Download - [TANGGAL] - STP Bandung
[TANGGAL]
Tim Peneliti :- Dr. Beta Budisetyorini M.Sc- Deddy Adisudharma, MM.- Vyana Lohjiwa MP.Par. - Alifka Gaung Ryanda- Anasthasya Ayu Imelda M.- Elda Nurmalinda- Inasa Ori Sativa- Nurul F. Amalia- Prisma Nova E.- Vaiz Lazuardian
7
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Teori
Model destination competitiveness and sustainability yang dibentuk oleh Ritchie
(2003) dapat digunakan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing
destinasi pariwisata dan juga untuk melihat pengelolaan dan pengembangan suatu
destinasi yang berkelanjutan. Komponen-komponen didalam model tersebut adalah
qualifying and amplifying determinants, destination policy, planning and development,
destination management, core resources and attractors, dan supporting factors and
resources. Pengembangan produk pariwisata dapat dikatakan berkelanjutan apabila suatu
destinasi pariwisata memiliki konsistensi terhadap alam, sosial dan nilai adat yang
memberikan kesempatan bagi guest dan host untuk menikmati proses dampak positif dari
interaksi dan berbagi pengalaman bersama (Eadington dan Smith, 1992).
Selain model yang telah disebutkan diatas, terdapat pula model Tourist
Destination Competitiveness and Attractiveness (TDCA) yang dibentuk dari adaptasi
teori Buhalis (2001); Formica (2001); Hu dan Ritchie (1993); Kozak dan Rimmington
(1999); Newall (1992) dalam jurnal yang berjudul A Conceptual Model of Tourism
Destination Competitiveness and Attractiveness. Dalam model tersebut disebutkan bahwa
destinasi yang berkelanjutan dan berdaya saing menyediakan faktor-faktor pendorong
dari wisatawan agar destinasi dapat berkembang dan wisatawan mendapat pengalaman
yang memuaskan.
Model destination competitiveness and sustainability ini juga pernah digunakan
dalam beberapa penelitian sebagai grand theory. Diantaranya adalah “A Models of
Destination Competitiveness and Sustainability: Brazilian Perspective, 2010” yang
membahas pemahaman penulis tentang sebuah destinasi wisata yang didapat dari diskusi
dengan para pemimpin industri mengenai sifat daya saing di sebuah destinasi wisata.
Pemahaman ini telah dikemas dalam suatu ringkasan dalam model Destination
Competitiveness and Sustainability (Ritchie dan Crouch, 2003). Penelitian kedua yang
menggunakan teori ini sebagai grand theory adalah penelitian yang berjudul
“Determinants of Tourism Destination Competitiveness: A Theoretical Model and
9
Empirical Evidence, 2014”. Penelitian ini mengembangkan model destination
competitiveness yang dapat memungkinkan perbandingan antar negara dan antar sektor
industri pariwisata. Model ini bertujuan untuk melihat elemen utama dari daya saing
disorot dari literatur umum. Terkait dengan model tersebut indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur daya saing dan berkelanjutan dari setiap destinasi pariwisata.
Indikator-indikator ini, baik subjektif maupun objektif, diidentifikasi dari unsur-unsur
utama yang terdiri dari model destination competitiveness dan juga dari diskusi workshop
yang diadakan di Korea dan Australia.
Penjabaran di atas memperlihatkan bahwa, tim peneliti Integrated Research (IR)
menggunakan teori Core Resources and Attractors dan Supporting Factors and
Resources dari model Destination Competitiveness and Sustainability (Ritchie, 2003)
yang lebih memfokuskan terhadap produk destinasi. Tim peneliti memilih teori ini
sebagai teori utama karena teori ini sudah banyak digunakan pada penelitian sebelumnya
sebagai grand theory. Selain itu model ini juga dapat digunakan untuk menganalisis suatu
destinasi dari sisi pariwisata berkelanjutan dan juga daya saing suatu destinasi.
Menurut PP No. 50 Tahun 2011, di Indonesia terdapat kawasan yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi,
sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup,
serta pertahanan dan keamanan yang disebut Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN). Sesuai dengan RIPPARNAS Tahun 2011, visi dari pengembangan pariwisata di
Indonesia bahwa pengembangan pariwisata di Indonesia dilakukan secara berkelanjutan
dan mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Indonesia
memiliki 88 KSPN yang salah satunya adalah KSPN Borobudur dan Sekitarnya.
10
Dilihat dari peta KSPN di atas, terdapat beberapa destinasi pariwisata yang berada
di dalamnya yaitu Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut, Desa Majaksing, Desa
Tuksongo dan Desa Candirejo.
Andreea Zamfir dan Razvan (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Towards
Sustainable Tourism Development in Urban Areas: Case Study on Bucharest as Tourist
Destination” mengatakan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah suatu teori yang
kompleks karena memiliki sifat yang mendalam, relatif, dan multi dimensional. Menurut
La Viña, dkk (2003) sifat multi-dimensional dari pariwisata berkelanjutan didasarkan
pada tiga dimensi keberlanjutan yang berbeda, yaitu lingkungan, sosial, dan
keberlanjutan ekonomi atau disebut juga sebagai "people, planet and prosperity".
Sesuai dengan teori yang diungkapkan, terdapat beberapa fenomena di KSPN
Borobudur dan Sekitarnya tentang produk destinasi pariwisata. Beberapa fenomena
tersebut adalah seperti yang dilansir dalam CNN Indonesia (2014) yang menyatakan
bahwa Menteri Pariwisata Indonesia bersama dengan UNWTO akan menggarap tiga kota
di Indonesia yang salah satunya adalah Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan agar
pengembangan pariwisata di Indonesia tidak hanya terfokus pada Bali dan Jakarta saja.
Walaupun secara geografis, Yogyakarta tidak termasuk dalam KSPN Borobudur dan
sekitarnya, namun Candi Borobudur yang letaknya dekat dengan Yogyakarta juga akan
dikembangkan secara berkelanjutan. Kerjasama ini meliputi tiga tahap. Pertama,
Gambar I.1
Peta KSPN Borobudur dan Sekitarnya
Sumber : RIPPARNAS (2010)
11
pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan UNWTO akan bersama-sama
menggarap kerangka kebijakan soal sustainable tourism. Hal ini dilakukan agar arah
pengembangan pariwisata Indonesia ke depan tidak hanya terfokus pada sisi ekonomi
saja. Kedua, setelah kerangka kebijakan selesai dibuat, UNWTO akan melakukan
observasi langsung. Terakhir, setelah program ini selesai dikerjakan, pemerintah akan
membentuk sebuah lembaga sertifikasi yang memiliki tugas khusus untuk memantau
perkembangan sustainable tourism di sebuah destinasi wisata. Namun pada
kenyataannya, pengembangan pariwisata di KSPN Borobudur masih belum sepenuhnya
berkelanjutan. Hal ini terlihat dari fenomena bahwa Desa Borobudur merupakan salah
satu desa termiskin ke-13 di Kabupaten Magelang. (BPS Kabupaten Magelang, 2013).
Sedangkan menurut McKenzie (2004) keberlanjutan sosial sebagai proses yang
memberikan kualitas hidup lebih baik di masyarakat, yang pada faktanya belum
terealisasi di KSPN Borobudur dan sekitarnya. Destinasi lain di KSPN Borobudur dan
sekitarnya pun belum banyak dikunjungi wisatawan selain Candi Borobudur itu sendiri
dilihat dari travel flows.
Dilihat dari sisi pariwisata yang berkelanjutan, menurut Ritchie (2003) sebuah
destinasi dapat dilihat dari sudut pandang Core Resources and Attractors dan Supporting
Factors and Resources. Core resources and attractors merupakan alasan mendasar
mengapa calon pengunjung memilih salah satu destinasi dibandingkan yang lainnya
(Ritchie, 2003). Candi Borobudur merupakan daya tarik utama di KSPN Borobudur dan
sekitarnya, hal ini dapat dibuktikan dengan masuknya Candi Borobudur dalam 7 (tujuh)
keajaiban dunia dan telah dinyatakan oleh UNESCO pada tahun 1997 sebagai World
Heritage Site serta menjadi salah satu dari 10 Destinasi Prioritas di Indonesia yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata tahun 2015. Sedangkan dilihat dari sudut
pandang perspektif ekonomi pariwisata, Borobudur merupakan aset budaya yang
menguntungkan secara ekonomi. Putra (2002) mengatakan bahwa perbedaan-perbedaan
budaya dunia masih jelas tampak dan itulah yang hendak ditonjolkan negara yang
mengembangkan pariwisata untuk memenuhi rasa ingin tahu wisatawan. Sesuai dengan
pernyataan di atas, bila dilihat dari karakteristiknya, Borobudur merupakan salah satu
peninggalan kepurbakalaan pada masa lalu, sehingga termasuk dalam wilayah pariwisata
untuk jenis kebudayaan (Cultural Tourism). Selain Candi Borobudur, terdapat pula
12
atraksi wisata lain di sekitarnya yang merupakan Top 10 Things to do in Borobudur
menurut wisatawan yang terangkum dalam website lonelyplanet.com (2015), kesepuluh
atraksi tersebut adalah Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Patio, Saung
Makan Bu Empat, Waisak, Museum Kapal Samurraska, dan pertunjukan seni Sendratari
Ramayana di Borobudur Festival.
Selanjutnya, aspek supporting factors and resources merupakan faktor
pendukung agar dapat membentuk industri pariwisata yang sukses (Ritchie, 2003).
Mengembangkan supporting factors and resources mungkin tidak mudah di lokasi atau
wilayah yang miskin, belum berkembang atau berpenduduk jarang (Ritchie, 2003). Di
dalam supporting factors and resources terdapat infrastructure, accesibilities,
facilitating, enterprise, hospitality, political will.
Pengelolaan daya tarik utama di KSPN Borobudur yaitu Candi Borobudur
dikelola langsung oleh PT. TWC namun Pemerintah Daerah belum mendapat dampak
langsung dari pariwisata. Pemerintah Daerah juga tidak memiliki kewenangan untuk
mengatur Candi Borobudur karena pengelolaannya langsung dikelola oleh pusat, yaitu
Kementerian Pariwisata. Meskipun begitu, aksesibilitas menuju ke KSPN Borobudur dan
sekitarnya cenderung mudah dicapai karena adanya Bandara Internasional Adi Sutjipto di
Yogyakarta dan Bandara Internasional Ahmad Yani di Semarang serta stasiun kereta api
Yogyakarta dan stasiun kereta api Semarang. Elemen infrastruktur juga sangat penting
dalam sebuah destinasi dan kegiatan ekonomi dan seperti sanitasi, sistem komunikasi,
fasilitas umum, dan ketersediaan air (Ritchie, 2003). Maka dapat disimpulkan
infrastruktur di KSPN Borobudur sudah cukup baik.
Dari beberapa fenomena yang telah disebutkan maka peneliti melihat bahwa
masalah di KSPN Borobudur dan Sekitarnya mengerucut kepada satu aspek yaitu produk
destinasi wisata di KSPN Borobudur dan Sekitarnya.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dalam usulan penelitian ini
penulis membatasinya berdasarkan ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi.
13
1. Ruang Lingkup Wilayah
a. Ruang lingkup wilayah penelitian adalah KSPN Borobudur dan
sekitarnya.
b. Objek penelitian dilakukan pada destinasi wisata di KSPN Borobudur dan
Desa Borobudur, Desa Candirejo, Desa Wanurejo, Desa Majaksingi, Desa
Mendut, dan Desa Tuksongo.
2. Ruang Lingkup Substansi
Dalam penelitian ini kami menggunakan teori dari Ritchie (2003) sebagai
grand theory dengan mengusung model Destination Competitiveness and
Sustainability. Dari kelima pilar model Destination Competitiveness and
Sustainability, tim peneliti membatasi hanya dua pilar yang akan diteliti yaitu:
a. Core Resources Attractors (Daya Tarik Utama)
b. Supporting Factors Resources (Faktor Pendukung Sumber Daya)
c. Sustainable Tourism (Pariwisata Berkelanjutan)
14
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana core resources and attractors dari destinasi di KSPN Borobudur dan
sekitarnya?
2. Bagaimana supporting factors and resources dari destinasi di KSPN Borobudur
dan sekitarnya?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implikasi dari teori core resources and
attractors dan supporting factors and resources produk destinasi pariwisata yang
berkelanjutan di KSPN Borobudur dan sekitarnya.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis:
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan kontribusi bagi
pengembangan keilmuan pariwisata khususnya teori dan teori produk pariwisata
berkelanjutan.
2. Manfaat praktisi:
a. Bagi peneliti:
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan
menambah pemahaman mengenai teori dan teori yang dipelajari selama
perkuliahan.
b. Bagi stakeholder:
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
stakeholder terkait dalam pengembangan produk pariwisata suatu destinasi.
c. Bagi penelitian selanjutnya:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya
dalam mengembangkan teori dan teori dari sudut pandang yang berbeda.
15
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Destination Competitiveness and Sustainability
Menurut Ritchie (2003), model destination competitiveness and sustainability
merupakan pengumpulan dari teori-teori yang membentuk dan membantu
mengklarifikasi pemahaman kita terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
competitiveness (daya saing) dan sustainability (berkelanjutan) dari suatu destinasi
pariwisata. Dari pengumpulan teori-teori tersebut maka terbentuk lima pilar berserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kelima pilar tersebut yaitu qualifying and
amplifying determinant; destination policy, planning and development; destination
management, core resources and attractors, dan supporting factor and resources.
Gambar II.1
Model Destination Competitiveness and Sustainability
Sumber : Ritchie (2003)
17
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya menggunakan dua pilar yaitu core
resources and attractors, dan supporting factor and resources. Berikut penjabaran dari
kedua pilar tersebut:
1. Core Resources and Attractors
Core resources and attractors merupakan alasan mendasar mengapa calon
pengunjung memilih salah satu tujuan dibanding yang lainnya. Faktor-faktor ini jatuh
ke dalam tujuh kategori: fisiografi dan iklim, budaya dan sejarah, hubungan pasar,
campuran kegiatan, acara khusus, hiburan dan suprastruktur pariwisata.
a. Physiography and Climate
Physiography and Climate (fisiografi dan iklim) didefinisikan sebagai
sifat kerangka lingkungan dimana pengunjung ada dan menikmati destinasi.
Hal ini juga didefinisikan sebagai estetika dan daya tarik visual dari tujuan
dan karena itu merupakan faktor dimana destination managers memiliki
kontrol yang sedikit atau tidak memiliki kontrol sama sekali, dimana
pembangunan pariwisata berdasarkan pada karakteristiknya. Fisiografi dan
iklim merupakan salah satu parameter daya tarik inti dimana faktor lain harus
secara kreatif dikembangkan. Komponen dari fisiografi dan iklim seperti
aspek fisik dari lingkungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya
mencakup aspek udara, tanah/batuan, air, dan lahan.
b. Culture and History
Menurut Ritchie (2003) culture and history (budaya dan sejarah) sangat
penting bagi suatu destinasi dan merupakan salah satu faktor yang
memberikan kekuatan untuk menarik minat calon pengunjung. Kekuatan ini
muncul secara signifikan dalam beberapa segmen pasar perjalanan, terutama
saat ini adanya pariwisata yang homogen, di mana sering tampak menyerupai
satu sama lain.
Apabila suatu destinasi dapat menarik pengunjung dengan pengaturan
yang unik dimana dapat menjalani gaya hidup mereka di luar rutinitas sehari-
hari, destinasi tersebut dapat memiliki nilai keunggulan yang kompetitif yang
18
jelas. Namun faktor budaya dan sejarah dapat dilihat dari pertimbangan
besar/kecil, sedikit atau tidak adanya upaya untuk mengubah atau menghapus
budaya lokal dan nilai sejarah untuk tujuan pengembangan pariwisata. Hal
tersebut dapat dilihat dari komponen budaya dan sejarah seperti kerajinan
tangan, tradisi lokal, gastronomi, seni dan musik lokal, peninggalan bentuk
fisik sejarah, dan bahasa yang digunakan (masyarakat lokal).
c. Market Ties
Market Ties atau hubungan pasar meliputi beberapa dimensi yang dimana
suatu destinasi menetapkan dan membangun hubungan dengan penduduk
lokal di daerah pariwisata. Ikatan penduduk lokal menghasilkan pola
perjalanan yang telah berkembang dari waktu ke waktu dalam jangka lama
memberikan kekuatan dan memungkinkan hubungan yang kuat untuk
membangun alur perjalanan yang sistematis dan dapat diprediksi untuk
destinasi.
Segmen pasar 'mengunjungi teman dan kerabat’, untuk sementara bukan
menjadi segmen yang paling menguntungkan dan dapat memberikan dasar
yang kuat untuk membangun pariwisata dalam sebuah destinasi. Bahkan lebih
penting lagi, dalam pembentukan hubungan bisnis sering mengarah pada
penghasilan aliran pengunjung yang baik dan menciptakan bentuk-bentuk lain
dari pembangunan ekonomi. Ikatan lainnya termasuk agama, olahraga,
perdagangan dan kebudayaan.
d. Mix of Activities
Dimensi activities dari daya tarik destinasi semakin penting dimana
sebagai wisatawan semakin berupaya untuk mendapatkan pengalaman yang
berbeda dari kunjungan wisata pasif. Tantangan yang dihadapi manajer
destinasi pariwisata adalah untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang
mengambil keuntungan dari fisiografi alami dari tujuan sambil tetap konsisten
dengan budaya lokal dan nilai lokalnya. Menurut Ritchie (2003) aktivitas
wisata harus:
19
1) Memperhatikan alam dan topografi untuk menarik wisatawan,
memperhatikan nilai budaya lokal dan keberadaan masyarakat
sekitar atau tidak menentang budaya secara eksplisit.
2) Mengamati peraturan lokal dan hukum/kebijakan yang berlaku.
3) Menyediakan aktivitas yang saling melengkapi agar dapat
memenuhi kebutuhan peluang untuk mencakup wisatawan lebih
luas.
4) Menawarkan aktivitas yang unik dan sesuai dengan keadaan alam
di destinasi.
5) Menyediakan aktivitas yang sesuai dengan seluruh musim di
daerah tujuan wisata dan menyediakan aktivitas yang secara
ekonomi dapat terus berlangsung.
e. Special Events
Special Events merujuk pada berbagai acara yang dapat menciptakan
kegiatan yang memiliki tingkat keminatan yang tinggi dan keterlibatan pada
bagian kedua belah pihak yaitu, pengunjung dan penduduk lokal. Spektrum
yang kemungkinan acara khusus berkisar dari festival komunitas yang
berbentuk skala besar internasional 'mega-events'.
Festival lokal memberikan kesempatan untuk melibatkan warga dalam
acara relevansi khusus seperti yang ada didalam kehidupan sehari-hari, dan
juga dapat menarik pengunjung dari daerah terdekat.
f. Entertainment
Entertainment atau hiburan dirancang untuk kegiatan berupa acara variatif
yang ditawarkan oleh destinasi. Oleh karena itu bagi destinasi lain hiburan
merupakan kekuatan yang menjadi daya tarik utama dari destinasi. Industri
entertainment merupakan pemasok utama untuk travel dan pariwisata.
Contohnya seperti teater, konser, komedi festival, opera dan sirkus. Hiburan
bahkan dapat menarik wisatawan internasional.
Menurut Kim Ieng (2009) dalam jurnal “Entertainment as a tourism
development tool in Macao” mendefinisikan entertainment dalam konteks
20
pariwisata adalah “Segala sesuatu yang menghasilkan pendapatan (langsung
maupun tidak langsung) dari aktivitas buatan atau terstruktur (misal,
pertunjukan jalanan yang terstruktur yang dilewati oleh banyak orang, dengan
beberapa orang ada yang menganggap menarik, dan ada yang tidak), tidak di
lakukan di dalam rumah (dengan demikian adalah home theater, video games,
televisi dan program media lainnya dan sejenisnya, yang semuanya inklusi
umum dari unsur hiburan umum), dengan wisatawan sebagai salah satu
kelompok penonton inti, dan setelah berakhir menghasilkan rentang respon
emosional yang dapat meringankan penonton dari stres sehari-hari. Hiburan
didominasi reseptif, namun terkadang juga partisipatif.
g. Tourism Superstructure
Tourism superstructure adalah bagian dari pariwisata yang terdiri dari
fasilitas akomodasi, layanan makanan, fasilitas transportasi dan atraksi utama,
yang banyak disebut sebagai industri pariwisata.
Dalam buku “Pengantar Ilmu Pariwisata” karangan A. Yoeti tahun
1993, tourism suprastructure adalah sarana-sarana pariwisata yang meliputi
unsur-unsur yang terkait langsung sebagai pelengkap dan penunjang
pariwisata. Ada tiga jenis sarana pariwisata yang termasuk kedalam
suprastruktur kepariwisataan, yakni:
1) Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure)
Sarana pokok adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan
kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan dan travellers
lainnya. Sarana pokok berfungsi menyediakan fasilitas pokok guna
memberikan pelayanan bagi kehadiran wisatawan. Perusahaan-perusahaan
tersebut meliputi biro perjalanan umum dan agen tur perjalanan,
transportasi wisata akomodasi, restoran dan atraksi wisata.
2) Sarana pelengkap kepariwisataan (supplementing tourism superstructure)
Sarana pelengkap adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi
sarana pokok yang ada, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan
lebih lama tinggal di tempat atau daerah yang dikunjungi.
21
3) Sarana penunjang Kepariwisataan
Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan
wisatawan yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan
sarana pelengkap yang ada, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah
agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang
dikunjungi, seperti klub malam (night club), tempat perjudian dan hiburan
(casino and entertainment), toko suvenir (suvenir shop), dan bioskop.
2. Supporting Factors and Resources
Supporting Factors and Resources merupakan fondasi dimana suatu kesuksesan
industri pariwisata dapat dibentuk (Ritchie, 2003). Suatu destinasi yang memiliki
kelimpahan core resources and attractors tetapi mengalami kelangkaan supporting
factors and resources mungkin akan sulit untuk mengembangkan industri
pariwisatanya, setidaknya dalam jangka pendek, sampai beberapa kekurangan
mendapatkan perhatian dari faktor-faktor yang tergabung dalam supporting factors
and resources, yaitu:
a. Infrastructure
Elemen infrastructure sangat penting dalam semua kegiatan ekonomi dan
sosial, seperti halnya sistem sanitasi, sistem komunikasi, fasilitas umum,
sistem hukum dan pasokan air minum juga memberikan dasar bagi industri
pariwisata yang efektif, efisien dan ekonomis. Prasarana (infrastructure)
adalah semua hasil kontruksi fisik, baik yang ada di atas maupun di bawah
tanah, diperlukan sebagai prasyarat untuk pembangunan, diantaranya dapat
berupa pembangkit tenaga listrik, fasilitas kesehatan, dan pelabuhan
(Soekadijo, 2000: 196).
Yoeti (1990: 81) mengemukakan definisi prasarana kepariwisataan
(tourism infrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar
sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan
pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka
ragam. Prasarana wisata dapat berupa:
22
1) Prasarana umum seperti jalan, air bersih, terminal, lapangan udara,
komunikasi dan listrik.
2) Prasarana yang menyangkut ketertiban dan keamanan agar kebutuhan
terpenuhi dengan baik seperti apotik, kantor pos, bank, rumah sakit,
polisi, dan lain-lain.
b. Accessibilities
Accessibilities (Aksesibilitas) dari suatu destinasi juga menjadi salah satu
faktor pendukung karena kemudahan mencapai tujuan sangat mempengaruhi
kegiatan pariwisata di suatu destinasi tersebut. Bentuk dari aksesibilitas bisa
seperti visa dan izin, koneksi rute, hub bandara dan slot pendaratan, kapasitas
bandara, dll.
Menurut Trihatmodjo dalam Yoeti (1997: 5) bahwa aksesibilitas adalah
kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis
atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan
tersebut. Beberapa hal yang mempengaruhi aksesibilitas suatu tempat adalah
kondisi jalan, tarif angkutan jenis kendaraan, jaringan transportasi, jarak
tempuh dan waktu tempuh. Semakin baik aksesibilitas suatu objek wisata,
wisatawan yang berkunjung dapat semakin banyak jumlahnya.
c. Facilitating
Facilitating didefinisikan sebagai ketersediaan dan kualitas dari
masyarakat, pengetahuan dan sumber daya, pendidikan dan institusi
penelitian, institusi finansial dan berbagai bidang pelayanan publik.
Penyediaan sumber daya merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh
pemerintah maupun pelayanan publik yang berada di destinasi tersebut.
Penyediaan sumber memiliki tiga indikator yakni:
1) Human: Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan
dari tujuan wisata yang sangat beragam. Sayangnya, bagaimanapun peran
penting sumber daya manusia dalam memfasilitasi pengembangan
pariwisata biasanya diabaikan atau diremehkan.
23
2) Knowledge: Keterampilan dan pengetahuan yang mengubah sumber daya
manusia menjadi aset produktif merupakan alasan untuk pentingnya
sumber daya manusia bagi industri pariwisata.
3) Financial Capital: Pasokan sumber daya keuangan perusahaan tergantung
pada kinerja finansial dari industri itu. Sebuah industri yang menyediakan
pengembalian yang memuaskan atas investasi akan menarik sumber daya
keuangan yang lebih besar.
d. Enterprise
Enterprise (Kewirausahaan) berperan dalam mengembangkan usaha baru
di dalam suatu destinasi yang berkontribusi dalam daya saing. Hal tersebut
termasuk persaingan, kerjasama, spesialisasi, inovasi, fasilitas, investasi,
pertumbuhan, distribusi pendapatan dan ekuitas, pengambilan resiko,
produktivitas, mengurangi kesenjangan, diversifikasi produk, manajemen
musim.
e. Hospitality
Hospitality dalam sektor pariwisata bertanggung jawab untuk memberikan
kualitas tinggi dari pengalaman yang tak terlupakan. Setiap pengunjung harus
merasa bahwa mereka lebih dari sekedar sumber pendapatan. Sebaliknya,
pengunjung memiliki keinginan untuk mendapatkan keramah tamahan karena
mereka berusaha untuk menikmati berbagai pengalaman yang ditawarkan oleh
destinasi.
Untuk menilai hospitality dari suatu destinasi bisa di lihat dari kualitas
pelayanan atau service quality. Service quality berisi indikator untuk
mengukur kualitas sektor jasa yang mana dalam proses penyediaan layanan
berdasarkan harapan dan persepsi konsumen (Parasuraman dkk, 1985).
Menurut Kotler dan Keller (2009) terdapat lima indikator pokok kualitas
layanan, yaitu:
1) Reliability: Merupakan kemampuan melaksanakan layanan yang
dijanjikan secara meyakinkan dan akurat
24
2) Assurance: Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
mereka dalam menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan
3) Tangibles: Penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan dan
bahan komunikasi
4) Empathy: Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan
khusus kepada masing-masing pelanggan
5) Responsiveness: Kesediaan membantu pelanggan dan memberikan
jasa dengan cepat
f. Political Will
Peran penting dari dukungan politik dalam upaya memfasilitasi industri
pariwisata untuk menciptakan tujuan kompetitif. Kemauan politik bukan
merupakan fungsi dari sikap dan pendapat politisi saja. Semua tokoh
masyarakat membentuk sikap politik untuk ikut berkontribusi bahwa
pariwisata dapat membuat pembangunan ekonomi dan sosial dan kualitas
yang dihasilkan dari kehidupan di tempat tujuan.
B. Pariwisata Berkelanjutan/Sustainable Tourism
Pariwisata berkelanjutan adalah hasil dari pengembangan pariwsata berkelanjutan.
Dalam buku “Potential and Problems In The Development of Tourism” Eadington dan
Smith (1992) menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan merupakan bentuk dari
konsisten terhadap alam sosial dan nilai adat yang memberikan kesempatan bagi guest
dan host untuk menikmati proses dampak positif dari interaksi dan berbagi pengalaman
bersama.
Dalam jurnal “Towards Sustainable Tourism Development in Urban Areas: Case
Study on Bucharest as Tourist Destination” karya Andreea Zamfir dan Razvan (2015)
menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah suatu teori yang kompleks karena
memiliki sifat yang mendalam, relatif, dan multi dimensional. Sifat multi-dimensional
dari pariwisata berkelanjutan didasarkan pada tiga dimensi keberlanjutan yang berbeda,
yaitu lingkungan, sosial, dan berlanjutan ekonomi atau disebut juga sebagai "people,
planet and prosperity" (La Viña dkk, 2003).
25
Hunter (1997) menawarkan perspektif lain mengenai pengembangan pariwisata
berkelanjutan. Hunter menyatakan bahwa paradigma pengembangan pariwisata
berkelanjutan didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Mempertemukan kebutuhan dan keinginan dari masyarakat lokal agar
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal,
2. Memenuhi permintaan wisatawan dan industri pariwisata dan juga terus
menarik wisatawan dan industri pariwisata sehingga dapat mencapai tujuan
pertama,
3. Menjaga sumber daya lingkungan untuk pariwisata, meliputi komponen alam,
bangunan dan komponen budaya, dalam rangka mencapai kedua tujuan
sebelumnya.
