisi global
dari kumpulan prioritas untuk elemen-elemen
dalam hierarki terbawah. Penilaian ini dilakukan
untuk setiap sel dalam matriks perbandingan maka
akan didapatkan suatu matriks perbandingan baru
yang merupakan matriks perbandingan gabungan
semua responden. Gambar 2 diatas tersebut diolah
dengan melakukan perhitungan pada tiap baris
tersebut sehingga didapatkan eigenvektor untuk
masing-masing kriteria dengan menggunakan
Persamaan 2 berikut ini:
wi= (2)
Matriks yang diperoleh tersebut merupakan
eigenvector yang juga merupakan bobot kriteria.
Bobot kriteria (xi) atau Eigenvektor tersebut
ditentukan berdasarkan Persamaan 3 :
xi = (wi / Σ wi)
(3)
Nilai eigenvalue yang terbesar (λmaks)
diperoleh dari Persamaan 3 ke dalam Persamaan
4.
λmaks = Σ (aij.xij) (4)
Konsistensi logis menilai intensitas
hubungan diantara elemen-elemen yang
didasarkan pada suatu kriteria khusus yang telah
menjustifikasi satu sama lain dalam cara-cara
yang logis. Semua elemen dikelompokkan secara
logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai
dengan suatu kriteria yang logis.
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks
didasarkan atas suatu eigenvalue maksimum,
sehingga inkonsistensi yang biasa dihasilkan
matriks perbandingan dapat diminimalkan.
Rumus untuk menghitung indeks konsistensi
ditunjukkan dalam Persamaan 5.
CI = (5)
Dimana :
CI = indeks konsistensi;
λ maks = nilai eigen maksimum; dan
n = ukuran matriks
Indeks konsistensi kemudian diubah dalam
bentuk rasio inkonsistensi dan membaginya
dengan suatu random index (RI). Perbandingan
antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan
sebagai consistency ratio (CR) yang ditunjukkan
dalam Persamaan 6.
CR = ≤ 0,1 (6)
Matriks perbandingan berpasangan dapat
diterima jika nilai rasio konsistensi < 0,1.
A1 A2 ... An
A1
A2
....
An
1 …
1 ...
... ... … ...
… 1
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
148 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
Spesifikasi Kriteria
Hubungan antara kriteria dan variabel
diperlihatkan pada Tabel 2.
Metode Cut Off Point
Menurut Maggie dan Tummala (2001),
mengatakan bahwa untuk mengoptimalkan
penggunaan metode Analytic Hierarchy Process
(AHP) perlu seleksi awal dari kriteria yang telah
ditentukan untuk memastikan tingkat kepentingan
dari kriteria.
Berdasarkan metode ini maka konsistensi
kriteria dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Jawaban Sangat penting (very important)
2. diberi nilai 3 (tiga);
3. Jawaban Penting (somewhat important)
diberi nilai 2 (dua) dan;
4. Jawaban Tidak Penting (not important)
diberi nilai 1 (satu).
Seluruh penilaian responden dikumpulkan,
kemudian dirata-ratakan untuk tiap elemen.
Seluruh kriteria diurutkan dari nilai tertinggi
ke terendah. Kemudian dicari nilai cut off
dengan persamaan :
Natural cut-off point = ( Maximum Score +
Minimum Score) /2………………….. 7
Kriteria yang memiliki nilai dibawah cut-off
point akan dibuang dari perhitungan dan model
AHP.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu kerangka
kerja dalam menyusun dan melaksanakan suatu
penelitian dengan tujuan mengarahkan proses
berpikir untuk menjawab permasalahan yang akan
diteliti lebih lanjut. Dalam melakukan penelitian
ini terdiri dari beberapa tahap mulai dari
perumusan masalah, pengumpulan data,
pengolahan data, analisa data, hasil dan
pembahasan serta kesimpulan dan saran. Bagan
alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel. 2. Kriteria dan Variabel Penilaian Pengembangan Jaringan
No Kriteria No Variabel
1 Akomodasi terhadap kebutuhan perjalan-
an (flowfunction)
a. Volume lalulintas/LHR (smp/hari)
b. Kapasitas ruas jalan (smp/hari)
c. Kecepatan ruas jalan (km/jam)
2 Keterpaduan hirarki sistem jaringan
jalan (hierarchical integration)
a. Fungsi Jalan (Arteri, Kolektor, Lokal)
b. Kelas Jalan (I, II, IIIA, IIIB, IIIC)
c. Status Jalan (Nasional, Provinsi, Kabupaten)
3 Keterpaduan antar moda transportasi (multi-modal aspect)
a. Jumlah Pelayanan Moda Transportasi melalui rute
b. Menghubungkan Bandara, pelabuhan, terminal
4 Pemerataan aksesibilitas dan konektivitas
antar daerah(accessibility/connectifity)
a. Sumbangan Terhadap indeks aksesibilitas (%)
b. Sumbangan Terhadap indeks Mobilitas (%)
5 Biaya penyediaan dan pengoperasian
yang murah
(cost efficiency)
a.
