arahan guna lahan di kawasan bahaya...

23
1 ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA BENCANA TSUNAMI STUDI KASUS: KAWASAN PERKOTAAN KALIANDA Yaumil Azhari email: [email protected] Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera Abstract Based on tsunami hazard information, Kalianda urban area located in the coastal area of Sunda Strait has tsunami potential with estimated inequality reaching > 3m. The geographical location of Kalianda urban area which is directly adjacent to the sea, becomes one of the potential causes of tsunami disaster to reach Kalianda urban area. Potential tsunami disasters make some locations in the urban area of Kalianda potentially experiencing damage and losses. The impact of the tsunami can be seen from the potential spreads that may occur, one of them by looking at land use around Kalianda urban area. Land use in the disaster aspects of tsunami disaster risk reduction into one element is considered. On the other hand, there has been no disaster mitigation in Kalianda urban area. Based on this, the Government has an important role in mitigate the tsunami hazard in Kalianda urban area. Therefore, the research aims to see the spread of tsunami hazard against land use and policies of the spatial plan of South Lampung regency. Keywords: coastal areas, catastrophic hazards, Tsunami, disaster mitigation, land use

Upload: others

Post on 07-Jul-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

1

ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA BENCANA TSUNAMI

STUDI KASUS: KAWASAN PERKOTAAN KALIANDA

Yaumil Azhari

email: [email protected]

Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan

Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan

Institut Teknologi Sumatera

Abstract

Based on tsunami hazard information, Kalianda urban area located in the coastal area

of Sunda Strait has tsunami potential with estimated inequality reaching > 3m. The

geographical location of Kalianda urban area which is directly adjacent to the sea,

becomes one of the potential causes of tsunami disaster to reach Kalianda urban area.

Potential tsunami disasters make some locations in the urban area of Kalianda

potentially experiencing damage and losses. The impact of the tsunami can be seen

from the potential spreads that may occur, one of them by looking at land use around

Kalianda urban area. Land use in the disaster aspects of tsunami disaster risk

reduction into one element is considered. On the other hand, there has been no disaster

mitigation in Kalianda urban area. Based on this, the Government has an important

role in mitigate the tsunami hazard in Kalianda urban area. Therefore, the research

aims to see the spread of tsunami hazard against land use and policies of the spatial

plan of South Lampung regency.

Keywords: coastal areas, catastrophic hazards, Tsunami, disaster mitigation, land

use

Page 2: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

2

Abstrak

Berdasarkan informasi bahaya bencana tsunami, Kawasan Perkotaan Kalianda yang

terletak di wilayah pesisir Selat Sunda memiliki potensi tsunami dengan estimasi

genangan mencapai > 3m. Letak geografis Kawasan Perkotaan Kalianda yang

berbatasan langsung dengan laut, menjadi salah satu penyebab potensi bencana tsunami

dpat mencapai Kawasan Perkotaan Kalianda. Adanya potensi bencana tsunami

membuat beberapa lokasi di Kawasan Perkotaan Kalianda berpotensi mengalami

kerusakan dan kerugian. Dampak tsunami dapat dilihat dari potensi sebaran yang

mungkin terjadi, salah satunya dengan melihat penggunaan lahan sekitar Kawasan

Perkotaan Kalianda. Penggunaan Lahan dalam aspek kebencanaan pengurangan risiko

bencana tsunami menjadi satu element yang turut dipertimbangkan. Disisi lain, belum

adanya mitigasi bencana terkait tsunami di Kawasan Perkotaan Kalianda. Berdasarkan

hal tersebut maka pemerintah mempunyai peran penting dalam memitigasi ancaman

bencana tsunami di Kawasan Perkotaan Kalianda. Oleh karena itu dilakukan penelitian

yang bertujuan untuk melihat sebaran bahaya bencana tsunami terhadap penggunaan

lahan dan kebijakann rencana pola ruang Kabupaten Lampung Selatan.

Kata Kunci: Wilayah Pesisir, Bahaya Bencana, Tsunami, Mitigasi Bencana,

Penggunaan Lahan

PENDAHULUAN

Wilayah pesisir merupakan daerah atau kawasan yang kaya akan potensi baik

dari sisi ekonomi, wisata, sumber daya serta potensi besar bencana. Wilayah pesisir,

laut dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang sangat berpotensi terjadinya

bencana, dimana bencana yang paling banyak ditemui adalah kerusakan akibat gempa

bumi, tsunami. Kota Kalianda berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Lampung Selatan, termasuk ke dalam wilayah dengan potensi bahaya bencana alam

tsunami. Pada akhir tahun 2018 Kota Kalianda yang berbatasan langsung dengan Selat

Sunda mengalami bencana tsunami yang diakibatkan erupsi Gunung Anak Krakatau.

Page 3: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

3

Salah satu kelurahan yang mengalami dampak bencana tsunami yaitu Kelurahan Way

Urang, Kalianda dan Bumi Agung. Dengan kondisi eksisting kawasan terbangun yang

lebih tinggi dimana sebagai pusat pemerintahan, perdagangan jasa dan kawasan

permukiman perkotaan, maka diperlukannya arahan khusus dalam meminimalisir

kerugian dan kerusakan akibat bencana alam tsunami yang mungkin terjadi.