White (2006) dalam “Indicators and Sustainable Tourism: Literature Review”
menjelaskan lebih detail mengenai prinsip dari pariwisata berkelanjutan. Berikut
penjabarannya:
1. Sosial-budaya:
a) Memberi pengalaman yang memuaskan dan bermanfaat bagi wisatawan
b) Partisipasi stakeholders dalam pengambilan keputusan
c) Mempromosikan dan keadilan antargenerasi
d) Menghormati masyarakat lokal
e) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal
2. Ekonomi
a) Terdapatnya sumber baru pendapatan (keberagaman ekonomi)
b) Meningkatkan kegiatan ekonomi dan pertumbuhan di daerah pedesaan
c) Mendorong investasi infrastruktur di luar
d) Meningkatkan pasar bagi produsen lokal
e) Meningkatkan peluang kerja
f) Mendukung perekonomian lokal
3. Lingkungan
a) Mengelola wilayah alam
b) Mempertahankan dan meningkatkan warisan alam dan budaya
c) Mengurangi konsumsi berlebihan dan limbah.
26
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian verifikatif dan development dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian verifikatif menurut Sugiyono (2012:8) yaitu penelitian
yang dilakukan terhadap populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan penelitian development yaitu untuk menguji
keefektifan suatu produk atau menghasilkan produk tertentu. (Sugiyono, 2009).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian
verifikatif yaitu melakukan pengujian terhadap teori ataupun hasil penelitian
sebelumnya, sehingga hasil yang diperoleh menggugurkan atau memperkuat teori dan
hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Sedangkan tujuan penelitian
development yaitu untuk mengembangkan, menggali dan memperluas lebih dalam
mengenai suatu masalah atau teori keilmuan untuk menjadi lebih dalam sebagai saran
dalam memecahkan berbagai persoalan.
Dalam penelitian ini pendeketan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif.
Seperti yang dikemukakan oleh Creswell (1998), penelitian kualitatif adalah suatu proses
inquiry tentang pemahaman bedasarkan pada tradisi-tradisi metodologi terpisah,
pemeriksaan suatu masalah sosial atau manusia, peneliti membangun suatu kompleks,
gambaran holistik, analisis kata-kata, pandangan laporan terperinci dari informan dan
melakukan studi di objek alamiah.
Dalam penelitian Produk Destinasi yang Berkelanjutan di KSPN Borobudur dan
Sekitarnya metodologi yang digunakan yaitu verifikatif untuk menggugurkan atau
memperkuat teori yang digunakan peneliti yaitu Destination Competitiveness and
Sustainability (Ritchie, 2003). Sedangkan metodologi penelitian development, untuk
menambahkan teori apabila peneliti hendak memperkuat teori yang digunakan.
28
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997: 57). Populasi dalam
penelitian ini adalah destinasi wisata yang terdapat di KSPN Borobudur dan
Sekitarnya yaitu Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Desa Majaksing,
Desa Tuksongo, dan Desa Candirejo.
2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari
populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. Di dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non-probability sampling dengan teknik
accidental sampling dan purposive sampling. Accidental sampling yaitu cara
memperoleh sampel berdasarkan siapa saja wisatawan yang kebetulan ditemui pada
saat melakukan penelitian. Sedangkan purposive sampling adalah penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.
Tabel III.1
Sampel Penelitian IR di KSPN Borobudur dan Sekitasrnya
Teknik
Sampling
Sampel Candi
Borobudur
Candi
Mendut
Candi
Pawon
Desa
Majaksing
Desa
Tuksongo
Desa Candi
Rejo
Accidental
Sampling
Wisatawan
Wisman &
Wisnus
Wisman &
Wisnus
Wisman &
Wisnus
-
-
-
Purpossive
Sampling
Pemerintahan
Disparbud
Kab.
Magelang
Disparbud
Kab.
Magelang
Disparbud
Kab.
Magelang
-
-
-
Masyarakat
-
-
-
Kepala
Desa/
Sekdes
Kepala
Desa/
Sekdes
Kepala
Desa/
Sekdes
Swasta
PT TWCB
-
-
-
-
-
Sumber : Data Sekunder Peneliti
29
C. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Didalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data (Sugiyono
2012: 327). Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti dalam
penelitian di KSPN Borobudur dan sekitarnya yaitu Observasi, Wawancara dan Studi
Dokumentasi. Beberapa teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Observasi
Pengertian observasi menurut Riduwan (2004) menyatakan bahwa,
observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan. Dalam penelitian ini tim peneliti mengumpulkan data dan
mengamati destinasi wisata yang terdapat di KSPN Borobudur dan Sekitarnya.
b. Wawancara
Menurut Silalahi (2010: 312) menyatakan bahwa “Metode wawancara
merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan
lisan dari seseorang (informan) melalui suatu percakapan yang telah disusun
secara sistematis dan terorganisasi.” Wawancara dalam hal ini bersifat terstruktur
dan tidak terstruktur dalam penelitian ini peneliti mewawancara pihak-pihak
terkait dari berbagai destinasi yang terdapat di KSPN Borobudur dan Sekitarnya
untuk dimintai pendapatnya.
c. Studi Dokumentasi
Arikunto (1993: 22) menyatakan bahwa “Studi dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal – hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku –
buku, surat kabar, majalah, prasasti dan sebagainya. Selain itu, dapat juga
diperoleh melalui alat bukti rekam kejadian seperti foto, bukti rekaman, serta
video.” Adapun dokumen yang didapatkan dari penelitian ini adalah foto dan
video yang berkaitan dengan kajian produk.
30
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman wawancara, checklist dan alat dokumentasi. Pedoman wawancara berisi
pertanyaan-pertanyaan yang akan membantu mendapatkan data dan
memperdalam data sekunder. Selain itu, pedoman wawancara digunakan untuk
menetapkan tujuan inti wawancara agar tidak melebar kemana-mana. Daftar
cocok (checklist) merupakan kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang
pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tanda centang atau
tanda cocok (√) pada tempat-tempat yang sudah disediakan untuk mengukur
indikator program yang dapat dinilai sendiri oleh peneliti dan tidak membutuhkan
pendapat orang lain. Serta alat dokumentasi berupa kamera, dokumen-dokumen,
dan perekam.
D. Alat Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model
Point Rating Scale. Menurut (Reips and Funke, 2008) Point Rating Scale adalah alat
pengumpul data yang digunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan,
menilai individu atau situasi. Rating Scale merupakan sebuah daftar yang menyajikan
sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item. Dari beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan pengertian. Rating Scale adalah salah satu alat untuk memperoleh data
yang berupa suatu daftar yang berisi tentang sifat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin
diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.
Pada skala rating peneliti diminta merefleksikan kesan-kesan lampau ke dalam
rating. Teknik ini lebih memberikan cara pencatatan yang mudah dan cepat dalam
meringkaskan kesan-kesan hasil pengamatan. Rating scale adalah perluasan checklist.
Perbedaan dengan checklist adalah pada rating scale peneliti mengindikasikan penilaian
dalam bentuk frekuensi dan atau kualitas karakteristik performa (misal: sangat baik,
sedang, kurang), sedangkan pada checklist hanya dituliskan hadir tidaknya..Berikut ini
adalah contoh tabel Point Rating Scale di Desa Candirejo:
31
Tabel III.2
Point Rating Scale Desa Candirejo
Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5
Skor Keterangan Data temuan 1 2 3 4 5
Desa
Candirejo
CR Physiography &
Climate
✔ 3 Memberikan pengaruh
terhadap wisatawan dan
berpotensi menjadi daya
tarik wisata
Iklim Musim Hujan, Dingin, Sejuk
Kualitas udara Sejuk
Pemandangan Pegunungan, Pertemuan 3 Sungai
Flora dan fauna Bunga Mawar, Kenikir gegrangan /
Musang
Culture and
History
✔ 4 Terdapatnya tarian,
kerajinan khas, dan
peninggalan khas serta
berpotensi menjadi daya
tarik wisata
Kerajinan-kerajinan tangan Batik (Motif Bunga Pepaya), Wayang
(Kulit, Kertas), Perak Miniatur, Pahat
(Cobek batu), Ukiran (Bambu), Lukisan
Borobudur Kaligrafi.
Tradisi lokal Upacara Adat
Gastronomi Slondok
Seni dan musik lokal Gamelan, Kendang
Peninggalan bentuk fisik sejarah Batu Kendil
Bahasa masyarakat lokal Jawa, Indonesia
Market Ties ✔ 4 Terdapat kerjasama
dengan beberapa
stakeholder secara formal
dan rutin dilakukan
Bentuk hubungan antar
stakeholder/program-program
kerja
Travel Agent
Mix Of
Activities
✔ 5 Terdapat banyak aktivitas
yang dapat dilakukan di
destinasi wisata
Variasi aktivitas di destinasi Golden Sunrise, Ekowisata, Rafting,
Cycling, Batu Kendil
Special Events ✔ 3 Terdapat minimal local
events yang rutin
diselenggarakan
Event besar atau tahunan yang
melibatkan berbagai pihak di
destinasi
Pentas Seni (Sesuai Permintaan), Upacara
(Adat, Pernikahan, Sunatan) Jatilan,
Ketoprak, Rebana (Upacara Agama),
Cocok Tanam.
32
Entertainment ✔ 3 Ada hiburan atau event
namun tidak rutin (hanya
dilakukan saat ada
wisatawan)
Hiburan atau event rutin
diselenggarakan oleh
masyarakat
Topeng Ireng, Gamelan
Tourism
Superstructure
✔ 5 Memiliki seluruh dan
banyak pilihan di sarana
pokok, pelengkap dan
penunjangnya
Sarana pokok Akomodasi: Terdapat 40 Homestay,
Metaloka
Atraksi: Dokar Village Tour, Batu kendil,
Banyuasin, Agro Plantation, Cycling,
Rafting, cooking lesson.
Travel Agent: Happy Wisata, exso, Khiri,
ICS, Aneka, Merapi, Smiling, TIH
Rumah makan: Omah Pring
Sarana pelengkap Fasilitas lainnya: Balai Desa (selaku
penyediaan jenis wisata), Puskesmas
Candirejo, Posyandu
Sarana penunjang Toko suvenir: tidak ada
SF Infrastructure ✔ 3 Terdapat 4-5 (empat
sampai lima) indikator
Ketersedian jalan Sudah sangat bagus dan beraspal kelas 2
tapi dapat dilalui bis
Ketersedian air bersih Tersedia
Ketersedian listrik Tersedia
Ketersedian apotik/ Puskesmas Tersedia
Ketersedian kantor pos Tidak Tersedia
Ketersedian bank Tidak Tersedia
Ketersedian rumah sakit Tidak Tersedia
Ketersedian kantor dan pos
polisi
Tidak Tersedia
Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-3 (dua sampai
tiga) dari indikator
Kondisi jalan Lampu penerangan jalan, Papan petunjuk
jalan
33
kemudahan menuju ke
destinasi
Tarif angkutan jenis kendaraan Tidak ada angkutan umum
Jaringan transportasi Tidak tersedia (turis biasanya datang
menggunakan transportasi pribadi dan
travel agent)
Jarak tempuh ke destinasi 3 kilometer dari Candi Borobudur
Waktu tempuh ke destinasi 20 menit dari Candi Borobudur
Facilitating ✔ 5 Tersedianya SDM
Pariwisata yang memiliki
keterampilan/ kualitas/
Pengetahuan tentang
pariwisata yang baik dan
sudah memiliki sumber
pendanaan yang rutin
SDM Pariwisata Tersedia dengan adanya guide, pemilik
homestay dan pemilik rumah makan
Kualitas/ keterampilan/
pengetahuan SDM
SDM sudah memiliki wawasan sadar
wisata yang baik
Entreprise ✔ 4 Home industri di destinasi
lebih dari 1(satu) dan
merupakan bagian dari
atraksi
Sumber pendanaan Dari wisatawan masuk ke koperasi desa
Usaha/industri milik masyarakat Homestay, rumah makan, home industri
kerajinan batik dan pahatan kayu
Political will ✔ 3 Pariwisata sudah menjadi
bagian dari pengembangan
desa/wilayah namu tidak
tercantum secara tertulis
dan masyarakat diikut
sertakan dalam
berpendapat terkait
pariwisata didaerahnya
Keterlibatan masyarakat dan
tercantumnya pariwisata dalam
visi misi/ perdes/ kebijakan dan
perencanaan destinasi
Terdapat di visi misi desa namun tidak
tertulis
ST Social Cultural ✔ 5 Memenuhi semua
indikator (Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan, terdapat
partisipasi stakeholders
dalam pengambilan
Memberi pengalaman yang
memuaskan dan bermanfaat
bagi wisatawan
Terdapat pelayanan satu pintu via Balai
Desa
Partisipasi stakeholders dalam
pengambilan keputusan
Semua stakeholder mengikuti peraturan
tentang menjual paket wisata di desa
tersebut
34
keputusan, adanya
promosi dan keadilan
antargenerasi,
menghormati masyarakat
lokal, meningkatkan
kualitas hidup masyarakat
lokal 5/5
Mempromosikan dan keadilan
antargenerasi
Melakukan promosi melalui travel agent
Menghormati masyarakat lokal Semua kegiatan pariwisata menyesuaikan
dengan kearifan lokal desa
Meningkatkan kualitas hidup
masyarakat lokal
Dengan adanya pariwisata perekonomian
masyarakat lokal mengalami peningkatan
Economic ✔ 4 Hanya memiliki 4/5 dari
indikator
Terdapatnya sumber baru
pendapatan (keberagaman
ekonomi)
Pertanian, Usaha (Kios, Rm Makan),
Hasil Seni(Pahatan, Kain, Wayang)
Mendorong investasi dari luar Otonomi daerah tidak memperbolehkan
adanya investor dari luar karena desa
tersebut pure dikelola masyarakat
Meningkatkan pasar bagi
produsen lokal
Dengan adanya pariwisata banyak
masyarakat membuat kerajinan dan
kuliner khas candirejo
Meningkatkan peluang kerja Dengan adanya pariwisata masyarakat
lokal bekeja sebagai local guide
Mendukung perekonomian
lokal
Dengan adanya pariwisata perekonomian
masyarakat lokal terangkat
Environment ✔ 4 Terdapat pelestarian
alam/budaya baik
langsung maupun tidak
langsung dan terprogram
dan sistem pengolahan
limbah sudah ada
Program/ kegiatan/ upaya
pengelolaan wilayah alam
Adanya kegiatan Gotong Royong
(Pembersihan lingkungan)
Program/ kegiatan/ upaya
mepertahankan dan
meningkatkan warisan alam dan
budaya
Adanya sanggar tari, sanggar untuk
membuat kerajinan tangan
Program/ kegiatan/ upaya
pengurangan konsumsi
berlebihan dan limbah.
Adanya kerja bakti untuk membersihkan
desa
Total 55
Sumber : Olahan Peneliti (2017)
35
36
BAB IV
KONDISI AKTUAL LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
yang letaknya berbatasan dengan beberapa kabupaten dan kota. Topografi dan kontur
tanah Kabupaten Magelang secara geografis Kabupaten Magelang terletak di antara 110˚
01’ 51” dan 110˚ 26’ 58” Bujur Timur, 7˚ 19’ 13” dan 7˚ 42’ 16” Lintang Selatan, dengan
luas wilayah 1.085,73 km2 ( 108.573 Ha ). Sedangkan secara geografis letak Kabupaten
Magelang berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten yaitu:
• Sebelah Utara: Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang
• Sebelah Timur: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali
• Sebelah Selatan: Kabupaten Purworejo dan Provinsi DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta)
• Sebelah Barat: Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo
37
Gambar IV.1
Peta Administrasi Kabupaten Magelang
Sumber : Data Sekunder (2017)
Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Magelang terdiri dari 21
kecamatan. Kecamatan tersebut yaitu Salaman, Borobudur, Ngulwar, Salam, Srumbung,
Dukun, Muntilan, Mungkid, Sawangan, Candimulyo, Mertoyudan, Tempuran, Kajoran,
Kaliangkrik, Bandongan, Windusari, Secang, Tegalrejo, Pakis, Grabag dan Ngablak. Dari
21 kecamatan terdapat banyak desatinasi-desatinasi wisata salah satunya yang terkenal
seperti di Kecamatan Borobudur terdapat Candi Borobudur dan Candi Pawon, di
Kecamatan Mungkid terdapat Candi Mendut dan Ketep Pass di Kecamatan Sawangan.
Daya tarik wisata tersebut berkontribusi banyak terhadap jumlah kunjungan wisatawan
nusantara dan mancanegara ke Kabupaten Magelang setiap tahunnya. Berikut jumlah
kunjungan wisatawan ke Kabupaten Magelang menurut destinasinya:
38
Tabel IV.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara Berdasarkan Destinasi Wisata
Tahun 2010-2015
Destinasi
Wisata
Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Candi
Borobudur
2.261.081 1.957.711 2.827.837 3.147.164 3.157.166 3.392.993
Candi
Mendut dan
Candi Pawon
4.008 3.133 2.504 1.291 944 674
Ketep Pass 337.747 265.981 343.207 340.602 327.635 352.497
Destinasi
Lainnya
132.894 2.359.719 112.777 190.393 137.538 148.853
Sumber : Data Sekunder (2017)
Tabel IV.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Destinasi Wisata
Tahun 2010-2015
Destinasi
Wisata
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Candi
Borobudur
147.372 228.570 186.256 224.287 241.814 185.394
Candi
Mendut dan
Candi Pawon
49.567 53.328 65.147 82.731 77.197 66.377
Ketep Pass 4.045 2.577 2.601 2.342 1.845 1.587
Destinasi
Lainnya
- - - - - -
Sumber : Data Sekunder (2017)
39
Seperti yang dapat dilihat di tabel kunjungan wisatawan terjadi peningkatan
wisatawan secara signifikan. Hal ini juga menjadi alasan bahwa beberapa kawasan di
Kabupaten Magelang di tetapkan menjadi salah satu KSPN.
B. Gambaran Umum Destinasi KSPN Borobudur
Berdasarkan dengan PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Kementerian Pariwisata
menetapkan 88 KSPN di Indonesia yang salah satunya adalah KSPN Borobudur dan
Sekitarnya. Sesuai dengan visi dari pengembangan pariwisata di Indonesia adalah
pengembangan pariwisata yang dilakukan secara berkelanjutan dan mampu mendorong
pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. KSPN Borobudur dibentuk oleh
Kemenpar agar pengembangan pariwisata tidak hanya berfokus di Candi Borobudur
namun juga daerah sekitarnya. KSPN Borobudur dan sekitarnya mencangkup terdapat 6
destinasi wisata yaitu Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Desa Candirejo,
Desa Majaksingi, Desa Tuksongo.
Gambar IV.2
Peta KSPN Magelang
Sumber : RIPPARNAS (2010)
40
1. Desa Borobudur
Desa Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Desa Borobudur secara astronomis terletak di 7° 36′ 28” LS dan
110° 12′ 13” BT. Lingkungan geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung
Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah
Utara, dan Pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara
Sungai Progo dan Elo. Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah
dimodifikasi, dengan ketinggian 265 mdpl. Berikut batasan geografis Desa
Borobudur berbatasan
• Sebelah utara: Sungai Progo
• Sebelah timur: Desa Wanurejo
• Sebelah selatan: Sungai Sileng
• Sebelah barat: Desa Karangrejo
Pariwisata di Desa Borobudur mulai berjalan bersamaan dengan
didirikannya PT. Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) pada tahun
1988. PT. TWCB berdiri pada tanggal 15 Juli 1980. Misi perusahaan adalah
menunjang pelestarian warisan budaya bangsa dan mengembangkan usaha
pariwisata, sedangkan visinya adalah menjadikan perusahaan yang
dimilikinya mempunyai kemampuan dan kompetensi yang tinggi serta
profesional dengan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas untuk
menjadikan taman dan Candi Borobudur sebagai obyek dan daya tarik
wisata bertaraf internasional serta sebagai sarana pendidikan dan
pengetahuan. Sebelum adanya PT. TWCB Desa Borobudur masyarakat di
Desa Borobudur bermata pencaharian dari hasil bertani dan berkebun,
namun setelah adanya PT. TWCB, masyarakat beralih pekerjaan ke industri
pariwisata seperti guide lokal, tenaga kerja di Candi Borobudur, maupun
pedagang toko suvenir, dan lainnya. Pariwisata di Desa Borobudur terbagi
dua yaitu di Candi Borobudur dan di Desa Wisata Borobudur. Seperti yang
diketahui Candi Borobudur dikelola oleh PT. TWCB bukan oleh Desa
41
Borobudur. Sedangkan desa wisatanya dikelola oleh masyarakat, namun
tetap dikoordinasi oleh PT. TWCB.
Gambar IV.3
Informasi Candi Borobudur
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Gambar IV.4
Fasilitas yang dimiliki candi borobudur
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Untuk mewujudkan harapan itu, maka dibangun fasilitas pendukung
seperti museum arkeologi, perkantoran, restoran, taman, kios suvenir, pusat
penerangan, pusat penelitian Borobudur, pusat konservasi batu dan sebagainya.
Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur dibangun dengan luas kurang lebih 87
hektar.
Candi Borobudur didirikan sejak 800 Masehi pada masa pemerintahan
Wangsa Syailendra oleh para penganut agama Buddha Mahayana. Posisi Candi
Borobudur terletak di atas bukit pada dataran yang dikelilingi oleh dua pasang
42
Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah Barat Laut, dan Merbabu-Merapi di sebelah
Timur Laut, di sebelah Utara terdapat Bukit Tidar, dan di sebelah Selatan terdapat
jajaran bukit Menoreh. Candi Borobudur juga berada di dekat antara pertemuan
dua sungai yakni Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah Timur.
Gambar IV.5
Hasil Produksi Masyarakat
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Gambar IV.6
Peta Administratif Kec. Borobudur Candi Borobudur, Candi Pawon, & Candi Mendut
Sumber : Pemkab Magelang (2017)
43
Desa Borobudur atau Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri
dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan
sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa.
Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung
Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di
Nirwana.
Mengenai nama Borobudur sendiri banyak ahli purbakala yang
menafsirkannya, di antaranya Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata
Borobudur berasal dari dua kata Bhoro dan Budur. Bhoro berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti bihara atau asrama, sedangkan kata Budur merujuk
pada kata yang berasal dari Bali Beduhur yang berarti di atas.
a. Produk Wisata Desa Borobudur
Produk wisata yang ada di Desa Borobudur yang banyak di kenal
oleh wisatawan adalah Candi Borobudur. Namun berdasarkan data yang
ditemukan di lapangan, produk wisata yang ada di Desa Borobudur
cukup beragam seperti wisata budaya, wisata kuliner, dan wisata edukasi.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai produk wisata di Desa
Borobudur:
1) Candi Borobudur
Produk yang di tawarkan di Desa Borobudur salah satu nya
adalah Candi Borobudur yang memiliki situs religi dari agama
Buddha. Candi Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang
terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Lokasi
candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang,
86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut
Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para
penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi
44
pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah
candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu
monumen Buddha terbesar di dunia. Setiap tahun di Candi
Borobudur menyelenggarakan event keagamaan berupa beribadah
di Candi Borobudur. Wisatawan dapat merasakan keberadaan
bangunan yang bersejarah secara langsung dan di Candi
Borobudur memiliki Tour Guide yang disediakan oleh PT. TWCB
untuk turis internasional maupun nusantara.
Gambar IV.7
Pemandangan Puncak Candi Borobudur
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
2) Wisata Kuliner Ikan Beong
Dari sisi kuliner, Candi Borobudur juga memiliki makanan
yang khas yakni Ikan Beong, beong merupakan ikan yang hanya di
dapat di sungai Elo Progo yang berada di Magelang Jawa Tengah. Ikan
Beong yang cirinya mirip ikan patin dan ikan lele.
45
Gambar IV.8
Ikan Beong
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Gambar IV.9
Masakan Ikan Beong
Sumber : Data Sekunder (2017)
Ikan Beong dapat ditemukan di rumah makan sekitar Candi
Borobudur, teknik memasaknya direbus dan digoreng dengan
bumbu kuning khas Magelang.
3) Museum Samudraraksa
Museum ini merupakan kapal peninggalan bersejarah
berupa replika kapal Inggris yang digunakan sebagai pertukaran
rempah-rempah atau barang yang berharga lainnya.
46
b. Fasilitas Wisata Desa Borobudur
Adapun infrastruktur yang disediakan oleh PT. TWCB yang
mana berupa bangunan pendukung untuk Candi Borobudur seperti toko
suvenir, pusat informasi, museum, lahan parkir.
1) Toko Suvenir
Gambar IV.10
Toko Suvenir
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Candi Borobudur terkenal sebagai obyek wisata bertaraf
internasional, banyak wisatawan dari dalam negeri maupun luar
negeri berkunjung ke Candi Borobudur sekadar untuk berlibur
maupun melakukan misi pendidikan. Karena banyaknya
kunjungan, maka pihak PT. TWCB merasa perlu untuk
menciptakan lingkungan Taman Wisata Candi Borobudur yang
nyaman dan mengundang daya tarik wisata.
2) Pusat Informasi
Pusat informasi merupakan bangunan yang disediakan oleh
PT. TWCB untuk pengunjung sebagai fasilitas untuk memberikan
berbagai informasi tentang Candi Borobudur dan juga penyediaan
SDM sebagai tour guide untuk wisatawan mancanegara.
47
Gambar IV.11
Pusat Informasi
Sumber : Data Sekunder (2017)
Untuk mewujudkan lingkungan Taman Wisata Candi
Borobudur yang asri, maka PT Taman Wisata Candi Borobudur
sebagai pihak yang bertanggung jawab pengelola dan melestarikan
Candi Borobudur selalu berupaya untuk memelihara lingkungan
Taman Wisata Borobudur agar tetap asri dengan membuat taman-
taman yang ditumbuhi berbagai macam pepohonan atau tanaman-
tanaman, menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan Taman
Wisata Borobudur.
3) Hotel Manohara
PT. TWCB juga menyediakan fasilitas hotel yang sangat
dekat lokasinya yang berada di dalam Candi Borobudur.
Wisatawan yang ingin memiliki tempat yang memiliki fasilitas
langsung untuk view sunrise Borobudur dapat menggunakan hotel
yang disediakan oleh Candi Borobudur.
Selain itu juga menyediakan berbagai sarana prasarana untuk
membuat para pengunjung Obyek Wisata Candi Borobudur merasa
puas. Berikut jumlah fasilitas-fasilitas di taman wisata Borobudur
dalam bentuk tabel.
48
Tabel IV.3
Fasilitas Yang Dimiliki Candi Borobudur
No Nama Fasilitas Jumlah
1 Museum Arkeologi 1
2 Kantor Pusat Penerangan 1
3 Kantor Pusat Penelitian 1
4 Kantor Pusat Konservasi batu 1
5 Kantor Money Changer 1
6 Loket Pembayaran 1
7 Tempat Parkir 3
8 Mushola 10
9 Kamar Mandi 20
Sumber : PT. Taman Wisata Candi Borobudur (2017)
c. Aksesibilitas Menuju Desa Borobudur
Aksesibilitas menuju Desa Borobudur apabila wisatawan hendak
menggunakan transportasi umum dari pintu utama yaitu Bandara Adisutjipto
dan Stasiun Tugu Yogyakarta Dapat menggunakan Bus Damri, Shuttle, dan
Travel. Jarak tempuh dari Bandara Adisutjipto dan Stasiun Tugu ke
Borobudur ±40km. Wisatawan yang menggunakan bus Damri dapat naik
dari terminal Bus Damri yang berangkat satu jam sekali di Bandara
Adisutjipto dengan waktu tempuh 1 jam sampai dengan 1 ½ jam dengan
tarif Rp 35.000.- per orangnya. Bagi wisatawan yang ingin menggunakan
shuttle dapat menggunakan shuttle Rama Sakti dengan tarif Rp 35.000.-
Alternatif lainnya wisatawan dapat menggunakan travel DayTrans dengan
tarif Rp 80.000.-
49
2. Desa Candirejo
Desa Candirejo merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Borobudur,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang merupakan salah satu desa wisata
pertama yang terdapat di kabupaten ini, desa wisata Candirejo terletak sekitar 3
km dari Candi Borobudur. Desa wisata Candirejo dikelilingi oleh Bukit Menoreh
sehingga pemandangan di desa ini sangat indah. Desa Candirejo ditetapkan
menjadi desa wisata sejak tahun 2012 oleh Dinas Pariwisata Kab. Magelang.
Dulunya desa wisata Candirejo adalah kawasan pedesaan biasa yang kerap
didatangi oleh wisatawan untuk menginap di sela-sela wisata ke Candi
Borobudur. Namun seiring berjalannya waktu, desa ini tidak hanya didatangi
sebagai tempat menginap saja, namun perlahan-lahan menjadi tempat wisata baru.
Desa ini sangat erat kaitannya dengan Candi Borobudur dikarenakan lokasi desa
Candirejo yang hanya berjarak 3km dari Candi Borobudur sehingga aksesibilitas
untuk menuju ke desa ini sangat mudah dijangkau oleh wisatawan, terlebih
banyaknya sektor swasta (biro perjalanan wisata) yang menawarkan paket tour
Desa Candirejo kepada wisatawan.
