presentation 1

41
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA PERIODE 6 JULI - 8 AGUSTUS 2015 RS BHAKTI YUDHA DEPOK SINUS PARANASAL DAN BEDAH SINUS ENDOSKOPI FUNGSIONAL (BSEF/FESS) Disusun oleh: NILASARI WULANDARI NIM: 11-2014-331

Upload: nilanila-wlndr

Post on 13-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

MM

TRANSCRIPT

Page 1: Presentation 1

 KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAPERIODE 6 JULI - 8 AGUSTUS 2015

RS BHAKTI YUDHADEPOK

SINUS PARANASAL DAN BEDAH SINUS ENDOSKOPI FUNGSIONAL (BSEF/FESS)

 

Disusun oleh:NILASARI WULANDARI

NIM: 11-2014-331

Page 2: Presentation 1

Definisi

• Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus

paranasal.

• Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis

• Bila mengenai semua sinus paranasal disebut

parasinusitis.

Page 3: Presentation 1

Tipe sinusitis

• akut : sinusitis yang berlangsung < 30 hari

• sub akut : sinusitis yang berlangsung > 1 bulan tapi < 3 bulan

• kronik :  berlangsung > 3 bulan dengan atau tanpa pengobatan

• rekuren  : episode sinusitis akut 4 atau lebih per tahun selama

10 hari atau lebih dan tidak adanya gejala klinis diantara

episode

Page 4: Presentation 1

Anatomi Rongga Hidung dan Sinus Paranasal

Page 5: Presentation 1
Page 6: Presentation 1
Page 7: Presentation 1
Page 8: Presentation 1
Page 9: Presentation 1
Page 10: Presentation 1
Page 11: Presentation 1

Pada 1/3 tengah dinding lateral hidung:

meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksilaris, sinus frontal dan sinus etmoid anterior.

Page 12: Presentation 1

Fungsi sinus paranasal

1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)

3. Membantu keseimbangan kepala karena mengurangi

berat tulang muka..

4. Membantu resonansi suara

5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

6. Membantu produksi mukus.

Page 13: Presentation 1

Etiologi dan faktor prediposisi

• ISPA akibat virus, infeksi bakteri,

jamur,

• rinitis alergi, rinitis hormonal

pada wanita hamil.

• hipertrofi adenoid

• polusi udara

• udara dingan dan kering

• Kebiasaan merokok

• obstruksi nasal, trauma, polip

hidung, deviasi septum atau

hipertrofi konka, sumbatan

komplek osteomeatal, infeksi

tonsil, infeksi gigi

Page 14: Presentation 1
Page 15: Presentation 1
Page 16: Presentation 1

Sinusitis akut

• Etiologi: Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis.

• Riwayat ISPA tidak sembuh salama 10 hari atau memburuk setelah 5-7 hari.

• Gejala:hidung tersumbat, nyeri/rasa tekanan pada muka dan sekret purulen, post nasal drip.

• rinoskopi anterior tampak pus keluar dari meatus superior, di meatus medius pada sinusitis

maksila

• Pemeriksaan radiologik posisi waters, PA dan lateral: tampak perselubungan atau penebalan

mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit.

Page 17: Presentation 1
Page 18: Presentation 1
Page 19: Presentation 1
Page 20: Presentation 1
Page 21: Presentation 1
Page 22: Presentation 1

Sinusitis Kronis

• gejala berupa suatu perasaan penuh pada wajah dan hidung, dan

hipersekresi yang seringkali mukopurulen

• sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok,

gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius

• Pasien dengan sinusitis kronik dengan polip nasi lebih sering mengalami

hiposmia

Page 23: Presentation 1
Page 24: Presentation 1

DIAGNOSIS

• Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

• Rhinoskopi  anterior: mukosa konka

hiperemis, edema, sekret

mukopurulen pd rongga hidung

• Rhinoskopi posterior: post nasal drip

Pemeriksaan penunjang :

1. Pada pemeriksaan transluminasi,

2. Foto polos posisi Waters, PA, lateral

3. CT scan sinus → gold standard

4. Kultur

5. Sinuskop

Page 25: Presentation 1

Pencitraan Sinus Paranasal Pada Posisi Waters

Page 26: Presentation 1
Page 27: Presentation 1

Tatalaksana (1)

• Tujuan terapi sinusitis : mempercepat penyembuhan, mencegah

komplikasi, dan mencegah perubahan menjadi kronik.

• Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase

dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

• Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan untuk

menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka

sumbatan ostium sinus.

Page 28: Presentation 1

Tatalaksana (2)

• Sinusitis akut: golongan penisilin →amoksisilin.

Resisten → amoksisilin-klavulanat / sefalosporin G II

• dekongestan oral dan topikal, jika diperlukan dapat diberikan analgetik, mukolitik,

steroid oral/topikal, pencucian rongga hidung dengan NaCl

• Sinusitis kronik : antibiotik yang sesuai untuk kuman negatif gram dan anaerob.

• Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy

• Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)

10-14 hari

Page 29: Presentation 1
Page 30: Presentation 1

FUNCTIONAL ENDOSCOPIC SINUS SURGERY ( FESS )

• prosedur menggunakan endoskopi nasal ( menggunakan tekonologi lensa

Hopkin ) melewati kavum nasi untuk menghindari sayatan pada kulit.

• Endoskopi ini memiliki diameter 4mm (dewasa ) dan 2,7 mm (anak-anak )

dan memiliki sudut yang bervariasi dari 0°, 30°, 45°, 70°, 90° dan 120°.

Memberikan iluminasi yang baik di dalam kavum nasi dan sinus.

Page 31: Presentation 1

FUNCTIONAL ENDOSCOPIC SINUS SURGERY ( FESS )

• Dilaporkan gejala membaik pada 66 dari 72 ( 91,6% ) pada pasien yang

mendapat ESS ( Endoscopic Sinus Surgery ) dengan follow-up selama 7.8

tahun. Juga meningkatkan kualitas hidup sebanyak 85% dengan follow-up

selama 31,7 bulan

Page 32: Presentation 1

Indikasi FESS

• Sinusitis Kronik yang refrakter

terhadap terapi medikamentosa

• Sinusitis berulang

• Poliposis Nasal

• Polip Antokoanal

• Mukokel Sinus

• Eksisi Tumor

• Penutupan LCS yang merembes

• Dekompresi Orbita

• Dekompresi Nervus Optikus

• Dakriosistorinostomi

• Reparasi Atresia Koana

• Pengangkatan Benda Asing

• Kontrol Epistaksis

Page 33: Presentation 1

Kontraindikasi

• abses orbita

• osteitis atau osteomielitis tulang frontal

• rongga sinus yang mengecil (hipoplasia),

• Penderita yang disertai hipertensi maligna, diabetes mellitus, kelainan

hemostasis yang tidak terkontrol

• riwayat merokok juga merupakan kontra indikasi relatif karena tingginya

insidensi terbentuknya skar, jaringan granulasi, dan rekurensi penyakit.

Page 34: Presentation 1

Persiapan Operasi

• tanda-tanda inflamasi maupun infeksi harus diatasi dahulu

• nasoendoskopi : untuk menilai anatomi dinding lateral hidung dan variasi

anatominya.

• Ct-scan: . Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi penyakit dan

perluasannya serta mengetahui landmark dan variasi anatomi sinus

paranasal

Page 35: Presentation 1

Tujuan FESS

• membersihkan penyakit di kompleks osteomeatal dengan

panduan endoskopi

• memulihkan kembali drainase dan ventilasi sinus besar yang

sakit secara alamiah.

Page 36: Presentation 1

Prinsip fess

• hanya jaringan patologik yang diangkat sedangkan jaringan sehat dipertahankan

agar tetap berfungsi.

• Teknik operasi FESS secara bertahap mulai dari yang paling ringan yaitu

infundibulektomi, BSEF mini sampai frontosfenoidektomi total.

• tahapan operasi : 1) Unsinektomi, 2) Antrostomi meatus medius, 3) Etmoidektomi

anterior, 4) Etmoidektomi posterior, 5) Sfenoidektomi, 6) Bedah sinus frontal.

Page 37: Presentation 1

Anestesi dalam FESS

• FESS sebaiknya dilakukan dalam anestesi umum,

• sebelum pembedahan diberikan dekongestan hidung → oksimetazolin.

• Dinding lateral hidung di infiltrasi dengan xylocain 1% + epinefrin

1:100.000 pada anterior dari perlekatan konka media, anterior dari bagian

inferior prosesus unsinatus, bagian inferior dari konka media dan

pertengahan dasar konka inferior

Page 38: Presentation 1
Page 39: Presentation 1
Page 40: Presentation 1

Perawatan Paska Operatif

• Penggunaan tamponasi (nasal packing) tampon harus diangkat antara

1-7 hari paska operasi atau rata-rata 2-3 hari untuk hemostat.

• Pembersihan sesudah pengangkatan tampon, dgn (NaCl 0,9%)

• diberikan terapi medikamentosa dan follow up selama minimal 3 bulan.

• Penilaian gejala klinis dan endoskopi dilakukan bervariasi dinilai setiap 2

minggu, 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan paska operatif.

Page 41: Presentation 1

Komplikasi

• Komplikasi intranasal seperti sinekia

• stenosis ostium sinus maksila, Kerusakan duktus nasolakrimalis.

• Komplikasi  periorbital/  orbital  : edema kelopak mata, ekimosis, emfisema,

perdarahan retrobulbar, kerusakan nervus optikus dan gangguan gerakan bola mata.

• Komplikasi sistemik : infeksi dan sepsis

• Komplikasi  intrakranial: Meningitis