Penggunaan lahan yang tepat menjadi salah satu aspek yang diperhatikan dalam

mengurangi dan meminimalisir terjadinya kerugian dan kerusakan (Sitorus, 2016).

Mengingat kondisi eksisting saat ini khususnya di Kelurahan Kalianda terdapat

kawasan permukiman yang masuk kedalam area sempadan pantai. Hal tersebut sangat

berpotensi merusak permukiman dan fungsi guna lahan lainnya. Dengan adanya

potensi ancaman bencana alam yang ada di Kawasan Perkotaan Kalianda, maka

dibutuhkan perancangan khusus yang menyesuaikan dengan kondisi ancaman bahaya

tsunami di Kawasan Perkotaan Kalianda. Salah satu langkah untuk mengurangi

kerugian dan kerusakan akibat bencana adalah dengan melakukan mitigasi bencana

tsunami di Kawasan Perkotaan Kalianda terhadap penggunaan lahan. Sehingga tujuan

penelitian ini ada;ah untuk mengarahkan zona guna lahan dalam menghadapi bahaya

bencana tsunami di Kawasan Perkotaan Kalianda. Tujuan penelitian yang dilakukan,

terdapat sasaran penelitian kali ini, yaitu:

1. Mengidentifikasi indikator bahaya bencana tsunami;

2. Mengidentifikasi guna lahan dan rencana pola ruang di Kawasan Perkotaan

Kalianda;

3. Mengidentifikasi sebaran bahaya bencana tsunami di Kawasan Perkotaan

Kalianda terhadap guna lahan dan rencana pola ruang;

4. Menentukan arahan penggunaan lahan berdasarkan bahaya bencana tsunami di

Kawasan Perkotaan Kalianda.

Bencana Alam Tsunami

Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi,

gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut (Sugito, 2008).

Page 4: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

4

Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar

terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung

berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Dalam rekaman sejarah beberapa

tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung

Krakatau. Beberapa penyebab terjadinya tsunami menurut (Sugito, UPI, 2012) adalah

sebagai berikut :

• Longsoran Lempeng Bawah Laut (Undersea landslides)

Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng

tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebut dengan sesar

(fault).

• Gempa Bumi Bawah Laut (Undersea Earthquake)

Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan

lempeng bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, air di atas wilayah

lempeng yang bergerak tersebut berpindah dari posisi ekuilibriumnya.

• Aktivitas Vulkanik (Volcanic Activities)

Pergeseran lempeng di dasar laut, selain dapat mengakibatkan gempa juga

seringkali menyebabkan peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung berapi.

• Tumbukan Benda Luar Angkasa (Cosmic-body Impacts)

Tumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap

air laut yang datang dari arah permukaan.

Terdapat dua pendekatan dalam mitigasi bencana tsunami menurut (Wiloso &

Vienastra, 2018) yaitu:

1. Pendekatan Non Fisik

Mitigasi bencana tsunami dengan pendekatan non fisik biasanya dilakukan dengan

memetakan tingkat kerawanan daerah tertentu terhadap bencana tsunami

selanjutnya diadakan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan

berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami.

2. Pendekatan Fisik

Page 5: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

5

Mitigasi bencana dengan pendekatan fisik dapat dilakukan dengan upaya

struktural, non struktural, maupun gabungan antar keduanya. Mitigasi fisik

tsunami dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:

- Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau (green belt)

- Pendekatan struktural dengan peringatan dini

- Bangunan sipil penahan tsunami

- Bangunan sipil untuk evakuasi

Bencana dan Penanggulangan Bencana

Definisi Bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana menyebutkan, bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Penyelenggaran

penanggulangan bencana memerlukan suatu pendekatan dan perencanaan yang

matang. Salah satu kebijakan penanggulangan bencana yaitu pengembangan

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (DESTANA). Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

adalah desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan

menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak

bencana yang merugikan, jika terkena bencana.

Bahaya (H) Tsunami dalam risiko (R) bencana

Sumber: Perka BNPB No.2 Tahun 2012

Page 6: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

6

Bahaya (hazard) dalam pengkajian risiko bencana sebagai hal yang berpotensi

menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta

benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak (Rachmatullah, Rogi, &

Tilaar, 2016). Bahaya dianggap sebuah bencana (disaster) apabila memungkinkan

menimbulkan korban dan kerugian. Bahaya mengacu pada kejadian baik alam maupun

akibat perbuatan manusia yang dapat menimbulkan bancana yang mengakibatkan

kerugian baik harta, benda, maupun nyawa.

Berikut merupakan indeks ancaman bahaya bencana tsunami, menurut

Peraturan Kepala BNPB No.2 Tahun 2012.

Tabel 1

Indeks Ancaman Bahaya Bencana Tsunami

Bencana Indikator Kelas Indeks Bahaya

Rendah Sedang Tinggi

Tsunami

Peta Estimasi Ketinggian

Genangan Tsunami/ Peta

Bahaya Tsunami

Rendah

(<1 m)

Sedang

(1-3 m)

Tinggi

(> 3 m)

Sumber: Perkab BNPB No 2 Tahun 2012

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian kali ini yaitu penelitian

deskriptif kuantitatif. Dalam pengertiannya disebutkan bahwa metode penelitian

deskriptif digunakan untuk memecakan sekaligus menjawab permasalahan yang terjadi

pada masa sekarang Mohamad Ali (1982:120) dalam (Margareta, 2013) Penelitian kali

ini memerlukan data olahan berupa data sekunder dan data primer. Untuk data primer

dilakukan dengan cara pengambilan data yaitu observasi lapangan, sedangkan untuk

data sekunder dilakukan dengan data yang didapat dari sumber bacaan maupun

permohonan data terkait ke instansi.