Luas areal desa secara keseluruhan kurang lebih 365 hektar, 60% lahannya
dikelola untuk pertanian, 20% untuk perumahan, dan sisanya masih berupa hutan
liar. Semenjak ditetapkannya desa wisata Candirejo menjadi desa wisata, tingkat
kunjungan wisatawan di desa Candirejo mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan dari jumlah kunjungan wisatawan asing ke Desa Wisata Candirejo
dari tahun 2003 sampai 2014 terlihat mengalami peningkatan. Tahun 2013 jumlah
kunjungan wisatawan asing 4.425 dan tahun 2014 mencapai angka 6.276.
50
Gambar IV.12
Peta Wisata Candirejo
Sumber : Data Sekunder (2017)
Desa Wisata Candirejo ini memiliki potensi wisata yang melimpah baik
potensi wisata alam, kesenian tradisional, kuliner, maupun agrowisata. Salah satu
daya tarik utama di desa Candirejo adalah Watu Kendil yang terdapat di Dusun
Sangen. Selain itu, dari segi wisata budaya Desa Wisata Candirejo memiliki tarian
yang memiliki tipikal sama dengan desa wisata lainnya yang terdapat di Kab.
Magelang seperti tarian topeng ireng, rebana, dan gamelan. Oleh karena itu,
menurut Bapak Tatak selaku ketua desa wisata Candirejo, Desa Candirejo
mengarahkan potensi wisatanya kearah ecotourism.
a. Produk Wisata Desa Wisata Candirejo
Desa wisata Candirejo memiliki potensi wisata baik dari segi alam,
budaya, kuliner, kerajinan tradisional, dan juga agro wisata. Total daya
tarik wisata yang terdapat di Desa Candirejo yaitu ±20 Daya Tarik Wisata
yang tersebar di desa ini. Dari segi wisata alam terdapat DTW Watu
Kendil, Banyu Asin, pertemuan 3 (tiga) sungai, dan Sungai Eloprogo yang
51
digunakan untuk wisata arung jeram/rafting. Dari segi budaya, aktivitas
yang dapat dilakukan wisatawan yaitu ikut memainkan gamelan,
menonton pertunjukan Jatilan, hingga tari Topeng Ireng yang diperankan
oleh masyarakat lokal Desa Candirejo.
Dari segi kerajinan tradisional terdapat home industry pembuatan
Slondok oleh masyarakat lokal dan dari segi agrowisata terdapat atraksi
Nandur yang dapat dilakukan wisatawan hingga membajak sawah bersama
masyarakat lokal. Berikut penjelasan mengenai DTW yang terdapat di
Desa Wisata Candirejo:
1) Village Tour
Wisata keliling desa yang ditawarkan kepada wisatawan
yang mengunjungi Candirejo memiliki minat paling tinggi diantara
wisata lainnya di Candirejo. Wisata keliling desa ini berdurasi
selama 2-4 jam dimana wisatawan dapat mengelilingi Candirejo
dengan bersepeda atau menumpangi dokar yang akan di pandu
oleh guide setempat. Saat wisatawan berkeliling desa wisatawan
dapat mengunjungi DTW yang terdapat di Desa Candirejo dan
akan mendapatkan penjelasan secara langsung oleh pemandu
setempat.
a) Watu Kendil
Watu Kendil adalah sebuah batu besar berbentuk
persegi dengan tinggi sekira 7 meter pada posisi
‘nangkring’ di bibir jurang di perbukitan Menoreh. Watu
Kendil terletak sekitar 2 km dari kantor kepala Desa
Candirejo. Untuk mencapai Watu Kendil wisatawan
diharuskan menumpangi motor hingga drop point yang
terdapat diatas bukit setelah itu wisatawan diharuskan
52
untuk melakukan trekking ±30 menit untuk mencapai
puncak Watu Kendil.
Dari titik point of view Watu Kendil wisatawan
dapat melihat perbukitan Menoreh yang mengelilingi Desa
Candirejo dan tambang pasir yang terdapat di aliran sungai
Desa Candirejo. Dalam segi fasilitas Watu Kendil masih
memiliki kekurangan yaitu tidak adanya pengamanan jalur
trekking bagi wisatawan. Selain itu, pagar pembatas di
Watu Kendil pun belum tersedia sehingga wisatawan
diharapkan memiliki tingkat kewaspadaan tinggi saat
mengunjungi Watu Kendil.
Gambar IV.13
Watu Kendil
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
b) Banyu Asin
Banyu Asin atau biasa disebut mata air air asin dahulu
merupakan danau besar yang membentang dari Pegunungan
Menoreh di sebelah selatan dari Borobudur. Menurut
masyarakat lokal dahulu Banyu Asin merupakan sungai yang
luas, namun karena erupsi besar-besaran Gunung Merapi pada
tahun 2006 yang menyebabkan erupsi di wilayah sekitar
53
Gunung Merapi sehingga tidak ada lagi kehidupan di wilayah
tersebut.
Banyu Asin yang sekarang berukuran jauh lebih kecil
dari pada yang dahulu karena batuan yang berubah selama
1000 tahun lebih. Menurut legenda Banyu Asin merupakan air
mata suci yang berasal dari air seni kuda milik Pangeran
Diponegoro, hingga saat ini Banyu Asin dianggap keramat oleh
masyarakat setempat sehingga wisatawan diharapkan untuk
menjaga perilaku saat mengunjungi Banyu Asin. Selain itu,
dipercayai pula bagi wisatawan yang mencuci mukanya dengan
air dari Banyu Asin akan mendapatkan keberuntungan dan
dipermudah jodohnya.
Gambar IV.14
Banyu Asin
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
c) Home Industry
Di desa wisata Candirejo terdapat home industry
pembuatan makanan khas oleh masyarakat lokal yaitu
pembuatan Selondok. Selondok merupakan makanan ringan
khas di Desa Candirejo, selondok terbuat dari ketela matang
yang kemudian ditumbuk lalu diberi bumbu setelah itu proses
penggilingan pun dilakukan hingga proses pembentukan
54
lingkaran setelah itu selondok dijemur di bawah sinar matahari
hingga kering, barulah selondok dapat digoreng dan dikemas
lalu dijual seharga Rp. 10.000,- per kantong. Rasa dari
selondok ini yaitu gurih, asin dan renyah sehingga membuat
wisatawan sangat menikmati makanan khas tersebut.
Gambar IV.15
Home Industry
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Gambar IV.16
Kerupuk Slondok
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
d) Seni Tradisional
Desa wisata Candirejo memiliki seni tradisional
yang memiliki tipikal sama dengan desa wisata lainnya
yang terdapat di Kabupaten Magelang yaitu gamelan, tari
55
Topeng Ireng, dan Jatilan. Namun, pengelola desa wisata
Candirejo menjual paket gamelan yang dapat dimainkan
oleh wisatawan yang berkunjung ke Desa Candirejo.
Gambar IV.17
Pelatihan Gamelan
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Lagu yang biasa dimainkan oleh instruktur saat
mengajari wisatawan biasanya lagu-lagu Jawa yang
memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan yang
mengunjungi Desa Wisata Candirejo. Selain bermain
gamelan, wisatawan pun dapat melihat atraksi tari Topeng
Ireng dan juga Jatilan yang biasa dipertontonkan saat
terdapat wisatawan yang memesan paket wisata tersebut.
Selain itu Desa Candirejo pun memiliki kerajinan tangan
yang diperjualkan kepada wisatawan seperti batik motif
bunga pepaya, pahatan batu menjadi cobek, hingga wayang
yang terbuat dari kulit maupun kertas.
a) Wisata Arung Jeram
Salah satu DTW yang menantang adrenalin di desa
wisata Candirejo yaitu wisata Arung Jeram sungai
Eloprogo. Ketika melakukan arung jeram wisatawan dapat
56
melihat tebing yang mengelilingi sungai Eloprogo, grade
arung jeram di sungai Eloprogo yaitu cukup sulit namun
bisa dikendalikan apabila dipandu oleh tour guide lokal di
Desa Candirejo.
b. Fasilitas Wisata Desa Wisata Candirejo
Fasilitas wisata di Desa Candirejo sudah cukup lengkap apabila
dibandingkan dengan desa wisata lainnya yang terdapat di Kec.
Borobudur dengan terdapatnya tour guide lokal, homestay, koperasi desa
wisata, rumah makan, balai ekonomi desa (balkondes) dan sanggar tari
yang dikelola oleh SDM pariwisata di Desa Candirejo. Saat ini terdapat
20 homestay di Desa Candirejo yang sudah dikelola dengan baik oleh
sang pemilik homestay sehingga wisatawan dapat menempati rumah-
rumah penduduk tersebut untuk bermalam di Desa Candirejo.
Di homestay tersebut wisatawan dapat melakukan sosialisasi
dengan penduduk lokal secara langsung dikarenakan pemilik homestay
tinggal di rumah tersebut saat kedatangan wisatawan. Untuk fasilitas
pemandu lokal saat ini Desa Candirejo sudah cukup memiliki banyak
pemandu lokal yang dapat mendampingi wisatawan saat melakukan
village tour di Desa Candirejo. Selain itu, terdapat beberapa pemandu
lokal yang sudah memiliki sertifikasi kepemanduan serta mampu
berbahasa Inggris sehingga dapat membawa wisatawan mancanegara
saat melakukan village tour.
Koperasi desa wisata Candirejo adalah sebuah koperasi yang
melakukan pengaturan terhadap kunjungan wisatawan ke Desa
Candirejo, koperasi desa tersebut juga menawarkan beberapa jenis paket
wisata kepada biro perjalanan wisata yang terdapat di sekitar Kota
Magelang untuk melakukan promosi. Setelah menerima pesenan
perjalanan keliling desa pihak koperasi desa melakukan pencatatan
57
mengenai jumlah tamu, tanggal berkunjung, dan lama waktu kunjungan
lalu pihak koperasi desa bekerja sama dengan Balai Ekonomi Desa
mengenai masalah konsumsi. Balai ekonomi desa di Candirejo didirikan
oleh BUMN (PT. Semen Geresik Indonesia).
Balkondes ini didirikan oleh BUMN sebagai wujud nyata bentuk
kepedulian BUMN kepada desa wisata yang terdapat di Kab. Magelang
sekaligus mendekatkan BUMN dengan masyarakat lokal dan juga
pelaku wisata di Candirejo. Di dalam Balkondes tersebut terdapat
miniatur desa wisata Candirejo seperti adanya rumah makan, tempat
beribadah, TIC (Tourist Infomation Center), dan juga homestay. Dengan
adanya homestay tersebut masyarakat lokal jadi mendapatkan dampak
baik untuk penghasilan sehari-hari.
Saat ini sudah terdapat beberapa usaha rumah makan yang terdapat
di desa wisata Candirejo dan sudah cukup untuk menampung untuk
jumlah 100 pengunjung seperti salah satu contoh rumah makan yang
terdapat di Candirejo yaitu Omah Pring, namun saat tidak kedatangan
wisatawan rumah makan Omah Pring tersebut tutup atau tidak
beroperasi. Selain itu, masih terdapat beberapa jumlah rumah makan di
Desa Candirejo yang dikelola oleh masyarakat lokal dalam kegiatan
usaha pariwisata di Desa Candirejo. Selain itu fasilitas wisata yang
terdapat di Desa Candirejo yaitu adanya sanggar tari yang biasa
digunakan oleh masyarakat lokal untuk berlatih tari ataupun melakukan
pentas saat adanya permintaan dari wisatawan.
c. Aksesibilitas Menuju Desa Wisata Candirejo
Desa wisata Candirejo dapat ditempuh sekitar 3km dari Candi
Borobudur, biasanya wisatawan yang melakukan kunjungan ke Desa
Candirejo membawa kendaraan pribadi ataupun mengikuti paket tour
dari travel agent dikarenakan untuk saat ini tidak terdapatnya
58
transportasi lokal dari Candi Borobudur menuju Desa Wisata Candirejo.
Akan tetapi kondisi jalan untuk menuju Desa Candirejo sudah cukup
baik dan juga dilengkapi dengan petunjuk arah sehingga wisatawan pun
dapat dengan mudah menuju desa Candirejo. Namun, penerangan atau
lampu jalan disekitar jalan menuju Desa Candirejo masih sangat minim
sehingga pada malam hari wisatawan atau pengunjung pun akan
mengalami kesulitas dalam berkendara, oleh karena itu wisatawan
diharapkan lebih berwaspada saat berkendara malam hari di Desa
Candirejo.
3. Desa Wanurejo
Desa Wanurejo adalah salah satu desa di Kecamatan Borobudur yang
terletak tidak jauh dari Taman Wisata Candi Borobudur yang memiliki luas
sekitar 275.240 hektar dengan jumlah penduduk 4.667 jiwa yang bermata
pencaharian sebagai petani, pedagang, pegawai swasta, PNS, dan bekerja di
industri rumahan. (Sumber: Wawancara Peneliti dengan Ketua Desa Wanurejo).
Secara geografis Desa Wanurejo berada di antara lereng pegunungan
Menoreh dan diapit dua buah sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Sileng. Desa
Wanurejo terdiri dari sembilan dusun yang setiap dusunnya memiliki keunikan
dan daya tarik wisata tersendiri. Kesembilan dusun tersebut yaitu Dusun
Brojonalan dengan terdapatnya Candi Pawon yang menjadi satu kompleks dengan
Candi Borobudur, Dusun Tingal Kulon yang menjadi pusat pemerintahan Desa,
Dusun Tingal Wetan yang memiliki Bedug khas peninggalan Pangeran
Diponegoro dan dusun-dusun lain seperti Dusun Bejen, Dusun Barepan, Dusun
Ngentak, Dusun Soropadan, Dusun Jowahan, dan Dusun Gedongan.
Dengan bermodal kesenian dan keunikan budaya serta kerajinan tangan
setiap dusun di Desa Wanurejo membuat Bapak Bendrat yang saat ini menjabat
sebagai Ketua Badan Pariwisata Desa (BAPARDES) Wanurejo berinisiatif untuk
mengembangkan desa wisata terlebih terdapat fenomena bahwa pariwisata di
Candi Borobudur tidak berdampak pada kesejahteraan masyarakat desa
59
Wanurejo. Beliau mulai mengembangkan Desa Wisata Wanurejo dimulai pada
tahun 2002 dengan dibantu oleh 3 rekannya.
Menurut Bapak Bendrat, Desa Wanurejo mulai ramai didatangi wisatawan
dari mulai tahun 2014, letaknya yang dekat dari Borobudur menjadi salah satu
keuntungan bagi penduduk di desa Wanurejo.
Tabel IV.4
Data Kunjungan Wisatawan ke Desa Wisata Wanurejo Tahun 2016
Sumber : Badan Pariwisata Desa Wanurejo
Berdasarkan data kunjungan diatas dapat disimpulkan bahwa high season
di Desa Wanurejo adalah bulan Juli dan bulan Desember dengan angka kunjungan
yang tinggi.
60
a. Produk Wisata Desa Wisata Wanurejo
Desa Wanurejo mengklaim bahwa arah pengembangan pariwisata
yang akan mereka tuju adalah wisata budaya dan wisata kreatif. Berikut
penjelasannya mengenai daya tarik wisata yang ada di Desa Wanurejo:
1) Wisata Kreatif
a) Rikrok
Rikrok adalah workshop kreatif yang
membuat berbagai macam suvenir dan juga menjadi
tempat penjualan suvenir yang menarik untuk anak-
anak yaitu pensil gaul, di tempat ini juga biasanya
diadakan kelas membuat pensil gaul terutama untuk
anak-anak TK hingga SD yang berkunjung.
Gambar IV.18
Toko Suvenir Rik Rok
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
61
Gambar IV.19
Miniatur Rik Rok
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
b) Batik Dewi Wanu
Batik Dewi Wanu menyiapkan tempat
workshop untuk para wisatawan yang ingin belajar
membatik. Kelompok pengrajin batik di Dewi
Wanu ini juga didampingi oleh UNESCO dalam
membentuk pola-pola batik khas Borobudur agar
memiliki keunikan tersendiri.
Gambar IV.20
Tempat Workshop Dewi Wanurejo
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
c) Rengginang House
Sentra penjual rengginang yang dimiliki
oleh Ibu Atin ini menjadi salah satu tujuan bagi para
62
wisatawan yang ingin melihat pembuatan
rengginang secara langsung setelah itu wisatawan
bisa membeli rengginang yang sudah jadi sebagai
oleh-oleh dari Desa Wanurejo.
2) Wisata Budaya
a) Gelar Budaya Wanurejo
Gelar Budaya Wanurejo merupakan sebuah
acara pawai budaya yang diadakan setiap tanggal 17
Mei sebagai peringatan hari lahir Desa Wanurejo.
Tanggal yang bertepatan dengan high season di
Borobudur karena peringatan Waisak yang sering
jatuh di pertengahan bulan Mei ini menjadikan
acara ini dapat menarik sejumlah wisatawan untuk
datang ke Desa Wanurejo.
b) Ziarah makam Eyang Wanu
Sejarah Desa Wanurejo yang dulunya
merupakan desa pemberian dari Sultan untuk
anaknya yang bernama B.P.H (Bendoro Pangeran
Harjo) Tejokusumo atau kemudian disebut sebagai
Eyang Wanu. Eyang Wanu pun mengabdikan
hidupnya untuk desa itu hingga akhir hayatnya,
sampai sekarang penduduk desa Wanurejo masih
rutin mengadakan doa bersama di makam Eyang
Wanu setiap malam Jumat.
c) Candi Pawon
Candi Pawon terletak didalam Kompleks
Candi Borobudur dan dikelola oleh Balai
63
Konservasi Borobudur. Dalam upacara Waisak,
Candi Pawon menjadi tempat tahap ke 2. Di dalam
kompleks candi Pawon terdapat penjual suvenir dan
pembuatan batik Candi Pawon.
b. Fasilitas Wisata Desa Wisata Wanurejo
Desa wisata wanurejo memiliki Tourism Information Centre yang
menjadi satu dengan balai desa. Fasilitas lainnya yang terdapat di Desa
Wanurejo yaitu toko suvenir seperti di sekitar dan kafe Kopi Luwak di
Candi Pawon yang dikelola oleh masyarakat, serta rumah makan yang
dapat ditemukan dibeberapa jalur pada saat melakukan village tour.
c. Aksesibilitas Menuju Desa Wisata Wanurejo
Desa wisata Wanurejo dapat ditempuh sekitar 600 m dari Candi
Borobudur, wisatawan yang ingin berkunjung bisa mencapai Desa
Wanurejo dengan transportasi pribadi, atau mengikuti paket tour yang
menyediakan kunjungan namun biasanya hanya sebatas Candi Pawon.
Untuk mengikuti paket tour dari BAPARDES Wanurejo bisa langsung
menghubungi Bapak Bendrat langsung. Kondisi jalan untuk menuju
Desa Wanurejo sudah cukup baik, dan juga dilengkapi dengan petunjuk
arah sehingga wisatawan pun dapat dengan mudah menuju desa
Wanurejo. Namun saat hujan jalanan sering tergenang air oleh karena itu
wisatawan diharapkan lebih berhati-hati saat berkendara pada saat hujan.
4. Desa Mendut
Desa Mendut berada di terletak di Kecamatan Mungkid. Desa Mendut
terletak sekitar 4,5 km dari Candi Borobudur. Bentangan wilayah di Desa Mendut
seluas 145 Ha, dimana 90% berupa areal persawahan dan pemukiman. Desa
Mendut merupakan daerah dataran rendah di daerah tropis dengan dengan cuaca
panas sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Desa adalah 37 ºC
64
dengan suhu terendah 22 ºC. Secara geografis batas wilayah Desa Mendut adalah
sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Desa Ngrajek
• Sebelah Barat : Kelurahan Sawitan / Desa Rambeanak
• Sebelah Selatan : Desa Wanurejo Kec. Borobudur
• Sebelah Timur : Desa Progowati
Pariwisata di Desa Mendut telah berdiri lama sejak adanya kepengelolaan
destinasi wisata Candi Mendut oleh PT. TWC. Dengan adanya pariwisata di
Desa Mendut ada beberapa masyarakat lokal yang telah berpindah mata
pencaharian yang dulunya petani menjadi pedagang suvenir di sekitaran
destinasi wisata yang ada di Desa Mendut.
a. Produk Wisata Desa Mendut
Destinasi wisata di Desa Mendut adalah Candi Mendut yang
jarakanya dari Candi Borobudur sekitar 3 km dan terletak di sebelah barat
Jalan Negara dan di antara pemukiman penduduk. Candi Mendut memiliki
dengan ukuran panjang 10 m x lebar 10 m dan tinggi bangunan 13,3 m.
Candi Mendut beroperasi sebagai tempat wisata dan tempat ibadah agama
Buddha. Dalam kepengelolaan dan perhitungan jumlah kunjungan
dijadikan menjadi satu dengan Candi Pawon oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Magelang. Berikut tabel jumlah kunjungan Candi
Mendut dan Candi Pawon berdasarkan asalnya:
Tabel IV.5
Banyaknya Pengunjung DTW Candi Mendut dan Pawon Menurut Asal
Bulan Domestik Mancanegara
2013 2014 2015 2013 2014 2015
Januari 111 108 39 4883 5572 5128
65
Februari 170 102 42 3990 3208 4176
Maret 102 70 74 4680 4201 3738
April 183 40 44 4884 4964 4228
Mei 119 180 62 6165 6931 5819
Juni 101 42 74 7293 6319 4941
Juli 50 52 29 9679 8496 8927
Agustus 92 70 36 11931 11888 9414
September 127 51 29 7777 7342 5313
Oktober 113 62 34 7418 6245 3828
November 60 88 128 6030 4748 4001
Desember 63 79 83 8001 7283 6864
Jumlah 1291 944 674 82731 77197 66377
Sumber : Data Sekunder (2017)
Candi Mendut memiliki sejarah yang diperkirakan usianya lebih
tua dari Candi Borobudur atau paling tidak, sejaman dengan Candi
Borobudur. Ini berdasarkan temuan tulisan pendek (inskripsi) yang diduga
berasal dari bagian atas pintu masuk. Dari segi paleografis, tulisan tersebut
ada persamaan dengan tulisan-tulisan pendek yang tertera pada bagian atas
panel relief Karmawibhangga Candi Borobudur.
Setelah kurang lebih satu abad, bangunan ini menjadi tempat
ziarah bagi para penganut Buddha. Candi ini kemudian terabaikan
bersamaan dengan keruntuhan Kerajaaan Mataran Kuno, tertimbun tanah
dan pasir akibat letusan Gunung Merapi, gempa bumi, dan hilangnya batu-
batu candi karena digunakan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan
pribadinya. Relief yang ada di Candi Mendut di dinding pipi tangga
dihiasi dengan beberapa panel berpahat yang menggambarkan berbagai
cerita yang mengandung ajaran Buddha (relief-relief
cerita Pañcatantra dan Jataka). Pañcatantra adalah sebuah karya sastra
dunia yang berasal dari Kashmir, India dan ditulis pada abad-abad pertama
Masehi.
66
Gambar IV.21
Candi Mendut dan Pengelola Candi Mendut
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Di dalam kompleks Candi Mendut terdapat pohon Boddhi dimana
umat Buddha meyakini pohon ini menjadi tempat saat Siddharta Gautama
mencapai penerangan sempurna. Di dekat candi ada Vihara Buddha
Mendut juga dimana tempat para biksu berkumpul dan belajar. Candi
Mendut sendiri tidak memiliki event-event yang berlangsung di sekitaran
candi selain hari-hari besar umat Buddha dikarenakan Candi Mendut
hanya dipergunakan untuk kepentingan beragama. Terkhusus dalam
upacara perayaan Waisak dimulai dari Candi Mendut terlebih dahulu.
Di Desa Mendut terdapat sebuah prasasti peninggalan Jepang yang
dimana menceritakan tentang orang Jepang yang berkelana ke Desa
Mendut. Prasasti tersebut merupakan peringatan akan meninggalnya anak
dari orang Jepang yang telah menikah dengan pribumi di Desa Mendut.
Prasasti tersebut terletak bersebelahan dengan Candi Mendut di belakang
loket tiket Candi Mendut.
67
Gambar IV.22
Ukiran Candi Mendut
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Gambar IV.23
Prasasti Peninggalan Jepang
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Candi Mendut terdapat event tahunan yaitu perayaan hari Waisak.
Dalam melaksanakan upacara Waisak ada tiga peristiwa penting dalam
kehidupan Buddha Gautama Siddharta yang diperingati dalam hari raya
Waisak, yang kemudian dikenal dengan sebutan Tri Suci Waisak
Pertama adalah untuk memperingati kelahiran Pangeran Siddharta
di Taman Lumbini. Lalu yang kedua hari di mana Pangeran Siddharta
diangkat menjadi Buddha di Bodhgaya. Peristiwa penting terakhir yang
diperingati dalam perayaan Waisak adalah hari meninggalnya Buddha
Gautama di Kusinara. Rangkaian upacara Waisak telah dimulai beberapa
hari sebelum puncak yang ditandai dengan pengambilan air dari beberapa
sumber mata air murni di Temanggung. Air suci ini kemudian ditaruh
dalam 10.000 botol dan 70 kendi yang disimpan di Candi Mendut.
68
Penggunaan air dalam upacara Waisak menjadi lambang untuk
mengalirkan kebaikan.
Di hari selanjutnya, dilanjutkan dengan menyalakan obor waisak di
mana apinya diambil dari api abadi di Gunung Mrapen. Sama seperti air
suci, api ini pun disimpan terlebih dulu di Candi Mendut. Penggunaan api
dalam perayaan Waisak sebagai perlambang cahaya yang dapat membawa
terang atau cahaya pengetahuan dalam kehidupan.
Pada malam hari acara dilanjutkan dengan ritual berdoa para
pemuka agama Buddha di Candi Mendut yang berlangsung sampai
keesokan hari. Sebelum puncak perayaan dilakukan ritual Pindapatta,
yaitu ritual dimana para biarawan menerima makanan dari jemaat Budha.
Pada bagian ini para jemaat dengan sukarela mengisi mangkuk yang
dibawa biarawan Buddha yang berjalan sambil menundukkan kepala.
Makna di balik ritual ini adalah tindakan memberi dan menerima serta
melatih hidup sederhana dan menghargai pemberian orang lain.
Setelah itu biksu dan jemaat Buddha berkumpul di Candi Mendut
sebelum melakukan arak-arakan dengan berjalan kaki menuju Candi
Borobudur. Dalam perjalanan tersebut mereka akan melewati Candi
Pawon, Sungai Elo dan Sungai Progo sebelum tiba di tempat pelaksanaan
upacara puncak, Candi Borobudur. Tak lupa pula air suci serta obor yang
disiapkan sebelumnya turut dibawa. Ribuan lampion dilepaskan ke langit
sebagai lambang pencerahan alam semesta sekaligus menjadi penanda
berakhirnya rangkaian upacara Waisak.
b. Fasilitas Wisata Desa Mendut
Di sekitar Candi Mendut terdapat penjual suvenir dan di area candi
terdapat lapangan hijau untuk para wisatawan berpiknik serta terdapat
sebuah pohon Bodhi besar dan rindang yang ada di halaman candi. Salah
satu suvenir yang dijual adalah Daun dari pohon Bodhi tersebut yang
69
sudah dikeringkan atau yang biasanya disebut dengan bodhi leaf. Selain
itu terdapat fasilitas umum berupa loket tiket masuk di Candi Mendut.
Gambar IV.24
Toko Suvenir Candi Mendut
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
c. Aksesibilitas Menuju Desa Mendut
Untuk ke Candi Mendut dapat menggunakan kendaraan pribadi atau
menggunakan bus Transjogja dengan jalur 2A atau bisa menggunakan taksi.
Jalur perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dari arah Yogyakarta
masih satu jalur dengan Candi Borobudur, yaitu lewat Jalan Magelang-
Muntilan-Pertigaan Muntilan belok kiri lalu lurus hingga pengunjung akan
sampai di area destinasi wisata Candi Mendut.
5. Desa Majaksingi
Desa Majaksingi berjarak sekitar 4 km ke selatan dari Candi Corobudur.
Bentukan alam dari Desa Majaksingi adalah pegunungan dan perkebunan dengan
suhu rata-rata 30° C. Hal ini juga yang dimanfaatkan oleh Desa Majaksingi untuk
melakukan pengembangan pariwisata berbasis agro. Pariwisata di Desa
Majaksingi mulai berjalan pada tahun 2012 sesuai visi dan misi kepala desa
namun penetapan Desa Majaksingi sebagai Desa Wisata baru saja di tetapkan
pada tahun 2014.
Adapun pertumbuhan pariwisata di Majaksingi dimulai dari sosisalisasi ke
masyarakat mengenai pariwisata dari kepala desa. Setelah sosialisasi diadakannya
70
pelatihan untuk masyarakat dengan bekerjasama dengan dinas-dinas terkait.