Biaya Pembangunan Jalan (Rp)
b. Biaya Pemeliharaan jalan (Rp)
6 Efektifitas dalam mendukung pengem-
bangan kawasan andalan (regional
development)
a.
Menghubungkan ke PKN, PKW dan PKL
b. Menghubungkan kawasan strategis Propinsi
7 Efektifitas dalam mendukung pengem-
bangan core business (sectoral develop-
ment)
a. Keberadaan rencana/implementas pengembangan ekonomi wila-
yah dalam rencana daerah yang dilalui jalan tersebut.
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
- 145
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Rencana Induk Pelabuhan Aceh disusun
sebagai kerangka kebijakan untuk menjadi acuan
bagi pembangunan pelabuhan di Aceh, penetapan
lokasi, hirarki pelabuhan, pengoperasian,
kebutuhan pengembangan fisik pelabuhan, dan
penyusunan Rencana Induk setiap pelabuhan.
Dalam penelitian ini akan dikaji 3 (tiga)
pelabuhan yang berfungsi sebagai 2 (dua)
pelabuhan utama dan 1 (satu) pelabuhan
pengumpul, adapun ke-3 pelabuhan tersebut
adalah :
1. Pelabuhan Krueng Geukeuh, Kab. Aceh
Utara sebagai pelabuhan yang mendukung
PKN dan KEK Lhokseumawe ditetapkan
dengan fungsi sebagai pelabuhan utama
sebagai hubungan internasional yang
melayani kegiatan ekspor/impor dan
angkutan dalam luar negeri dari/ke zona
barat serta melayani kegiatan alih
muat/muatan Peti Kemas, General Cargo,
Curah Kering & Curah Cair (CPO) dalam
jumlah besar dan sebagai tempat asal tujuan
barang dalam rangka mendukung program
MP3EI.
2. Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh
Besar mendukung PKNp kota Banda Aceh,
dengan fungsi sebagai pelabuhan utama,
pengembangan Pelabuhan Malahayati
merupakan bagian program tol laut, yang
menggagas jaringan maritim nasional.
Pelabuhan ini akan melayani angkutan laut
dalam dan luar negeri dan berfungsi sebagai
interchange port atau pelabuhan transit bagi
pelabuhan lainnya yang ada di Aceh.
3. Pelabuhan Meulaboh Kab. Aceh Barat
sebagai pelabuhan yang mendukung PKW
Meulaboh, dengan fungsi sebagai pelabuhan
pengumpul/pengumpan regional dan sesuai
Arahan dan Strategi Pengembangan
Pelabuhan RIP Aceh akan ditingkatkan
menjadi Pelabuhan Utama di 2025, yang
melayani kegiatan ekspor/impor dan
Perumusan Masalah
Pemilihan perioritas pelabuhan induk dan penanganan jalan
Pengumpulan Data
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan bahan dari penelitian terdahulu
Data Primer
Kuisioner
Data Sekunder - Peta Jaringan Jalan - RTRWN
- Hasil Survey Kondisi Jalan - Rencana Induk
Pelabuhan
- Data Jaringan Jalan - RTRWA
- Tatrawi Aceh
Kuisioner Tahap Pertama
Penyusunan Hirarki Model AHP
- Seleksi Kriteria dengan Metode Cut off Point
- Penentuan Kriteria
- Penetuan Subkriteria
Analisa Pembobotan dalam Penentuan Prior-itas dengan Metode AHP
Tidak Uji KonsistensiCR≤ 0.1
Analisa Data
Selesai
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Ya
Kuisioner Tahap Kedua
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
- 145
angkutan dalam negeri dari/ke zona barat
serta melayani kegiatan alih muat muatan
General Cargo, Curah Kering & Curah Cair
(CPO) dalam jumlah besar, dan sebagai
tempat asal tujuan barang.