Teknik Analisa

1. Analisis Konten

Page 7: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

7

Analisis konten menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya

dapat digeneralisasikan (Ahmad, 2018). Dalam penelitian kali ini, analisis konten

dilakukan dalam menentukan komponen fokus penelitan, yang nantinya

didapatkan gambaran secara umum mengenai topik yang sedang diteliti.

2. Analisis Spasial

Analisis spasial adalah sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam

pengolahan data Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisa yang dilakukan

menggunakan teknik overlay dan proximity tools.

Kawasan Perkotaan Kalianda

Karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan jasa

didukung prasarana dan sarana termasuk penggantian moda transportasi dengan

pelayanan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Secara administratif, Kawasan

Perkotaan Kalianda pada lingkup studi kali ini mencangkup tiga kelurahan, yaitu

Kelurahan Way Urang, Kalianda dan Kelurahan Bumi Agung. Kelurahan Way Urang

memiliki luasan wilayah seluas 9,42 km2 atau sekitar 4,17 % dari luas Kecamatan

Kalianda, Kelurahan Kalianda dengan luasan 8,29 km2 atau sekitar 3,67% luas

Kecamatan Kalianda, dan Kelurahan Bumi Agung dengan luasan 5,11 atau sekitar

2,26% dari luas kecamatan Kalianda.

Berdasarkan kebijakan, Kawasan Perkotaan Kalianda memiliki potensi

bencana tsunami menurut RTRW Kabupaten Lampung Selatan. Menurut sumber

lainnya, yaitu potensi bencana tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi (PVMBG) Kawasan Perkotaan Kalianda yang mencangkup tiga kelurahan

termasuk kedalam tiga kategori bahaya bencana tsunami. Dengan adanya potensi-

potensi ancaman bencana tsunami tersebut, maka diperlukan perencanaan yang tepat

dan kerja sama berbagai pihak dalam memperkuat Kawasan Perkotaan Kalianda yang

tangguh terhadap ancaman bencana, khususnya dalam pengurangan bahaya risiko

tsunami melalui arahan penggunaan lahan yang memperhatikan potensi bahaya

tsunami.

Page 8: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran bahaya tsunami terhadap penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan

Kalianda memiliki masing masing zona tersendiri berdasarkan sumber potensi bahaya.

Bedararkan hasil olahan tabel 2 dan overlay gambar peta 1, menunjukan bahwa

umumnya Kelurahan Way Urang memiliki potensi bahaya tsunami terhadap

penggunaan lahan pertanian yaitu sebesar 205 Ha. Hal tersebut didukung oleh hasil

sebaran luas potensi tsunami pada kategori tinggi, pertanian lahan kering sebagai

penggunaan lahan yang memiliki bahaya tinggi terhadap bencana tsunami. Kondisi

tersebut memungkinkan merusak lahan pertanian dan berdampak pada kegiatan

perekonomian masyarakat pasca bencana tsunami. Tetapi dalam aspek kebencanaan,

penggunaan lahan pertanian dapat menjadi salah satu fungsi vegetasi yang dapat

meredam rambatan gelombang tsunami menuju daratan, dengan tingkat kepadatan

rumah rendah. Berdasarkan hasil layout peta penggunaan lahan, jarak antara pesisir

pantai dan kawasan terbangun berupa permukiman dan perdagangan jasa sangat dekat.

Guna lahan permukiman di bagian selatan Kelurahan Kalianda jika dihitung

berdasarkan lebar sempadan pantai 100 m, maka kawasan permukiman tersebut masuk

kedalam zona lindung untuk sempadan pantai. oleh karena itu potensi bahaya di

kawasan permukiman dan perdagangan jasa di Kelurahan Kalianda masuk kedalam

kategori bahaya tinggi terdampak tsunami. Kelurahan Bumi Agung berdasarkan hasil

layout peta merupakan kelurahan yang cenderung lebih aman dari ancaman bencana

tsunami menurut RTRW Kabupaten Lampung Selatan. Kondisi geografis yang tidak

berdekatan langsung pantai dan ketinggian kawasan yang lebih tinggi, membuat

Kelurahan Bumi Agung dapat dijadikan lokasi evakuasi sementara saat terjadi bencana

tsunami. Berikut Merupakan. Berikut merupakan tabel 1 besaran luasan dan gambar

peta 1 bahaya bencana tsunami terhadap penggunaan lahan menurut PVMBG 2009.

