laporan analisis tembikar

Download LAPORAN ANALISIS TEMBIKAR

If you can't read please download the document

Upload: akusudahmati

Post on 26-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Analisis Arkeologi.

TRANSCRIPT

LAPORAN ANALISIS TEMBIKAR

LAPORAN ANALISIS TEMBIKAR

HASIL EKSKAVASI

SITUS KALUMPANG & MINANGA SIPAKKA APRIL 2007

oleh:

Annissa M Gultom

Dimas

M. Mirza Ansyori

Ricky Meinson

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Jakarta, Juni-Juli 2007

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR & FOTO

METODE ANALISIS

I.1. Pengumpulan Data

I.2. Pengolahan Data

I.2.1. Terminologi

I.2.2. Variabel Analisis

DATA

II.1. Kamass (KMS)

II.1.a. Anatomi

II.1.b. Teknik Buat

II.1.c. Partikel

II.1.d. Ukuran Tebal

II.1.e. Ornamentasi: Teknik dan Ragam Motifnya

II.1.f. Warna

II.1.g. Slip

II.1.h. Jelaga

II.2. Minanga Sipakka (MS)

II.2.a. Anatomi

II.2.b. Teknik Buat

II.2.c. Partikel

II.2.d. Ukuran Tebal

II.2.e. Ornamentasi: Teknik dan Ragam Motifnya

II.2.f. Warna

II.2.g. Slip

II.2.h. Jelaga

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR & FOTO

METODE ANALISIS

I.1. Pengumpulan Data

Penelitian arkeologi dilaksanakan secara bertahap yang dimulai dari tahap observasi (pengumpulan data), deskripsi (pengolahan data), dan eksplanasi (penafsiran data). Penentuan atau pemilihan metode serta teknik yang digunakan dalam tiap tahap tersebut sangat tergantung pada tujuan penelitian itu sendiri.

Tujuan dari kegiatan analisis ini adalah mengidentifikasi temuan tembikar dari ekskavasi di situs Kalumpang dan Minanga Sipakka pada bulan April 2007. Maka, pada tahap pengumpulan data, temuan yang akan di analisis adalah sejumlah 17.549 keping fragmen tembikar dari hasil ekskavasi tersebut.

Pada tahap ini, dilakukan pemilahan tembikar berdasarkan anatomi dari sebuah wadah tembikar. Bagian-bagian dari wadah tembikar adalah:

Gamb. 1. Peristilahan Bagian keramik: (a) bibir; (b) tepian; (c) leher; (d) karinasi; (e) badan; (f) dasar; (g) kaki; (h) pegangan; (i) cerat; (j) kupingan; (k) pundak (Sumber: Rangkuti & Pojoh, 1991: 10)

Bagian-bagian anatomi ini akan menjadi variabel pertama analisis. Khusus bagian anatomi tepian dan dasar, keduanya memiliki berbagai variasi bentuk.

Berdasarkan kepemilikan bibir, tepian dapat memiliki bibir atau tidak. Bibir adalah bagian permukaan ujung tepian yang sengaja didatarkan. Tepian yang tidak memliki bibir adalah tepian yang semakin ke ujung semakin menipis tanpa ada permukaan ujung tepian yang didatarkan.

Tepian dapat juga dikelompokkan berdasarkan arah tepian, terdapat tiga tipe: tepian terbuka yang mengarah ke luar; tepian tegak lurus dan tepian tertutup yang mengarah ke dalam.

Gamb.2. Skema Orientasi Bentuk Penampang Wadah (Sumber: Rangkuti & Pojoh, 1991: 68)

Akan tetapi, tipe tepian yang akan menjadi sub variabel dalam kegiatan analisis hanya tepian berbibir dan tidak berbibir, karena tipe tepian berdasarkan orientasi arahnya membutuhkan pengamatan yang cukup teliti dan hanya dapat diterapkan pada fragmen yang secara fisik mendukung. Sub variabel tepian berdasarkan orientasi dilakukan setelah proses identifikasi, khusu pada fragmen tepian yang memperlihatkan atribut yang mendukung untuk identifikasi.

Bagian tepian adalah yang paling membantu untuk mengenali kembali bentuk utuh tembikar, karena pada tepian terdapat unsur profil dan ukuran. Pecahan lain misalnya bagian dasar, juga dapat membantu untuk mengenali kembali bentuk utuh, tapi bentuk dasar pada setiap wadah tembikar sangat bervariasi ukuran dan bentuknya sehingga tidak dapat dijadikan acuan dalam menggambarkan bentuk utuh. Maka karena tidak dapat menjadi atribut kuat dalam analisis, varian dalam bentuk dasar tidak dimasukkan menjadi variabel analisis, seluruh bagian dasar yang ditemukan hanya dimasukkan satu kelompok dasar.

Beberapa fragmen bentuk tembikar non-wadah akan dimasukkan dalam kategori lain-lain dengan keterangan yang melengkapi. Untuk fragmen yang tidak dapat teridentifikasi kategori anatominya dimasukkan ke dalam kategori indeterminate (ind.), atau tidak teridentifikasi.

I.2. Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data, setelah melalui tahap observasi yakni berupa pemilahan (sorting) tembikar, maka tahap selanjutnya adalah tahap deskripsi. Dalam tahap ini dilakukan Analisis khusus, yaitu melakukan pengamatan terhadap jejak-jejak pembuatan, partikel, ukuran tebal, bentuk, hiasan, teknik hias dan warna. Dalam pelaksanaannya, analisis khusus dapat dikatakan sebagai proses identifikasi tembikar, terwujud dalam apa yang dikenal sebagai klasifikasi. Proses klasifikasi sendiri dapat didefinisikan sebagai kegiatan memilah atau mengelompokkan temuan dalam kelas-kelas yang lebih kecil berdasarkan ciri-ciri tertentu, yang tujuannya adalah untuk memperoleh tipologi (Rangkuti & Pojoh, 1991: 45-46)

I.2.2. Variabel Analisis

Unit dasar kegiatan analisis adalah apa yang disebut dengan atribut, atribut adalah aspek atau ciri individual pada artefak yang memperlihatkan karakteristik yang dimiliki.