Setelah mempersiapkan masyarakat untuk menjadi SDM pariwisata, Majaksingi
bekerja sama dengan PT. TWC untuk mendatangkan turis ke desanya dengan
pembuatan paket wisata. Selain dengan PT. TWC, Majaksingi juga bekerjasama
dengan private sector untuk berbagai kepentingan pariwisata seperti kerjasama
dengan Resort Amanjiwo dan atraksi Rumah Kamera untuk pengolahan limbah
dan penyerapan tenaga kerja, kerjasama dengan Institut Seni Indonesia (ISI)
untuk pelestarian budaya, serta kerjasama dengan BUMN Bank BNI Untuk
pembangunan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) yang nantinya akan menjadi titik
persebaran wisatawan yang datang ke Borobudur sesuai dengan rencana
Kementerian Pariwisata.
a. Produk Wisata Desa Majaksingi
Pariwisata di Desa Majaksingi tergolong baru terbentuk, namun
ada beberapa produk wisata yang sudah berjalan walaupun jumlahnya
tak sebanyak dengan desa-desa lainya. Berikut penjelasan produk
wisatanya:
1) Camera House (Rumah Kamera)
Rumah Kamera merupakan atraksi wisata yang bearawal
dari keinginan pemilik, Bapak Tangolangin Jatikusumo untuk
membangun sebuah galeri untuk lukisan-lukisannya yang berbeda
dari galeri-galeri lukisan biasanya. Pada tahun 2014 pemilik
membangun galeri lukisanya sesuai keinginannya yaitu
menyerupai sebuah kamera. Hal ini menyebabkan pengunjung
tertarik untuk datang dan berfoto di depan bangunan galerinya.
71
Gambar IV.25
Rumah Kamera
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Pada tahun ini Rumah Kamera membantu menyerap
sebanyak ± 800 pengunjung yang datang ke Desa Majaksingi pada
saat peak season (hari libur panjang). Berdasarkan hasil
wawancara dengan pemilik dari atraksi Rumah Kamera, pada hari
biasa (Senin s.d Jumat) Rumah Kamera dikunjungi oleh 50-80
orang wisatawan, dan pada saat weekend (Sabtu dan Minggu)
sebanyak 300 orang wisatawan.
Pemilik melihat adanya potensi pariwisata dan melakukan
inovasi yaitu membangun café, lahan parkir, dan menambah galeri
3D yang dapat digunakan untuk berfoto oleh pengunjung. Tiket
masuk ke Rumah Kamera cukup terjangkau untuk semua kalangan
pengunjung. Rentang harga tiket masuk Rp. 15.000,- s.d Rp.
50.000,-
72
Gambar IV.26
Lukisan Rumah Kamera
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Gambar IV.27
Atraksi 3D
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
2) Potensi Produk Wisata Desa Majaksingi
Selain produk wisata di atas terdapat juga produk
pariwisata yang berpotensi, yaitu Punthuk Gadjah Mungkur yang
terdapat di puncak pengunungan Menoreh. Punthuk Gadjah
Mungkur berada di ketinggian 700 mdpl, dimana pengunjung
dapat menyaksikan matahari terbenam dan terbit. Selain itu
pengunjung juga dapat melihat Gunung Merapi, Candi Borobudur,
dan Pantai Selatan pada saat musim kemarau.
73
Gambar IV.28
Punthuk Gadjah Mungkur
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Desa Majaksingi juga memiliki produk pariwisata yang
potensi dari sisi nilai sejarah dan kebudayaan. Potensi dari sisi
peninggalan sejarah di Desa Majaksingi yaitu Watu Amben dan
Goa Gondopurowangi yang menjadi tempat peristirahatan
Pangeran Diponegoro. Sedangkan dari sisi budaya ada juga
kesenian seperti Topeng Ireng dan Kerok Batur serta ada makanan
khas seperti Nasi Jagung, Tiwul, Kebleg, dan Slondok. Sampai
saat ini Desa Majaksingi belum memiliki event atau acara khusus
yang dapat digunakan untuk menarik wisatawan.
b. Fasilitas Wisata Desa Majaksingi
1) Resort Amanjiwo
Produk wisata selanjutnya adalah Resort Amanjiwo yang dapat
digolongkan juga sebagai akomodasi. Resort Amanjiwo dikenal
sebagai tempat wisata yang sangat tertutup (private) dengan jumlah 36
hunian, sasaran marketnya pun menengah keatas. Tipe hunian Resort
Amanjiwo terbagi menjadi 5 (lima) yaitu Garden Suites, Borobudur
Suites, Garden Pool Suites, Borobudur Pool Suites, dan Dalem Jiwo
Suite dengan rentang harga 600 – 2700 USD.
74
Gambar IV.29
Resort Amanjiwo
Sumber : Data Sekunder (2017)
2) Villa Borobudur
Villa Borobudur merupakan salah satu akomodasi wisata
yang berlokasi di Dusun Pete, Desa Majaksingi. Lokasi dari Villa
Borobudur cukup dekat dengan Candi Borobudur yaitu 2,5 km.
Pada tahun 2010, Villa Borobudur dibangun diantara perbukitan
Monoreh dan menghadap ke Candi Borobudur. Terdapat 6 (enam)
vila yang ditawarkan oleh Villa Borobudur yaitu Villa Borobudur
(Classic Javanese), Villa Monoreh (Javanese art), Villa
Diponegoro (Royal), Villa Kayangan (Heavenly), Villa Merbabu
(Contemporer Java), dan Villa Merapi (Jungle style).
Masing-masing villa memiliki tema dan fasilitas yang
berbeda sesuai dengan letak dan harga menginap per malamnya.
Semakin tinggi letak villa berada maka semakin tinggi harga
menginap per malamnya. Villa dengan harga terendah yaitu Villa
Merapi dengan harga Rp. 2.000.000,- per malamnya, sedangkan
villa dengan harga tertinggi yaitu Villa Kayangan dengan harga
Rp. 14.000.000,-.
75
Gambar IV.30
Villa Khayangan
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Gambar IV.31
Villa Merapi
Sumber : Data Sekunder (2017)
c. Aksesibilitas Menuju Desa Majaksingi
Desa Majaksingi berlokasi sekitar 4 km dari Candi Borobudur.
Wisatawan yang mengunjungi daya tarik wisata di Desa Majaksingi dapat
menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, minibus, dan motor.
Belum tersedia transportasi umum mengharuskan wisatawan untuk
membawa kendaraan pribadi. Tersedianya rental mobil, motor dan sepeda
di sekitar Borobudur dapat menjadi alternatif lain bagi wisatawan.
Alternatif lainnya untuk menuju Desa Majaksingi dapat menggunakan jasa
tour and travel.
76
Jalan menuju Desa Majaksingi cukup baik dengan kondisi sudah
beraspal dan sudah terdapat penunjuk arah ke daya tarik wisata. Namun
jalan di Desa Majaksingi yang belum dapat dilalui oleh bus pariwisata dan
penerangan jalan pun masih minim.
6. Desa Tuksongo
Desa Tuksongo merupakan salah satu Desa Wisata yang berada didalam
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah. Meskipun baru ditetapkan menjadi desa wisata pada tahun 2014, Desa
Tuksongo ini memiliki potensi-potensi wisata yang cukup unik. Desa ini berada di
iklim tropis dan menurut masyarakat lokal desa ini memiliki kualitas udara yang
sejuk atau sekitar 29°C. Pemandangan yang disajikan di desa ini adalah
pemandangan Bukit Menoreh yang mengelilingi Desa Tuksongo.
Gambar IV.32
Pemandangan Bukit Menoreh
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
77
Gambar IV.33
Burung Ciblek Gunung
Sumber : Data Sekunder (2017)
Meskipun dikelilingi perbukitan, Desa ini tidak memiliki flora khas,
namun Desa Tuksongo memiliki fauna khas yaitu Burung Ciblek Gunung
yang sering untuk dilombakan di daerah tersebut. Selain itu sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, bukan berarti Desa
Tuksongo tidak memiliki keunikan yang dapat menarik wisatawan. Dari sisi
kebudayaan dan sejarah, Desa Tuksongo memiliki kekhasan di bandingkan
oleh Desa Wisata lain terutama desa-desa di KSPN Borobudur.
a. Produk Wisata Desa Tuksongo
Pariwisata di Desa Tuksongo sendiri belum masuk kepada visi misi
kepala desa secara tertulis, namun menurut Kepala Desa Tuksongo,
pariwisata merupakan salah satu aspek yang akan dikemabangkan. Desa
Tukosongo sendiri memiliki keragaman budaya dijadikan produk wisata.
Berikut penjabaran mengenai produk wisata di Desa Tuksongo:
1) Wayang Kayu
Wayang dari Desa Tuksongo sebenarnya sama dengan
desa-desa lain yaitu cerita Ramayana seperti Pandawa, Gatot Kaca,
dan sebagainya. Yang membedakan adalah bahan baku dari
wayang tersebut yang terbuat dari kayu. Tujuan dari bahan baku
kayu ini adalah untuk lebih menghemat biaya.
78
Gambar IV.34
Wayang Kayu
Sumber : Data Sekunder (2017)
2) Kerajinan Ukir Bambu
Selain wayang, ada kerajinan lain khas Desa Tuksongo
yakni Ukir Bambu. Masyarakat Tuksongo biasa membuat
kerajinan ukir bambu yang kemudian dijual kepada turis di Pasar
Seni Borobudur. Kerajinan Ukir Bambu yang ada di Tuksongo
pada umumnya sama seperti Kerajinan Ukir Bambu yang ada di
desa-desa lainnya. Biasanya kerajinan ukir bambu dapat dibuat
sebagai tempat pensil, jam dinding, vas bunga dan suvenir lainnya.
Gambar IV.35
Ukir Bambu
Sumber : Data Sekunder (2017)
3) Kesenian Tari Topeng Ireng
Kesenian yang paling menonjol di Desa ini adalah tarian
Topeng Ireng atau sering disebut juga Dayakan. Menurut Kepala
79
Pemuda Desa Tuksongo, Bapak Muhdaromi, tarian Topeng Ireng
ini lahir di desa Tuksongo sejak tahun 1952 oleh salah satu Tokoh
Desa Alm. Cokro Aminjoyo. Sejak saat itu tarian Topeng Ireng
sering di pentaskan di berbagai acara. Salah satunya adalah Pesta
Obor Borobudur. Namun saat ini banyak desa lainnya yang
mempertunjukkan tarian Topeng Ireng ini. Meskipun begitu,
Tarian Topeng Ireng di Desa Tuksongo tetap memiliki
keunggulannya sendiri.
Tarian Topeng Ireng khas Tuksongo memiliki tradisi arak-
arakan sebelum tampil di suatu acara. Arak-arakan sendiri adalah
mempertunjukkan musik-musik dan atraksi seperti menyemburkan
api dari mulut sembari berjalan ke tempat pertunjukkan.
Gambar IV.36
Tari Topeng Ireng
Sumber : Data Sekunder (2017)
Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng
Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama
berarti nada, dan kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam
pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan
diiringi musik berirama keras dan penuh semangat.
Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang
memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencak silat.
80
Tak heran, Topeng Ireng selalu diiringi dengan musik yang rancak
dan lagu dengan syair Islami. Tak jarang tarian ini menampilkan
adegan-adegan mistis seperti penarinya yang dirasuki oleh jin.
Daya tarik utama yang dimiliki oleh kesenian Topeng Ireng
tentu saja terletak pada kostum para penarinya. Hiasan bulu warna-
warni serupa mahkota kepala suku Indian menghiasi kepala setiap
penari. Senada dengan mahkota bulunya, riasan wajah para penari
dan pakaian para penari juga seperti suku Indian. Berumbai-
rumbai dan penuh dengan warna-warna ceria. Sedangkan kostum
bagian bawah seperti pakaian suku Dayak, rok berumbai-rumbai.
Gambar IV.37
Tari Badhongan
Sumber : Data Sekunder (2017)
Pertunjukan Topeng Ireng sendiri terbagi menjadi dua jenis
tarian. Yang pertama adalah Rodat yang berarti dua kalimat
syahadat. Tarian ini ditampilan dengan gerakan pencak silat
sederhana serta diiringi lagu-lagu syiar Islami. Jenis tarian lainnya
adalah Badongan yang melibatkan penari dengan kostum hewan.
Tarian ini melibatkan unsur mistik serta gerak pencak silat tingkat
tinggi.
Apabila ingin melihat proses latihan dan pertunjukan Tari
Topeng Ireng di Desa Tuksongo, dapat dilihat di Sanggar Tari
81
Topeng Kawedar yang berada di desa ini. Namun pertunjukannya
sendiri masih belum memiliki jadwal yang menentu karena tarian
ini lebih sering dipertunjukkan keluar, seperti ke event-event Candi
Borobudur.
3) Home Industry Mie Aren
Desa ini memiliki keunikan lain. Keunikan tersebut adalah
mie bihun yang terbuat dari aren.
Gambar IV.38
Mie Bihun Aren
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Mie aren ini pertama kali di cetuskan oleh Desa Tuksongo
dan menjadi salah satu home industri di desa ini. Industri rumahan
ini bisa saja menjadi potensi wisata di Desa Tuksongo. Namun,
sampai saat ini home industry ini belum di promosikan ke
wisatawan dan hasil dari Mie Aren itu mereka distribusikan ke
rumah makan atau distributor-distributor.
4) Potensi Produk Wisata Desa Tuksongo
Potensi lainnya adalah seni musik rebana, sunrise point,
dan juga makam. Di Desa Tuksongo terdapat Makam Kyai Segan
namun belum terkelola. Apabila dikelola dengan baik dan
82
dipasarkan ke wisatawan, makam ini bisa menjadi potensi
pilgrimate tourism yang cukup menarik.
Gambar IV.39
Makam Kyai Segan
Sumber : Dokumentasi Peneliti (2017)
Namun beberapa potensi tersebut belum terkelola, sehingga
wisatawan yang datang ke Desa Tuksongo tidak memiliki aktivitas
yang dapat dilakukan. Pertunjukan-pertunjukan kesenian di Desa
Tuksongo lebih sering dipertunjukkan ke orang luar daripada
dipertunjukkan di Desa Tuksongo sendiri. Desa Tuksongo belum
memiliki jadwal rutin untuk melakukan pertunjukan kesenian
sehingga pertunjukannya tidak menentu dan bergantung kepada
permintaan wisatawan atau event dari pihak Candi Borobudur.
Sedangkan potensi lain seperti makam dan home industry mie aren
sendiri belum terkelola sehingga belum banyak mendatangkan
wisatawan.
b. Fasilitas Wisata Desa Tuksongo
Fasilitas Pariwisata dan Usaha Pariwisata milik masyarakat dan
peraturan-peraturan mengenai pariwisata di Desa Tuksongo sendiri
dapat dikatakan belum optimal karena di desa ini belum terdapat fasilitas
pariwisata yang memadai seperti akomodai, rumah makan, dan lain-lain.
83
c. Aksesibilitas Menuju Desa Tuksongo
Dari segi aksesibilitasnya jalan menuju Desa Tuksongo sendiri
sudah cukup baik dan beraspal. Namun desa ini juga belum terdapat
angkutan umum seperti semua desa di KSPN Borobudur. Waktu tempuh
menuju Desa Tuksongo adalah 15 menit dari Candi Borobudur dengan
jarak sekitar 2 km. Sehingga para wisatawan yang ingin berkunjung ke
Desa Tuksongo masih harus menggunakan kendaraan pribadi karena
tidak tersedianya transportasi umum. Akses menuju Desa Tuksongo dari
Candi Borobudur pun harus menggunakan kendaraan pribadi atau ojek.
84
85
BAB V
ANALISIS
A. Analisis Konsep Teoritis
Dalam penelitian ini teori yang akan dianalisis adalah model Destination
Competitiveness and Sustainability yang dikemukakan oleh Richie (2003). Dimana
dalam model ini terdapat kelima pilar tersebut yaitu qualifying and amplifying
determinant; destination policy, planning and development; destination management,
core resources and attractors, dan supporting factor and resources.
Gambar V.1
Model Destination Competitiveness and Sustainability
Sumber : (Ritchie, 2003)
Namun peneliti memfokuskan terhadap teori Ritchie and Crouch, 2003
menggunakan Core Resources and Attractors & Supporting Factors karena dari teori
86
tersebut teridentifikasinya jenis produk yang dijadikan faktor penentu bagi suatu daya
tarik yang dilakukan berdasarkan jurnal yang dilakukan di Brasil.
Gambar V.2
Model Core Resources & Supporting Factors
Sumber : (Ritchie, 2003)
Berikut komponen pengertian dari komponen Core Resources and Attractors dan
Supporting Factors and Resources (Ritchie and Crouch, 2003) yang akan dianalisis oleh
peneliti:
1. Core Resources and Attractors:
Merupakan alasan mendasar mengapa calon pengunjung memilih salah satu
tujuan dibanding yang lainnya.
`
Qualifying and Amplifying Determinants
(Kualifikasi dan Memperkuat Penentuan)
Location (Lokasi)
Safety
&Security
(Keamanan &
Keselamatan)
Independences (Mandiri)
Awareness/
Image
(Kesadaran
/Citra)
Carrying Capacity (Daya Tampung)
DestinationCompetitivenessandSustainability
Destination Policy, Planning and Development
(Kebijakan Destinasi, Perencanaan dan Pengembangan)
System
Definition
(Definisi
Sistem)
Philosophy/
Values
(Filosofi/Nilai)
Vision
(Visi)
Positioning/
Branding
(Penempatan/Merk)
Development
(Pengembangan)
Competitive/Collabo-
rative Analysis
(Kompetitif/Analisis
Kolaboratif)
Monitoring
and Evaluation
(Pemantauan dan
Evaluasi)
Audit
(Pemeriksaan
Keuangan)
Destination Management
(Manajemen Destinasi)
Organization
(Organisasi)
Marketing
(Pemasaran)
Quality of
Service/
Experience
(Kualitas
Pelayanan/
Pengalaman)
Information/
Research
(Informasi/ Penelitian)
Human Resource
Development
(Pengembangan SDM)
Finance &
venture
capital
(Finansial & Perusahaan)
Visitor
Management
(Manajemen Pengunjung)
Resource
Stewardship
(Sumber daya Jasa)
Crisis
Management
(Manajemen Krisis)
Core Resources and Attractors
(Sumber Daya Inti dan Daya Tarik)
Physiography &
Climate
(Fisiografi & Iklim)
Culture & History
(Budaya & Sejarah)
Mix Activities
(Aktifitas
Campuran)
Special Events
(Acara Khusus)
Entertainment
(Hiburan)
Superstructures
(Suprastruktur)
Market Ties
(Hubungan
Pasar)
Supporting Factors and Resources
Infrastructure (Infrasturktur)
Accessibility (Aksesibilitas)
Facilitating Resources (Penyediaan Sumber Daya)
Hospitality (Ramah Tamah)
Enterprise (Perusahaan)
Political Will
(Keinginan
Politik)
Co
mpetitiv
e (
Micro) E
nv
iron
men
t
(P
ersain
gan L
ing
kun
gan
Mik
ro)
Glo
bal (
Macro) E
nv
iron
ment
Lin
gk
un
gan M
ak
ro
Comparative
Advantages
1. Human
Resources
2. Physical
Resources
3. Knowledge
Resources
4. Capital
Resources
5. Infrastructure
& Superstructure
6. Historical &
Cultural
7. Resources
Size of Economy
Competitive
Advantages
1. Audit &
Inventory
2. Maintenance
3. Growth &
Development
4. Efficiency
5. Effectiveness
87
a. Physiography & Climate
Didefinisikan sebagai sifat kerangka lingkungan dimana
pengunjung ada dan menikmati destinasi.
b. Culture & History
Budaya dan sejarah bertujuan untuk memberikan kekuatan
menarik dasar dan kuat untuk calon pengunjung.
c. Market Ties
Meliputi beberapa dimensi bersama dengan sebuah destinasi
menetapkan dan membangun hubungan dengan penduduk lokal di daerah
pariwisata.
d. Mix of Activities
Dimensi activities dari daya tarik destinasi muncul untuk semakin
penting dimana sebagai wisatawan semakin berupaya untuk mendapatkan
pengalaman yang melampaui dari kunjungan yang pasif dari masa lalu.
e. Special Event
Merupakan kepentingan manajerial tertentu karena merupakan
faktor dimana manajer destinasi memiliki kontrol yang besar. 'Special
Event' yang merujuk pada berbagai acara yang dapat menciptakan
kegiatan yang memiliki tingkat kemiatan yang tinggi dan keterlibatan
pada bagian kedua belah pihak yaitu, pengunjung dan penduduk lokal.
f. Entertainment
Entertainment atau hiburan dirancang untuk kegiatan dan acara
yang berbeda yang ditawarkan oleh destinasi. Sebaliknya, untuk destinasi
lain kekuatan hiburan mungkin menjadi daya tarik utama dari destinasi.
g. Tourism Superstructure
Tourism superstructure adalah faktor lain dimana manajer dari
pengembangan destinasi dapat memegang cukup banyak kontrol.
2. Supporting Factors and Attractors:
Supporting Factors and Resources merupakan fondasi dimana suatu
kesuksesan industri pariwisata dapat dibentuk. Suatu destinasi dengan kelimpahan
88
core resources and attractors tetapi dengan kelangkaan supporting factors and
resources mungkin akan sulit untuk mengembangkan industri pariwisatanya,
setidaknya dalam jangka pendek, sampai beberapa kekurangan mendapatkan
perhatian.
a. Infrastucture
Elemen infrastruktur sangat penting dalam semua kegiatan
ekonomi dan sosial, seperti halnya sistem sanitasi, sistem komunikasi,
fasilitas umum, sistem hukum dan pasokan air minum juga memberikan
dasar bagi industri pariwisata yang efektif, efisien dan ekonomis.
b. Accessibility
Tujuan yang dipengaruhi, dengan cara yang lebih kompleks
daripada lokasi belaka fisik mungkin menyarankan, dengan regulasi
industri penerbangan, visa dan izin, koneksi rute, hub bandara dan slot
pendaratan, kapasitas bandara dan jam malam, dan kompetisi di antara
operator, dll.
c. Facilitating
Sumber daya dan jasa ketersediaan dan kualitas sumber daya
manusia lokal, pengetahuan dan modal, lembaga pendidikan dan
penelitian, lembaga keuangan dan berbagai bidang pelayanan publik.
d. Enterprise
Kewirausahaan dan inisiatif yang berperan dalam mengembangkan
usaha baru di tujuan berkontribusi daya saing dalam sejumlah cara. Ini
termasuk persaingan, kerjasama, spesialisasi, inovasi, fasilitasi, investasi,
pertumbuhan, distribusi pendapatan dan ekuitas, pengambilan risiko,
produktivitas, pengisi kesenjangan, diversifikasi produk, manajemen
musiman.
e. Political Will
Peran penting dari dukungan politik dalam memfasilitasi upaya
oleh industri pariwisata untuk menciptakan tujuan kompetitif. Kemauan
politik bukan merupakan fungsi dari sikap dan pendapat politisi saja.
89
Semua tokoh masyarakat membentuk sikap politik untuk kontribusi
bahwa pariwisata bisa membuat pembangunan ekonomi dan sosial dan
kualitas yang dihasilkan dari kehidupan di tempat tujuan.
3. Sustainable Tourism:
Pariwisata berkelanjutan merupakan bentuk dari konsisten terhadap alam
sosial dan nilai adat yang memberikan kesempatan bagi guest dan host untuk
menikmati proses dampak positif dari interaksi dan berbagi pengalaman bersama.
a. Social Cultural
Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat setempat,
melestarikan nilai-nilai warisan budaya dan adat yang mereka bangun,
dan berkontribusi untuk meningkatkan rasa toleransi serta pemahaman
antar-budaya.
b. Economic
Memastikan kegiatan ekonomi jangka panjang yang layak,
memberikan manfaat sosial ekonomi kepada semua stakeholder dengan
adil, seperti pekerjaan tetap, kesempatan mendapatkan penghasilan
(membuka usaha) dan pelayanan sosial kepada masyarakat lokal, serta
membantu mengurangi kemiskinan.
c. Environment
Memanfaatkan secara optimal sumber daya lingkungan yang
merupakan elemen kunci dalam pengembangan pariwisata,
mempertahankan proses ekologi dan turut andil dalam melestarikan
warisan alam dan keanekaragaman hayati di suatu destinasi wisata.
B. Analisis Data Temuan Destinasi KSPN Borobudur dan Sekitarnya
Analisis data merupakan data temuan peneliti yang didapatkan dari KSPN
Borobudur dan dari 6 (enam) desa yakni Desa Borobudur, Desa Candirejo, Desa Wanurejo,
Desa Majaksingi, Desa Mendut, dan Desa Tuksongo.
90
1. Desa Borobudur
Hasil wawancara dari Bapak Iskandar selaku Badan Konservasi
Borobudur, dan wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur baik wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara menanggapi bahwa:
a. Core Resources and Attractors
Dari Special Event yang dimiliki oleh Candi Borobudur merupakan
faktor yang sangat berpengaruh dari kedatangan wisatawan. Maka analisis
peneliti terhadap Desa Borobudur. Berdasarkan data temuan dilapangan
wisatawan menganggap bahwa Desa Borobudur merupakan DTW yang
memiliki Wisata Religi, Peninggalan Bersejarah, Wisata Budaya, Kuliner.
1) Physiography & Climate yang memiliki skor 3 berdasarkan
indikator yakni Iklim, Kualitas Udara, Pemandangan, dan Flora
dan Fauna.
2) Culture & History yang memiliki skor 2 dengan adanya
pertunjukan dari Budaya dan Sejarah yang berarti bukan dari asli
milik Desa Borobudur melainkan di supply oleh desa-desa lainnya
seperti adanya pertunjukan seni yang dilombakan tiap tahunnya.
3) Market Ties yang memiliki skor 4 berupa hubungan kerjasama
dengan beberapa Stakeholders seperti PT. TWCB, Balai
Konservasi, Travel Agent.
4) Mix of Activities yang memiliki skor 3 dengan atraksi lain yang
dimiliki di sekitaran Candi Borobudur seperti Sunrise View,
Panahan yang merupakan bagian atraksi yang di miliki oleh Candi
Borobudur namun tidak menjadi Main Attraction untuk wisatawan
yang berkunjung.
5) Special Events yang memiliki skor 4 terdapat Mega Events yang
rutin diselenggarakan seperti Upacara Waisak, Obor, Penerbangan
Lampion.
6) Entertainment yang memiliki skor 4 dengan adanya hiburan rutin
diselenggarakan oleh masyarakat dan dapat menarik wisatawan
91
merupakan pergelaran tari tradisional dari masing-masing desa
yang berada disekitar Kecamatan Borobudur.
7) Tourism Superstructure yang memiliki skor 4 terdapat bangunan
yang berpengaruh dengan kunjungan wisatawan sebagai faktor
pendukung di Candi Borobudur merupakan kegiatan tambahan
bagi pengunjung untuk meningkatkan interest terhadap peristiwa
sejarah dan hiburan lainnya seperti Museum Borobudur, Museum
Kapal, Manohara Hotel, tempat penyewaan sepeda, toko suvenir,
dan Tourism Information Centre.
b. Supporting Factors and Resources
Supporting Factors and Resources yang dimiliki Desa Borobudur
cenderung dengan sarana yang telah ada di Desa Borobudur seperti
infrastruktur Desa Borobudur sudah sangat memadai dan facilitating yang
disediakan human resources dari Desa Borobudur telah memiliki skill and
knowledge tentang pariwisata untuk menjadi tour guide.
1) Infrastructure yang memiliki skor 5 terdapat sarana yang lengkap
seperti jalan, air bersih, listrik, apotik, kantor pos, bank, rumah
sakit, pos polisi.
2) Accessibility yang memiliki skor 4 dengan kondisi jalanan yang
sudah beraspal dan jaringan transportasi berupa Bus Damri, Shuttle
Bus, dan kendaraan lain antar kota yang sangat mudah di tempuh
dari Yogyakarta dengan jarak 35 km.
3) Facilitating yang memiliki skor 5 dengan ketersediaan SDM Tour
Guide dari PT. TWCB (BUMN) dan memiliki wawasan yang baik
dalam pariwisata di Candi Borobudur.
4) Enterprise yang memiliki skor 4 dengan dikelolanya sumber
pendanaan pendapatan masyarakat yakni telah di kelola oleh PT.
TWCB untuk berjualan di sekitaran Candi Borobudur yang mana
kegiatan tersebut dapat membangun kesejahteraan masyarakat
lokal.
92
5) Political Will yang memiliki skor 4 dengan pencantuman pada visi
misi dalam kegiatan pariwisata yang ada di Candi Borobudur
merupakan langkah yang dapat dilihat bahwa Desa Borobudur
sangat mendukung adanya pariwisata.
c. Sustainable Tourism
Dengan adanya faktor Social Cultural and Economic yang telah
terbukti dimiliki potensi dari kegiatan/usaha oleh PT TWCB dan Balai
Konservasi secara terkoordinasi yang memberikan kesan untuk wisatawan
dalam pengalaman wisata Sejarah dan Religi di Candi Borobudur.
Pendapatan masyarakat Desa Borobudur sangat mempengaruhi dari apa
yang dapatkan di sektor pariwisata dari penjualan suvenir hingga ke Tour
Guide.