Page 9: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

9

Tabel 2

Sebaran Bahaya Guna Lahan Kawasan Perkotaan Kalianda

Terhadap Potensi Tsunami PVMBG 2009

Guna Lahan

Kategori Bahaya

Tinggi

(Ha)

Sedang

(Ha)

Rendah

(Ha)

Permukiman 33,14 68,59 133,58

Perdagangan jasa 24,51 37,68 0,83

Pemerintahan 14,43 38,28 1,1

Pertanian lahan kering 205,03 242,92 108,1

Pertanian lahan kering

campur semak 3 81,99 60,46

Sawah 24,99 12,42 0

Tambak 157,72 14,58 0

Kebun 12,83 0 10,8

Semak/Belukar 13,38 7,21 2,41

Sumber: Hasil overlay guna lahan eksisting dengan potensi bencana tsunami menurut

PVMBG 2009

Page 10: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

10

Peta Sebaran Bahaya Tsunami Terhadap Penggunaan Lahan

Menurut PVMBG 2009

Gambar 1

Berdasarkan hasil tabel 3 dan gambar peta 2, sebaran luas potensi bahaya

tsunami,tidak terlalu berbeda antara penggunaan lahan eksisting dengan rencana pola

ruang. Penggunaan lahan pertanian menjadi salah satu potensi bahaya tsunami tertinggi

di Kelurahan Way Urang dalam penggunaan lahan maupun rencana pola ruang.

Penggunaan lahan Kawasan terbangun berupa permukiman maupun perdagangan jasa

di Kelurahan Kalianda sebagai kategori potensi bahaya tinggi tsunami terhadap

penggunaan lahan dan rencana pola ruang. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa

rencana pola ruang yang seharusnya menjadi dasar peruntukan guna lahan lahan belum

mempertimbangkan potensi bencana tsunami. Perlindungan terkait kawasan lindung

dalam rencana pola ruang saat ini hanya mengarah kepada peruntukan sempadan pantai

(100 m). Oleh karena itu dapat dikatakan rencana pola ruang Kawasan Perkotaan

Kalianda saat ini belum mempertimbangkan aspek bencana alam tsunami. Berikut

Merupakan. Berikut merupakan tabel 1 besaran luasan dan gambar peta 1 bahaya

bencana tsunami terhadap penggunaan lahan menurut PVMBG 2009.

Tabel 2

Sebaran Bahaya Rencana Guna Lahan Kawasan Perkotaan Kalianda

Terhadap Potensi Tsunami PVMBG 2009

Peruntukan Guna

Lahan Pola Ruang

Kategori Bahaya

Tinggi (Ha) Sedang (Ha) Rendah (Ha)

Permukiman 96,31 134,19 98,32

Pertanian Lahan Kering 109,76 307,12 215,21

Pertanian Lahan Basah 58,56 13,52 5,15

Tambak 154,89 9,08 0

Sempadan Pantai 98 0 0

Sumber: Hasil overlay rencana pola ruang RTRW dengan potensi bencana tsunami menurut

PVMBG 2009

Page 11: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

11

Peta Sebaran Bahaya Tsunami Terhadap Penggunaan Lahan

Menurut PVMBG 2009

Gambar 2

Arahan Zona Guna Lahan Dalam Menghadapi Bahaya Bencana Tsunami

Arahan mitigasi penggunaan lahan pada penelitian ini mengacu pada ancaman

bahaya tsunami berdasarkan informasi PVMBG terhadap penggunaan lahan di ketiga

Kelurahan. Peneliti menggunakan potensi bahaya bencana tsunami PVMBG

dikarenakan informasi data yang lebih detail dibandingkan potensi bencana tsunami

menurut RTRW Kabupaten Lampung Selatan. Arahan mitigasi ini nantinya akan

menghasilkan kawasan yang direkomendasikan berdasarkan aspek sebaran bahaya

bencana tsunami.

Page 12: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

12

Kelurahan Way Urang

Peta Arahan Zona Penggunaan Lahan di Kelurahan Way Urang

Gambar 3

1. Kawasan Aquatic

Kawasan aquatic merupakan kawasan dengan arahan rekomendasi

perlindungan terhadap pesisir pantai/konservasi. Kondisi eksisting

penggunaan lahan saat ini umumnya berupa tambak, pertanian lahan kering

dan permukiman. Terdapatnya potensi ancaman bencana untuk ke tiga

penggunaan lahan tersebut sangat memungkinkan berdampak pada

perekonomian masyarakat jika terjadi bencana tsunami. Arahan rekomendasi

penggunaan lahan pada zona ini berupa hutan pantai (green belt), rekreasi

pantai atau hutan bakau/mangrove. Arahan kawasan ini diharapkan sebagai

kawasan yang berfungsi sebagai peredam gelombang tsunami yang naik

Page 13: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

13

hingga permukaan daratan. Sehingga kegiatan budidaya diarahkan tidak

berada di zona kawasan ini, meminimalisir kerugian yang terjadi bencana

tsunami. Menurut Harada dan Kawata (2004) dalam (Ihsan Fadhilatul, 2017)

penggunaan lahan berupa hutan pantai dalam menghadapi bencana tsunami

tinggi direncanakan dengan lebar minimal 500 m dari sempadan pantai.

2. Kawasan Terbangun Kepadatan Rendah

Penggunaan lahan eksisting saat ini berupa pertanian, permukiman dan

pemerintahan dan tambak. Pada kawasan ini masih memungkinkan terjadi

tsunami dengan tinggi genangan mencapai > 3m (PVMBG, 2009). Oleh

karena itu penggunaan lahan pada zona kawasan ini diarahkan sebagai guna

lahan pertanian atau perikanan tambak. Pada kawasan ini guna lahan pertanian

dapat dilakukan, karena fungsi lahan pertanian dalam bencana tsunami dapat

menjadi vegetasi yang berpotensi mengurangi rambatan gelombang tsunami

menuju daratan. Dalam zona ini tidak disarankan memiliki kegiatan komersial

atau kegiatan sosial lainnya, karena dianggap masih memungkinkan

berpotensi terhadap gelombang tsunami.