Atribut berkaitan dengan kepentingan analisis dan tujuan penelitian dapat dibagi menjadi tiga: atribut lemah, atribut kuat dan atribut kunci. Atribut lemah adalah yang tidak berkaitan langsung dengan kepentingan lingkup analisis, tapi berkaitan dengan tujuan penelitian; atribut kuat adalah yang mempunyai kaitan langsung dengan lingkup analisis sehingga ia merupakan atribut yang harus diamati secara teliti; dan atribut kunci adalah atribut yang mempunyai nilai frekuensi tinggi dalam suatu populasi.

Atribut berdasarkan jenisnya, dapat dibedakan menjadi tiga: (1) atribut bentuk yang meliputi ciri-ciri artefak secar tiga dimensi, terutama ukuran dan bentuk; (2) atribut teknologi meliputi ciri artefak yang berkaitan dengan cara pembuatan; dan (3) atribut gaya yang meliputi ciri artefak yang antara lain berkaitan dengan warna, tekstur dan hiasan.

Tujuan dari analisis adalah identifikasi temuan tembikar hasil ekskavasi, maka setiap aspek dan ciri dari data akan menjadi menjadi atribut-atribut kuat yang membentuk karakteristik-karakteristik tertentu. Maka variabel analisis akan didasarkan pada lingkup:

atribut bentuk berupa anatomi dan ukuran tebal;

atribut teknologi berupa jejak teknik buat, halus-kasarnya partikel, jejak jelaga dan teknik hias;

atribut gaya berupa motif hias dan jejak slip merah

Variabel analisis yang dipakai berjumlah sembilan variabel, yaitu:

Anatomi

Pada pengumpulan data, pengelompokkan berdasarkan anatomi sudah dilakukan, akan tetapi karena dilakukan dalam jumlah banyak, maka dirasa perlu diadakan pengamatan secara deskriptif secara anatomis untuk mendapatkan keakuratan tinggi dalam proses identifikasi.

Variabel Anatomi memiliki 13 sub variabel, yaitu : (a) tepian berbibir; (b) tepian tidak berbibir (c) bibir; (d) leher; (e) karinasi; (f) badan; (g) dasar; (h) kaki; (i) pegangan; (j) cerat; (k) kupingan; (l) pundak; (m) lain-lain.

Pada proses idenifikasi untuk memudahkan setiap sub variabel diberi kode sebagai berikut:

Tabel.1. Kode Anatomi Tembikar

Tepian Berbibir

A

Dasar

G

Tepian Tidak Berbibir

B

Kaki

H

Bibir

C

Pegangan

I

Leher

D

Cerat

J

Karinasi

E

Kupingan

K

Badan

F

Pundak

L

Lain-lain

M

Jejak teknik Buat

Terdapat empat jejak teknik buat pada tembikar yang masih dapat dilihat, yaitu jejak teknik tekan, teknik spiral, teknik roda putar dan teknik tatap landas. Fragmen yang tidak teridentifikasi teknik buatnya dimasukkan dalam kelompok indeterminate (ind.).

Gamb.3. Jejak-jejak Proses Pembentukan: (a) jejak teknik tekan; (b) jejak teknik spiral; (c) jejak teknik roda putar pada permukaan dalam; (d) jejak teknik roda putar pada permukaan luar; (e) jejak teknik tatap landas. (Sumber: Rangkuti & Pojoh, 1991: 82)

TEKNIK

JEJAK YANG DITINGGALKAN

Tekan

Permukaan luar maupun dalam tidak rata. Tampak bekas sapuan dan tekanan jari tangan (fingermark).

Roda putar cepat

Striasi yang rapat, halus serta bersinambung sehingga terlihat seperti garis sejajar yang horisontal, terutama pada permukaan bagian dalam karena permukan luar biasanya dihaluskan atau tertutup glasir atau slip.

Roda putar lambat

Striasi yang renggang, tampak kurang sejajar bahkan menggelombang, dan sering putus-putus.

Tatap-landas

Jejak pelandas biasanya tampak pada permukaan bagian dalam berbentuk cekungan-cekungan. Jejak pemukul adakalanya terlihat pada permukaan luar, kecuali bila permukaan ini dilapisi oleh glasir atau slip, atau dihaluskan lagi, atau dibubuhi hiasan.

Teknik gabungan roda putar dan tatap-landas

Biasanya tampak pada pecahan tepian yang cukup besar ukurannya, khususnya di bagian luar ujung tepian. Jejak pelandas terlihat pada bagian dalam.

Pada proses idenifikasi untuk memudahkan setiap sub variabel diberi kode sebagai berikut:

Tabel.2. Kode Jejak Teknik Buat Tembikar

Teknik Buat

TB

Spiral / Pilin

a

Roda putar

b

Tekan

c

Tatab pelandas

d

Ind

e

Partikel

Pada variabel ketiga ini hanya ada dua pilihan, halus dan kasar. Halus atau kasarnya partikel pada tembikar sangat penting karena dapat menunjukkan jenis bahan yang digunakan. Pada proses idenifikasi untuk memudahkan setiap sub variabel diberi kode sebagai berikut:

Tabel.3. Kode Partikel Tembikar

Partikel

P

Halus

o

Kasar

Ukuran Tebal

Variabel ukuran tebal dibagi dalam tiga sub variabel, tipis, sedang dan tebal. Kategori tipis adalah fragmen yang memiliki ketebalan antara 1 mm 5 mm. Kategori sedang adalah fragmen yang memiliki ketebalan antara 5 mm 10 mm. Kategori tebal adalah fragmen yang memiliki ketebalan antara 11 mm 20 mm. Pada proses idenifikasi untuk memudahkan setiap sub variabel diberi kode sebagai berikut:

Tabel.4. Kode Ukuran Ketebalan

Ukuran Ketebalan

TB

Kecil

i

Sedang

ii

Besar

iii

Teknik Hias

Variabel teknik hias memiliki lima sub-variabel berdasarkan lima tipe teknik hias pada tembikar, yaitu: teknik lukis, teknik tekan, teknik tekan, teknik gores, teknik hias cukil, teknik hias tempel. Jejak teknik hias yang di luar lima tipe tersebut di atas di kelompokkan dalam lain-lain.