Potensi dan Daerah Hinterland
Hubungan antara hinterland dan pelabuhan
ini bersifat saling menguntungkan, dimana
pelabuhan berperan sebagai pintu keluar dan
masuk untuk komoditi-komoditi yang dimiliki
dan dibutuhkan daerah hinterland, sedangkan
hinterland berperan sebagai daerah penyangga
yang merupakan produsen dan konsumen
komoditas ekspor-impor.
Berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan
(RIP) Aceh daerah hinterland untuk ke-3 prioritas
pengembangan Pelabuhan di Provinsi Aceh
adalah :
1. Zona Pusat Pelabuhan Malahayati dengan
daerah hinterland :
Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan
Kabupaten Pidie,
2. Zona Utara - Timur Pelabuhan Krueng
Geukueh dengan daerah hinterland :
Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh
Tenggara, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten
Biereun, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten
Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan
Kota Lhokseumawe. Untuk Kabupaten Gayo
Lues dan Aceh Tenggara, potensi daerahnya
dianggap dibawa ke Pelabuhan Krueng
Geukeuh dengan alasan ketersediaan jaringan
jalan dan kemudahan aksesibilitas. Jika dilihat
dari pembagian zona dalam Tattrawil Aceh,
kabupaten ini berada pada zona Tenggara-
Selatan, namun dalam kenyataannya sulit
untuk membawa potensi unggulan kabupaten
ini ke Pelabuhan Singkil.
3. Zona Barat Pelabuhan Meulaboh dengan
daerah hinterland :
Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan
Raya, hal ini karena posisi Kabupaten Nagan
Raya terletak setelah kabupaten Aceh Barat
jadi tidak mungkin potensinya masuk ke
Pelabuhan Calang.
Analisis Seleksi Kriteria Dengan Metode
Cut Off Point
Pemilihan prioritas penanganan jalan
dilakukan dengan menilai setiap kriteria
pemilihan. Penilaian ini dilakukan oleh
responden yang berkompeten dibidang jalan
dan pejabat pengambil keputusan dalam
penentuan penanganan jalan. Sebelum dil-
akukan analisis prioritas, perlu dilakukan
pemilihan kriteria dimana seluruh penilaian
responden dikumpul dan dirangkumkan. Da-
lam penentuan kriteria terpilih, kriteria yang
digunakan adalah kriteria yang mempunyai
nilai skor di atas batas nilai Cut Off dari 7
(tujuh) kriteria sesuai dengan Persamaan 7.
Hasil analisis seleksi kriteria dari jawaban
responden, sebagai mana ditampilkan
pada Tabel. 3.