1) Social Cultural yang memiliki skor 5 dengan pemberian
pengalaman yang memuaskan dan bermanfaat bagi wisatawan
dalam pengalaman wisata Sejarah dan Religi di Candi Borobudur,
Relasi antara Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan
Candi Borobudur, BUMN menyajikan sarana promosi dalam
Candi Borobudur, kegiatan pariwisata menghormati masyarakat
lokal yang harus mengenakan pakaian yang sopan ketika akan
menaiki Candi Borobudur, dengan adanya pariwisata kualitas
masyarakat lokal jauh lebih baik.
2) Economic yang memiliki skor 5 terdapat pendapatan baru
(Pariwisata) masyarakat dapat berjualan di Pasar Seni Borobudur
dan menawarkan jasa tour guide serta penyewaan payung, adanya
investasi dari luar yang terdapat hotel berbintang disekitar
Borobudur, peningkatan produsen lokal makin beragam dari
berbagai desa yang berada di Kabupaten Magelang.
3) Environment yang memiliki skor 3 yang merupakan kegiatan
dalam upaya pengelolaan dalam pelestarian Candi Borobudur yang
93
mana kegiatan tersebut telah di lestarikan oleh Balai Konservasi
dan koordinasi PT. TWCB.
2. Desa Candirejo
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Singgih selaku
Kepala Desa Candirejo, Bapak Tatak selaku ketua Desa Wisata Candirejo, dan
Mas Nugraha sebagai Tour Guide Lokal Desa Candirejo, wisatawan yang
berkunjung ke Desa Candirejo baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara menanggapi bahwa produk utama merupakan Watu Kendil, Home
Industry Selondok, Pertunjukan Tari, dan Arung Jeram.
a. Core Resources and Attractors
Analisis peneliti terhadap Desa Candirejo berdasarkan data temuan
dilapangan bahwa Desa Candirejo memiliki potensi wisata alam, budaya,
dan kreatif tourism. Peneliti mengidentifikasi hasil data temuan per
indikator sebagai berikut:
1) Physiography & Climate
Physiography & Climate memiliki skor 3 dikarenakan di
Desa Candirejo memberikan pengaruh terhadap wisatawan dan
berpotensi menjadi daya tarik wisata. Desa Candirejo memiliki
iklim yang sejuk dikarenakan desa tersebut dikelilingi oleh
pegunungan dan juga perbukitan Menoreh. Selain itu,
pemandangan di Desa Candirejo sangat baik dengan adanya
pertemuan 3 (tiga) sungai dan daya tarik wisata alam lainnya yang
indah. Desa Candirejo memiliki flora & fauna endemik yang hanya
dapat ditemukan di Candirejo seperti Keningkring. Fauna lainnya
yang terdapat di Candirejo yaitu musang.
2) Culture & History
Untuk Culture & History di Desa Candirejo memiliki skor
4 (empat) karena di Desa Candirejo budaya dan sejarahnya cukup
beragam seperti diadakannya upacara adat, masih terdapatnya
94
sanggar pembuatan batik dengan motif khas buah pepaya,
terdapatnya home industry pembuatan kerupuk selondok, dan pahat
batu untuk pembuatan cobek dan batu nisan. Selain itu, untuk seni
musik masyarakat lokal masih menggunakan alat musik tradisional
seperti gamelan dan juga rebana. Dan peninggalan atraksi wisata di
Desa Candirejo terdapat daya tarik wisata Watu Kendil.
3) Market Ties
Untuk indikator market ties memiliki skor 4 dikarenakan di
Desa Candirejo memiliki hubungan yang baik dengan stakeholder
yang terdapat di kota Magelang maupun diluar kota Magelang.
Desa Candirejo memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan
berbagai travel agent untuk melakukan promosi dan penjualan
paket tour (village tour).
4) Mix of Activities
Untuk point mix of activities di Desa Candirejo memiliki
point 5 (lima) dikarenakan Desa Candirejo memiliki banyak variasi
aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan saat melakukan
kunjungan ke desa tersebut. Aktifitas tersebut yaitu mengikuti
belajar memasak makanan khas Kerupuk Selondok dengan
masyarakat lokal, melihat proses pembuatan batik kertas motif
buah pepaya, mengikuti latihan tari Topeng Ireng di sanggar tari,
melihat sunrise di spot Watu Kendil, rafting hingga bersepeda
keliling desa wisata.
5) Special Event
Di desa Candirejo memiliki beragam acara yang rutin
diselenggarakan, oleh karena itu indikator special event
mendapatkan skor 3 (tiga). Desa Candirejo rutin
menyelenggarakan acara upacara adat yang biasa diselenggarakan
setahun sekali dan pentas seni lainnya untuk dipertunjukan kepada
95
wisatawan seperti jatilan, ketoprak, rebana, dan nandur untuk
bercocok tanam masyarkat lokal yang bekerja sebagai petani.
6) Entertainment
Desa Candirejo memiliki hiburan yang biasa
diselenggarakan apabila ada permintaan dari wisatawan oleh
karena itu indikator entertainment memiliki skor 3 (tiga). Dengan
adanya sanggar tari di Desa Candirejo masyarakat lokal biasa
berlatih tarian tradisional seperti tari Topeng Ireng dan gamelan
agar wisatawan dapat melihat secara langsung proses berlatih dan
ikut serta dalam pertunjukan tersebut.
7) Tourism Superstructure
Untuk point tourism superstructure di Desa Candirejo
memiliki skor 5 (lima) dikarenakan Desa Candirejo memiliki
banyak pilihan sarana pelengkap, sarana penunjang dan sarana
pokok. Untuk sarana pokok terdapat 40 homestay di Desa
Candirejo, variasi daya tarik wisata seperti Banyu Asin, Watu
Kendil, home industry, dan sanggar seni dan tari. Selain itu,
Candirejo juga sudah banyak melakukan kerjasama dengan biro
perjalanan wisata yang terdapat di Kota Magelang seperti Exo
Tour & Travel, Khiri Tour & Travel, Happy Wisata, ACS Travel,
Merapi Tour & Travel, Smiling Tour & Travel dan masih banyak
lainnya yang digunakan sebagai media penjualan paket wisata
Candirejo. Sarana pelengkap seperti Balai Ekonomi Desa,
Puskesmas, dan Posyandu juga sudah terdapat di Candirejo, namun
untuk sarana penunjang yaitu toko suvenir hingga saat ini Desa
Candirejo belum memiliki toko suvenir untuk menjual hasil
kreativitas masyarakat lokal.
96
b. Supporting Factors and Resources
Desa Candirejo memiliki kredibilitas dalam menjalankan kegiatan
wisata yang berfungsi dalam tingkatan dari keadaan yang dimiliki Desa
Candirejo dalam bentuk sarana maupun prasarana seperti jalan, gedung
Balkondes, dan transportasi seperti andong dan sepeda. Dengan penyediaan
tersebut Desa Candirejo menetapkan untuk sarana tersebut dapat di rasakan
oleh wisatawan yang berkunjung ke Desa Candirejo
1) Infrastructure
Infrastruktur di Desa Candirejo belum terbilang baik oleh
karena itu indikator infrastruktur hanya mendapatkan skor 3
dikarenakan di Desa Candirejo belum memiliki fasilitas posyandu,
kantor pos, kantor polisi, apotek, maupun toko suvenir. Namun,
kondisi jalan di Desa Candirejo terbilang sudah cukup baik karena
kondisi jalan beraspal rata dan terdapat papan petunjuk jalan untuk
menuju Desa Candirejo.
2) Accessibility
Kemudahan untuk menuju Desa Candirejo pun sudah
cukup baik dengan jarak tempuh hanya 3km dari Candi Borobudur.
Selain itu, kondisi jalan sudah beraspal dengan baik sehingga
wisatawan tidak mengalami kesulitan saat mengunjungi desa
Candirejo dan petunjuk jalan untuk menuju desa pun sudah cukup
tersedia. Namun untuk penerangan lampu jalan menuju Desa
Candirejo masih sangat minim sehingga tingkat visabilitas masih
rendah.
3) Facilitating
Tersedianya SDM pariwisata yang memiliki keterampilan,
kualitas dan pengetahuan tentang pariwisata yang baik dan sudah
97
memiliki sumber pendanaan yang rutin. Untuk saat ini Desa
Candirejo sudah memiliki SDM yang memiliki sadar wisata yang
baik dikarenakan masyarakat lokal Desa Candirejo sudah
menjalankan usaha bisnis pariwisata seperti mendirikan rumah
makan dan juga homestay. Selain itu, masyarakat lokal Desa
Candirejo juga sudah bekerja sebagai pemandu lokal yang
memiliki sertifikasi kepemanduan secara legal.
4) Enterprise
Home industry terdapat lebih dari satu di Desa Candirejo
seperti adanya rumah produksi pembuatan Kerupuk Selondok,
pembuatan batu pahat cobek batu nisan, kriya pembuatan batik
khas Desa Candirejo dengan motif buah pepaya dan juga
pembuatan wayang kulit dan kertas yang dapat dikunjungi oleh
wisatawan saat melakukan village tour di Desa Candirejo.
5) Political Will
Pariwisata sudah menjadi bagian dari pengembangan
desa/wilayah namun tidak tercantum secara tertulis dan masyarakat
diikut sertakan dalam berpendapat terkait pariwisata di daerahnya.
Di Desa Candirejo tercantum bahwa kegiatan pariwisata terdapat
di dalam visi & misi desa namun tidak tertulis. Masyarakat lokal
Desa Candirejo sudah sadar wisata karena masyarakat lokal merasa
dengan adanya kegiatan pariwisata tingkat perekonomian pun
mengalami peningkatan yang drastis.
c. Sustainable Tourism
Pariwisata berkelanjutan dalam kegiatan wisata Desa Candirejo
telah diukur dari penetapan kebijakan dari KSPN Borobudur yang mana
kegiatan tersebut dapat menjadi Desa Ekowisata. Dari kegiatan ekowisata,
agar terjadinya pariwisata berkelanjutan masyarakat Desa Candirejo telah
98
menjadikan kegiatan sehari-hari masyrakat dan tidak tergantung dari
kegiatan wisata yang ada di Desa tersebut.
1) Social Cultural
Dalam memberikan kepuasan kepada wisatawan saat
melakukan kunjungan ke Desa Candirejo sudah cukup baik karena
dipadu-padankan dengan aktivitas wisata budaya yang dimiliki
oleh Desa Candirejo. Dikarenakan Desa Candirejo menggunakan
sistem satu pintu untuk pemesanan paket wisata yang dapat
langsung dipesan di Koperasi Desa Candirejo, stakeholder
memahami standar MOU kerjasama yang baik dengan desa
Candirejo, Desa Candirejo melakukan promosi wisata melalui
travel agent yang terdapat di Kota Magelang, aktivitas wisata di
Candirejo berbasis masyarakat atau community based tourism dan
juga tingkat perekonomian masyarakat lokal mengalami
peningkatan semenjak adanya kegiatan pariwisata di Desa
Candirejo.
2) Economic
Dengan adanya kegiatan pariwisata pendapatan ekonomi
masyarakat lokal sudah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan sehingga masyarakat lokal merasa senang dengan
adanya kegiatan pariwisata di Desa Candirejo. Tetapi Desa
Candirejo berkomitmen dalam otonomi daerah untuk tidak
memperbolehkan investor mendirikan usaha pariwisata yang tidak
berbasis masyarakat di Desa Candirejo.
3) Environment
Dampak terhadap pelestarian alam dan budaya baik langsung
maupun tidak langsung dan terprogram serta sistem pengolahan
limbah di Desa Candirejo sudah baik dikarenakan masyarakat lokal
99
yang bergerak di sektor pariwisata sudah memahami bahwa
potensi budaya dapat dikembangkan menjadi suatu produk yang
dapat dijual kepada wisatawan. Sanggar tari Desa Candirejo adalah
salah satu pelestarian budaya yang dibuat oleh masyarakat lokal
untuk melestarikan tarian khas Desa Candirejo. Selain itu, apabila
banyaknya wisatawan yang masuk ke Desa Candirejo masyarakat
lokal dapat menanggulangi limbah dengan melakukan kegiatan
gotong royong seminggu sekali untuk membersihkan desa
3. Desa Wanurejo
Untuk memperoleh data temuan di lapangan (Desa Wanurejo) peneliti
melakukan observasi dan wawancara kepada Bapak Bendrat selaku Ketua Badan
Pariwisata Desa Wanurejo. Berikut adalah penjabarannya.
a. Core Resources and Attractors
Desa Wanurejo mendapatkan point tertinggi untuk indikator yaitu
Mix of Activities, Culture & History dan Tourism Superstructure. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Desa Wanurejo memiliki aktivitas
wisata yang beragam, salah satu yang utama adalah Candi Pawon dan
Gelar Budaya Wanurejo. Berdasarkan hasil wawancara, narasumber juga
menyebutkan bahwa pengembangan wisata Desa Wanurejo diarahkan ke
wisata budaya dan kreatif.
1) Physiography & Climate
Physiography & Climate memiliki skor 3 (tiga)
dikarenakan di Desa Wanurejo memberikan pengaruh terhadap
wisatawan dan berpotensi menjadi daya tarik wisata. Desa
Wanurejo memiliki iklim yang cukup sejuk dikarenakan desa
tersebut dikelilingi oleh pegunungan dan masih banyak lahan hijau
serta area persawahan. Selain itu, pemandangan di Desa Wanurejo
juga indah dengan adanya aliran sungai Elo Progo dan Mandala
100
View yaitu pemandangan Candi Borobudur dari balai desa dan
penampakan seperti Sleeping Buddha yang merupakan simbol
agama Buddha.
2) Culture & History
Untuk Culture & History di Desa Wanurejo memiliki skor
4 (empat) karena di Desa Wanurejo ada tarian, kerajinan khas, dan
peninggalan khas yang berpotensi menjadi daya tarik wisata. Di
Desa Wanurejo terdapat sanggar tari dan musik tradisional yang
masih beroperasi dalam melestarikan budaya tari dengan
mengadakan latihan untuk anak-anak setiap hari Jumat, terdapat
industri rumahan pembuatan rengginang, serta kelompok-
kelompok pembatik yang membuat batik dengan pola khas
Mandala yang merepresentasikan Candi Borobodur. Sedangkan
untuk peninggalan sejarah yaitu Candi Pawon dan terdapat pula
Makam Eyang Wanu Tejo Kusumo dan Bedug Diponegoro. Hal
ini menunjukkan bahwa Desa Wanurejo memiliki beragam budaya
dan sejarah.
3) Market Ties
Untuk indikator Market Ties memiliki skor 2 (dua)
dikarenakan di Desa Wanurejo ada kerjasama dengan salah satu
pihak secara informal tidak tertulis dilakukan tidak tentu, dari hasil
wawancara BAPARDES sudah adanya rencana kerjasama dengan
pihak travel namun belum terlaksana.
4) Mix of Activities
Pada aspek Mix of Activies memiliki skor 5 (lima) karena
Desa Wanurejo memiliki beragam aktivitas wisata yang dapat
dilakukan contohnya membuat batik Dewi Wanu, membuat
101
suvenir handmade di Rikrok berupa pensil gaul, Tour De Village
mengelilingi desa menggunakan andong atau sepeda ontel,
mengunjungi industri rumahan seperti rengginang dan jenang,
memakai jarit dengan teknik tertentu beserta mengetahui
filosofinya, bermain karawitan dan mengunjungi Candi Pawon.
5) Special Event
Desa Wanurejo memiliki special events yang dapat
menarik wisatawan namun tidak rutin bahkan hampir tidak
dilaksanakan. Events itu adalah gelar budaya Wanurejo yang
terakhir kali dilaksanakan pada tahun 2014. Namun Desa Wanurejo
rutin menyelenggarakan acara pengajian setiap malam Jumat
Kliwon di daerah Makam Eyang Wanu untuk mengenang leluhur
mereka.
6) Entertainment
Desa Wanurejo memiliki hiburan tarian yang biasa
diselenggarakan apabila ada permintaan dari wisatawan oleh
karena itu indikator entertainment memiliki skor 3 (tiga). Dengan
adanya sanggar tari di Desa Wanurejo masyarakat lokal biasa
berlatih tarian tradisional seperti tari Topeng Ireng dan karawitan
agar wisatawan dapat melihat secara langsung proses berlatih dan
ikut serta dalam pertunjukan tersebut.
7) Tourism Superstructure
Untuk skor Tourism Superstructure di Desa Wanurejo
memiliki skor 3 (tiga) dikarenakan Desa Wanurejo memiliki
setidaknya masing - masing satu sarana pelengkap, sarana
penunjang dan sarana pokok. Sarana pokok terdapat homestay,
hotel di Desa Wanurejo, untuk restoran terdapat satu restoran Pasta
102
Gio. Wanurejo saat ini belum melakukan kerjasama dengan biro
perjalanan wisata namun dari pihak BAPARDES sudah
merencanakan adanya kerjasama dengan pihak travel. Sarana
pelengkap seperti Balai Ekonomi Desa masih dalam tahap
pembangunan, sedangkan sarana penunjang yaitu toko suvenir
sudah ada seperti Rikrok.
b. Supporting Factors and Resources
Pada aspek Supporting Factors and Resources Desa Wanurejo
memiliki banyak industri rumahan yang bisa menjadi faktor pendukung
kegiatan wisata seperti contohnya toko suvenir Rikrok, kelompok
pembatik Dewi Wanu yang dapat membantu menyediakan suvenir untuk
wisatawan dan dapat menjadi aktivitas wisata.
1) Infrastructure
Desa Wanurejo memiliki infrastruktur yang belum lengkap
dikarenakan di Desa Wanurejo belum memiliki fasilitas posyandu,
kantor pos, dan apotek. Untuk jalan yang terdapat di desa
Wanurejo banyak yang sudah beraspal meskipun di beberapa titik
masih terdapat jalan yang rusak. Papan jalan dan tanda-tanda jalan
masih dalam kondisi yang baik.
2) Facilitating
SDM Pariwisata di Wanurejo sudah memiliki keterampilan
dan pengetahuan yang baik tentang pariwisata. Seperti halnya
SDM pariwisata yang terdapat pada Candi Pawon memiliki
ketrampilan dan pengetahuan pariwisata yang baik namun belum
adanya dukungan pengadaan pelatihan oleh pemerintah dan dinas
terkait. Seluruh masyarakat desa wisata Wanurejo sudah memiliki
pengetahuan dan ketrampilan pariwisata dan penanganan
wisatawan.
103
3) Enterprise
Desa wisata Wanurejo memiliki lebih dari satu home
industry. Beberapa home industry bahkan menjadi atraksi wisata
yang dicari oleh wisatawan seperti Kriya Kayu Rikrok dan Batik
Lumbini yang menawarkan pelajaran cara membuat hasta karya
kayu dan membatik.
4) Accessibility
Akses menuju Desa Wanurejo sangatlah mudah karena
berada di garis depan pintu masuk ke Candi Borobudur dan hanya
1,5km dari Candi Borobudur. Jalan menuju ke Desa Wisata
Wanurejo juga sudah teraspal. Namun, belum terdapat angkutan
umum dan sarana transportasi massal lain yang melewati Desa
Wisata Wanurejo.
5) Infrastructure
Desa Wanurejo memiliki infrastruktur yang belum lengkap
dikarenakan di Desa Wanurejo belum memiliki fasilitas posyandu,
kantor pos, dan apotek. Untuk jalan yang terdapat di Desa
Wanurejo banyak yang sudah beraspal meskipun di beberapa titik
masih terdapat jalan yang rusak. Papan jalan dan tanda-tanda jalan
masih dalam kondisi yang baik.
6) Political Wil1
Pariwisata di Desa Wanurejo sudah dicantumkan dalam
peraturan desa dan memiliki visi misi desa wisata. Namun Desa
Wanurejo masih belum menganggap pariwisata sebagai prioritas
utama dan mengarahkan masyarakat dalam usaha home industry
serta perkebunan. Masyarakat sendiri telah mendukung pariwisata
dan berkeinginan untuk ikut serta dalam usaha pariwisata.
104
c. Sustainable Tourism
Desa Wanurejo memiliki Badan Pariwisata Desa (BAPARDES)
dalam hal ini perangkat desa sudah memperhatikan keberlangsungan
kegiatan pariwisata namun belum melakukan upaya nyata dalam
melestarikan lingkungan di Desa Wanurejo. Dalam melestarikan Budaya,
seluruh lapisan masyarakat turut serta untuk ikut andil dalam pelestarian
budaya seperti mengikuti tradisi pengajian Malam Jumat Kliwon, berlatih
menari tari tradisional, membentuk kelompok batik dll. Di bidang
ekonomi, pariwisata diperkenalkan ke masyarakat desa melalui
BAPARDES dengan memberikan kesan bahwa pariwisata tidak akan
mengganggu mata pencaharian mereka sehari-hari malah dapat
mendukung satu sama lain.
1) Social Cultural
Desa Wanurejo memiliki beberapa paket wisata yang
didalamnya sudah terdapat kegiatan kebudayaan seperti
mempelajari pakaian tradisional adat Jawa dan juga cara
pemakaiannya serta tari-tarian tradisional. Wisatawan juga dapat
ikut dalam kegiatan belajar gamelan bersama dengan masyarakat.
Masyarakat juga dengan senang hati menerima wisatawan yang
ingin belajar kebudayaan tradisional adat Jawa Tengah.
Perekonomian masyarakat seiring berjalannya waktu terus
meningkat.
2) Environment
Pengelolaan pariwisata di Desa Wanurejo tidak
mengeksploitasi alam namun tidak melakukan upaya pelestarian
alam. Dalam pengelolaannya Desa Wanurejo tidak membutuhkan
lahan yang luas karena hanya beracu pada wisata home industry.
Namun untuk pembangunan Balkondes, desa membutuhkan 2
hektar lahan pertanian warga.
105
3) Economic
Kegiatan pariwisata di Desa Wanurejo memiliki dampak
yang baik bagi peningkatan perekonomian masyarakat meskipun
secara tidak langsung karena kegiatan perekonomian masyarakat
sudah ada sejak sebelum pariwisata masuk. Dengan masuk atau
tidaknya pariwisata dalam perekonomian, masyarakat akan tetap
memiliki penghasilan yang tetap.
4. Desa Majaksingi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pada tahun 2012 Kepala Desa
Majaksingi mencantumkan pariwisata dalam visi dan misinya. Sedangkan arahan
untuk pengembangan desa wisata baru dimulai pada tahun 2014. Hal ini
menyebabkan beberapa poin dari komponen – komponen Core Resources and
Attractors (CRA) dan Supporting Factors and Resources (SFR) di Desa
Majaksingi belum optimal. Walaupun pengembangan belum optimal, Desa
Majaksingi memiliki komponen CRA dan SFR yang dapat diunggulkan dalam
memacu pengembangan pariwisata. Berikut penjelasan komponen CRA dan SFR
a. Core Resources and Attractors
Desa Majaksingi dari ketujuh komponen terdapat pada komponen
tourism superstructure dimana di dalamnya terdapat daya tarik Rumah
Kamera. Rumah Kamera merupakan galeri 3D pertama yang ada di
Indonesia sehingga menarik banyak wisatawan datang ke Desa
Majaksingi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
pariwisata di Desa Majaksingi masih tergolong baru saja berjalan pada
tahun 2012 namun daya tarik Rumah Kamera.
1) Physiography & Climate
Desa Majaksingi memiliki skor 3 (tiga). Berdasarkan hasil dan data
yang dapatkan Desa Majaksingi memiliki lanskap alam yang
hampir sama dengan desa-desa lainnya yaitu perbukitan dan
perkebunan.
106
2) Culture & History
Desa Majaksingi mendapatkan skor 2 (dua) yang berarti Desa
Majaksingi memiliki kesenian budaya namun belum menjadi daya
tarik wisata. Kesenian yang ada di Desa Majaksingi memiliki
kesamaan dengan yang ada di desa lainnya seperti Jatilan dan Tari
Topeng Ireng. Namun yang khas dari Desa Majaksingi adalah
tradisi Saparan, dimana tradisi Saparan merupakan kegiatan berdoa
bersama dan pertunjukan seni di pelataran yang dilakukan oleh
semua warga Desa Majaksingi. Tradisi ini diadakan pada tanggal-
tanggal baik menurut kalender Jawa. Tradisi Saparan dilakukan
sebagai bentuk ungkapan syukur terhadap Yang Maha Kuasa.
3) Market Ties
Desa Majaksingi juga mendapatkan skor 3 (tiga) yang berarti
terdapatnya hubungan kerjasama antar stakeholder secara formal
dan informal. Hubungan yang ada di Desa Majaksingi yaitu
kerjasama antara Resort Amanjiwo (privat sektor) dengan
perangkat desa dan masyarakat. Bentuk kerjasama formal antara
stakeholders di Desa Majaksingi yaitu berupa kerjasama dalam
manajemen pengolahan limbah. Resort Amanjiwo bersama
perangkat desa membangun tempat pembuangan limbah di lima
titik di Desa Majaksingi sehingga pengangkutan limbah rumah
tangga masyarakat Desa Majaksingi dan limbah dari Resort
Amanjiwo dapat dilakukan secara teratur dan rutin. Selain
hubungan informal juga dilakukan oleh Resort Amanjiwo dengan
rutin berdonasi berupa materil terhadap sekolah-sekolah yang ada
di Desa Majaksingi.
4) Mix of Activities
Mix of Activities mendapatkan skor 4 (empat). Variasi aktivitas
yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Desa Majaksingi beragam.
Aktivitas yang dapat dilakukan di Desa Majaksingi yaitu wisata
107
kreatif di Rumah Kamera dimana wisatawan dapat berfoto di galeri
3D dan mengikuti kelas melukis. Selanjutnya terdapat pula wisata
edukasi, dimana wisatawan dapat berpartisipasi dalam pembuatan
makanan tradisional seperti tempe, nasi jagung, dan pembuatan
kopi.
5) Special Events
Special Events mendapatkan skor 2 (dua). Hal ini dikarenakan
Desa Majaksingi belum memiliki acara special yang
diselanggarakan untuk tujuan pariwisata. Acara spesial yang
diselenggarakan oleh Desa Majaksingi hanya sebatas perayaan hari
besar nasional dan seperti Hari Kemerdekaan Nasional dan acara
keagamaan seperti buka puasa bersama.
6) Entertainment
Desa Majaksingi mendapatkan skor 2 (dua). Hiburan yang
diselenggarakan oleh Desa Majaksingi hanya sebatas penampilan
kesenian tari – tarian. Entertaiment di Desa Majaksingi sangat
jarang di adakan dan belum dirperuntukan untuk pariwisata.
7) Tourism Superstructure mendapatkan poin tertinggi diantara
komponen CRA yang lainnya memiliki skor 5 (lima). Tourism
superstructure yang ada di Desa Majaksingi di kelola oleh sektor
private dan berjalan secara optimal sehingga berkontribusi banyak
terhadap pertumbuhan pariwisata di Desa Majaksingi. Seperti
fasilitas destinasi Amanjiwo dan Villa Borobudur serta daya tarik
wisata Rumah Kamera memberikan kontribusi terhadap jumlah
kunjungan dan kepuasan wisatawan yang berwisata di Desa
Majaksingi.
108
b. Supporting Factors and Resources
Berdasarkan analisis peneliti teridentifikasinya faktor pendukung
untuk sumber daya yang dimiliki oleh Desa Majaksingi yang mana kegiatan
di Desa Majaksingi telah mengutamakan sektor pariwisata yang ditetapkan
oleh Desa Majaksingi sebagai pengaruh Political Will dari pendapatan
masyarakat Desa Majaksingi.
1) Infrastructure
Infrastruktur di Desa Majaksingi sudah cukup baik. Dilihat dari
keadaan jalan yang sudah beraspal, tersedianya sistem irigasi,
sumber tenaga listrik, dan penunjuk jalan yang sudah optimal
namun kekuaranganya adalah penerangan jalan yang belum
tersedia sehingga komponen infrastruktur mendapatkan skor 3
(tiga).
2) Accessibility mendapatkan skor 3 (tiga) yang berarti aksesibilitas
di Desa Majaksingi sudah cukup baik. Desa Majaksingi hanya
berjarak sekitar 4 km dari Candi Borobudur dan jarak tempuhnya
pun kurang lebih 15 menit. Selain itu letak daya tarik wisata di
Desa Majaksingi dapat dengan mudah dikunjungi karena berada di
pinggir jalan utama Desa Majaksingi. Kekurangannya adalah
penerangan jalan yang ada belum tersedia sehingga kegiatan
pariwisata sedikit terhambat.
3) Facilitating
Desa Majaksingi masih kurang sehingga mendapatkan skor 2
(dua). Hal ini dikarenakan SDM pariwisata di Desa Majaksingi
belum tersedia dan baru saja diadakan pelatihan mengenai
keterampilan dan pengetahuan mengenai pariwisata pada tahun
2016 yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang.
4) Entreprise
Desa Majaksingi mendapatkan skor 3 (tiga) karena di Desa
Majaksingi hanya terdapat beberapa industri rumah tangga yaitu
109
tempat pembuatan tempe dan tempat pembuatan kopi. Industri
rumah tangga tersebut juga berpotensi menjadi produk wisata di
Desa Majaksingi.