3. Kawasan Terbangun Kepadatan Sedang

Penggunaan lahan di kawasan ini memungkinkan sebagai area kawasan

terbangun berupa permukiman, komersial dan lainnya secara terbatas. Pada

kawasan ini diarahkan memiliki sistem infrastruktur drainase yang baik,

sehingga limpasan air gelombang tsunami menuju daratan dapat dialirkan

dengan baik. Penggunaan lahan permukiman pada kawasan ini diarahkan

dengan maksimal kepadatan rumah sedang (R3) yaitu 40 – 100 rumah/hektar

(Permen Agraria dan Tata Ruang No 16 Tahun 2018).

4. Kawasan Terbangun Kepadatan Tinggi

Kawasan terbangun kepadatan tinggi diarahkan sebagai lokasi penggunaan

lahan berupa permukiman, komersial, pendidikan, dan lainnya. Dikarenakan

Page 14: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

14

Kawasan ini dianggap aman terhadap bahaya bencana tsunami, maka

diperlukan kelengkapan infrastruktur sebagai penunjang kegiatan masyarakat.

Penggunaan lahan permukiman pada kawasan ini memungkinkan pada

kepadatan rumah > R3 yaitu diatas 100 rumah/hektar (Permen Agraria dan

Tata Ruang No 16 Tahun 2018).

5. Buffer Zone

Arahan perlindungan di area sempadan pantai maupun sungai. Perlindungan

pantai dapat berupa pemecah ombak atau hutan bakau sebagai media peredam

gelombang tsunami. Lokasi penempatan diarahkan disepanjang pesisir pantai

atau berfokus pada fungsi kegiatan masyarakat yang padat. Berdasarkan

kondisi eksisting saat ini, Kelurahan Way Urang kurangnya perlindungan

pesisir pantai berupa green belt atau struktur seperti pemecah ombak.

Kelurahan Kalianda dan Kelurahan Bumi Agung

Peta Arahan Zona Penggunaan Lahan di Kelurahan Kalianda dan Bumi Agung

Gambar 4

Page 15: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

15

1. Kawasan Aquatic

Kawasan ini pada penggunaan lahan eksisting saat ini dipenuhi dengan guna

lahan permukiman di Kelurahan Kalianda. Umumnya kepadatan permukiman

di kawasan ini didominasi oleh kepadatan rumah R4, yaitu 10-40

rumah/hektar. Disisi lain keberadaan permukiman yang masuk kedalam zona

sempadan pantai dan masuk kedalam kategori bahaya tsunami tinggi,

sehingga keberadaan permukiman di kawasan ini sangat berbahaya. Sama

seperti halnya Kelurahan Way Urang, arahan penggunaan lahan kali ini,

diarahkan menjadi Kawasan konservasi dengan arahan penggunaan lahan

berupa green belt, tambak dan wisata pantai. Green belt dapat berupa hutan

pantai maupun vegetasi lainnya berupa mangrove. Perlu dilakukan relokasi

dan kajian terhadap kawasan permukiman di kawasan ini, sehingga kehidupan

perekonomian masyarakat yang umumnya sebagai nelayan dapat tetap

berjalan.

2. Kawasan Terbangun Terbatas

Kawasan ini pada kondisi eksisting berupa perdagangan jasa, permukiman

dan pertanian. Kawasan ini berdasarkan hasil overlay masih memungkinkan

terdampak bencana tsunami. Sebagai langkah perlindungan kawasan yang

tahan akan bencana tsunami, maka penggunaan lahan di kawasan ini

diarahkan berupa pertanian maupun permukiman dengan kepadatan maksimal

(R4) yaitu 10-40 rumah/hektar. Diarahkan memiliki sistem pembuangan

drainase yang baik, sehingga potensi gelombang tsunami dapat dialiri dengan

baik. Tidak diarahkan memiliki penggunaan lahan komersial dan lainnya,

karena melindungi kegiatan perekonomian sehingga tidak terancam bahaya

tsunami.

3. Kawasan Terbangun Aman Bencana Tsunami

Kawasan ini dapat dianggap sebagai zona aman. Berdasarkan hasil layout

pemetaan, ditemukan bahwa Kawasan ini aman terhadap potensi bahaya

Page 16: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

16

bencana tsunami. Arahan penggunaan lahan di Kawasan ini berupa

permukiman, pemerintahan, komersial, dan lainnya.

4. Buffer Zone

Sama seperti halnya arahan penggunaan buffer zone di Kelurahan Way Urang,

Buffer zone pada Kelurahan Kalianda dan Bumi Agung diarahkan sebagai

media yang dapat melindungi dari ancaman bahaya tsunami. Media dapat

berupa green belt hutan mangrove atau pemecah ombak di pesisir pantai.

KESIMPULAN HASIL TEMUAN

Berdasarkan hasil temuan studi yang sudah dipaparkan pada bahasan

sebelumnya, disimpulkan bahwa kesimpulan temuan penelitian ini menemukan 2 hal

penting berkaitan dengan potensi bahaya tsunami untuk kawasan perkotaan Kalianda.