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
- 151
Tabel 3. Rekapitulasi Jawaban Responden
Nilai Skor TotalNilai Skor Rata-
Rata
N1 TP N2 P N3 SP= (3 x 4) + (5 x
6) + (7 x 8)= ( 9/10 )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Akomodasi terhadap kebutuhan perjalanan
(flow function)0 1 3 2 4 3 18 7 2.571 Batas Bawah
2 Keterpaduan hirarki sistem jaringan
transportasi (hierarchical integration)0 1 1 2 6 3 20 7 2.857
3 Keterpaduan antar moda transportasi (multi-
modal aspect)0 1 0 2 7 3 21 7 3.000
4 Pemerataan aksesbilitas dan koneksitas antar
daerah (accessibility/connectivity)0 1 0 2 7 3 21 7 3.000 Batas Atas
5 Biaya penyediaan dan pengoperasian yang
murah (cost efficiency)0 1 3 2 4 3 18 7 2.571
6 Efektifitas dalam mendukung pengembangan
wilayah (regional development)0 1 1 2 6 3 20 7 2.857
7 Efektifitas dalam mendukung pengembangan
core business (sectoral development)0 1 3 2 4 3 18 7 2.571
Tidak Penting Penting Sangat Penting
No.Parameter Penelitian
(Faktor/Kriteria)n Keterangan
Hasil nilai Cut Off Point = 2,786, maka kriteria
yang nilainya lebih besar dari nilai ambang masuk
untuk analisis selanjutnya adalah :
a. Keterpaduan antar moda transportasi (multi-
modal aspect)
b. Keterpaduan hirarki sistem jaringan jalan (hier-
archical integration)
c. Pemerataan aksesbilitas dan koneksitas antar
daerah (accessibility/connectivity)
d. Efektifitas dalam mendukung pengembangan
wilayah (regional development)
Ruas Jalan Eksisting sebagai Alternatif 1
(Do Nothing)
Berdasarkan hasil analisis data kondisi dan
jenis permukaan jalan diperoleh data kondisi jalan
yang mendukung rencana pengembangan
Pelabuhan sebagian besar telah teraspal yaitu
sebesar 77,4% dari total panjang jalan, jalan
perkerasan/kerikil sebesar 10,22 % dan jalan tanah
sebesar 12,39%. Distribusi jenis permukaan jalan
dan kondisi dari seluruh ruas jalan yang mendukung
Rencana Induk Pelabuhan Aceh untuk tiap zona
pengembangan rencana induk pelabuhan Aceh
dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 berikut :
77,40%
10,22%
12,39%Aspal
Kerikil
Tanah
Gambar 2. Distribusi kondisi Ruas Jalan
Gambar 3. Distribusi Jenis Permukaan Jalan
Keterpaduan Hirarki Sistem Jaringan Jalan
(Hierarchical Integration)
Data kondisi hirarki sistem jaringan jalan yang
mendukung Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Aceh
untuk masing-masing pelabuhan berdasarkan data
fungsi dan kelas jalan provinsi diketahui semua ruas
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
152 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
jalan tersebut merupakan Jaringan Jalan Kolektor
Primer yang berfungsi menghubungkan antar pusat
kegiatan (menghubungkan PKW – PKW , PKW -
PKL dan PKL – PKL) dengan kelas jalan III.
Keterpaduan Antar Moda Transportasi
(Multi-Modal Aspect)
Data jumlah kendaraan angkutan truk yang
beroperasi di masing-masing ruas jalan yang
mendukung Rencana Induk Pelabuhan diperoleh
dengan mengasumsikan data dari survey LHR pada
ruas jalan nasional. Distribusi angkutan truk yang
melintasi seluruh ruas jalan yang mendukung
Rencana Induk Pelabuhan Aceh dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Distribusi Jumlah Angkutan Truk yang
Melintasi Ruas Jalan
Pemerataan Aksesibilitas Dan Konektisitas
Antar Daerah (Accessibility/Connectivity)
Secara umum untuk seluruh daerah hinterland
pelabuhan di provinsi Aceh terlihat bahwa jaringan
jalan yang ada di propinsi Aceh dari sisi kuantitas
relatif terhadap luas wilayah dan kepadatan
penduduk telah mencukupi atau di atas nilai
minimum yang ditetapkan dalam SPM jalan. indeks
aksesibilitas eksisting yang ada hampir semuanya
berada di bawah angka 1 km jalan per km2 luas
pelayanan (kecuali untuk Kota Banda Aceh, Kota
Sabang dan Kota Lhokseumawe yang angkanya
telah lebih besar dari 1 km/km2). Artinya bahwa
sebagian besar wilayah di propinsi Aceh hanya
tersedia jalan rata-rata kurang dari 1 km/km2.