5) Political will
Pariwisata di Desa Majaksingi sudah tercantum dalam visi dan
misi desa dan pengembangan pariwisata desa juga melibatkan
masyarakat. Masyarakat terlibat dalam memberi masukan dan
keikutsertaan dalam mengambil keputusan dalam pengembangan
pariwisata maka mendapat nilai 4 (empat).
c. Sustainable Tourism
Secara keseluruhan Desa Majaksingi belum terlalu memberlakukan
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Hal ini didapat dari hasil
pengamatan di lapangan wawancara dengan narasumber yang memberikan
pernyataan mengenai keadaan komponen sustainability yang ada di Desa
Majaksingi dengan alasan kurangnya pengetahuan mengenai sustainable
tourism. Namun ada beberapa indikator sustainable tourism yang
terpenuhi secara tidak sengaja karena adanya kesadaran masyarakat
terhadap pelestarian terhadap sumber daya alam dan budaya. Berikut hasil
analisis mengenai sustainable tourism di Desa Majaksingi:
1) Social Cultural
Sektor private di Desa Majaksingi menghormati masyarakat lokal
dengan cara memberikan donasi berupa materiil terhadap sekolah
dasar yang ada di Desa Majaksingi sehingga aspek social cultural
di Desa Majaksingi mendapatkan skor 3 (tiga). Selain itu juga
masyarakat merasakan peningkatan kualitas hidup akibat adanya
aktivitas pariwisata yang ada di Desa Majaksingi.
2) Economic
Pariwisata di Desa Majaksingi yang masih tergolong baru
memberikan peluang kerja bagi masyarakat sehingga dapat
memberikan tampahan pendapatan. Maka dari itu aspek economic
110
di Desa Majaksingi mendapatkan skor 3 (tiga). Seperti yang terjadi
di daya tarik wisata Rumah Kamera yang menyerap 10 tenaga
kerja dari masyarakat lokal untuk bekerja di bagian kasir, petugas
parkir, petugas keamanan, dan petugas kebersihan.
3) Environment
Desa Majaksingi mendapatkan skor 4 (empat). Masyarakat Desa
Majaksingi memiliki kesadaran akan pentingnya pelestarian
sumber daya alam dan budaya yang mereka miliki. Dalam
melakukan pelestarian budaya Desa Majaksingi bekerja sama
dengan Institut Seni Indonesia (ISI) untuk membentuk program
latihan tari tradisisonal setiap bulannya dilaksanakan di pelataran
Desa Majaksingi. Sedangkan upaya pelestarian lingkungan yang
dilakukan oleh Desa Majaksingi yaitu berupa kerja bakti yang
secara rutin di lakukan oleh masyarakat.
5. Desa Mendut
Berdasarkan pada data lapangan dan hasil wawancara dengan Bapak
Saffei selaku penanggung jawab Candi Mendut dari Badan Konservasi Borobudur
dan beberapa wisatawan yang berkunjung ke Candi Mendut.
a. Core Resources and Attractors
Berdasarkan pada data lapangan dan hasil wawancara dengan
Bapak Saffei selaku Penanggung Jawab Candi Mendut dari Badan
Konservasi Borobudur dan bebesrapa wisatawan yang berkunjung ke
Candi Mendut menanggapi bahwa produk utama (Core Resources and
Attractors) merupakan Candi Mendut. Berdasarkan hasil temuan di
lapangan dan hasil wawancara dengan beberapa wisatawan mengatakan
bahwa mereka berkunjung ke Candi Mendut sebatas mampir setelah
berkunjung ke Candi Borobudur. Berikut penjelasan tiap indikator yang
berada di Core Resources and Attractors :
111
1) Physiography & Climate mendapatkan skor 3 (tiga) dikarenakan
adanya pengaruh bagi wisatawan terutama untuk cuaca, pendapat
ini kemukaan oleh beberapa wisatawan yang di wawancara. Selain
itu terdapat sebuah pohon Bhodi di area Candi Mendut yang
dianggap sebagai anakan pohon dari pohon yang dianggap sebagai
tempat bertapa Buddha. Faktor cuaca berpengaruh ke wisatawan
yang merasakan nyaman atau tidaknya mereka berkunjung ke
Candi Mendut. Pada cuaca panas mereka merasa kurang nyaman
dengan sengatan matahari tetapi masih dapat beraktivitas dan pada
saat cuaca hujan wisatawan merasa terganggu dan mereka tidak
dapat beraktivitas disana.
2) Culture & History mendapatkan skor 3 (tiga) dikarenakan menurut
hasil wawancara dengan Bapak Saffei menyatakan terdapat
beberapa kesenian khas yang berpotensi menjadi daya tarik wisata.
Candi Mendut, Prasasti Peninggalan Jepang.
3) Market Ties mendapatkan skor 4 (empat) dikarenakan terdapat
kerjasama dengan beberapa stakeholder secara formal dan rutin
dilakukan yaitu, dalam pengelolaan lingkungan bekerjasama
dengan PEMDA Kab. Magelang dan Dinas PU (Pekerjaan Umum)
untuk pengambilan sampah dan ini dinyatakan oleh Bapak Saffei.
4) Mix of Activities mendapatkan skor 1 (satu) dikarenakan
sedikitnya aktivitas wisata di Candi Mendut. Di Candi Mendut
hanya dapat melihat candi dan rekreasi di halaman yang telah
disediakan, selain dari itu tidak ada aktivitas lain. Hal yang sama
juga diungkapan oleh beberapa wisatawan dan Bapak Saffei.
5) Special Event mendapatkan skor 3 (tiga) dikarenakan terdapat
local events yang rutin diselenggarakan seperti perayaan hari
Waisak. Menurut Bapak Saffei special event hanya ada Waisak
saja, dikarenakan Candi Mendut hanya bisa dipergunakan untuk
kepentingan keagamaan.
112
6) Entertainment mendapatkan skor 1 (satu) dikarenakan tidak
terdapat hiburan atau event rutin yang diselenggarakan. Menurut
hasil wawancara dengan Bapak Saffei juga menyatakan bahwa
tidak adanya hiburan atau event rutin yang dilaksanakan,
dikarenakan Candi Mendut hanya digunakan untuk kepentingan
umat Buddha.
7) Tourism Superstructure mendapatkan skor 3 (tiga) karena
terdapat sarana pokok dan pelengkap, yaitu berupa atraksinya
Candi Mendut itu sendiri, tersedianya loket tiket dan toko suvenir,
adanya lahan parkir dan toilet umum. Menurut hasil wawancara
dengan Bapak Saffei disekitar Candi Medut hanya terdapat toko
suvenir dan toilet umum untuk wisatawan sedangkan untuk
memasuki area Candi Mendut itu sendiri ada tiket masuk yang
harus dibayar di loket.
b. Supporting Factors and Resources
Untuk komponen pendukung (Supporting Factors) yang ada di
Desa Mendut adalah akases yang menuju ke Desa Mendut dan Candi
Mendut. Dimana Candi Mendut sebagai destinasi wisata Desa Mendut
berada di pinggir Jalan Mayor Kusen, Kota Mungkid. Berikut penjelasan
dari tiap indikator Supporting Factors and Resources :
1) Infrastucture mendapatkan skor 3 (tiga) menurut dari hasil
wawancara dengan Bapak Saffei di Candi Mendut terdapat sarana
yang memadai seperti jalan, air bersih, listrik, ATM, dan pos
penjaga.
2) Accessibility mendapatkan skor 4 (empat) dikarenakan jarak dari
Candi Borobudur ±2 km dan ditempuh dengan waktu 5-7 menit.
Untuk jaringan transportasi terdapat bus yang dari arah
Yogyakarta. Dari hasil wawancara dengan Bapak Saffei juga
menyatakan demikian, untuk transportasi umum biasanya
113
wisatawan menggunakan bus dari Yogyakarta dan menggunakan
kendaraan pribadi.
3) Facilitating mendapatkan skor 2 (dua) menurut dari hasil
wawancara dengan Bapak Saffei di Candi Mendut terdapat SDM
pariwisata dimana pemeliharaan candi ada 6 orang, dari
DISPARPORA 2 orang, dan security sebanyak 11 orang. Selain itu
kualitas dari SDM tersebut memiliki kesadaran akannya pariwisata
dan masyarakat lokal juga berperan dalam melestarikan Candi
Mendut.
4) Enterprise mendapatkan skor 2 (dua) dikarenakan terdapat toko-
toko suvenir yang terdapat disekitaran daerah Candi Mendut
sebagai home industry. Mereka mendapatkan modal dari PT. Jasa
Raharja, BUMN, Dinas Pariwisata, Balai Konservasi menurut dari
hasil wawancara dengan Bapak Saffei.
5) Political Will mendapatkan skor 1 (satu) dikarenakan tidak adanya
pariwisata dalam visi misi Desa Mendut yang menyakatan tentang
pengembangan pariwisata Candi Mendut.
c. Sustainable Tourism
Untuk sustainable tourism di Desa Mendut sudah berjalan dengan baik
dan lebih cenderung ke social cultural dimana partisipasi tiap stakeholdernya
sangat berperan untuk kelangsungan kelestarian Candi Mendut yang ada di Desa
Mendut. Berikut penjelasan aspek-aspek Sustainable Tourism :
1) Social Cultural mendapatkan skor 5 (lima) dikarenakan dapat
memberi pengalaman yang memuaskan dan bermanfaat bagi
wisatawan hanya dapat mengetahui keberadaan sejarah tentang
Candi Mendut, terdapat partisipasi stakeholders dalam
pengambilan keputusan, yaitu keikutsertaan Dinas pariwisata,
Balai Konservasi, masyarakat dalam pengembangan maupun
kelestarian Candi Mendut. Adanya promosi dan keadilan
antargenerasi dimana membuat masyarakat ikut serta dalam
114
pembangunan pariwisata di Candi Mendut. Menghormati
masyarakat lokal dengan sudah adanya toleransi antar agama yang
di anut masyarakat, tidak berpengaruh dalam kontribusi terhadap
kegiatan Agama Buddha. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
lokal dimana peran pariwisata untuk masyarakat lokal sudah
mengubah pandangan hidup masyarakat.
2) Economic mendapatkan skor 4 (empat) menurut dari hasil
wawancara dengan Bapak Saffei masyarakat sekitar yang dulunya
petani berpindah ke bidang pariwisata dimana sebagai sumber
mata pencaharian baru dari hasil pariwisata itu sendiri.
3) Environment mendapatkan skor 4 (empat) menurut dari hasil
wawancara dengan Bapak Saffei, menyatakan di daerah Candi
Mendut terdapat pelestarian alam/budaya baik langsung maupun
tidak langsung dan terprogram dan sistem pengolahan limbah
sudah ada. Dimana terdapat restorasi (pembersihan dan
penyuluhan masyarakat) dari Balai Konservasi Borobudur,
terdapat pelestarian budaya yaitu berupa melestarikan peninggalan
bersejarah, dan program untuk menjaga kelestariannya
disediakannya tempat sampah di sekitaran Candi Mendut.
6. Desa Tuksongo
Data temuan aktual hasil wawancara Stakeholder selaku Kepala Desa Tuk
Songo, Bapak Muh Daromi selaku Ketua Sanggar Tari Topeng Kawedhar dan
Wisatawan Desa Tuksongo baik Nusantara maupun Mancanegara.
a. Core Resources and Attractors
Produk utama pariwisata di Desa Tuksongo merupakan wisata
Budaya yakni Tarian Topeng Ireng. Selain Topeng Ireng, Desa Tuksongo
juga memiliki makam peninggalan leluhur yang sering dikunjungi untuk
berziarah, wayang kayu, dan kerajinan ukiran bambu. Berdasarkan data
temuan dilapangan, Desa Tuksongo merupakan DTW yang memiliki
Wisata Budaya
115
1) Physiography & Climate yang memiliki skor 3 (tiga) dengan
memiliki pemandangan Bukit Menoreh yang mengelilingi Desa
Tuksongo, memiliki fauna khas yaitu Ciblek Gunung. Terdapat
sunrise point yang belum terkelola namun akan mulai dikelola
tahun 2017 ini.
2) Culture And History yang memiliki skor 4 (empat) terdapat Tari
Topeng Ireng yang berasal dari Desa Tuksongo, Kerajinan
Wayang Kayu, Kerajinan Ukiran Bambu, makanan khas berupa
mie bihun yang terbuat dari aren, Rebana, Makam Kyai Tuksongo.
3) Market Ties yang memiliki skor 2 (dua) terdapat kerjasama
dengan salah satu pihak secara informal, secara tidak tertulis dan
dilakukan tidak tentu. Hubungan Desa Tuksongo dengan salah satu
stakeholder dari Candi Borobudur yaitu PT. TWCB dilakukan
tidak menentu, hubungan berlangsung ketika ada event-event besar
di Borobudur sehingga menggunakan talent-talent dari Desa
Tuksongo sebagai penari dan pengisi acara.
4) Mix of Activities yang memiliki skor 1 (satu) dikarenakan Desa
Tuksongo baru dirintis sebagai Desa Wisata, sehingga tidak ada
aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Desa Tuksongo
apabila tidak ada event atau pertunjukkan desa yang dilakukan
tidak menentu.
5) Special Events yang memiliki skor 1 (satu) di Desa Tuksongo
tidak memiliki event besar atau tahunan yang melibatkan berbagai
pihak di destinasi.
6) Entertainment yang memiliki skor 3 (tiga) terdapat pesta rakyat di
lapangan Desa Tuksongo, biasanya dalam pesta rakyat akan
ditampilkan pertunjukan-pertunjukkan seni termasuk tari Topeng
Ireng dan juga bazaar makanan. Namun pesta rakyat
penyelenggaraannya tidak menentu. Selain pesta rakyat,
masyarakat Tuksongo biasanya menampilkan tarian Topeng Ireng
116
atau rebana sesuai permintaan wisatawan. Misalnya pada event-
event besar Candi Borobudur.
7) Tourism Superstructure yang memiliki skor 2 (dua) terdiri dari
sarana pokok, sarana pelengkap dan sarana penunjang. Di Desa
Tuksongo hanya terdapat sarana pelengkap yang berupa Balai
Ekonomi Desa (Balkondes) yang masih dalam pembangunan dan
Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang nantinya akan berfungsi
sebagai tempat singgah wisatawan yang didalamnya terdapat
restaurant, galeri dan wadah untuk berlatih kesenian setempat.
Sedangkan Desa Tuksongo tidak memiliki sarana pokok yang
terdiri dari akomodasi, atraksi, karena semua atraksi di Desa
Tuksongo seperti Makam Kyai Tuksongo dan Home Industry Mie
Aren masih belum terkelola dan belum memiliki jadwal rutin
dalam pertunjukan keseniannya, rumah makan dan travel agent.
Serta belum memiliki sarana penunjang seperti toko suvenir.
b. Supporting Factors and Resources
Faktor pendukung dari Desa Tuksongo tidak memiliki peran yang
penting dalam kegiatan pariwisata Tuksongo karena dari masing-masing
indikator hanya infrastructure dan facilitating yang memiliki peran yang
cukup berguna dalam kegiatan wisata.
1) Infrastructure yang memiliki skor 3 (tiga) tersedia air bersih,
tersedia listrik, tidak tersedia apotek dan rumah sakit umum namun
tersedia puskesmas, tersedia jalan yang luas dan beraspal, tersedia
pos polisi, tidak tersedia bank dan ATM, tidak tersedia kantor pos.
2) Accesibility yang memiliki skor 3 (tiga) dengan kondisi jalan luas
dan beraspal, berjarak 1 km dari candi, berdurasi 15 menit dari
Candi Borobudur, namun belum terdapat angkutan umum dari
Candi Borobudur sehingga disarankan membawa kendaraan
pribadi karena pemberhentian terakhir angkutan umum adalah di
Terminal Borobudur.
117
3) Facilitating yang memiliki skor 3 (tiga) belum terdapat SDM
pariwisata yang memilii ilmu pariwisata, belum tersedia tour
guide, masyarakat berpartisipasi sebagai talent tari yang tergabung
dalam Sanggar tari Topeng Kawedhar, terdapat Badan Usaha
Umum (Bumdes) dan Balai Ekonomi Desa.
4) Enterprise yang memiliki skor 1 (satu) tidak adanya sumber
pendanaan untuk kegiatan pariwisata, dan tidak ada usaha yang
terbentuk akibat kegiatan pariwisata di Desa Tuksongo, namun
masyarakat berjualan di Pasar Seni Borobudur sebagai mata
pencaharian sehari-hari.
5) Political will yang memiliki skor 3 (tiga) di Desa Tuksongo belum
memiliki visi misi pariwisata dalam visi misi kepala desa, namun
Kepala Desa Tuksongo mengatakan bahwa pariwisata menjadi
prioritas dan akan segera diperhatikan secara khusus.
c. Sustainable Tourism
Desa Tuksongo memiliki pengrajin Wayang dan pahatan Bambu
yang mana dari kegiatan tersebut dalam memproduksi alat-alat kesenian
yang dimiliki Tuksongo dapat meningkatkan sektor economic yang mana
Tuksongo mempercayai bahwa penghasilan tersebut dapat mencukupi
kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tuksongo.
1) Social Cultural yang memiliki skor 2 (dua) dengan adanya
kegiatan pariwisata di Desa Tuksongo dalam pelaksanaannya
sudah menghargai masyarakat lokal, hal itu dibuktikan dengan
kegiatan pariwisata yang diharuskan mengikuti peraturan desa dan
kearifan lokal, kegiatan pariwisata walaupun belum banyak tapi
sudah dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal yaitu
melalui sektor perdagangan sebagai penjual suvenir di Pasar Seni
Borobudur dan sebagai talent untuk Tari Topeng Ireng. Dalam
pengambilan keputusan tentang pariwisata Desa Tuksongo tidak
melibatkan pihak swasta, hanya melibatkan masyarakat lokal dan
118
pemerintah daerah. Desa Tuksongo juga belum memberikan
pengalaman yang memuaskan dan bermanfaat bagi wisatawan
karena semua daya tarik wisatanya belum terkelola dengan baik.
2) Economic yang memiliki skor 4 (empat) terdapatnya sumber baru
pendapatan dan keberagaman ekonomi yang ada di Desa Tuksongo
berupa pengrajin wayang ataupun pahatan bambu, dan sebagai
talent penari di event-event besar Candi Borobudur, meningkatkan
pasar bagi produsen lokal dengan menjual hasil produksi wayang
dan kerajinan bambu untuk dijual ke wisatawan, serta menjual
barang-barang yang berasal dari Yogyakarta untuk dijual ke Pasar
Seni, serta mendukung perekonomian lokal melalui kegiatan
pariwisata, namun di Desa Tuksongo tidak terdapat investor luar
karena peraturan desa yang tidak membolehkan adanya investor
luar karena konsep Desa Tuksongo yang merupakan desa wisata.
3) Environment yang memiliki skor 3 (tiga) dimana masyarakat
Tuksongo biasanya melakukan kerja bakti di lingkungan Desa
Tuksongo sebagai upaya pengelolaan wilayah alam dan upaya
pengelolaan limbah pariwisata yang ada. Sebagai pengelolaan
warisan budaya, masyarakat Tuksongo juga memiliki sanggar seni
yang bernama Sanggar Seni Topeng Kawedhar.
C. Implikasi Teori Destinasi KSPN Borobudur dan Sekitarnya
Implikasi teori merupakan analisis dari peneliti yang menggunakan pendekatan
secara deduktif. Output dari penelitian deduktif adalah peneliti dapat menentukan
apakah teori yang digunakan telah sesuai dengan keadaan aktual dilapangan atau perlu
dimodifikasi maupun dikurangi teori tersebut.
119
1. Desa Borobudur
Desa Borobudur telah memiliki indikator yang telah ditentukan
berdasarkan konsep (Ritchie, 2003). Peneliti menemukan teori yang harus
ditambahkan berdasarkan hasil wawancara oleh Stakeholder dan juga wisatawan
yang berkunjung di Desa Borobudur.
Core Resources and Attractors
Physiography
& Climate
Culture
&
History
Mix
Activities
Special
Events Entertainment Superstructure
Market
Ties
+
Peneliti menemukan bahwa teori yang pantas dimasukkan ke dalam
indikator Core Resources and Attractors iyalah Culinary sebagai daya tarik
wisata yang mana Berdasarkan Teori Culinary dari (Bachrul Hakim, 2009) :
IMPLIKASI TEORI
Mendukung
(Confirm)
Mengurangi/Penolakan
(Reduce/Rejection)
Modifikasi
(Modification)
Culinary
120
Terdapat makanan khas dari Kab. Magelang, Kec. Borobudur yakni
mangut beong yang biasa disajikan di rumah makan sekitar Candi Borobudur.
Bentuk fisik ikan Mangut Beong mirip seperti ikan patin dan ikan lele. Ikan yang
didapatkan dari sungai Elo Progo yang mana dilepaskan bibitnya sebanyak 3000
ekor pada tahun 2015. Mangut beong merupakan ikan yang hampir punah.
2. Desa Candirejo
Desa Candirejo telah memiliki indikator yang telah ditentukan
berdasarkan konsep (Ritchie and Crouch, 2003) tentang Core Resources and
Attractors & Supporting Factors. Namun, saat peneliti melakukan observasi di
lapangan peneliti menemukan teori yang harus ditambahkan berdasarkan hasil
wawancara oleh Stakeholder dan juga Wisatawan yang berkunjung di Desa
Candirejo yaitu soft ecotourist dan hard ecotourist yang dirangkum oleh (David
Weaver, 2006:211) bahwa kelompok hard ecotourist pada dasarnya adalah
sebuah bentuk pariwisata alternatif yang melibatkan kelompok-kelompok kecil
ecotourists yang mengambil perjalanan khusus dengan waktu yang relatif panjang
dan relatif tidak terganggu, kesempatan untuk mencoba kegiatan wisata dengan
menggunakan fisik dan mental serta mendapatkan pengalaman dari jenis kegiatan
wisata yang menantang. Biasanya hard ecotourists tidak bergantung pada sektor
memfasilitasi seperti perjalanan lembaga dan tour and travel, atau layanan di
tempat tujuan.
Sedangkan soft ecotourists terkait dengan pasar wisata lebih konvensional
yang melibatkan kegiatan wisata fisik, mental dan wisata yang bersifat tantangan
dalam durasi yang relatif singkat atau memiliki perjalanan wisata yang multi-
tujuan perjalanan. Kelompok soft ecotourist umumnya lebih memilih tingkat
kenyamanan yang tinggi dan fasilitasi selama pengalaman. Weaver (2006: 212).
menyebutkan bahwa tipologi motivasi yang komprehensif antara soft dan hard
ecotourist terlihat serupa, tetapi berbeda dalam konsep dasar yang krusial
terutama pada cakupan dan filosofi. Sedangkan untuk kelompok soft ecotourist
lebih didasarkan pada karakteristik pasar dan pengalaman (fokus khusus atau
pengalihan, layanan sedikit atau banyak).
121
Gambar V.3
Characteristic of Hard and Soft Ecotourist
Sumber : (David Weaver, 2002)
a. Karakteristik Hard dan Soft Ecotourists
Karakteristik hard ecotourists memiliki sikap biosentris yang kuat
dan memerlukan komitmen yang mendalam terhadap isu-isu lingkungan,
keyakinan bahwa kegiatan seseorang ketika melakukan kegiatan
ekowisata harus meningkatkan dasar, berinteraksi secara mendalam dan
bermakna dengan lingkungan alam. Motivasi dan sikap ini menimbulkan
preferensi untuk pengalaman secara aktif baik kegiatan wisata yang
melibatkan fisik dan kegiatan wisata yang menantang dimana melibatkan
kontak pribadi yang dekat dengan alam dan tidak memerlukan jasa
layanan wisata.
Dalam hal karakteristik perjalanan, hard ecotourists lebih memilih
membuat pengaturan perjalanan sendiri, perjalanan kelompok kecil dan
perjalanan khusus yang membutuhkan cukup waktu untuk mengakses
tempat-tempat alami yang relatif tidak terganggu yang mereka inginkan
(Weaver, 2001: 43). Sedangkan karakteristik soft ecotourists diantaranya
menunjukkan komitmen mereka terhadap isu-isu lingkungan tidak
sedalam seperti yang hard ecotourists, sikap mereka lebih sugestif steady
state daripada keberlanjutan enhancive, dan tingkat yang keterlibatan
diinginkan dengan lingkungan alam relatif dangkal. Pengalaman yang
122
disukai soft ecotourist secara fisik kurang berat dan didukung oleh
akomodasi, makan dan fasilitas toilet, tempat parkir, dan layanan lainnya.
Umumnya perjalanan mereka dengan kelompok besar dan soft
ecotourists tidak keberatan bergabung dengan kelompok soft ecotourists
lainnya. Soft ecotourist biasanya terlibat dalam komponen salah satu
ekowisata yang sering melakukan kegiatan wisata dengan waktu relatif
singkat. Sampai-sampai mereka mencari keterlibatan dan pengalaman
belajar yang berhubungan dengan alam, soft ecotourist lebih baik melalui
mediasi tour, jalur interpretasi, atau pusat-pusat interpretatif. Soft
Ecotourist juga mengkin lebih menyukai untuk mengatur perjalanan
wisata yang dibuat secara formal melalui agen-agen perjalanan dan
operator tour.
Berdasarkan konsep diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa
Desa Candirejo seharusnya mengarahkan potensi wisatanya untuk soft
ecotourism dikarenakan wisatawan yang berkunjung hanya melakukan
one day tour apabila wisatawan akan menginap maka lenght of stay
mereka hanyalah satu malam. Selain itu, wisatawan melakukan kunjungan
menggunakan jasa biro perjalanan wisata dikarenakan Desa Candirejo
banyak melakukan kerjasama dengan tour & travel di Kota Magelang.
Daya tarik wisata di Desa Candirejo pun dapat terbilang tidak memerlukan
keahlian khusus karena wisata disana hanyalah wisata budaya, agrowisata,
wisata alam, dan creative tourism.
3. Desa Wanurejo
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ritchie (2003) Desa
Wanurejo sudah dapat dikatakan memenuhi indikator sebagai destinasi
pariwisata yang berkelanjutan. Namun, pada beberapa aspek masih
terdapat kekurangan dan beberapa masih dalam tahap pengembangan.
Salah satu aspek yang menjadi daya tarik utama menurut peneliti adalah
Gelar Budaya. Gelar Budaya Wanurejo terakhir diadakan pada tahun 2014
yang pada saat itu dapat menarik banyak kunjungan wisatawan, namun,
123
Agrowisata
Maruti (2009)
gelar budaya seharusnya diadakan rutin setahun sekali agar Desa
Wanurejo memiliki keunikan tersendiri dibandingkan desa lain tersebut
tidak diadakan lagi tahun – tahun selanjutnya.
Kurangnya kesadaran pengelola BAPARDES terhadap alam juga
menjadi penghambat berkembangnya pariwisata berkelanjutan. Meskipun
dalam pengembangannya Desa Wanurejo tidak membutuhkan perluasan
lahan, alangkah baiknya untuk tetap memiliki kebijakan untuk
mengonservasi alam agar ke depannya tidak disalahgunakan oleh oknum
tertentu.
4. Desa Majaksingi
Berdasarkan hasil analisis penerapan teori yang dikemukakan oleh
(Richie, 2003) mengenai CRA dan SFR, di Desa Majaksingi sudah tepat guna.
Dimana komponen-komponen CRA dan SFR mampu mengidentifikasi produk
wisata yang terdapat di Desa Majaksingi. Walaupun pengembangan pariwisata
masih tergolong baru, Desa Majaksingi kedepannya ingin mengarahkan
pengembangan pariwisata yang berbasis agro. Maka dari itu perlu penambahan
konsep mengenai pengembangan agrowisata.
Maruti (2009) dalam jurnal “Pengembangan Wisata Agro: Peluang Kerja
Masyarakat di Kawasan Poncokusumo Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur” mengatakan bahwa wisata agro merupakan sebuah usaha
petani dalam memperkenalkan usahanya dalam bentuk wisata di mana
pengunjung dapat melihat pertumbuhan, pengelolaan, dan pengolahan tanaman
setempat sehingga menjadi pengalaman baru bagi pengunjung.
Desa Majaksingi memiliki banyak lahan pertanian dan perkebunan,
sebagian besar masyarakatnya pun bermata pencaharian petani. Melihat kondisi
CRA dan SFR
(Richie, 2003)
124
alam di Desa Majaksingi pengembangan pariwisata berbasis agro dapat
dilakukan.
5. Desa Mendut
Core Resources and Attractors
Physiography
& Climate
Culture
&
History
Mix
Activities
Special
Events Entertainment Superstructure
Market
Ties
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ritchie (2003) pada Candi
Mendut ada salah satu bagian dari indikator tidak terdapat pada kondisi di
lapangan, yaitu Political Will. Dimana pada Political Will tidak adanya Visi Misi
dari Desa Mendut yang mencantumkan tentang pengembangan pariwisata
terutama untuk Candi Mendut. Ada juga beberapa indikator mendapatkan skor
kecil dikarenakan masih ada beberapa yang kurang akan tetapi telah cukup untuk
diberi skor lebih dari 1. Maka dari itu kami mendukung teori Ritchie akan tetapi
salah satu dari indikator yang tertera di teori Ritchie yaitu Political Will pada
Desa Mendut mendapatkan nilai terendah.