Berikut merupakan kesimpulan temuan penelitian yang didapatkan:

1. Pada kategori bahaya tinggi yaitu potensi run up tsunami > 3 meter, kawasan

terbangun berpotensi terbesar mengacu pada guna lahan eksisting berupa

permukiman dan perdagangan jasa di Kelurahan Kalianda. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukan bahwa penggunaan lahan perdagangan jasa masuk

kedalam kategori bahaya tinggi diikuti oleh penggunaan lahan terbangun

permukiman. Sehingga hal tersebut menunjukan bahwa kondisi guna lahan

eksisting di Kelurahan Kalianda berpotensi terdampak tsunami untuk

penggunaan lahan terbangun. Selain itu jika mengacu pada rencana pola ruang

Kelurahan Kalianda tidak terdapat perbedaan, dimana rencana pola ruang saat

ini untuk Kelurahan Kalianda didominasi peruntukan sebagai permukiman

perkotaan. Begitupun pada kategori bahaya tsunami sedang, Kelurahan

Kalianda memiliki kondisi eksisting guna lahan dan rencana pola ruang

kawasan terbangun berupa permukiman dan komersial. Berdasarkan hal

tersebut, maka dapat dikatakan kondisi eksisting guna lahan permukiman dan

Page 17: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

17

perdagangan jasa saat ini dapat terdampak tsunami, yang berakibat rusaknya

fungsi kegiatan permukiman dan perekonomian setelah terjadi bencana

tsunami. Oleh karena itu Kelurahan Kalianda saat ini dapat disimpulkan

belum memiliki ketangguhan bencana tsunami melihat dari kondisi eksisting

maupun rencana pola ruang. Hasil temuan bahaya tsunami di Kelurahan

Kalianda ini diharapkan sebagai bahan evaluasi pemerintah Kota Kalianda

dan juga dapat dijadikan dasar pertimbangan penyusunan RDTR berbasis

mitigasi bencana di Kelurahan Kalianda.

2. Kelurahan Way Urang jika mengacu pada hasil penelitian termasuk pada

kategori bahaya tsunami tinggi didominasi penggunaan lahan eksisting

pertanian dan perikanan tambak. Begitupun pada rencana pola ruang kategori

bahaya tinggi tsunami di Kelurahan Way Urang sebagai peruntukan pertanian

dan perikanan. Umumnya penggunaan lahan non-terbangun di kawasan

kategori bahaya tsunami tinggi tidak terlalu diperhitungkan, karena jika

mengacu pada preseden penelitian kawasan pertanian dapat dijadikan vegetasi

alami untuk mencegah rambatan gelombang tsunami. Tetapi jika dilihat lebih

lanjut terdapat kawasan terbangun eksisting dan rencana pola ruang di bahaya

tinggi dan sedang tsunami berupa permukiman dan pemerintahan. Walaupun

tidak mendominasi besaran wilayah terdampak, tetapi penggunaan lahan

terbangun seharusnya tidak berada di zona khususnya bahaya tsunami tinggi.

Terdampaknya penggunaan lahan pemerintahan dapat mengakibatkan

hancurnya bangunan pemerintahan dan rusaknya dokumen-dokumen maupun

hal penting lainnya. Sehingga nantinya berakibat pada sistem pemerintahan

yang tidak berjalan dengan baik setelah terjadi bencana tsunami. Oleh karena

itu dapat disimpulkan penggunaan lahan eksisting dan rencana pola ruang

masih belum mempertimbangkan keselamatan penggunaan lahan khususnya

lahan terbangun berupa permukiman dan pemerintahan di Kelurahan Way

Urang. Sama halnya seperti hasil temuan Kelurahan Kalianda, temuan bahaya

tsunami di Kelurahan Way Urang ini diharapkan sebagai bahan evaluasi

pemerintah Kota Kalianda. Mendukung arahan BNPB yaitu dapat dijadikan

Page 18: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

18

dasar pertimbangan penyusunan RDTR berbasis mitigasi bencana di

Kelurahan Way Urang maupun Kelurahan Kalianda.

3. Kelurahan Bumi Agung berdasarkan hasil overlay tidak memiliki potensi

kategori bahaya tsunami tinggi. Hal tersebut dikarenakan kondisi geografis

Kelurahan Agung yang jika dilihat dari topografi wilayah (gambar 3.2) lebih

tinggi dan tidak berdekatan dengan pesisir pantai. Pada sebagian wilayah

Kelurahan Bumi Agung masuk kedalam kategori bahaya tsunami sedang

dengan kondisi lahan terbangun eksisting perdagangan jasa dan permukiman.

Sama halnya dengan rencana pola ruang, peruntukan penggunaan lahan di

sebagai wilayah Kelurahan Bumi Agung masuk kedalam kategori bahaya

sedang untuk peruntukan permukiman perkotaan. Oleh karena itu, peneliti

menilai bahwa Kelurahan Bumi Agung memiliki potensi bencana tsunami

lebih aman dibandingkan denagn Kelurahan Way Urang dan Kalianda,

walaupun masih terdapat sebagai wilayah Kelurahan Bumi Agung yang

masuk pada kategori bahaya tsunami sedang. Kelurahan Bumi Agung dapat

dijadikan sebagai lokasi evakuasi ke tempat lebih aman untuk Kelurahan

Kalianda, dikarenakan batas kelurahan yang berdekatan dan kondisi kelurahan

yang lebih tinggi.