Besarnya nilai aspek mobilitas atau lebih tepat
dikatakan sebagai indeks mobilitas ini divariasikan
menurut PDRB perkapita penduduk di wilayah
yang bersangkutan, artinya bahwa semakin tinggi
PDRB suatu komunitas penduduk maka kebutuhan
perjalanan per orangnya akan bertambah dan oleh
karena itu kebutuhan akan jaringan jalan juga akan
bertambah. Hasil analisis indeks mobilitas
menunjukkan bahwa pelabuhan yang mempunyai
daerah hinterland dengan indeks Mobilitas terbesar
adalah Pelabuhan Meulaboh sebesar 6,91 lebih
besar dari yang ditetapkan dalam SPM yaitu sebesar
5,00. Zona pelabuhan dengan daerah hinterland
yang terendah adalah Pelabuhan Malahayati Aceh
Besar sebesar 4,05.
Efektifitas Dalam Mendukung
Pengembangan Wilayah (Regional
Development)
Efektifitas dari ruas jalan yang mendukung
Rencana induk Pelabuhan dalam mendukung
pengembangan wilayah ditinjau dari keterhubungan
dari ruas jalan ke pusat-pusat kegiatan maupun
hubungan dari ruas jalan itu sendiri dalam
mendukung kawasan strategis provinsi.
Pengembangan Jaringan Jalan sebagai
Alternatif 2 (Do Something).
Berdasarkan Qanun RTRWA, Tatrawil Aceh
dan arahan dan kebijakan dalam rencana
pengembangan pelabuhan Aceh (RIP) ada beberapa
pengembangan ruas jalan yang direncanakan
pengembangannya untuk mendukung Rencana
Induk Pelabuhan Aceh, yaitu : Pembangunan Ruas
Jalan lingkar kota Banda Aceh atau Banda Aceh
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
- 153
Outer Ring Road (BORR), Pembangunan Jalan Tol
Banda Aceh – Batas Sumut, Pembangunan Jalan Sp.
BORR - Lamtamot Highway Complementer,
Peningkatan Jalan kabupaten Seulimum - Krueng
Raya, Pembangunan Jalan Jantho – Batas Pidie,
Pembangunan Jalan Batas Aceh Besar – Keumala,
Pembangunan Jalan Geumpang – Batas Aceh
Tengah, Pembangunan Jalan Batas Pidie – Pameu,
Pembangunan Jalan Meureudu - Batas Pidie,
Pembangunan Jalan Batas Pidie Jaya – Lutung,
Peningkatan Jalan Ie Mirah – Lama Muda –
Lembah Sabil, Pembangunan Jalan Cot Girek -
Batas Bener Meriah, Pembangunan Jalan Batas
Aceh Utara - Samar Kilang, Jalan Sp.Alur Pinang -
Sp. Jernih - Batas Aceh Tamiang.
Analisis Multi Kriteria (AMK) Terhadap ke
2 Alternatif
Responden memberikan penilaian tiap-tiap
kriteria yang dibandingkan, dimana kepentingan
antar kriteria berbeda-beda sesuai dengan persepsi
dari responden. Persentase kriteria penialaian
diakumulasikan dan diubah menjadi persentase
masing-masing kriteria penilaian dari para
responden. Distribusi pemilihan kriteria penilaian
hasil penilaian koresponden dapat dilihat pada
Gambar 5 berikut ini :
Gambar 5. Persentase Pemilihan Kriteria oleh
Responden
Skoring Prioritas Alternatif Penanganan
Berdasarkan hasil penilaian penentuan
prioritas pengembangan jaringan jalan didapatkan
tingkat kepentingan yang paling menentukan dalam
pengambilan keputusan. Kriteria paling penting
menurut responden untuk penentuan prioritas
pengembangan jaringan jalan adalah efektifitas
dalam mendukung pengembangan wilayah (44,9%),
jadi responden menganggap bahwa efektifitas
dalam mendukung pengembangan wilayah
merupakan alasan utama mengapa ruas jalan
tersebut perlu dikembangkan, karena selain untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat, pembangunan
jalan juga harus mendukung pengembangan
wilayah yang dilaluinya. Selanjutnya yang menjadi
pertimbangan responden adalah kriteria pemerataan
aksesibilitas dan konektifitas antar wilayah dengan
bobot sebesar 23,6%, dimana indeks aksebilitas dan
mobilitas merupakan hal yang menjadi
pertimbangan dalam menetukan pengembangan
jaringan jalan, selanjutnya kriteria keterpaduan
hirarki sistem jaringan jalan (17,3%) dimana
pengembangan jaringan jalan yang akan
diprioritaskan untuk mendukung Rencana Induk
Pelabuhan (RIP) Aceh harus memperhatikan fungsi
jalan, kelas jalan dan juga status jalan. dan
kemudian yang menjadi pilihan terakhir adalah
kriteria keterpaduan antar moda transportasi dengan
bobot sebesar 14,2%.