Gamb.5. Teknik Gores

Gamb.4. Teknik Tekan

Gamb.6. Teknik Cukil

Motif Hias

Variabel motif hias memiliki sembilan sub variabel berdasarkan motif hias yang biasa ditemukan pada tembikar dari masa prasejarah, yaitu: Motif Kepang, motif Tikar (anyaman), motif Jala, motif Garis Pararel, motif Tulang Ikan, motif Kuku Jari, motif Sisir. Motif hias pada tembikar dapat terdiri dari satu macam atau kombinasi dari dua atau lebih motif hias.

abc d e

Gamb.7. Beberapa contoh motif hias: (a) motif hias kepang; (b-c) motif hias garis pararel; (d) motif (anyaman) tikar; (e) kombinasi motif tikar dan kain.

Pada proses idenifikasi untuk memudahkan setiap sub variabel diberi kode sebagai berikut:

Tabel.5. Kode Teknik Hias pada Tembikar

Teknik Hias

TH

Lukis

I

Tekan

II

Gores

III

Cukil

IV

Tempel

V

Lain-lain

VI

Warna

Warna pada tembikar adalah warna yang timbul setelah proses pembakaran. Dalam proses pembakaran tersebut, secara teoritis melewati tiga tahap yaitu dehidrasi, oksidasi dan vitrifikasi.

Tahap dehidrasi adalah tahap ketika unsur air yang ada dalam adonan keramik mulai menguap akibat panas, dan mengakibatkan terbentuknya rongga-rongga. Jika suhu tidak ditambah dan oksigen semakin berkurang akibat terpakai dalam proses pembakaran, maka yang terjadi adalah reduksi. Tembikar yang mengalami reduksi berwarna hitam di bagian luar tapi tidak sampai bagian tengahnya.

Tahap oksidasi terjadi jika suhu pembakaran dapat dipertahankan dengan cara mengatur sumber panas. Pada tahap ini biasanya mineral-mineral kandungan adonan sudah mencapai titik matang. Tembikar yang mencapai tahap ini pada proses pembakarannya memiliki warna merata sampai bagian dalamnya. Ketiga tahap ini tidak selalu terjadi, dan khusus untuk tahap vitrifikasi akan menghasilkan keramik jenis porselen.

Tembikar ada yang memiliki satu warna atau kombinasi dari beberapa warna. Beberapa macam warna tembikar yang akan menjadi sub varian untuk warna adalah merah, merah kuning, coklat, coklat kuning, coklat merah, abu-abu, Hitam, putih dan putih gading. Pada proses idenifikasi untuk memudahkan setiap sub variabel diberi kode sebagai berikut:

Tabel.6. Kode Motif Hias pada Tembikar

Motif Hias

MH

Kepang

1

Tikar

2

Kain

3

Jala

4

Garis Paralel

5

Tulang ikan

6

Kuku jari

7

Sisir

8

Lain-lain

9

Slip

Slip adalah lapisan berwarna merah pada bagian luar tembikar yang berasal dari cairan berwarna yang dioleskan pada tembikar sebelum mengalami proses pembakaran. Slip mudah diidentifikasi, karena slip hanya menutupi permukaan luar saja dan jika dilihat pada bagian pecahan ia tidak memiliki lapisan.

Jelaga

Jelaga adalah warna hitam yang melekat pada sebagian tembikar yang dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak merata. Ada tidaknya jelaga menjadi penting untuk mengetahui kemungkinan cara pembakarannya.

DATA

II.1. Kamass (KMS)

Pada situs Kamass (KMS) dilakukan ekskavasi pada tiga kotak (?), yaitu TP I, TP III dan TP IV. Ekskavasi hanya dilakukan sampai kedalaman ?, dan menghasilkan sejumlah 1285 fragmen. Hasil identifikasi tembikar per-variabel diuraikan dalam tabel sebagai berikut:

II.1.a. Anatomi

Hasil analisis identifikasi anatomi tembikar pada fragmen memperlihatkan bahwa temuan didominasi oleh bagian badan (65.9 %), kemudian di peringkat kedua berupa tepian berbibir (11.59 %), kemudian tepian tidak berbibir (9.88 %), dan sisanya (sekitar 12 %) berupa bagian anatomi lain. Di antara 1285 fragmen, terdapat dua buah fragmen memperlihatkan kombinasi anatomi, yaitu sebuah tepian berbibir yang masih memiliki bagian leher dan sebuah tepian tidak berbibir yang masih memiliki bagian leher, tetapi keduanya tidak memiliki pundak. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel.7. Persebaran jumlah variabel anatomi pada situs Kamass

Kotak / Spit

ANATOMI

jml

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

K

L

M

A.D

B,D

TP I / P

4

2

1

7

2

1

17

TP I /19

8

3

3

4

1

13

32

TP III / 1

42

2

1

12

144

4

27

232

TP IV / 1

95

120

11

33

29

693

13

1

2

1

1

24

1

1014

JML

149

127

12

45

30

847

13

1

6

1

6

66

1

1

1304

Bagian tepian yang dapat diidentifikasi orientasinya hanya sejumlah 94 fragmen yang didominasi oleh tepian tegak (69.1 %), tepian tertutup adalah yang paling sedikit ditemukan (5.3%) dan sisanya berupa tepian terbuka (25.6%).