6. Desa Tuksongo
Desa Tuksongo telah memiliki indikator yang telah ditentukan
berdasarkan konsep (Ritchie, 2003). Peneliti menemukan teori yang harus
ditambahkan berdasarkan hasil wawancara oleh stakeholder dan juga wisatawan
yang berkunjung ke Desa Tuksongo.
Core Resources and Attractors
Physiography
& Climate
Culture
&
History
Mix
Activities
Special
Events Entertainment Superstructure
Market
Ties
+
125
Timothy dan Nyaupane (2009) menyebutkan bahwa pariwisata budaya
yang disebut sebagai heritage tourism biasanya bergantung kepada elemen hidup
atau terbangun dari budaya dan mengarah kepada penggunaan masa lalu yang
tangible dan intangible sebagai riset pariwisata. Hal tersebut meliputi budaya
yang ada sekarang, yang diturunkan dari masa lalu, pusaka non-material seperti
musik, tari, bahasa, agama, kuliner tradisi artistik dan festival dan pusaka material
seperti lingkungan budaya terbangun termasuk monumen, katredal, museum,
bangunan bersejarah, kastil, reruntuhan arkeologi dan religi.
Di Desa Tuksongo sendiri lebih menonjolkan wisata budayanya yaitu
berupa tarian Topeng Ireng. Selain tarian Topeng Ireng, Desa Tuksongo juga
memiliki peninggalan makam Kyai Tuksongo yang sering dikunjungi wisatawan
untuk berziarah. Menurut Suranti (2005), wisata budaya pada dasarnya bertujuan
agar eksistensi kebudayaan yang ada selalu diupayakan untuk tetap lestari. Hal ini
juga dilakukan oleh Desa Tuksongo dengan cara membuat sanggar tari Topeng
Kawedhar yang mengajarkan tarian-tarian khas Jawa Tengah, terutama tarian
Topeng Ireng. Masyarakat Desa Tuksongo juga melakukan kerja bakti untuk
membersihkan makam Kyai Tuksongo agar wisatawan yang datang berziarah
lebih nyaman untuk berkunjung.
McKercher (2002) menjelaskan bahwa pariwisata budaya terdiri dari 4
elemen yaitu pariwisata, penggunaan aset pusaka budaya, konsumsi produk dan
pengalaman serta wisatawan budaya. Elemen-elemen tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut. Berdasarkan teori di atas pelaksanaan pariwisata di Desa
Tuksongo sudah dapat dikatakan sebagai wisata budaya yang berkelanjutan.
Selain mengkonservasi warisan budaya, kebudayaan tari dan juga makam
peninggalan.
Wisata Budaya Berkelanjutan
126
Desa Tuksongo juga dapat memberikan dampak ekonomi yang baik bagi
masyarakat lokal. Meskipun belum terdapat banyak wisatawan, namun wisatawan
yang datang ke Desa Tuksongo dapat melakukan pembelajaran yang dalam,
penuh pengalaman dan mengeksplorasi diri melalui sajian pariwisata budaya di
Desa Tuksongo seperti ikut belajar menari tarian Topeng Ireng di Sanggar Tari
Topeng Kawedhar. Tarian ini lebih dari sekedar budaya yang harus dilestarikan,
juga dapat dipertunjukkan sebagai atraksi wisata. Meskipun jadwal tampil yang
belum rutin di Desa Tuksongo disebabkan kurangnya permintaan, tarian ini sering
ditampilkan dalam berbagai event Candi Borobudur.
127
128
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam penelitian produk pariwisata yang berkelanjutan di Kawasan Strategi
Pariwisata Nasional Borobudur (KSPN) dan sekitarnya, peneliti memilih teori yang
dikemukakan oleh Ritchie (2003) yaitu Model Destination Competitiveness and
Sustainability sebagai grand theory. Model ini merupakan kumpulan dari teori-teori yang
membentuk dan membantu mengklarifikasi pemahaman kita terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi competitiveness (daya saing) dan sustainability (berkelanjutan) dari
suatu destinasi pariwisata. Dalam model tersebut terdapat lima pilar, kelima pilar tersebut
yaitu qualifying and amplifying determinant; destination policy, planning and
development; destination management, core resources and attractors, dan supporting
factor and resources. Setelah itu dilakukan fokus pembahasan kepada dua pilar yang
terkait dengan produk pariwisata yaitu core resourches and attractors (CRA) dan
supporting factors and resources (SFR). Pilar CRA terdiri dari 7 (tujuh) komponen
produk dan SFR terdiri dari 6 (enam).
`
Qualifying and Amplifying Determinants
(Kualifikasi dan Memperkuat Penentuan)
Location (Lokasi)
Safety
&Security
(Keamanan &
Keselamatan)
Independences (Mandiri)
Awareness/
Image
(Kesadaran
/Citra)
Carrying Capacity (Daya Tampung)
DestinationCompetitivenessandSustainability
Destination Policy, Planning and Development
(Kebijakan Destinasi, Perencanaan dan Pengembangan)
System
Definition
(Definisi
Sistem)
Philosophy/
Values
(Filosofi/Nilai)
Vision
(Visi)
Positioning/
Branding
(Penempatan/Merk)
Development
(Pengembangan)
Competitive/Collabo-
rative Analysis
(Kompetitif/Analisis
Kolaboratif)
Monitoring
and Evaluation
(Pemantauan dan
Evaluasi)
Audit
(Pemeriksaan
Keuangan)
Destination Management
(Manajemen Destinasi)
Organization
(Organisasi)
Marketing
(Pemasaran)
Quality of
Service/
Experience
(Kualitas
Pelayanan/
Pengalaman)
Information/
Research
(Informasi/ Penelitian)
Human Resource
Development
(Pengembangan SDM)
Finance &
venture
capital
(Finansial & Perusahaan)
Visitor
Management
(Manajemen Pengunjung)
Resource
Stewardship
(Sumber daya Jasa)
Crisis
Management
(Manajemen Krisis)
Core Resources and Attractors
(Sumber Daya Inti dan Daya Tarik)
Physiography &
Climate
(Fisiografi & Iklim)
Culture & History
(Budaya & Sejarah)
Mix Activities
(Aktifitas
Campuran)
Special Events
(Acara Khusus)
Entertainment
(Hiburan)
Superstructures
(Suprastruktur)
Market Ties
(Hubungan
Pasar)
Supporting Factors and Resources
Infrastructure (Infrasturktur)
Accessibility (Aksesibilitas)
Facilitating Resources (Penyediaan Sumber Daya)
Hospitality (Ramah Tamah)
Enterprise (Perusahaan)
Political Will
(Keinginan
Politik)
Co
mpeti
tiv
e (
Mic
ro)
Env
iron
men
t
(Pers
ain
gan L
ing
kun
gan
Mik
ro)
Glo
bal (M
acro
) Env
iron
ment
Lin
gk
un
gan M
ak
ro
Comparative
Advantages
1. Human
Resources
2. Physical
Resources
3. Knowledge
Resources
4. Capital
Resources
5. Infrastructure
& Superstructure
6. Historical &
Cultural
7. Resources
Size of Economy
Competitive
Advantages
1. Audit &
Inventory
2. Maintenance
3. Growth &
Development
4. Efficiency
5. Effectiveness
129
Peneliti mengaplikasikan teori tersebut di 6 (enam) destinasi yang terdapat di
KSPN Borobudur dan sekitarnya. Setelah itu dilakukan analisis menggunakan teknik
analisis data Point Rating Scale yang dikemukakan oleh Reips dan Funke (2008) untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan. Dari hasil analisis tersebut
maka peneliti dapat melakukan implikasi terhadap CRA dan SFR, bahwa peneliti
mendukung atau setuju terhadap teori tersebut. Teori CRA dan SFR dan komponennya
sudah tepat guna saat diaplikasikan di destinasi KSPN Borobudur dan Sekitarnya.
Selain itu komponen-komponen CRA dan SFR dapat digunakan untuk menggali
dan mengidentifikasi produk wisata yang berkelanjutan di KSPN Borobudur dan
sekitarnya. Seperti analisis data temuan peneliti dapat menemukan daya tarik utama dari
masing-masing destinasi yaitu terdapat pada komponen superstructure. Pada destinasi
wisata Desa Wisata Borobudur, Desa Wisata Wanurejo dan Desa Mendut yang menjadi
daya tarik utamanya adalah candinya yang merupakan pemberi kontribusi kunjungan
wisatawan terbanyak yang datang ke desanya masing-masing. Mengenai pariwisata
keberlanjutan, Desa Wisata Candirejo, Desa Wisata Borobudur, dan Desa Mendut
merupakan desa yang sudah optimal, ditunjukkan dengan adanya Balai Konservasi
Borobudur (BKB) yang menjaga kelestarian lingkungan dan budaya dari Candi
Borobudur dan Candi Mendut serta kesadaran dan pengetahuan masyarakat Desa
Candirejo mengenai sustainable tourism. Sedangkan Desa Majaksingi, Desa Wanurejo
dan Desa Tuksongo belum optimal. Hal ini dikarenakan pariwisata di desa – desa tersebut
pengembangannya masih tergolong baru dan kurangnya himbauan dari pemerintah
mengenai sustainable tourism dan serta kurangnya tenaga ahli di bidang pariwisata.
Walaupun terdapat Candi Pawon di Desa Wanurejo, secara keseluruhan produk wisata di
Desa Wanurejo belum sepenuhnya menerapkan sustainable tourism.
Peneliti mendukung teori namun dalam penelitian di keenam destinasi KSPN
Borobudur diperlukan tambahan konsep untuk arahan pengembangan pariwisata masing-
masing destinasi sesuai dengan karakteristik sumber daya pariwisata dari masing –
masing destinasi. Seperti di Desa Wisata Candirejo diperlukan tambahan konsep soft-
ecotourism dan Desa Majaksingi memerlukan tambahan pengembangan konsep
agrowisata.
130
LAMPIRAN
A. Operasional Variabel Variabel Sub-variable Dimensi Indikator Sumber Data
Destination
Competitiveness and
Sustainable Model
Model ini merupakan
pengumpulan dari
konsep-konsep yang
membentuk dan
membantu
mengklarifikasi
pemahaman kita
terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi
competitiveness (daya
saing) dan sustainability
(berkelanjutan) dari
suatu destinasi
Core Resources
and Attractors
Physiography and
Climate
(Ritchie, 2003)
Pengaruh iklim terhadap kegiatan pariwisata
Checklist dan
wawancara
Kualitas udara dari perspektif wisatawan
Pemandangan dari perspektif wisatawan
Flora dan fauna
Culture and
History
(Ritchie, 2003)
Kerajinan-kerajinan tangan
Checklist dan
wawancara
Tradisi lokal
Gastronomi
Seni dan musik lokal
Peninggalan bentuk fisik sejarah
Bahasa masyarakat lokal
Market Ties
(Ritchie, 2003)
Hubungan antar stakeholder
Wawancara
131
pariwisata.
(Ritchie and Crouch,
2003)
Mix of Activities
(Ritchie, 2003)
Variasi aktivitas di destinasi Wawancara
Special Events
(Ritchie, 2003)
Event besar atau tahunan yang melibatkan
berbagai pihak di destinasi Wawancara
Entertainment
(Ritchie, 2003)
Hiburan atau event rutin diselenggarakan
Checklist
Tourism
Superstructure
(Oka A. Yoeti,
1993)
Atraksi pariwisata
Checklist
Akomodasi pariwisata
Rumah makan/ restoran
Biro perjalanan/ travel agent
Toko suvenir
fasiltas lainnya seperti tourist information
atau rental peralatan
Supporting
Factors and
Resources
Infrastructure
(Oka A. Yoeti,
1990: 81)
Ketersedian Jalan
Checklist
Ketersedian air bersih
Ketersedian terminal
Ketersedian bandara
132
Ketersedian telekomunikasi
Ketersedian listrik
Ketersedian apotik
Ketersedian kantor pos
Ketersedian bank
Ketersedian rumah sakit
Ketersedian kantor dan pos polisi
Accessibilities
(Trihatmodjo,
1997)
Kondisi jalan
Tarif angkutan jenis kendaraan
Jaringan transportasi
Jarak tempuh ke destinasi
Waktu tempuh ke destinasi
Facilitating
(Ritchie, 2003)
Sumber daya manusia dibidang pariwisata
Checklist
Keterampilan dan pengetahuan mengenai
mengolah sumber daya di destinasi
Financial support atau sumber keuangan
133
dari destinasi
Enterprise
(Ritchie, 2003)
Usaha-usaha yang dimiliki masyarakat akibat
pariwisata seperti UKM Checklist
Hospitality
(Kotler dan Keller,
2009)
Reliability (Keandalan)
Wawancara
Assurance (Memberikan kepastian/ dapat
menjamin)
Tangibles (Berwujud)
Empathy (Empati)
Responsiveness (Daya tanggap)
Political Will
(Ritchie, 2003)
Partisipatif masyarakat dalam pengambilan
keputusan Wawancara
Sustainable Tourism
(Eadington dan Smith,
1992)
Prinsip
Sustainable
Tourism
(White, 2006)
Lingkungan
Upaya pengelola alam
Wawancara
Upaya mempertahankan dan meningkatkan
warisan alam dan budaya
Upaya mengurangi konsumsi berlebihan dan
limbah
Ekonomi Peningkatan sumber pendapatan baru Wawancara
134
(keberagaman ekonomi) dengan adanya
pariwisata
Peningkatkan kegiatan ekonomi dan
pertumbuhan di daerah pedesaan
Dukungan bagi perekonomian lokal
Sosial-Budaya
Keaslian sosial budaya masyarakat setempat,
Wawancara
Pelestarian nilai-nilai warisan budaya dan
adat yang dibangun
Kontribusi untuk meningkatkan rasa toleransi
serta pemahaman antar-budaya.
135
B. Point Rating Scale
Candi Borobudur
Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan
1 2 3 4 5
Candi
Borobudur
CR Physiography
& Climate
✔ 3 Memberikan
pengaruh terhadap
wisatawan dan
berpotensi menjadi
daya tarik wisata
Iklim ya
Kualitas udara Sejuk
Pemandangan Candi Borobudur, Pedesaan
Flora dan fauna Tidak ada
Culture &
History
✔ 2 Terdapat kesenian
budaya namun tidak
untuk daya tarik
wisata
Kerajinan-kerajinan
tangan
Tidak memiliki, tapi disuplai
oleh desa-desa sekitar candi
Borobudur
Tradisi lokal perayaan hari Waisak
Gastronomi Tidak memiliki, tapi disuplai
oleh desa-desa sekitar candi
Borobudur
Seni dan musik lokal Tidak ada
Peninggalan bentuk
fisik sejarah
Candi Borobudur
Bahasa masyarakat
lokal
Jawa
Market Ties ✔ 4 Terdapat kerjasama
dengan beberapa
stakeholder secara
formal dan rutin
Bentuk hubungan
atar
stakeholder/Program-
Dengan PT TWCB, Balai
Konservasi Borobudur, Travel
Agent
136
dilakukan program kerja
Mix Of
Activities
✔ 3 Dapat melakukan
aktivitas di destinasi
wisata
Variasi aktivitas di
destinasi
Panahan Tradisional:
Jemparingan dan naik Gajah
Special Events ✔ 4 Terdapat mega events
yang rutin
diselenggarakan
Event besar atau
tahunan yang
melibatkan berbagai
pihak di destinasi
Upacara Waisak dan sekaligus
penerbangan lampion
Entertainment ✔ 4 Ada hiburan atau
event yang rutin
diselenggarakan dan
menarik banyak
wisatawan
Hiburan atau event
rutin diselenggarakan
oleh masyarakat
Pagelaran tari tradisional Jawa
secara bergilir tiap harinya
Tourism
Superstructure
✔ 4 Terdapat sarana
pokok, pelengkap,
penunjang
Sarana pokok Atraksi : candi Borobudur,
museum Borobudur, dan
museum kapal
Akomodasi: Manohara,
Sarana pelengkap adanya Tourism Information
Center, penyewaan sepeda,
andong, serta kereta mini.
Sarana penunjang adanya toko-toko suvenir
sebelum pintu masuk untuk
pembelian tiket masuk
SF Infrastructure ✔ 5 Terdapat 8 (delapan)
indikator dari
infrastruktur
pariwisata
Ketersediaan Jalan bagus beraspal
Ketersediaan air
bersih
PT. PDAM
137
Ketersediaan listrik PT. PLN
Ketersediaan apotek Terdapat Klinik
Ketersediaan kantor
pos
Ada
Ketersediaan bank Tersedia ATM terdekat
Ketersediaan rumah
sakit
adanya pos pelayanan
kesehatan di area candi
Borobudur
Ketersediaan kantor
dan pos polisi
Tersedia Pos Polisi
Accessibility ✔ 4 Terdapat 4(tiga) dari
indikator kemudahan
menuju ke destinasi
Kondisi jalan bagus beraspal
Tarif angkutan jenis
kendaraan
tidak ada
Jaringan transportasi Damri, Bis Kota
Jarak tempuh ke
destinasi
Dari Yogyakarta 35 km
Waktu tempuh ke
destinasi
Dari Yogyakarta 1 Jam
Facilitating ✔ 5 Tersedianya SDM
Pariwisata yang
memiliki
keterampilan/
kualitas/ Pengetahuan
tentang pariwisata
yang baik dan sudah
SDM Pariwisata Tersedia Tour guide
138
memiliki sumber
pendanaan yang rutin
Kualitas/
keterampilan/
pengetahuan SDM
Terdapat SDM yang memiliki
keterampilan pariwisata
Enterprise ✔ 4 Home industry di
destinasi lebih dari
1(satu) dan
merupakan bagian
dari atraksi
Sumber pendanaan Dikelola PT TWCB(BUMN)
yang didapatkan dari wisatawan
dan Balai Konservasi
Usaha/industri milik
masyarakat
Pedagang di pasar seri
Borobudur
Political will ✔ 4 Pariwisata
tercantumkan ke
dalam
pengembangan/visi
misi/perdes/kebijakan
namun belum
dijadikan prioritas
utama desa/wilayah
Keterlibatan
masyarakat dan
tercantumnya
pariwisata dalam visi
misi/ perdes/
kebijakan dan
perencanaan
destinasi
Melibatkan masyarakat dalam
kegiatan dalam Borobudur
ST Social
Cultural
✔ 5 Memenuhi semua
indikator (Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan, terdapat
partisipasi
stakeholders dalam
pengambilan
keputusan, adanya
promosi dan keadilan
antar generasi,
menghormati
Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan
Kesan dalam pengetahuan
peristiwa sejarah dan religi
yang dimiliki candi Borobudur
Partisipasi
stakeholders dalam
pengambilan
keputusan
Sudah adanya relasi antar
stakeholder (Pemerintah dan
Masyarakat) dalam
pengembangan Borobudur
Mempromosikan dan
keadilan antar
generasi
BUMN menyajikan sarana
promosi dalam candi
Borobudur
139
masyarakat lokal,
meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat lokal 5/5
Menghormati
masyarakat lokal
kegiatan pariwisata
menghormati masyarakat lokal
terbukti dari wisatawan harus
menggunakan baju yang sopan
saat naik ke candi Borobudur
Meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat lokal
dengan adanya pariwisata
kualitas hidup masyarakat lokal
lebih baik
Economic ✔ 5 Memenuhi semua
indikator
(Terdapatnya sumber
baru pendapatan
(keberagaman
ekonomi),
meningkatkan
kegiatan ekonomi
dan pertumbuhan di
daerah pedesaan,
mendorong investasi
infrastruktur di luar ,
meningkatkan pasar
bagi produsen lokal,
meningkatkan
peluang kerja,
mendukung
perekonomian lokal)
5/5
Terdapatnya sumber
baru pendapatan
(keberagaman
ekonomi)
semenjak adanya pariwisata di
Borobudur masyarakat
berjualan di pasar seni
Borobudur dan juga
menawarkan jasa tour guide
serta sewa payung
Mendorong investasi
dari luar
terdapat investasi dari luar
dilihat dari banyaknya hotel
berbintang di sekitar candi
Borobudur
Meningkatkan pasar
bagi produsen lokal
semenjak adanya pariwisata di
Borobudur, pasar bagi produsen
lokal makin beragam dari
wisatawan dari berbagai daerah
Meningkatkan
peluang kerja
meningkatkan peluang kerja
bagi masyarakat lokal
Mendukung
perekonomian lokal
mendukung perekonomian
lokal
140
Environment ✔ 3 Pelestarian
alam/budaya sudah
berjalan namun
belum rutin
dilakukan serta masih
belum ada sistem
pengolahan limbah
Program/ kegiatan/
upaya pengelolaan
wilayah alam
Candi Borobudur dijaga dan
dilestarikan oleh Balai
Konservasi Borobudur
Program/ kegiatan/
upaya
mempertahankan dan
meningkatkan
warisan alam dan
budaya
Balai konservasi dan PT TWCB
berkoordinasi dalam upaya
pelestarian alam
Program/ kegiatan/
upaya pengurangan
konsumsi berlebihan
dan limbah.
tidak ada
Total 59
Candi Mendut
141
Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Sko
r
Keterangan Data temuan
1 2 3 4 5
Candi
Mendut
C
R
Physiography
& Climate
✔ 3 Memberikan pengaruh terhadap
wisatawan dan berpotensi menjadi
daya tarik wisata
Iklim Tropis
Kualitas udara Sejuk
Pemandangan Rumah
masyarakat di
sekitar candi
mendut
Flora dan fauna Jantilan
Culture &
History
✔ 3 Terdapat beberapa kesenian khas
yang berpotensi menjadi daya tarik
wisata
Kerajinan-kerajinan
tangan
Bodhi Leaf (yang
Khas)
Tradisi lokal Tidak memiliki
keunikan tradisi
Gastronomi Sate Kuda, Soto
Kuda
Seni dan musik lokal Gamelan
Peninggalan bentuk
fisik sejarah
Candi mendut,
Prasasti
peninggalan
jepang
Bahasa masyarakat
lokal
Jawa
Market Ties ✔ 4 Terdapat kerjasama dengan
beberapa stakeholder secara formal
dan rutin dilakukan
Bentuk hubungan
atar
stakeholder/Program
-program kerja
Dalam
pengelolaan
lingkungan
bekerjasama
dengan PEMDA
142
Kab. Magelang
dan Dinas PU
untuk
pengambilan
sampah.
Mix Of
Activities ✔ 1 sama sekali tidak dapat melakukan
aktivitas wisata di destinasi
Variasi aktivitas di
destinasi
tidak ada
Special
Events
✔ 3 Terdapat minimal local events yang
rutin diselenggarakan
Event besar atau
tahunan yang
melibatkan berbagai
pihak di destinasi
perayaan hari
Waisak
Entertainment ✔ 1 Tidak terdapat hiburan atau event
rutin yang diselenggarakan
Hiburan atau event
rutin
diselenggarakan oleh
masyarakat
tidak ada
Tourism
Superstructur
e
✔ 3 Terdapat sarana pokok dan
pelengkap
Sarana pokok Atraksi : candi
mendut, Prasasti
Sejarah Jepang
Sarana pelengkap Tersedia Loket
Tiket, Toko
suvenir
Sarana penunjang Lahan Parkir,
Toilet umum
SF Infrastructure ✔ 3 Terdapat 4-5 (empat sampai lima)
indikator
Ketersediaan Jalan Ada
Ketersediaan air
bersih
PT. PDAM
Ketersediaan listrik PT. PLN
143
Ketersediaan apotek Tidak ada
Ketersediaan kantor
pos
Tidak ada
Ketersediaan bank Hanya ATM
Ketersediaan kantor
dan pos polisi
Hanya pos jaga
saja
Ketersediaan rumah
sakit
Tidak ada
Accessibility ✔ 4 Terdapat 4 (tiga) dari indikator
kemudahan menuju ke destinasi
Kondisi jalan bagus beraspal
Tarif angkutan jenis
kendaraan
Tidak ada
Jaringan transportasi Bus dari
Jogjakarta
Jarak tempuh ke
destinasi
dari candi
Borobudur 2 km±
Waktu tempuh ke
destinasi
dari candi
Borobudur 5-7
menit
Facilitating ✔ 2 Tersedianya SDM Pariwisata di
suatu destinasi
SDM Pariwisata Pemeliharaan
Candi ada 6
orang, dari
DISPARPORA 2
orang, Security
ada 11 orang
Kualitas/
keterampilan/
pengetahuan SDM
Sudah memiliki
sadar wisata, serta
masyarakat telah
144
ikut serta dalam
melestarikan
candi Mendut
Enterprise ✔ 2 Terdapat lebih dari 1(satu) Home
industry khususnya di bidang
pariwisata
Sumber pendanaan PT. Jasa Raharja,
BUMN, Dinas
Pariwisata, Balai
Konservasi
Usaha/industri milik
masyarakat
Toko suvenir
Political will ✔ 1 Tidak adanya pariwisata dalam visi
misi/perdes/kebijakan/pengembanga
n destinasi, masyarakat tidak
berperan dalam pengambilan
keputusan
Keterlibatan
masyarakat dan
tercantumnya
pariwisata dalam visi
misi/ perdes/
kebijakan dan
perencanaan
destinasi
Tidak ada
ST Social
Cultural
✔ 5 Memenuhi semua indikator
(Memberi pengalaman yang
memuaskan dan bermanfaat bagi
wisatawan, terdapat partisipasi
stakeholders dalam pengambilan
keputusan, adanya promosi dan
keadilan antar generasi,
menghormati masyarakat lokal,
meningkatkan kualitas hidup
masyarakat lokal 5/5
Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan
Hanya dapat
mengetahui
keberadaan
sejarah tentang
candi mendut
Partisipasi
stakeholders dalam
pengambilan
keputusan
Keikutsertaan
Dinas pariwisata,
Balai Konservasi,
Masyarakat dalam
pengembangan
maupun
kelestarian candi
Mendut
145
Mempromosikan
dan keadilan antar
generasi
Membuat
masyarakat ikut
serta dalam
pembangunan
pariwisata di
Candi Mendut
Menghormati
masyarakat lokal
Sudah, Agama
yang di anut
masyarakat tidak
berpengaruh
dalam kontribusi
terhadap kegiatan
Agama Buddha
Meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat lokal
Peran Pariwisata
untuk masyarakat
lokal sudah
mengubah
pandangan hidup
masyarakat
Economic ✔ 4 Hanya memiliki 3/5 - 4/5 dari
indikator
Terdapatnya sumber
baru pendapatan
(keberagaman
ekonomi)
Background
pendapatan awal
sebagai Petani,
dan menjadi
Pariwisata sebagai
sektor utama
Mendorong investasi
dari luar
Belum masuk
dalam
pengembanganny
a
Meningkatkan pasar Produsen Toko
Suvenir tidak
146
bagi produsen lokal memiliki asli
pembuatan dari
Candi Mendut
melainkan berupa
pemesanan/Baran
g Titipan
Meningkatkan
peluang kerja
Berpengaruh
dalam masyarakat
lokal ada
beberapa menjadi
Tour Guide untuk
wisatawan yang
berkunjung
Mendukung
perekonomian lokal
Sangat
mendukung
dengan adanya
Pariwisata
Environment ✔ 4 Terdapat pelestarian alam/budaya
baik langsung maupun tidak
langsung dan terprogram dan sistem
pengolahan limbah sudah ada
Program/ kegiatan/
upaya pengelolaan
wilayah alam
Restorasi
(pembersihan,
Penyuluhan
masyarakat) oleh
Balai Konservasi
Program/ kegiatan/
upaya
mempertahankan
dan meningkatkan
warisan alam dan
budaya
Melestarikan
Peninggalan
bersejarah
147
Desa Wanurejo
Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan
1 2 3 4 5
Desa
Wanurejo
CR Physiography
& Climate
✔ 3 Memberikan
pengaruh
terhadap
wisatawan dan
berpotensi
menjadi daya
tarik wisata
Iklim Tropis
Kualitas udara Sejuk
Pemandangan Perkebunan, Lahan
Pertanian
Flora dan fauna beong (semacam ikan lele
tapi lebih besar)
Culture &
History
✔ 4 Terdapatnya
tarian,
kerajinan khas,
dan
peninggalan
khas serta
berpotensi
menjadi daya
Kerajinan-kerajinan
tangan
seni kriya tanah liat, pahatan
bambu atau kayu, pahatan
batu, patung, seni lukis
Tradisi lokal Pengajian Malam Jumat
Kliwon
Gastronomi mangut beong, clorot,
bajingan
Program/ kegiatan/
upaya pengurangan
konsumsi berlebihan
dan limbah.