Hasil analisis multi kriteria dari 4 (empat)
kriteria terpilih dapat ditentukan prioritas untuk
setiap alternatif. Penentuan prioritas alternatif
didasarkan pada intensitas kepentingan setiap
kriteria terhadap setiap varibel alternatif. Hasil
rekapitulasi analisis penilaian mengindikasikan
bahwa alternatif 2 (Do Something) yaitu
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
154 - Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
pengembangan jaringan jalan (pembangunan jalan
baru dan peningkatan status ruas jalan) lebih
dominan dibandingkan alternative 1 (Do Nothing)
yaitu pemeliharaan jalan eksisting dalam
mendukung Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Aceh.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil dari
Analisis Multi Kriteria (AMK) terlihat
intensitas kepentingan kriteria terhadapalternatif
pengembangan sebagai berikut :
1. Kriteria keterpaduan hirarki sistem jaringan
jalan (hierarchical integration) untuk alternatif 2
sebesar 11,463 lebih dominan dibandingkan
alternatif 1 sebesar 6,591.
2. Kriteria keterpaduan antar moda transportasi
(multi-modal aspect) untuk alternatif 2 sebesar
7,657 lebih dominan dibandingkan alternatif 1
sebesar 7,520.
3. Kriteria pemerataan aksessibilitas dan
koneksitas antar daerah (accessibility
/connectivity) untuk alternatif 2 sebesar 16,505
lebih dominan dibandingkan alternatif 1 sebesar
15,484.
4. Kriteria efektifitas dalam mendukung
pengembangan wilayah (regional development)
untuk alternatif 2 sebesar 22,977 lebih dominan
dibandingkan alternatif 1 sebesar 21,343.
Bobot dari masing-masing kriteria terpilih
untuk masing-masing alternatif dapat dilihat pada
Gambar 6.
Dari Hasil rekapitulasi analisis penilaian
mengindikasikan bahwa alternatif 2 (Do
Something) yaitu pengembangan jaringan jalan
(pembangunan jalan baru dan peningkatan status
ruas jalan ) dalam mendukung Rencana Induk
Pelabuhan (RIP) Aceh mempunyai bobot
kepentingan dan jumlah intensitas lebih tinggi yaitu
sebesar 58,602 bila dibandingkan dengan alternatif
1 (Do Nothing) sebesar 50,937. Hasil Rekapitulasi
Penilaian dan Scoring tiap alternatif Pengembangan
Jaringan Jalan dengan menggunakan Analis Multi
Kriteria (AMK) dapat dilihat pada Tabel. 4.
Gambar 6. Grafik Rekapitulasi Hasil Analisis Variabel Penilaian.
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
- 155
Tabel. 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Multi Kriteria
NO. KRITERIA BOBOT VARIABLE
NILAI
REALISASI (%) ALT. 1 (Do
Nothing)
ALT. 2 (Do
Something) ALT. 1 ALT. 2
1 2 3 4 6 7 8 = (3 x 6) 9 = (3 x 7)
1 Efektifitas dalam
mendukung
pengembangan
wilayah
0.438 a. Menghubungkan Kota
Jenjang I, II, III.