Tabel.8. Persebaran jumlah sub-varian dari anatomi berupa tepian pada situs Kamass

Kotak / Spit

TEPIAN TEGAK

TEPIAN TERBUKA

TEPIAN TERTUTUP

JML

TP I / P

TP I /19

9

9

TP III / 1

5

5

TP IV / 1

65

15

80

JML

65

24

5

94

II.1.b. Teknik Buat

Pada ketiga kelompok temuan terdapat 10 variasi cara buat yang teridentifikasi, dengan lima di antaranya merupakan teknik buat kombinasi. Dari 1285 fragmen terdapat sejumlah fragmen yang tidak teridentifikasi teknik buatnya (22.1 %). Teknik buat teridentifikasi yang ditemui didominasi oleh teknik buat tatap pelandas (39.6%), kemudian teknik tekan (30.3 %), teknik roda putar (4.5 %), teknik spiral/pilin (0.3 %) dan kombinasi teknik buat (3.2 %). Dari temuan jejak teknik roda putar, hanya ada sebuah fragmen yang memperlihatkan jejak roda putar cepat, ditemukan di TP III, spit 1, kedalaman 0-31 cm, berupa sebuah tepian terbuka..

Tabel.9. Persebaran jumlah variabel teknik buat pada situs Kamass

Kotak / Spit

TEKNIK BUAT

jml

a

b

c

d

e

a,b,d

a,c

a,d

b,c

b,d

c,d

TP I / P

1

4

1

5

6

17

TP I /19

5

18

8

1

32

TP III / 1

4

100

82

26

5

5

6

1

4

233

TP IV / 1

3

51

290

412

249

3

2

9

1

3

1023

JML

4

59

396

517

289

8

7

15

1

6

3

1304

II.1.c. Ukuran Ketebalan

Hasil pengukuran terhadap data memperlihatkan bahwa 57.8 % berukuran sedang (0.6-1 cm), 30.2 % berukuran tipis (0.1-0.5 cm) dan sisanya (12 %) berukuran tebal

Tabel.10. Persebaran jumlah variabel ukuran tebal pada situs Kamass

Kotak / Spit

UKURAN TEBAL

jml

i

ii

iii

TP I / P

17

17

TP I /19

7

8

17

32

TP III / 1

117

92

23

232

TP IV / 1

270

638

115

1023

JML

394

755

155

1304

II.1.d. Partikel

Partikel bahan yang dipakai pada fragmen sekitar 99.2 % berupa partikel kasar, sedangkan fragmen yang berpartikel halus hanya sekitar 0.8 % dan hanya di temukan di permukaan kotak TP I.

Tabel.11. Persebaran jumlah variabel partikel pada situs Kamass

Kotak / Spit

PARTIKEL

jml

o

TP I / P

10

7

17

TP I / 19

32

32

TP III / 1

232

232

TP IV / 1

1023

1023

JML

10

1294

1304

II.1.e. Ornamentasi: Teknik dan Ragam Bentuknya

Dari keseluruhan 1304 fragmen hanya 5.6 % saja yang memiliki hiasan, sejumlah 74 fragmen. Dari empat kelompok temuan, hanya kumpulan dari kotak TP I spit 19 saja yang tidak memiliki fragmen tembikar yang berhias.

Tabel.12. Persebaran jumlah fragmen tembikar berhias pada situs Kamass

Kotak / Spit

ORNAMEN

jml

v

x

TP I / P

8

9

17

TP I / 19

32

32

TP III / 1

21

211

232

TP IV / 1

45

978

1023

JML

74

1230

1304

Teknik Hias yang dapat teridentifikasi sejumlah 5 macam, teknik hias tekan (24.3 %), gores (58.1 %), cukil (6.7 %), dan lain-lain termasuk teknik kombinasi (10.9 %).

Tabel.13. Persebaran jumlah variabel teknik hias pada situs Kamass

Kotak / Spit

TEKNIK HIAS

Jml

I

II

III

IV

V

VI

II,III

TP I / P

6

2

8

TP I / 19

TP III / 1

4

16

1

21

TP IV / 1

14

21

3

1

6

45

JML

18

43

5

1

7

74

Fragmen berhias pada situs Kamass memiliki 12 varian motif hias yang 6 di antaranya merupakan motif kombinasi (Tabel 14).. 51.3 % di antaranya merupakan motif hiasan lain-lain, sisanya sejumlah 48.7 % didominasi oleh motif hias garis pararel (5) sejumlah 14 fragmen.

Tabel.14. Persebaran jumlah variabel motif hias pada situs Kamass

Kotak / Spit

MOTIF HIAS

jml

1

2

3

4

5

6

7

8

9

5,7

5,7,8

5,7,9

5,8

5,9

6,7

TP I / P

5

2

1

8

TP I / 19

TP III / 1

6

1

1

1

10

1

1

21

TP IV / 1

1

3

2

1

27

2

2

2

2

1

2

45

JML

1

14

1

3

5

38

3

3

2

2

1

2

74

Motif Hiasan Lain-lain adalah motif hiasan yang tisak terwakili oleh 8 variasi yang ada, biasanya sangat framentariss sehingga hanya memperlihatkan sebagian kecil dari motif hias, seperti hanya terdiri dari satu atau dua bulatan; sebuah garis; garis-garis tidak berpola, satu atau dua lubang dan motif cap berbentuk kotak-kotak (Tabel. 15). Sub-varian motif hias lain-lain 34.2 % nya berupa garis, 28.9 % berupa lubang, 21 % berupa bulatan dan sisanya 15.9 % berupa garis-garis tidak berpola

Tabel.15. Persebaran jumlah variabel motif hias lain-lain pada situs Kamass

Kotak / Spit

MOTIF HIAS LAIN-LAIN

JML

BULATAN

GARIS

GARIS-GARIS

LUBANG

KOTAK-KOTAK

TP I / P

1

1

TP I / 19

TP III / 1

2

6

2

10

TP IV / 1

6

13

3

9

1

27

JML

8

13

3

11

1

38

III.1.f. Warna

Variabel warna pada temuan situs Kamass memiliki 57 sub-varian dengan 8 di antaranya merupakan warna mandiri (Abu-abu; coklat; coklat merah; coklat kuning; hitam; putih gading; merah dan merah kuning), dan sisanya berupa kombinasi warna dari 7 warna mandiri. Khusus warna merah kuning, tidak termasuk kombinasi warna.