KESIMPULAN ARAHAN GUNA LAHAN

Berdasarkan temuan-temuan studi yang diperoleh dari hasil analisis, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai arahan zona penggunaan lahan pada

kawasan bahaya tsunami di Kawasan Perkotaan Kalianda. Adapun kesimpulan yang

didapat adalah sebagai berikut:

1. Kelurahan Way Urang menghasilkan empat kawasan yang menunjukan

masing-masing tingkat bahaya potensi tsunami. Keempat kawasan tersebut

berupa kawasan aquatic/konservasi, kawasan kepadatan rendah, kawasan

kepadatan sedang dan kawasan kepadatan tinggi. Sedangkan pada Kelurahan

Kalianda dan Kelurahan Bumi Agung menghasilkan tiga kawasan, yaitu

Page 19: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

19

kawasan aquatic/konservasi, kawasan terbangun terbatas dan kawasan

terbangun aman bencana tsunami;

2. Arahan penggunaan lahan non terbangun seperti pertanian dan perkebunan

dapat dijadikan salah satu vegetasi yang berpotensi mencegah gelombang

tsunami naik ke permukaan daratan. Penggunaan lahan terbangun berupa

permukiman kawasan bahaya bencana tsunami tinggi – sedang dibatasi dan

diarahkan memiliki struktur bangunan yang tahan dari bencana tsunami dan

gempa. Penggunaan lahan perdagangan jasa atau pemerintahan diarahkan

berada pada kawasan bahaya tsunami sedang-rendah (aman) dan memiliki

struktur bangunan yang menyesuaikan dengan bencana tsunami. Hal tersebut

mencegah dampak kerugian perekonomian perkotaan dan pusat pemerintahan

di Kawasan Perkotaan Kalianda;

Arahan penyediaan buffer zone berupa penetapan sempadan sungai dan pantai sesuai

dengan fungsinya. Buffer zone pantai dapat berupa penyediaan pemecah ombak atau

sejenisnya. Arahan lokasi buffer zone berada pada pusat-pusat kegiatan masyarakat

dan dekat dengan muara sungai, mencegah gelombang tsunami masuk ke badan sungai.

1 DAFTAR PUSTAKA

Aguirre-Ayerbe, I., Sanchez, J. M., Aniel-Quiroga, I., Gonzalez-Riancho, P., Merino,

M., Al-Yahyai, S., . . . Medina, R. (2018). From Tsunami Risk Assessment to

Disaster Risk Reduction - The Case of Oman. Natural Hazards and Earth

System Sciences.

Ahmad, J. (2018). Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis). Jurnal Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Anam, K., Mutholib, A., Setiyawan, F., Andini, B. A., & Sefniwati. (2018). Kesiapan

Institusi Lokal dalam Menghadapi Bencana Tsunami: Studi Kasus Kelurahan

Air Manis dan Kelurahan Purus, Kota Padang. Jurnal Wilayah dan Lingkungan.

Page 20: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

20

ARUP. (2015). City Resilience Framework. London: The Rockefeller Foundation.

Barnett, J. (1982). An Introduction To Urban Design. United States of America:

Ledgebrook.

BIG. (2015, January 12). Pentingnya Informasi Geospasial untuk Menata Laut

Indonesia. Retrieved from Badan Informasi Geospasial: http://big.go.id

BNPB. (2014). Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2015-2019. Jakarta:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

BNPB. (2015, November 28). Deklarasi Komitmen Mewujudkan Kabupaten atau Kota

Tangguh Bencana Provinsi Jawa Tengah. Retrieved from Badan Nasional

Penanggulangan Bencana: https://www.bnpb.go.id

BNPB. (2015). Kerangka Kerja Sendai Untuk Pengurangan Resiko Bencana.

BPS. (2018, September). Kalianda Dalam Angka. Retrieved from Badan Pusat Statistik

Lmapung Selatan: www.lampungselatankab.bps.go.id

Diposaptono, S. (2003). Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir Dalam Kerangka

Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu di Indonesia. Alami.

DRRM. (2011). Disaster Risk Reduction and Management. Philippines: DRRM

Philippines.

Edyanto, C. H. (2014). Partisipasi Masyarakat Sebagai Upaya Untuk Mengurangi

Resiko Bencana Tsunami di Daerah Pantai. JSTI.

Edyanto, C. H. (2015). Sistem Pertahanan Kombinasi Untuk Melindungi Kota Pantai

Dari Bahaya Tsunami. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.

Faiqoh, I., Gaol, J. L., & Ling, M. M. (2013). Vulnerability Level Map of Tsunami

Disaster in Pangandaran Beach, West Java. International Journal of Remote

Sensing and Earth Sciences.

Giachetti, T., Paris, R., Kelfoun, K., & Ontowirjo, B. (2012). Tsunami Hazard Related

to a Flank Collapse of Anak Krakatau Volcano, Sunda Strait, Indonesia.

Geological Society, London, Special Publications.

Hadaning Putra, A. N. (2009). Tingkat Resiko Bencana Tsunami dan Variasi

Spasialnya (Studi Kasus Kota Padang, Sumaera Barat). Tesis.