Dengan
penyediaan
tempat sampah
yang memadai di
sekitar candi
mendut
Total 43
148
tarik wisata Seni dan musik lokal pasukan bergodo Wanurejo
Peninggalan bentuk
fisik sejarah
candi Pawon, makam eyang
Wanurejo
Bahasa masyarakat
lokal
Jawa
Market Ties ✔ 2 Terdapat
kerjasama
dengan salah
satu pihak
secara
informal tidak
tertulis
dilakukan
tidak tentu
Bentuk hubungan
atar
stakeholder/Program-
program kerja
travel agent (belum
teridentifikasi)
Mix Of
Activities
✔ 5 terdapat
banyak
aktivitas yang
dapat
dilakukan di
destinasi
wisata
Variasi aktivitas di
destinasi
Wisata Edukasi (Belajar
Memahat, Membuat alat
seni, Tari, Memasak, Wisata
Makam
Special Events ✔ 2 Ada Special
Events namun
tidak rutin
(hampir tidak
dilaksanakan)
Event besar atau
tahunan yang
melibatkan berbagai
pihak di destinasi
Gelar Budaya Wanurejo
(terakhir tahun 2012)
Entertainment ✔ 3 Ada hiburan
atau event
namun tidak
rutin (hanya
Hiburan atau event
rutin diselenggarakan
oleh masyarakat
Pentas Seni ( Sesuai
Permintaan)
149
dilakukan saat
ada
wisatawan)
Tourism
Superstructure
✔ 2 Hanya
terdapat sarana
pokok
Sarana pokok Atraksi : Candi Pawon,
Tari-tarian Lokal,
Akomodasi : Homestay
Kinara, Homestay Kopi
Luwak
Sarana pelengkap Balkondes BNI (Belum
berfungsi)
Sarana penunjang Toko suvenir
SF Infrastructure ✔ 4 terdapat 6-7
(enam sampai
tujuh)
indikator
Ketersediaan Jalan Ada
Ketersediaan air
bersih
PT. PDAM
Ketersediaan listrik PT. PLN
Ketersediaan apotek Tidak Ada
Ketersediaan kantor
pos
Tidak Ada
Ketersediaan bank Ada (Belum Teridentifikasi)
Ketersediaan rumah
sakit
Tidak Ada
Ketersediaan kantor
dan pos polisi
Tidak Ada
150
Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-
3(dua sampai
tiga) dari
indikator
kemudahan
menuju ke
destinasi
Kondisi jalan beraspal
Tarif angkutan jenis
kendaraan
tidak ada angkutan umum
Jaringan transportasi tidak memiliki
Jarak tempuh ke
destinasi
2 km dari candi borobudur
Waktu tempuh ke
destinasi
5 menit dari candi
borobudur
Facilitating ✔ 3 Tersedianya
SDM
Pariwisata
yang memiliki
keterampilan/
kualitas/
Pengetahuan
tentang
pariwisata
yang baik
SDM Pariwisata kurang
Kualitas/
keterampilan/
pengetahuan SDM
memiliki ketrampilan
sebagai pengrajin
cinderamata,
Enterprise ✔ 3 Terdapat lebih
dari 1(satu)
Home industry
khususnya di
bidang
pariwisata
Sumber pendanaan BUMDES (Badan Usaha
Milik Desa)
151
Usaha/industri milik
masyarakat
Rumah makan, homestay,
toko suvenir
Political will ✔ 3 Pariwisata
sudah menjadi
bagian dari
pengembangan
desa/wilayah
namun tidak
tercantum
secara tertulis
dan
masyarakat
diikut sertakan
dalam
berpendapat
terkait
pariwisata
didaerahnya
pengembangan
pariwisata
tidak
tercantum
secara tertulis
Keterlibatan
masyarakat dan
tercantumnya
pariwisata dalam visi
misi/ perdes/
kebijakan dan
perencanaan
destinasi
terdapat dalam visi misi
desa wisata
ST Social
Cultural
✔ 2 Hanya
memiliki 2/5
dari indikator
Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan
pelayanan yang mudah dan
ramah dari Bapardes
Partisipasi
stakeholders dalam
pengambilan
keputusan
Tidak Ada
152
Mempromosikan dan
keadilan antar
generasi
Tidak Ada
Menghormati
masyarakat lokal
Tidak Ada
Meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat lokal
Ya, dalam pelaksanaan desa
wisata dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat
Economic ✔ 4 Hanya
memiliki 3/5
dari indikator
Terdapatnya sumber
baru pendapatan
(keberagaman
ekonomi)
ya, umumnya masyarakat
hanya sebagai pengrajin dan
industri makanan kecil,
sejak didirikan desa wisata
masyarakat dapat
menambah keuntungan dari
wisatawan yang datang
Mendorong investasi
dari luar
Tidak Ada
Meningkatkan pasar
bagi produsen lokal
Tidak Ada
Meningkatkan
peluang kerja
Membuka lapangan
pekerjaan perseorangan
(Kegiatan usaha seperti :
pengrajin batik, kerajinan
tangan)
Mendukung
perekonomian lokal
ya, segala bentuk kegiatan
desa wisata beracu pada
kegiatan utama masyarakat
lokal
153
Environment ✔ 2 Alam/budaya
tidak
tereksploitasi
namun tidak
ada upaya
pelestarian dan
pengelolaan di
desa/wilayah
Program/ kegiatan/
upaya pengelolaan
wilayah alam
Tidak Ada
Program/ kegiatan/
upaya
mempertahankan dan
meningkatkan
warisan alam dan
budaya
terdapat kegiatan bersih
desa
Program/ kegiatan/
upaya pengurangan
konsumsi berlebihan
dan limbah.
terdapat kegiatan bersih
desa
Total 42
Desa Candirejo
Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan
1 2 3 4 5
Desa
Candirejo
CR Physiography
& Climate
✔ 3 Memberikan pengaruh
terhadap wisatawan dan
berpotensi menjadi daya
tarik wisata
Iklim Musim Hujan Dingin
Sejuk
Kualitas udara Sejuk
Pemandangan Pegunungan, Pertemuan 3
154
Sungai
Flora dan fauna Bunga Mawar, Kenikir
gegrangan / Musang
Culture &
History
✔ 4 Terdapatnya tarian,
kerajinan khas, dan
peninggalan khas serta
berpotensi menjadi daya
tarik wisata
Kerajinan-kerajinan
tangan
Batik (Motif Bunga
Pepaya), Wayang (Kulit,
Kertas), Perak Miniatur,
Pahat (Cobek batu),
Ukiran (Bambu), Lukisan
Borobudur Kaligrafi.
Tradisi lokal Upacara Adat
Gastronomi Slondok
Seni dan musik lokal Gamelan, Kendang
Peninggalan bentuk
fisik sejarah
Batu kendil
Bahasa masyarakat
lokal
Jawa, Indonesia
Market Ties ✔ 4 Terdapat kerjasama
dengan beberapa
stakeholder secara
formal dan rutin
dilakukan
Bentuk hubungan
atar
stakeholder/Program-
program kerja
Travel Agent
Mix Of
Activities
✔ 5 terdapat banyak aktivitas
yang dapat dilakukan di
destinasi wisata
Variasi aktivitas di
destinasi
Golden Sunrise,
Ekowisata, Rafting,
Cycling, Batu Kendil
Special Events ✔ 3 Terdapat minimal local
events yang rutin
diselenggarakan
Event besar atau
tahunan yang
melibatkan berbagai
Pentas Seni ( Sesuai
Permintaan), Upacara (
Adat, Pernikahan,
Sunatan) Jatilan, Ketoprak,
155
pihak di destinasi Rebana( Upacara Agama),
Cocok Tanam.
Entertainment ✔ 3 Ada hiburan atau event
namun tidak rutin (hanya
dilakukan saat ada
wisatawan)
Hiburan atau event
rutin diselenggarakan
oleh masyarakat
Topeng Ireng, Gamelan
Tourism
Superstructure
✔ 5 Memiliki seluruh dan
banyak pilihan di sarana
pokok, pelengkap dan
penunjangnya
Sarana pokok Akomodasi: Terdapat 40
Homestay, Metaloka
Atraksi: Dokar Village
Tour, Batu kendil,
Banyuasin, Agro
Plantation, Cycling,
Rafting, cooking lesson.
Travel Agent: Happy
Wisata, exso, Khiri, ICS,
Aneka, Merapi, Smiling,
TIH
Rumah makan: Omah
Pring
Sarana pelengkap Fasilitas lainnya: Balai
Desa (Selaku penyediaan
Jenis Wisata), Puskesmas
Candirejo, Posyandu
Sarana penunjang Toko suvenir: tidak
memiliki
SF Infrastructure ✔ 3 Terdapat4-5 (empat
sampai lima) indikator
Ketersediaan Jalan Sudah Sangat Bagus dan
beraspal kelas 2 tapi dapat
dilalui bis
156
Ketersediaan air
bersih
tersedia
Ketersediaan listrik tersedia
Ketersediaan apotek/
Puskesmas
tersedia
Ketersediaan kantor
pos
tidak tersedia
Ketersediaan bank tidak tersedia
Ketersediaan rumah
sakit
tidak tersedia
Ketersediaan kantor
dan pos polisi
tidak tersedia
Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-3(dua sampai
tiga) dari indikator
kemudahan menuju ke
destinasi
Kondisi jalan Lampu Penerangan Jalan,
Papan Petunjuk jalan
Tarif angkutan jenis
kendaraan
tidak ada angkutan umum
Jaringan transportasi tidak tersedia (turis
biasanya datang
menggunakan transportasi
pribadi dan travel agent)
Jarak tempuh ke
destinasi
3 kilometer dari candi
Borobudur
Waktu tempuh ke
destinasi
20 menit dari Candi
Borobudur
Facilitating ✔ 5 Tersedianya SDM
Pariwisata yang memiliki
SDM Pariwisata tersedia dengan adanya
guide, pemilik homestay
157
keterampilan/ kualitas/
Pengetahuan tentang
pariwisata yang baik dan
sudah memiliki sumber
pendanaan yang rutin
dan pemilik rumah makan
Kualitas/
keterampilan/
pengetahuan SDM
SDM sudah memiliki
wawasan sadar wisata
yang baik
Enterprise ✔ 4 Home industry di
destinasi lebih dari
1(satu) dan merupakan
bagian dari atraksi
Sumber pendanaan dari wisatawan masuk ke
koperasi desa
Usaha/industri milik
masyarakat
homestay, rumah makan,
home industry kerajinan
batik dan pahatan kayu
Political will ✔ 3 Pariwisata sudah
menjadi bagian dari
pengembangan
desa/wilayah namun
tidak tercantum secara
tertulis dan masyarakat
diikut sertakan dalam
berpendapat terkait
pariwisata didaerahnya
Keterlibatan
masyarakat dan
tercantumnya
pariwisata dalam visi
misi/ perdes/
kebijakan dan
perencanaan
destinasi
terdapat di visi misi desa
namun tidak tertulis
ST Social
Cultural
✔ 5 Memenuhi semua
indikator (Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan, terdapat
partisipasi stakeholders
dalam pengambilan
keputusan, adanya
promosi dan keadilan
antar generasi,
menghormati masyarakat
Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan
Terdapat pelayanan satu
pintu via Balai Desa
Partisipasi
stakeholders dalam
pengambilan
keputusan
semua stakeholder
mengikuti peraturan
tentang menjual paket
wisata di desa tersebut
Mempromosikan dan
keadilan antar
melakukan promosi
melalui travel agent
158
lokal, meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat lokal 5/5
generasi
Menghormati
masyarakat lokal
semua kegiatan pariwisata
menyesuaikan dengan
kearifan lokal desa
Meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat lokal
dengan adanya pariwisata
perekonomian masyarakat
lokal mengalami
peningkatan
Economic ✔ 4 Hanya memiliki 4/5 dari
indikator
Terdapatnya sumber
baru pendapatan
(keberagaman
ekonomi)
Pertanian, Usaha (Kios,
Rm Makan), Hasil
Seni(Pahatan, Kain,
Wayang)
Mendorong investasi
dari luar
otonomi daerah tidak
memperbolehkan adanya
investor dari luar karena
desa tersebut pure dikelola
masyarakat
Meningkatkan pasar
bagi produsen lokal
dengan adanya pariwisata
banyak masyarakat
membuat kerajinan dan
kuliner khas Candirejo
Meningkatkan
peluang kerja
dengan adanya pariwisata
masyarakat lokal bekerja
sebagai local guide
Mendukung
perekonomian lokal
dengan adanya pariwisata
perekonomian masyarakat
lokal terangkat
159
Environment ✔ 4 Terdapat pelestarian
alam/budaya baik
langsung maupun tidak
langsung dan terprogram
dan sistem pengolahan
limbah sudah ada
Program/ kegiatan/
upaya pengelolaan
wilayah alam
Adanya kegiatan Gotong
Royong (Pembersihan
lingkungan)
Program/ kegiatan/
upaya
mempertahankan dan
meningkatkan
warisan alam dan
budaya
Adanya sanggar tari,
sanggar untuk membuat
kerajinan tangan
Program/ kegiatan/
upaya pengurangan
konsumsi berlebihan
dan limbah.
adanya kerja bakti untuk
membersihkan desa
Total 55
160
Desa Majaksingi
Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan
1 2 3 4 5
Desa
Majaksingi
CR Physiography
& Climate
✔ 3 Mempengaruhi
terhadap kegiatan
wisatawan dan
pengelola serta dapat
menjadi potensi daya
tarik wisata
Iklim Tropis
Kualitas udara Sejuk (30 ' C)
Pemandangan Perbukitan dan
perkebunan
Flora dan fauna Monyet Ekor Panjang
Culture &
History
✔ 2 Terdapat beberapa
kesenian khas yang
berpotensi menjadi
daya tarik wisata
Kerajinan-kerajinan
tangan
Batik Corak Relief
Borobudur
Tradisi lokal Saparan (Saparan
merupakan Tradisi yang
dimiliki oleh Desa
Majaksingi. Saparan
diadakan pada tanggal-
tanggal baik menurut
kalender Jawa. Tradisi
ini dilakukan oleh
semua warga
Majaksingi dengan
beragam keyakinan.
Kegiatan yang
dilakukan adalah berdoa
bersama di pelataran dan
pertunjukan seni sebagai
ungkapan syukur
terhadap Yang Maha
Kuasa)
161
Gastronomi Pembuatan makanan
khas (Selondok & Nasi
Jagung)
Seni dan musik lokal Kesenian tari jatilan dan
Topeng Ireng
Peninggalan bentuk
fisik sejarah
Bahasa masyarakat
lokal
Jawa
Market Ties ✔ 3 Terdapat kerjasama
dengan beberapa
stakeholder secara
formal dan rutin
dilakukan
Bentuk hubungan
atar
stakeholder/Program-
program kerja
Kerjasama dengan Hotel
Amanjiwo dalam
mengadakan event dan
pengelolaan limbah
Mix Of
Activities
✔ 4 Terdapat lebih 3 (tiga)
aktivitas yang dapat
dilakukan di destinasi
wisata
Variasi aktivitas di
destinasi
- Sight Seeing (Rumah
Punthuk Gadjah
Mungkur) - Pembuatan
Makanan Khas (Tahu,
Selondok, Nasi Jagung,
Kopi dan teh) - Wisata
Religi di Goa Maria
Special Events ✔ 2 Ada Special Events
namun tidak rutin
(hampir tidak
dilaksanakan)
Event besar atau
tahunan yang
melibatkan berbagai
pihak di destinasi
Betutur Shalawatan
Jowo (Betutur
merupakan acara yang
rutin dilaksanakan di
bulan Hijriah oleh
masyarakat Majaksingi.
Kegiatan ini dilakukan
oleh warga dengan
tujuan untuk
162
mengungkapkan syukur
terhadap nenek moyang
dan Sang pencipta)
Entertainment ✔ 2 Ada hiburan atau
event namun tidak
rutin (hampir tidak
dilaksanakan) dan
tidak menarik
wisatawan
Hiburan atau event
rutin diselenggarakan
oleh masyarakat
Tidak ada
Tourism
Superstructure
✔ 5 Terdapat sarana
pokok, pelengkap,
penunjang
Sarana pokok Akomodasi : Hotel
Amanjiwo, Villa
Borobudur
Atraksi : Goa Maria,
Punthuk Gadjah
Mungkur, Gondopuro
Wangi dan Rumah
Kamera
Rumah Makan : -
Sarana pelengkap Fasilitas lainnya: -
Sarana penunjang Tidak ada
SF Infrastructure ✔ 3 terdapat 6-7 (enam
sampai tujuh)
indikator
Ketersediaan air
bersih
Disediakan Oleh PDAM
Ketersediaan Jalan Disediakan oleh Dinas
PU
Ketersediaan listrik Disediakan oleh PT.
PLN
Ketersediaan apotek Tidak ada
163
Ketersediaan kantor
pos
Tidak ada
Ketersediaan bank Tidak ada
Ketersediaan rumah
sakit
Puskesmas
Ketersediaan kantor
dan pos polisi
Tidak ada
Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-3(dua
sampai tiga) dari
indikator kemudahan
menuju ke destinasi
Kondisi jalan Jalan kelas 2, beraspal
dan tidak dapat dilalui
bis besar
Tarif angkutan jenis
kendaraan
Relatif (Rp. 5000,- sd
RP. 10.000,-), jenis
kendaraan ojek motor
Jaringan transportasi Tidak ada
Jarak tempuh ke
destinasi
4 km
Waktu tempuh ke
destinasi
25 menit dari Candi
Borobudur
Facilitating ✔ 2 Tersedianya SDM
Pariwisata yang
memiliki
keterampilan/
kualitas/ Pengetahuan
tentang pariwisata
yang baik
SDM Pariwisata 10 orang di Rumah
Kamera,
Kualitas/
keterampilan/
pengetahuan SDM
Lulusan SMA
Enterprise ✔ 2 Terdapat lebih dari
1(satu) Home industri
Sumber pendanaan Pendanaan Desa dan
BUMN BNI
164
khususnya di bidang
pariwisata
(Balkondes)
Usaha/industri milik
masyarakat
120 Industri dibidang
makanan (Tempe, Tahu,
Kopi, Slondok dan Nasi
Jagung dan kerajinan
tangan
Political will ✔ 3 Pariwisata
tercantumkan ke
dalam
pengembangan/visi
misi/perdes/kebijakan
namun belum
dijadikan prioritas
utama
Keterlibatan
masyarakat dan
tercantumnya
pariwisata dalam visi
misi/ perdes/
kebijakan dan
perencanaan
destinasi
Misi: 1. Membentuk
desa Pariwisata; 2.
Meningkatkan
Kesejahteraan
masyarakat; 3.
Memupuk/nguri-uri
budaya
ST Social
Cultural
✔ 3 Hanya memiliki 4/5
dari indikator
Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan
Tidak ada
Partisipasi
stakeholders dalam
pengambilan
keputusan
Dalam bentuk
pembuatan Balkondes
dan event-event desa
Mempromosikan dan
keadilan antar
generasi
Belum ada upaya untuk
melakukan promosi dari
desa
Menghormati
masyarakat lokal
Sudah, pihak swasta
(Hotel Amanjiwo)
berkontribusi pada
masyarakat baik secara
165
materiil dan moril.
Meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat lokal
Masyarakat
mendapatkan
peningkatan pendapatan
dengan melakukan
sampingan sebagai
pekerja dibidang
pariwisata dan di
industri rumah tangga
Economic ✔ 3 Hanya memiliki 2/5
dari indikator
Terdapatnya sumber
baru pendapatan
(keberagaman
ekonomi)
Industri kerajinan
tangan dan makanan
khas
Mendorong investasi
dari luar
Meningkatkan pasar
bagi produsen lokal
Sudah, dengan adanya
wisatawan yang
diarahkan untuk
berkunjung ke industri
rumah tanggal lokal
Meningkatkan
peluang kerja
Ya, dengan terciptanya
Balkondes dapat
menyerap tenaga kerja
lokal
Mendukung
perekonomian lokal
Ya, pariwisata
merupakan mata
pencaharian kedua
masyarakat
166
Environment ✔ 4 Terdapat pelestarian
alam/budaya baik
langsung maupun
tidak langsung dan
terprogram dan sistem
pengolahan limbah
sudah ada
Program/ kegiatan/
upaya pengelolaan
wilayah alam
Masyarakat memiliki
kesadaran akan
keterawatan lingkungan
melalui sosialisasi oleh
pemerintah desa.
Program/ kegiatan/
upaya
mempertahankan dan
meningkatkan
warisan alam dan
budaya
Program pelestarian
budaya binaan ISI
Yogyakarta
Program/ kegiatan/
upaya pengurangan
konsumsi berlebihan
dan limbah.
Dibangunnya 3 bak
sampah hasil kerjasama
dengan Hotel
Amanjiwo,
Total 47
167
Desa Tuksongo
Destinasi Kebutuhan Data Skala 1-5 Skor Keterangan Data temuan
1 2 3 4 5
Desa
Tuksongo
CR Physiography
& Climate
✔ 3 Memberikan
pengaruh
terhadap
wisatawan dan
berpotensi
menjadi daya
tarik wisata
Iklim Tropis
Kualitas udara Sejuk
Pemandangan desa Tuksongo dikelilingi
oleh bukit menoreh
Flora dan fauna tidak memiliki flora khas
tetpai fauna khasnya
Ceblek Gunung (Burung)
Culture &
History
✔ 4 Terdapatnya
tarian, kerajinan
khas, dan
peninggalan
khas serta
berpotensi
menjadi daya
tarik wisata
Kerajinan-kerajinan
tangan
Wayang kertas
Tradisi lokal Tari Topeng Ireng
Gastronomi Makanan khas Tuksongo
Es dawet dan Mie dari
tepung aren. Cara
pembuatan mie aren yaitu
tepung aren diuleni
kemudian di press
menggunakan mesin
Seni dan musik lokal Topeng ireng dan rebana
Peninggalan bentuk
fisik sejarah
Prasasti (Belum Terkelola)
Bahasa masyarakat
lokal
bahasa Jawa
168
Market Ties ✔ 2 Terdapat
kerjasama
dengan salah
satu pihak
secara informal
tidak tertulis
dilakukan tidak
tentu
Bentuk hubungan
atar
stakeholder/Program-
program kerja
Hanya Berpatokan kepada
Event Candi Borobudur
(Undangan pergelaran
Budaya)
Mix Of
Activities ✔ 1 sama sekali
tidak dapat
melakukan
aktivitas wisata
di destinasi
Variasi aktivitas di
destinasi
Tidak ada
Special Events ✔ 1 Tidak ada
Special Events
yang
diselenggarakan
Event besar atau
tahunan yang
melibatkan berbagai
pihak di destinasi
Bergantung kepada Event
Candi Borobudur jika
tidak ada panggilan maka
tidak ada kegiatan
Entertainment ✔ 3 Ada hiburan
atau event
namun tidak
rutin (hanya
dilakukan saat
ada wisatawan)
Hiburan atau event
rutin diselenggarakan
oleh masyarakat
Pesta Rakyat berupa
Sanggar Seni (Tergantung
Permintaan)
Tourism
Superstructure
✔ 2 Hanya terdapat
sarana
pelengkap
Sarana pokok Akomodasi: tidak ada
Atraksi: bukit dan prasasti
namun belum terkelola
Rumah makan: -
Travel agent: -
169
Sarana pelengkap Fasilitas lainnya: Balai
Desa (Selaku penyediaan
Jenis Wisata)
Sarana penunjang Toko suvenir: -
SF Infrastructure ✔ 3 Terdapat4-5
(empat sampai
lima) indikator
Ketersediaan Jalan tersedia sudah bagus dan
beraspal
Ketersediaan air
bersih
tersedia
Ketersediaan listrik tersedia
Ketersediaan apotek tidak tersedia namun
terdapat puskesmas
Ketersediaan kantor
pos
tidak tersedia
Ketersediaan bank tidak tersedia
Ketersediaan rumah
sakit
tidak tersedia
Ketersediaan kantor
dan pos polisi
tersedia pos polisi
Tuksongo
Accessibility ✔ 3 Terdapat 2-
3(dua sampai
tiga) dari
indikator
kemudahan
menuju ke
destinasi
Kondisi jalan tersedia dan beraspal
Tarif angkutan jenis
kendaraan
tidak ada angkutan umum
Jaringan transportasi tidak ada angkutan umum
Jarak tempuh ke
destinasi
1km dari Candi Borobudur
Waktu tempuh ke 15 menit dari Borobudur
170
destinasi
Facilitating ✔ 3 Tersedianya
SDM
Pariwisata yang
memiliki
keterampilan/
kualitas/
Pengetahuan
tentang
pariwisata yang
baik
SDM Pariwisata Sdm di desa Tuksongo
bekerja sebagai penari
dalam pementasan tarian
yang biasa diadakan di
Candi Borobudur
Kualitas/
keterampilan/
pengetahuan SDM
SDM Badan Unit Usaha
Desa (Bumdes)
Enterprise ✔ 1 Tidak ada home
industri
terbentuk akibat
pariwisata
Sumber pendanaan tidak ada pendanaan untuk
sektor pariwisata
Usaha/industri milik
masyarakat
Hanya terdapat Badan
Usaha Milik Desa dan
tidak terdapat home
industry yang terbentuk
akibat pariwisata
Political will ✔ 3 Pariwisata
sudah menjadi
bagian dari
pengembangan
desa/wilayah
namun tidak
tercantum
secara tertulis
dan masyarakat
diikut sertakan
dalam
berpendapat
terkait
pariwisata
Keterlibatan
masyarakat dan
tercantumnya
pariwisata dalam visi
misi/ perdes/
kebijakan dan
perencanaan
destinasi
tidak terdapat pariwisata di
dalam visi misi desa,
namun pariwisata
merupakan rencana yang
belum tertulis secara
formal
171
didaerahnya
pengembangan
pariwisata tidak
tercantum
secara tertulis
ST Social
Cultural
✔ 2 Hanya memiliki
2/5 dari
indikator
Memberi
pengalaman yang
memuaskan dan
bermanfaat bagi
wisatawan
tidak ada
Partisipasi
stakeholders dalam
pengambilan
keputusan
tidak ada
Mempromosikan dan
keadilan
antargenerasi
tidak ada
Menghormati
masyarakat lokal
wisatawan diharuskan
mengikuti peraturan desa
dan kearifan lokal
Masyarakat Tuksongo
172
Meningkatkan
kualitas hidup
masyarakat lokal
dengan adanya pariwisata
masyarakat bekerja
sebagai penjual suvenir
namun tidak berjualan di
desa, mereka langsung
menjual di Candi
Borobudur
Economic ✔ 4 Hanya memiliki
4/5 dari
indikator
Terdapatnya sumber
baru pendapatan
(keberagaman
ekonomi)
Pertanian, Usaha (Kios,
Rm Makan), Hasil
Seni(Pahatan, Kain,
Wayang), Homestay
Mendorong investasi
dari luar
peraturan desa tidak
memperbolehkan investor
untuk mendirikan usaha di
Tuksongo sehingga
masyarakat dapat bekerja
dalam kegiatan pariwisata
Meningkatkan pasar
bagi produsen lokal
Masyarakat dapat menjadi
produsen kain batik serta
wayang kulit
Meningkatkan
peluang kerja
dengan adanya pariwisata
masylok dapat bekerja
dibidang pariwisata seperti
menjadi pengrajin suvenir
Mendukung
perekonomian lokal
kegiatan pariwisata
memberikan dampak baik
dalam perekonomian
masylok
Environment ✔ 3 Pelestarian
alam/budaya
Program/ kegiatan/
upaya pengelolaan
masyarakat biasa
melakukan kerja bakti di
173
sudah berjalan
namun belum
rutin dilakukan
serta masih
belum ada
sistem
pengolahan
limbah
wilayah alam lingkungan Tuksongo
Program/ kegiatan/
upaya
mempertahankan dan
meningkatkan
warisan alam dan
budaya
di desa Tuksongo terdapat
sanggar seni terutama
Topeng Ireng
Program/ kegiatan/
upaya pengurangan
konsumsi berlebihan
dan limbah.
masyarakat biasa
melakukan kerja bakti di
lingkungan Tuksongo
Total 35
174
DAFTAR PUSTAKA
Falatooni, Elham dkk. 2016. “A New Framework for Selecting Composite Indicators to Assess
Sustainability of a Destination”. Athens Journal of Tourism. Vol. 3, No. 1
Hasan, M.Iqbal. 2002. POKOK-POKOK MATERI METODOLOGI PENELITIAN &
APLIKASINYA. Bogor: Ghalia Indonesia.
Jovanović, Sonja dan Ivana Ilić. 2016. “Infrastructure As Important Determinant Of Tourism
Development In The Countries Of Southeast Europe”. Ecoforum. Vol. 5, Issue 1 (8).
Loi, Kim Ieng. 2009. Entertainment as A Tourism Development Tool in Macao. Australia: James
Cook University.
Peraturan Pemerintah Nomor. 50, 2011.
Ritchtie dan Crouch. 2003. “The Competition Destination A Sustainable Tourism Perspective”.
Walington: CABI Publishing.
Sugiyono. 2012. METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, DAN KOMBINASI
(MIXED METODS). Bandung: CV. ALFABETA.
Thomas. 2016. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Konsumen.
Vengesayi, Sebastian. 2003. “A Conceptual Model of Tourism Destination and Attractiveness”
Zamfir, Andreea dan Razvan Corbos. 2015. “Towards Sustainable Tourism Development in
Urban Areas: Case Study on Bucharest as Tourist Destination”. Jurnal Pariwisata.
http://eprints.undip.ac.id/Kamis, 3 Maret 2017 pukul 01:28 WIB/www.eprints.undip.ac.id/Concepts Of
Service Quality Measurement.
http://www.central2013.eu/Kamis, 3 Maret 2017 pukul 04:21 WIB/://www.central2013.eu/ Sustainable
Accessibility to Small Tourist Areas.
175