Temuan permukaan TP I hanya memiliki 4 sub-varian temuan, temuan dari spit 19 pada kotak yang sama memiliki 12 sub-varian warna. Pada temuan dari kotak TP III dan TP IV memiliki jumlah varian yang sama, yaitu 43 sub varian, tetapi dengan komposisi yang berbeda.

Sub varian warna mandiri memiliki presentase 61.8% (807 fragmen) dan sisanya 38.2% berupa sub varian warna kombinasi. Urutan tiga variabel warna terbanyak dari keseluruhan temuan adalah coklat merah sebanyak 262 fragmen atau 21.9 %, kemudian warna coklat sejumlah 17.1% dan warna abu-abu 7.8%. Tiga sub varian warna kombinasi terbanyak adalah coklat abu-abu (3.3%), coklat hitam (4.5%) dan merah abu-abu (3.3%).

Tabel.16. Persebaran jumlah variabel warna pada situs Kamass

WARNA

Kotak / Spit

JML

TP I / P

TP I / 19

TP III / 1

TP IV / 1

ab

102

ab cm

1

3

16

20

ab co h

3

2

5

ab pg

1

5

7

13

ck

4

32

36

ck ab

7

29

36

ck ab ck

3

3

ck ab h

1

2

3

ck ab pg

6

6

ck cm

17

4

21

ck cm ab

1

1

ck co

4

1

5

ck co h

1

1

2

ck h

4

7

11

ck h ck

8

8

ck h co

10

10

ck m h

1

1

ck pg

6

2

8

ck pg h

1

4

5

cm

13

5

24

244

286

cm ab cm

1

2

3

cm ab h

1

1

cm ab pg

3

1

4

cm ck h

16

16

cm co

3

2

5

cm h

1

4

12

17

cm h ab

1

1

cm h cm

9

9

cm m

2

2

cm m cm

1

1

cm pg

2

16

18

cm pg cm

4

4

co

1

3

23

197

224

co ab

6

38

44

co ab co

1

1

co h

7

25

27

59

co h cm

1

1

co h co

9

1

10

co m

6

6

co pg

6

1

4

11

h

1

3

48

52

h ab

7

7

h ck h

1

1

h m ab

1

1

m

1

52

53

m ab

44

44

m ab pg

1

1

m h

1

3

2

6

m h co

2

2

m h m

2

2

m pg

1

1

mk

1

13

14

pg

3

75

78

pg ck ab ck

1

1

pg cm pg

3

3

pg h

1

12

4

17

pg h pg

1

1

2

JML

17

32

232

1023

1304

III.1.g. Slip

Fragmen tembikar yang masih terlihat jejak slip hanya berjumlah 7 keping fragmen, satu di antarnya ditemukan di spit 1 kotak TP IV dan sisanya berjumlah enam buah berasal dari spit yang sama pad kotak TP III.

Tabel.17. Persebaran jumlah fragmen tembikar berslip pada situs Kamass

Kotak / Spit

slp

TP I / P

TP I / 19

TP III / 1

6

TP IV / 1

1

JML

7

III.1.h. Jelaga

Jejak jelaga hanya ditemukan pada 11 fragmen, yang salah satunya ditemukan pada kotak TP III, spit 1 dan 10 lainnya dari kotak TP IV dalam spit yang sama. Jejak-jejak jelaga yang ditemukan tidak memiliki pola tertentu, seluruhnya ditemukan pada bagian luar badan tembikar.

Tabel.18. Persebaran jumlah fragmen tembikar berjelaga pada situs Kamass

Kotak / Spit

jlg

TP I / P

TP I / 19

TP III / 1

1

TP IV / 1

10

JML

11

III.1.i. Temuan-temuan lain

1 buah fragmen bersudut di kotak TP III, spit 1, di kedalaman 0-31 cm. Kemungkinan fragmen ini merupakan bagian dari kaki atau bagian dari suatu hiasan.3 buah fragmen yang tidak dibentuk (limbah ?) di kotak TP I, spit 19.

II.2. Minanga Sipakka (MS)

Pada situs Minanga Sipakka (MS) dilakukan ekskavasi pada tiga kotak yang berderet berdekatan, yaitu P4, N4 dan O4. Ekskavasi dilakukan sampai kedalaman ?, dan menghasilkan sejumlah 13.936 fragmen. Hasil identifikasi tembikar per-variabel diuraikan persebarannya per-spit sebagai berikut:

II.2.a. Anatomi

Hasil identifikasi anatomi tembikar pada fragmen memperlihatkan bahwa temuan didominasi oleh bagian badan (80.6 %), kemudian di peringkat kedua berupa tepian berbibir (7.9 %), kemudian tepian tidak berbibir (2.9%), dan sisanya (sekitar 8.6 %) berupa bagian anatomi lain (tabel 19). Di antara 13.936 fragmen, terdapat kelompok-kelompok fragmen yang memperlihatkan kombinasi anatomi, yaitu 2 buah tepian berbibir berpundak; 6 buah tepian berbibir berleher, sebuah tepian tidak berbibir berkarinasi, sebuah tepian tidak berbibir berpundak, sebuah tepian tidak berbibir berleher, 2 buah tepian tidak berbibir berkarinasi, 6 buah leher berpundak dan sebuah leher berkarinasi..