Page 21: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

21

Hadi, I. P. (2001). Wawancara. Materi Kuliah Program Studi Manajemen Perhotelan

UK Petra.

Hettlarachchi, S., Samarawlckrama, S., & Wjeratne, N. (2011). Risk Assessment and

Management for Tsunami Hazard Case Study of The Por City of Galle. Sri

Langka: UNDP.

Hidayat, A. (2012). Analisis Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Mitigasi Sea

Level Rise (Kenaikan Muka Air Laut) Studi Kasus Kawasan Kota Lama

Makassar. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia.

Hidayat, N. (2006). Konstruksi Bangunan Laut dan Pantai Sebagai Alternatif

Perlindungan Daerah Pantai. Jurnal SMARTek.

Ihsan Fadhilatul. (2017). Perencanaan Lanskap Kota Patiaman Provinsi Sumatera Barat

Berbasis Mitigasi Tsunami. Skripsi.

Kementerian Pertahanan. (2016). Kementerian Pertahanan. Retrieved from

www.kemhan.go.id

Latief, A. (2015). Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Alam di

Kota Palopo. Skripsi.

N.Bernard, E., A.Dengler, L., & C.Yim, S. (2007). National Tsunami Research Plan.

Seattle: United States Department of Commerce.

OHARA, M. (Performer). (2017). Risk-based land use and spatial planning.

International Centre Water Hazards and Risk Management (ICHARM), Japan.

Pararas-Carayannis, G. (2003). Near and Far-Field Effects of Tsunamis Generated by

The Proxymal Eruption, Explosions, Caldera Collapses and Massive Slope

Failures of The Krakatau Volcano in Indonesia on August 26-27,1883. The

International Journal of The Tsunami Society.

Parsons, M., Reeve, I., McGregor, J., Glavac, S., Marshall, G., Stayner, R., . . . Morley,

P. (2018). The Australian Natural Disaster Resilience Index. Australian

Disaster Resilience Confrence. Armidale: Australian Goverment.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) . (2012). Tentang

Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana. BNPB.

Page 22: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

22

Poernomosidhi. (2007). Kebijakan Pengelolaan Ruang Wilayah Kawasan Pesisir di

Indonesia Sebaga Antisipasi Risiko Bencana. Materi seminar nasional:

Pengelolaan Ruang Wilayah Pesisir di Indonesia Sebagai Antisipasi Risiko

Bencana. Bandung.

Pontoh, N. K., Hudalah, D., Indradjati, P. N., & Viantari, D. (2013). Dasar-Dasar

Survei Untuk Perencanaan Wilayah dan Kota. Bandung: ITB.

Pramana, B. S. (2015). Pemetaan Kerawanan Tsunami di Kecamatan Pelabuhanratu

Kabupaten Sukabumi. Social Science Education Journal.

Puspitasari , I. (2018, September). Badan Pusat Statistik. Retrieved from Badan Pusat

Statistik Kabupaten Lampung Selatan: https://lampungselatankab.bps.go.id/

Rahman, M., & Kausel, T. (2013). Coastal Community Resilience to Tsunami: A Study

on Planning Capacity and Social Capacity, Dichato, Chile. Journal of

Humanitites and Social Science.

Renald, A., Tjiptoherijanto, P., Suganda, E., & Djakapermana, R. D. (2016). Towards

Resilient and Sustainable City Adaptation Model for Flood Disaster Prone City:

Case study of Jakarta Capital Region. International Confrence, Intelligent

Planning Towards Samrt Cities.

Rustiadi , E. (2003). Pengembangan Wilayah Pesisir sebagai Kawasan Strategis

Pembangunan Daerah.

Sharifi, A., & Yagamata, Y. (2014). Major Principles and Criteria for Development of

an Urban Resilience Assessment Index. International Conference and Utility

Exhibition 2014 on Green for Sustainable Development.

Sitorus, S. (2016). Perencanaan Penggunaan Lahan. Bogor: IPB Press.

Sugito, N. T. (2012, Maret 08). Universitas Pendidikan Indonesia. Retrieved from

Direktori File UPI: file.upi.edu

The Department of Land Conservation and Decelopment. (2015). Preparing for a

Cascadia Subduction Zone Tsunami: A Land Use Guide for Oregon Coastal

Communities. Oregon: The Department of Land Conservation and

Decelopment.

Page 23: ARAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN BAHAYA ...repo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB1911180010/PEG0078...Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik

23

Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. (2007).

Undang-undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Retrieved from BNPB: www.bnpb.go.id

Utami, W., Wibowo, Y. A., & Afiq, M. (2019). Analisis Spasial Untuk Relokasi

Masyarakat Yang Terdampak Tsunami Selat Banten Tahun 201. Jurnal

Agraria dan Pertanahan.

Weerasinghe, W. K., Hokugo, A., & Ikenouchi, Y. (2011). Tsunami Risk Mitigation

Through Strategic Land-Use Planning and Evacuation Procedures For Coastal

Communities In Sri Langka. Journal of Tsunami Society International.

Wiloso, D. A., & Vienastra, S. (2018). Mitigasi Bencana Tsunami di SDN Tirtohargo

Dusun Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Zaiyana, D., & Buchori, I. (2014). Kajian Kembali Terhadap Risiko Tsunami di Kota

Banda Aceh. Jurnal Teknik PWK.