26.34 28.62 11.834 12.855
b. Menghubungkan kawasan
strategis Propinsi
17.03 18.40 7.652 8.265
c. Menghubungkan kawasan
lainnya
4.13
4.13
1.857 1.857
JUMLAH 47.69 47.51 51.15 21.343
2 Keterpaduan
hirarki sistem
jaringan jalan
0.171 a. Fungsi Jalan (A, K, L) 11.94 32.06 2.067 5.552
b. Kelas Jalan (I, II, IIIA,
IIIB)
17.67 21.45 3.059 3.714
c. Status Jalan (N, P, K) 8.46 12.69 1.464 2.197
JUMLAH 38.29 38.06 66.20 6.591
3 Pemerataan
aksesibilitas dan
konektifitas antar
wilayah
0.242 a. Sumbangan Terhadap
indeks aksesibilitas (%)
29.77 36.67 7.020 8.645
b. Sumbangan Terhadap
indeks Mobilitas (%)
35.90 33.33 8.464 7.859
JUMLAH 60.85 65.67 70.00 15.484
4 Keterpaduan
antar moda trans-
portasi
0.149 a. Jumlah Truk yang melalui
rute
37.26
44.17
5.285 6.265
b. Menghubungkn
Pelabuhan, Bandara dan
Terminal
15.75 9.81 2.235 1.392
JUMLAH 53.983 53.015 53.983 7.520
1.000
50.937 58.602
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa dan menyusun
Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Provinsi
Untuk Mendukung Rencana Induk Pelabuhan (RIP)
Aceh Dengan Metode Analisis Multi Kriteria, maka
diperoleh beberapa kesimpulan penting dari
penelitian ini, yaitu :
1. Kriteria paling penting menurut responden
untuk penentuan prioritas pengembangan
2. jaringan jalan adalah pada kriteria Efektifitas
dalam mendukung pengembangan kawasan
andalan (regional development) sebesar
44,9 %, kriteria Pemerataan aksesibilitas dan
konektivitas antar daerah
(accessibility/connectifity) sebesar 23,6%,
kriteria Keterpaduan hirarki sistem jaringan
jalan (hierarchical integration) dengan
persentase sebesar 17,3 %, dan penilaian untuk
kriteria Keterpaduan antar moda transportasi
(multi-modal aspect) sebesar 14,2 %.
2. Berdasarkan hasil analisis, Nilai intensitas
seluruh kepentingan yang dipertimbangkan
terhadap alternatif 1 (Do Nothing) adalah
50,937 dan untuk alternatif 2 (Do Something)
adalah 58,602.
3. Nilai intensitas kepentingan alternatif 2 (Do
Something) lebih tinggi dibandingkan
alternatif 1 (Do Nothing), sehingga alternatif 2
tersebut merupakan alternatif yang
diprioritaskan dalam pengembangan sistem
jaringan jalan provinsi untuk mendukung
Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Aceh.
Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian dan ru-
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017 Transportasi dan Pemodelan
- 156
musan kesimpulan penelitian, maka ada be-
berapa saran penting dari hasil penelitian ini
yaitu :
1. Diharapkan adanya studi yang dilakukan
dengan menggunakan metode lain dan
kriteria-kriteria lainnya sehingga didapat-
kan hasil yang saling melengkapi antara sa-
tu dengan yang lainnya.
2. Perlunya dilakukan studi terhadap lokasi
prioritas pelabuhan yang dijadikan pilihan
dalam hal ini perninjauan kembali terhadap
kriteria-kriteria yang dipakai sehingga pri-
oritas pengembangan pelabuhan juga dapat
diketahui.
3. Diperlukan adanya studi mengenai alter-
natif lain misalnya pengembangan potensi
moda transportasi lain (antar moda) untuk
mendukung Rencana Induk Pelabuhan
(RIP) Aceh.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 2016, Aceh dalam Angka, Badan
Pusat Statistik.
Black, J.A. 1981, Urban Transport Planning:
Theory and Practice, London, Cromm
Helm.
Magribi, M., 1999, Geografi Transportasi,
Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi, Suatu
Pendekatan & Analisa Keruangan.
Bandung : Alumni
Saaty, T.L1993, Pengambilan Keputusan Bagi
Para Pemimpin, Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta.
Tamin, O.Z., 2008 Perencanaan, Permodelan,
dan Rekayasa Transportasi : Teori,
Contoh Soal dan Aplikasi, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Tam, Maggie. C.Y., dan V.M. Rao Tummala,
(2001). An Application of The AHP in
Vendor Selection of a Telecomunication
System. International Journal of Manage-
ment Science, 29, 171-182. Omega.