Spit

ANATOMI

A

A,L

A,D

B

B,E

B,L

B,D

B,E

C

D

D,L

D,E

E

F

G

H

I

J

K

L

M

P

1

1

8

3

8

2

2

14

29

58

9

5

1

1

10

17

10

2

3

5

16

23

29

4

7

1

230

38

1

1

16

350

17

179

2

7

22

6

875

4

2

2

2

4

11

1116

18

281

24

1

35

36

1

1

16

1599

10

2

2

65

2073

19

173

45

13

9

1262

3

3

36

1544

20

216

24

1

1

1

55

51

18

1866

14

2

19

3

27

46

2344

21

42

64

35

13

17

1078

1

2

13

48

1313

22

19

48

26

73

648

2

1

2

2

821

23

117

6

17

1

50

4

34

1099

12

2

1

2

12

7

1364

24

17

2

62

28

10

1

39

1320

3

2

29

18

1531

25

17

74

21

967

60

1139

26

9

7

2

8

5

171

7

209

27

1

1

24

25

51

JML

1104

2

6

405

1

1

1

2

169

247

6

1

241

11153

87

7

6

31

1

90

383

13936

Tabel. 19. Persebaran Jumlah variabel Anatomi pada situs Minanga Sipakka

Pada kelompok subvarian anatomi Lain-lain (M), sebagian di antaranya sejumlah 25 fragmen dapat teridentifikasi sebagai bagian tutup atau bagian dari tutup (Tabel.20). 25 fragmen tersebut ditemukan di dalam spit 17 sampai dengan spit 24.

Tabel. 20. Persebaran Variabel Anatomi Sub-varian Lain-lain yang Teridentifikasi pada situs Minanga Sipakka

SPIT

BAGIAN DARI TUTUP

TUTUP

PEGANGAN TUTUP

JML

17

1

1

18

7

7

19

2

2

20

12

12

21

1

1

23

1

1

24

1

1

JML

9

15

1

25

Kelompok variabel anatomi tepian dapat dipilah lagi menjadi tepian terbuka, tertutup dan tegak, sebagian besar tepian yang ditemukan teridentifikasi adalah tepian terbuka, sisanya berupa tepian tertutup hanya sejumlah 66 fragmen dan tepian tegak 208 fragmen. Tepian tertutup ditemukan pada spit 10-24, dan tepian tegak ditemukan mulai dari spit 18 sampai spit 24 pula.

Tabel. 21. Persebaran Variabel Anatomi Sub-varian Tepian Berorientasi Tertutup dan Tegak pada situs Minanga Sipakka

spit

TEPIAN

jml

TERTUTUP

TEGAK

10

1

1

18

84

84

19

54

4

58

20

3

17

20

21

2

49

51

22

2

1

3

24

4

48

52

JML

66

208

274

II.2.b. Teknik Buat

Jejak teknik buat teridentifikasi yang paling banyak ditemukan pada situs Minanga Sipakka adalah tatap pelandas (63.6 %), kemudian teknik tekan (26.1%)di peringkat kedua. Pada situs Minanga Sipakka ini, sebanyak 3.6 % temuan tidak dapat teridentifikasi teknik buatnya, dan ditemukan tujuh kelompok jejak teknik buat kombinasi yang totalnya juga sebanyak 3.6 %.

Tabel. 22. Persebaran Variabel Teknik Buat pada situs Minanga Sipakka

TB

Spit

jml

P

8

9

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

a

7

4

1

12

a, d

1

1

a,b,d

8

1

9

a,c

1

1

a,c,d

1

1

a,d

2

2

b

2

2

1

46

3

13

4

15

13

3

5

107

b,d

3

22

138

27

4

54

86

2

336

b,c

1

1

1

10

13

c

24

1

44

492

835

557

210

610

419

64

270

75

11

1

3613

c,d

8

11

125

1

145

d

23

1

114

527

820

923

1976

570

388

1217

1141

995

66

6

8767

e

1

8

16

4

178

62

138

14

127

116

8

19

105

56

40

37

928

jml

1

58

17

5

305

1116

2073

1544

2344

1313

821

1364

1531

1139

209

51

13936

Jejak teknik roda putar yang dapat teridenfikasi cepat lambatnya hanya berjumlah 44 fragmen, dengan perbandingan roda putar cepat dan lambat, 2:1 (Tabel 23). Keseluruhannya ditemukan di apit 18, 19 dan 20.

Tabel. 22. Persebaran Variabel Teknik Buat Roda Putar Cepat dan Roda Putar Lambat pada situs Minanga Sipakka

spit

roda putar cepat

roda putar lambat

JML

18

3

3

19

22

15

37

20

4

4

JML

29

15

44

II.2.c. Ukuran Ketebalan

Ukuran ketebal fragmen tembikar pada situs Minanga Sipakka sejumlah 48 % berukuran tipis (0.1-0.5 cm), 42.5 % berukuran sedang (0.6-1 cm) dan sisanya sejumlah 9.5 % berukuran tebal (Tabel.23). Hampir pada keseluruhan kelompok spit, ditemukan tiga kelompok ukuran ketebalan ini, hanya di spit P (permukaan) dan spit 10 saja tidak ditemukan ketiganya. Temuan pada spit P hanya ada yang berukuran tipis, dan temuan pada spit 10 tidak ada yang berukuran tebal.

Tabel. 23. Persebaran Variabel Ukuran Ketebalan pada situs Minanga Sipakka

UT

Spit

jml

P

8

9

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

i

1

38

7

2

147

556

955

292

1299

870

401

447

1113

344

139

33

6644

ii

14

9

3

174

446

714

1061

780

359

399

710

384

748

66

16

5883

iii

6

1

29

114

404

191

265

84

21

207

34

47

4

2

1409

jml

1

58

17

5

350

1116

2073

1544

2344

1313

821

1364

1531

1139

209

51

13936

II.2.d. Partikel

Sebagian besar (99.2%)temuan di situs Minanga Sipakka memiliki partikel yang kasar, hanya 0.8 % saja yang berpartikel halus (Tabel 24.). Temuan berpartikel halus tersebut hanya ditemukan di spit 18, 19, 20, 22, 23, dan paling banyak ditemukan pada spit 19.

Tabel. 24. Persebaran Variabel Kasar Halusnya Partikel pada situs Minanga Sipakka

Variabel

Spit

jml

P

8

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

P

o

9

62

3

2

34

110

1

58

17

5

350

1116

2064

1482

2341

1313

819

1330

1531

1139

209

51

13826

jml

1

58

17

5

350

1116

2073

1544

2344

1313

821

1364

1531

1139

209

51

13936

II.2.e. Ornamentasi: Teknik dan Ragam Bentuknya

Tembikar berhias tidak banyak ditemukan di situs Minanga Sipakka jika dibandingkan dengan jumlah total temuan, tembikar berhias hanya berjumlah 274 fragmen saja, atau hanya 1.9 % dari keseluruhan populasi.

Tabel. 25. Persebaran Jumlah Fragmen Tembikar Berhias pada situs Minanga Sipakka

Variabel

Spit

jml

P

8

9

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

O

V

2

5

35

37

41

98

20

9

20

3

3

1

274

X

1

56

17

5

345

1081

2036

1503

2246

1293

812

1344

1528

1136

208

51

13713

jml

1

58

17

5

350

1116

2073

1544

2344

1313

821

1364

1531

1139

209

51

13936

Pada tembikar berhias dari situs Minanga Sipakka ditemukan empat macam teknik hias, yaitu teknik tekan, gore, cukil serta kombinasi teknik tekan dan gores. Teknik yang paling banyak dipakai adalah teknik gores 50 %, kemudian teknik tekan 32.4 %, serta teknik kombinasi tekan dan gores (16.4 %), teknik cukil adalah teknik yang paling sedikit dipakai (1 %).

Tabel. 26. Persebaran Variabel Teknik Hias pada situs Minanga Sipakka

TH

Spit

jml

P

8

9

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

II

1

3

19

16

15

6

2

20

3

3

1

89

II,III

6

8

29

2

45

III

1

2

16

13

18

63

16

8

137

IV

2

1

3

jml

2

5

35

37

41

98

20

9

20

3

3

1

274

Motif hias yang ditemukan terdapat 17 variasi, dengan 10 di antaranya adalah motif kombinasi. Motif hias yang paling banyak ditemukan adalah motif lain-lain ( 48.9%)yang diuraikan sub variannya di Tabel 28, kemudian motif garis pararel (24.4 %), sisanya sejumlah 26.7 % terdiri dari 14 suba varian motif hias yang lain.

Tabel. 27. Persebaran Variabel Motif Hias pada situs Minanga Sipakka

MH

Spit

jml

P

8

9

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

2

3

3

4

1

8

9

5

1

17

5

5

32

3

1

3

67

6

2

2

7

1

9

1

2

13

8

1

7

8

9

1

4

15

26

7

45

7

6

13

3

3

1

134

4,6

1

1

4,6,7,8,9

1

5

6

4,7

1

1

4,7,8

1

1

4,8,9

1

1

5,7

6

6

5,7,9

1

2

3

5,8

2

6

8

5,9

3

2

1

2

1

9

8,9

1

1

2

jml

2

5

35

37

41

98

20

9

20

3

3

1

274

Sub varian Motif hias Lain-lain yang ditemukan di situs Minanga Sipakka memiliki sub varian berjumlah 31 kategori. Sebagian besar merupakan motif kombinasi dan tiap kategori rata-rata memiliki jumlah populasi berkisar antara 1-9 buah fragmen saja. Hanya motif hias garis dan motif hias lubang yang masing-masing memiliki 24 buah fragmen.

Tabel. 28. Persebaran Variabel Motif Hias Lain-lain pada situs Minanga Sipakka

No

MOTIF HIAS LAIN-LAIN

SPIT

JML

8

18

19

20

21

22

23

24

25

26

1

motif lubang

1

1

2

deretan bulatan

2

3

2

7

3

deretan bulatan + garis pararel di tepi

1

1

4

motif segitiga berderet

3

1

4

5

deretan segitiga dihias titik-titik

1

1

6

deretan segitiga dihias titik-titik + deretan bulatan

1

1

7

motif deretan segitiga ber"kepala"

1

1

8

motif deretan segitiga dgn garis di tengahnya

1

1

9

motif 2 deret lubang diapit 2 garis

3

3

10

motif deret lubang diapit 2 garis

3

3

11

motif garis

5

29

4

6

1

3

48

12

motif garis pararel membentuk 'V'

1

1

13

motif garis pararel & menyilang

1

1

14

motif garis bersilangan

3

3

15

motif garis membentuk persegi

1

1

16

motif garis pararel & zigzag

1

1

17

motif garis paralel melengkung

5

5

18

motif garis pararel +kuku+deretan bulatan

1

1

19

motif garis-garis membentuk ''K''

1

1

20

motif kotak-kotak

2

1

3

21

terdapat sisa lubang

1

1

22

motif deretan lubang

1

1

23

motif lubang

3

1

24

28

24

motif gelombang

2

2

25

alur-alur horizontal

1

1

26

motif bulatan

2

2

27

motif zigzag

1

1

28

motif sulur/lengkung disertai deretan lubang

9

9

29

motif bentuk belah ketupat

4

2

6

30

motif titik-titik

1

1

31

tepi bergelombang

1

1

2

jumlah

1

26

3

64

14

6

3

1

3

1

134

II.2.f. Warna

Variabel warna pad temuan situs Minanga Sipakka memiliki 82 subvarian. Dengan 8 di antaranya adalah warna mandiri, dan 74 sisanya merupakan warna kombinasi. Variabel warna yang paling banyak ditemui adalah kombinasi warna coklat dan abu-abu sebanyak 12.7 %, kemudian coklat merah sebanyak 12 %, selanjutnya kombinasi warna abu-abu-coklat-hitam sebanyak 8.3 %, serta putih gading sebanyak 7.3 %. Variabel-variabel warna yang lain memiliki presentase 6 % atau kurang.

Tabel. 29. Persebaran Variabel Warna pada situs Minanga Sipakka

WARNA

Spit

P

8

9

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

JML

ab

3

38

58

70

1

39

19

9

237

ab cm

4

2

13

33

78

40

3

81

8

9

8

279

ab co

3

1

5

11

20

ab co h

3

36

212

387

9

510

3

1160

ab co pg

23

1

71

25

8

79

207

ab pg

2

1

42

100

53

79

16

14

39

3

15

364

ab h

19

3

2

40

64

ab h ab

6

6

ab h pg

5

7

12

ab pg ab

11

11

ck

7

2

11

32

23

65

12

1

15

10

7

185

ck ab

6

13

63

343

132

63

273

893

ck ab ck

2

65

5

6

78

ck ab h

3

1

4

8

ck ab pg

35

25

1

3

15

1

80

ck ab co

1

1

ck cm

2

2

1

5

ck cm ab

3

4

2

9

ck co

3

4

1

18

26

ck h

4

2

1

4

9

5

9

34

ck h ck

2

3

16

1

1

23

ck h cm

1

1

ck m

5

1

2

2

2

12

ck m h

1

1

2

ck pg

2

40

17

22

29

2

1

45

4

4

166

ck pg h

1

3

4

ck pg h co

1

1

ck pg ck

2

23

125

9

1

160

ck pg cm

10

1

11

cm

13

1

44

94

224

226

403

22

209

344

1

76

3

17

1677

cm ab cm

7

11

18

cm ab pg

2

11

2

1

16

cm ab pg cm

3

3

cm ab co

14

2

1

17

cm co

1

1

9

13

4

2

30

cm co cm

1

1

cm co pg

5

1

6

cm h

8

26

91

1

30

1

157

cm h ab

4

2

6

cm h ck

1

1

cm h cm

1

11

5

118

135

cm h m

2

2

cm m

1

1

1

3

cm pg

2

1

5

15

103

20

80

2

17

169

44

44

462

cm pg cm

1

3

29

4

37

cm pg h

2

2

13

26

4

47

co

1

12

2

32

62

123

56

117

1

5

37

86

4

24

582

co ab

11

6

16

167

518

577

217

7

258

1

2

1780

co ab co

3

19

22

co k

36

36

co k pg

1

1

co h

6

4

1

14

95

169

20

66

39

55

1

15

3

488

co h co

1

7

2

28

1

39

co h pg

3

39

26

2

6

76

co m

14

1

20

16

1

4

2

1

59

co pg

4

6

22

32

21

13

53

26

41

5

223

co pg co

2

2

co pg m

1

1

h

1

7

44

69

12

83

4

17

100

4

6

347

h ab

2

37

8

126

20

2

58

20

3

276

h co h

4

4

h m ab

30

30

h m h

1

1

m

1

18

36

15

41

14

8

66

122

1

1

323

m ab

1

7

20

4

9

1

42

m ab pg

3

1

4

m ab m

1

1

4

6

m co m

3

3

m cm ab

18

18

m h

45

23

18

63

1

8

158

m h co

1

2

3

m h m

1

1

6

12

20

m h pg

13

4

1

1

19

m pg

29

12

5

137

15

158

189

9

365

m pg m

8

11

3

22

mk

1

1

mk pg

1

1

pg

21

95

198

195

58

9

5

72

320

526

51

1024

pg ab pg

34

41

100

47

2

3

227

pg m pg

2

2

pg h

3

8

17

59

3

1

15

3

10

4

123

pg h pg

3

160

52

1

216

JML

1

58

17

5

350

1116

2073

1544

2344

1313

821

1364

1531

1139

209

51

13987

II.2.g. Slip

Pemakaian slip pada temuan Minanga Sipakka tidak banyak ditemukan, hanya sejumlah 3335 fragmen atau 23.8% saja yang memperlihatkan pemakaian slip (Tabel 30). Fragmen berslip mulai ditemukan pada spit 16 sampai dengan spit 26. Pada spit P, 8, 9, 10 dan 27 tidak ditemukan pemakaian slip.

Tabel. 30. Persebaran Fragmen Tembikar Berslip pada situs Minanga Sipakka

Variabel

Spit

jml

P

8

9

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

slp

21

84

127

175

250

387

289

570

783

566

83

3335

II.2.h. Jelaga

Jejak jelaga pada pada temuan Minanga Sipakka hanya ditemukan pada 1444 fragmen tembikar, atau hanya 10.3 % dari populasi keseluruhan. Temuan yang memiliki jejak jelaga ditemukan mulai dari spit 17 sampai dengan spit 25. Pada sebagian besar fragmen berjlaga, jejak jelaga ditemuikan pada bagian permukaan luar bagian badn, tetapi di spit 18 ditemukan tiga buah fragmen tembikar tepiab yang memiliki jejak jelada pada bagian tepinya, mungkin hal ini berkaitan dengan teknik pembakarannya.

Tabel. 31. Persebaran Fragmen Tembikar Berjelaga pada situs Minanga Sipakka

Variabel

Spit

jml

P

8

9

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

jlg

61

77

2

378

279

95

29

500

23

1444

II.2.i. Temuan-temuan Lain

Pada situs Minanga Sipakka ditemukan temuan-temuan lain yang mungkin memiliki signifikansi tersendiri. Temuan-temuan itu antara lain :

5 fragmen yang mungkin bagian dari sebuah hiasan, bukan bagian dari wadah (spit 18 dan 23)7 tembikar yang memiliki tingkat kekerasan yang menyerupai kerasnya batu (spit 18, 20 dan 23)3 buah fragmen yang memiliki sudut (spit 24 dan 25)2 tanah liat bakar tang ringan, tidak dibentuk, seperti terrakota (spit 25)

KESIMPULAN